PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENGOLAHAN DATA
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
MATERI PENGOLAHAN DATA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
PADA SISWA KELAS VI SD N GIRIMARGO I SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Siti Aminah
SD N Girimargo I
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika materi pengolahan data melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD bagi siswa kelas VI SDN Girimargo 1 Miri kabupaten Sragen semester II tahun 2015/2016. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini terdiri atas dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang Pengolahan data pada pembelajaran matematika kelas VI semester genap di SD Negeri Girimargo 1 Kecematan Miri, Kabupaten Sragen tahun ajaran 2015/2016.
Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Tipe STAD, Prestasi Belajar, Matematika,
PENDAHULUAN
Sekarang ini telah terjadi pergeseran pola sistem mengajar yaitu dari guru yang mendominasi kelas menjadi guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Dalam meningkatkan proses pembelajaran, guru harus menciptakan kondisi belajar yang aktif dan kreatif. Kegiatan belajar harus menantang, mendorong eksplorasi, memberi pengalaman sukses, dan mengembangkan kecakapan berpikir siswa (Dimyati, 2006: 2006).
Penggunaan media dan metode yang dipilih guru merupakan merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas pembelajaran. Hamalik (2001: 32) juga menyatakan bahwa, “ Untuk mengaktifkan komunikasi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah perlu menetapkan metode dan tehnik pembelajaran yang tepat”.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran akan meningkat jika guru mampu menciptakan kondisi belajar yang aktif, kreatif, menarik, menyenangkan dan mengefektifkan komunikasi interaksi antara guru dan siswa juga antara siswa dengan siswa yang lain. Sehingga siswa asyik dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Namun dalam prakteknya di lapangan masih banyak guru dalam melaksanakan proses pembelajaran masih sebatas sebagai proses transfer of knowledge, bersifat verbalistik dan cenderung bertumpu pada kepentingan guru dan bukan pada kebutuhan siswa yang lazim disebut teacher centered. Hal ini didukung hasil pengamatan peneliti bahwa guru dalam memilih dan menggunakan metode mengajar cenderung spekulatif, kurang mengaktifkan siswa dalam pembelajaran yang berakibat pembelajaran kurang menarik,membosankan, tidak menantang, dan sulit mencapai target prestasi yang ditentukan oleh KKM.
Hal ini juga dialami oleh peneliti, berdasarkan hasil evaluasi yang diperoleh siswa dalam pembelajaran matematika di kelas VI semester II tentang pengolahan data di SDN Girimargo 1 Kecamatan Miri Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2015/2016 dari 34 siswa yang tuntas mencapai nilai 75 ke atas hanya 12 siswa (35,3%)), sedangkan yang 22 siswa (64,7%) masih mendapat nilai di bawah KKM. Kondisi ini disebabkan guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Berdasarkan kenyataan di atas peneliti memperbaiki proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD supaya siswa lebih asyik dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa dapat mengatasi masalah secara kelompok, siswa yang pandai dapat memberi bantuan kepada siswa yang kurang pandai dengan harapan prestasi belajar siswa dapat meningkat dan siswa memiliki rasa sosial yang tinggi.
Dari kenyataan di atas, peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat yaitu kepala sekolah dan guru kelas lain bersama-sama mengidentifikasi masalah terhadap kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran matematika khususnya materi pengolahaan data. Berdasarkan refleksi terungkap masalah-masalah sebagai berikut: (1) Kurangnya pemahaman siswa tentang konsep pengolahan data. (2) Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang tepat. (3) Guru kurang mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. (4) pembelajaran kurang menarik dan tidak menyenangkan.
Berdasarkan latar belakan g dan identifikasi di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: (1) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi pengolahan data siswa kelas VI SDN Girimargo 1 Kecamatan Miri Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2015/2016? (2) Bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada materi pengolahan data siswa kelas VI SDN Girimargo 1 Kecamatan Miri Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2015/2016?
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada materi pengolahan data dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD sehingga dihasilkan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan dan pada akhirnya dapat mencapai hasil pembelajaran yang tuntas.
KAJIAN PUSTAKA
Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994: 19). Sedangkan menurut Mas’ud Abdul Dahar dalam Djamarah (1994: 21) bahwa prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
Dari pengertian yang dikemukakan di atas, jelas terdapat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu dapat disimpulkan prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.
Menurut Slameto (1995: 2) bahwa prestasi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian prestasi belajar yang dikemukakan di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari aktivitas prestasi belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan menurut Nurkencana (1986: 62) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam prestasi belajar. Prestasi belajar diperoleh dari hasil belajar siswa yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi yang biasanya disebut tes hasil prestasi belajar.
Prestasi Belajar Matematika
Prestasi belajar matematika menurut Hudoyo (1990) adalah gambaran tingkat penguasaan siswa dalam prestasi belajar matematika yang terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil prestasi belajar matematika. Oleh karena itu, prestasi belajar dapat dicapai melalui proses belajar mengajar yang melibatkan siswa dan guru.
Prestasi belajar matematika bukan sekedar bisa dilihat dari sudut sempit tersebut. Bahwa nilai ujian bukanlah sebuah ukuran, apakah seorang anak bisa dikatakan memiliki prestasi dalam bidang pelajaran matematika.
Pada dasarnya dalam proses pembelajaran matematika ada beberapa kriteria sebagai alat ukur keberhasilan pendidikan. Ada tiga elemen yang menjadi sebuah indikator apakah seorang anak sudah mampu menguasai pelajaran matematika atau belum. Yaitu: 1) konsep, menunjukkan pada pemahaman dasar, 2) ketrampilan, menunjukkan pada sesuatu yang dilakukan seseorang, dan 3)pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan ketrampilan (Abdurrahman, 2009:253).
Selanjutnya Djaali (1989: 18) mengemukakan bahwa pada hakekatnya prestasi belajar matematika adalah suatu aktivitas untuk memahami arti dari hubungan-hubungan dan simbol-simbol kemudian menerapkan konsep-konsep yang dihasilkan ke situasi nyata.
Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakekat prestasi belajar matematika adalah suatu aktivitas mental yang tinggi untuk memahami arti dari struktur- struktur, konsep-konsep kemudian menerapkannya dalam situasi nyata sehingga terjadi pengetahuan dan ketrampilan.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman –temannya di Universitas Jonh Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang paling cocok digunakan oleh guru yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif.
STAD adalah tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran tingkat kinerjanya, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa diberikan kuis sesuai materi itu dengan catatan saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan cooperative learning yang menekankan aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks.
Tahap Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Maidiyah (1998: 7-13) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut: (a) Persiapan STAD meliputi materi, menetapkan siswa dalam kelompok, Menentukan Skor Awal, (b) Kerjasama Kelompok, (c) Proses mengajar, (d) Menyiapkan Kuis dan Tes, (e) Penghargaan Kelompok.
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan utnuk membaca bagian yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara demikian seluruh anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik.
Kerangka Berpikir
Pada awal pembelajaran guru belum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang menyebabkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran sehingga prestasi belajar matematika siswa materi pengolahan data masih rendah. Kemudian guru melakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan dalam 2 siklus , ternyata keaktifan siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan sehingga prestasi belajar matematika siswa pada materi pengolahan data mengalami peningkatan sesuai target yang diharapkan.
Hipotesis Tindakan
Pada penelitian ini yang menjadi hipotesis dari penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan adalah melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Pengolahan Data Pada Siswa Kelas VI SDN Girimargo 1 Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen Semester II Tahun pelajaran 2015/2016.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas VI SD Negeri Girimargo 1, Desa Girimargo, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen, pada mata pelajaran matematika materi pengolahan data. Tindakan penelitian dilakukan selama 5 bulan dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2016. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan dalam dua siklus, tiap siklus ada dua kali pertemuan.
Karakteristik Siswa
Siswa kelas VI SD Negeri Girimargo I berjumlah 34 siswa, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Siswa memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Motivasi dan minat belajar siswa kurang karena latar belakang ekonomi orang tuanya yang pas-pasan, hampir semua siswa orang tuanya bekerja sebagai petani dan buruh.
b. Dari 34 siswa hanya ada 2 siswa yang mempunyai kemampuan agak menonjol, 29 siswa mempunyai kemampuan rata-rata, dan 3 siswa mempunyai kemampuan sangat rendah.
c. Hampir semua siswa mempunyai karakter pemalu dan pendiam, hanya beberapa siswa yang aktif dalam pembelajaran.
Menurut penelitian, dalam pembelajaran terdapat beberapa hal yang kurang berhasil, maka peneliti mengambil langkah-langkah perbaikan yang direncanakan dalam dua siklus. Setiap siklus ada dua kali pertemuan. Setiap siklus ada tahapan perencanaan, tahap pelaksanaan atau tindakan pengamatan atau pengumpulan data, dan tahapan refleksi.
Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tes dan non tes. Teknik tes digunakan untuk memperoleh hasil uji kompetensi siswa setelah diberikan tindakan.
Sedangkan teknik non tes meliputi: (a) Observasi untuk mengamati berlangsungnya proses pembelajaran, (b) Dokumentasi untuk mengetahui data siswa dan data hasil uji kompetensi matematika setelah diberi tindakan.
Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini mengunakan teknik deskriptif yang dilakukan dengan tiga cara, yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) penarikan simpulan.
1. Reduksi Data
Reduksi Data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan dan berlangsung terus menerus selama penelitian dilaksanakan (Huberman, 1992: 16). Dalam penelitian ini reduksi data dilakukan dengan memilih data yang sesuai dengan perumusan masalah dari kumpulan data yang ada.
2. Penyajian Data
Penyampaian informasi data yang dimiliki disusun secara baik, dan runtut sehingga mudah dilihat, dibaca, dan dipahami tentang sesuatu kejadian dan tindakan atau peristiwa dalam bentuk data kualitatif dan kuantitatif.
3. Menarik Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber peneliti mengambil simpulan yang masih bersifat sementara sambil mencari data pendukung dan penolakan simpulan.
Indikator Keberhasilan
Indikator kinerja penelitian tindakan kelas ini, siswa dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh SDN Girimargo 1 pada mata pelajaran matematika materi pengolahan data kelas VI adalah 70 (tujuh puluh). Ketuntasan klasikal mencapai 90%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan identifikasi dan analisis serta refleksi awal yang telah diuraikan di muka, maka pada bagian ini akan dipaparkan keadaan hasil belajar kondisi awal, sebagai berikut: hasil akhir pembelajaran matematika pada siswa kelas VI SDN Girimargo 1 kurang mengembirakan. Dari 34 siswa yang mengikuti pembelajaran, hanya ada 12 (35%) siswa yang mendapat nilai lebih dari KKM, yakni 70. Kenyataan ini belum dapat dikatakan tuntas secara klasikal (batas tuntas klasikal = 90%).
Kenyataan ini disebabkan karena proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru kurang mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan, mencatat, membaca dan mengerjakan tugas dari guru secara individual. Pembelajaran menjadi tidak menarik dan membosankan, sehingga gairah siswa untuk mengikuti pembalajaran kurang dan kesan yang diterima masih terlalu abstrak dan mudah lupa karena siswa lebih banyak mendengarkan pesan dari pada terlibat langsung dalam pembalajaran.
Deskripsi Hasil Siklus I
a. Data Perencanaan
Untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran Matematika pada siklus I, peneliti membuat rencana perbaikan pembelajaran, merancang skenario pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, menyiapkan media pembelajaran, menyusun lembar pengamatan bagi pengamat, dan merancang tes formatif untuk mengetahui prestasi belajar siswa.
b. Data Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan 1 dilaksanakan hari Selasa, 26 Januari 2016 dan pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Kamis, 28 Januari 2016. Materi yang disampaikan adalah mata pelajaran Matematika tentang pengolahan data. Proses pembelajaran pada setiap pertemuan diawali dengan apersepsi oleh guru dan diakhiri dengan tes formatif dengan memberikan soal tes formatif.
Dari hasi analisis dari prestasi belajar siswa pada perbaikan siklus I, diperoleh data nilai yang terendah adalah 40 dan nilai yang tertinggi adalah 100. Artinya perbaikan pembelajaran pada siklus I sudah menitikberatkan pada keberhasilan pencapaian hasil belajar siswa dibandingkan pada pembelajaran pra siklus. Dengan demikian dapat dikatakan perbaikan pembelajaran siklus I sudah ada peningkatan meskipun banyak siswa yang belum tuntas 9ada (3 siswa).
Dari data pengamatan yang dilakukan oleh pengamat diketahui bahwa guru sudah menyampaikan materi pelajaran dengan baik. Menggunakan media gambar serta latihan yang cukup, sedangkan pengamatan terhadap siswa diperoleh bahwa masih ada beberapa siswa yang kurang memahami materi pelajaran dan kurang aktif dalam kegiatan kelompok.
Data tentang Refleksi
Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran Siklus I pada mata pelajaran matematika dengan materi pengolahan data diperoleh refleksi sebagai berikut: (1) Penjelasan guru terlalu cepat. (2) Masih ada siswa yang kurang memahami materi pelajaran. (3) Masih ada siswa yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. (4) Bimbingan guru terhadap tugas kelompok kurang.
Dari data yang dipaparkan diatas dapat diketahui bahwa hasil evaluasi pada perbaikan pembelajaran siklus I sudah mengalami peningkatan, tetapi belum dikatakan berhasil karena masih banyak siswa yang nilainya di bawah KKM.. Hal ini dapat diketahui dari hasil tes formatif siklus I, dari 34 siswa 21 siswa yang mendapat nilai tuntas atau 62% dan yang belum tuntas 13 siswa atau 38%, untuk itu akan diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Deskripsi Hasil Siklus II
Dari hasil analisa data prestasi belajar siswa pada perbaikan pembelajaran Siklus II materi pengolahan data diperoleh hasil nilai yang terendah 60 dan nilai yang tertinggi 100 dengan ketuntasan 91%. Berikut akan disajikan hasil evaluasi Siklus II sebagai berikut:
a. Data tentang Pengamatan
Dari data pengamatan yang dilakukan oleh pengamat diketahui bahwa guru telah melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan rencana. Pada perbaikan Siklus II siswa lebih aktif dalam kegiatan kelompok. Siswa telah memahami materi pelajaran, walau ada beberapa siswa yang kurang cepat dalam menyelesaikan pekerjaan.
b. Data tentang Refleksi
Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran Siklus II , diperoleh refleksi sebagai berikut:
1) Guru telah melaksanakan kegiatan belajar dengan rencana pembelajaran.
2) Sswa antusias dalam mengikuti pembelajaran.
3) Siswa terlihat aktif dan suasana pembelajaran lebih hidup.
4) Secara umum proses perbaikan pembelajaran Siklus II sudah berjalan dengan baik, karena ketuntasan belajar siswa sudah memenuhi kriteria keberhasilan.
Dari analisa data tentang prestasi siswa pada perbaikan pembelajaran siklus II materi pengolahan data diketahui nilai ketuntasan belajar siswa sudah mencapai 91% dan nilai rata-rata 75,6 artinya pembelajaran Siklus II sudah mengalami keberhasilan.
Pembahasan
Pada pembahasan peneliti membagi menjadi dua, yaitu pembahasan secara kuantitatif berupa nilai sebelum perbaikan dengan membandingkan nilai siklus I dengan nilai siklus II dan secara kualitatif yang berupa temuan –temuan pada waktu pembelajaran.
Dari analisis hasil observasi, dapat dilihat bahwa perolehan hasil evaluasi mengalami peningkatan dari awal pembelajaran, siklus I sampai pada pembelajaran siklus II. Dapat diketahui bahwa pada pembelajaran pra siklus siswa yang memperoleh nilai 30-39 sebanyak 1 siswa, nilai 40-49 sebanyak 3 siswa, nilai 50-59 sebanyak 5 siswa, nilai 60-69 sebanyak 13 siswa, yang mendapat nilai 70-79 sebanyak 6 siswa, nilai 80-89 sebanyak 4 siswa, nilai 90-00 sebanyak 2 siswa dengan nilai rata-rata kelas 59,1 dan ketuntasan 35,3%. Sedangkan pada siklus I siswa yang mendapat nilai 40-49 sebanyak 1 siswa, yang mendapat nilai 50-59 sebanyak 5 siswa, nilai 60-69 sebanyak 9 siswa, nilai 70-79 sebanyak 11 siswa, nilai 80-89 sebanyak 7 siswa, nilai 90-100 sebanyak 3 siswa dengan nilai rata-rata kelas 68,5 dan ketuntasan 61,8%. Terlihat pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan yaitu siswa yang mendapat nilai 60-69 sebanyak siswa, nilai 70-79 sebanyak 16 siswa, nilai 80-89 sebanyak 9 siswa dan nilai 90-100 sebanyak 6 siswa dengan nilai rata-rata kelas 71,2 dan ketuntasan klasikal mencapai 91,2% melebihi batas ketuntasan klasikal 90%. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dikatakan sudah berhasil.
Siklus I
Sebelum melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I, siswa kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru pada mata pelajaran matematika tentang pengolahan data. Hal ini disebabkan karena guru tidak melibatkan langsung siswa dalam pembelajaran. Itu artinya guru hanya menggunakan metode ceramah monoton. Guru terlihat cepat dalam menyampaikan materi pelajaran, sehingga anak kurang memahami materi yang disamapaikan. Selain itu guru juga tidak mengadakan bimbingan individual terhadap anak yang belum mampu mengikuti pelajaran.
Setelah diadakannya diskusi dengan teman sejawat tentang hasil temuan pada kegiatan pembelajara pra siklus, maka peneliti mengadakan perbaikan pembelajaran siklus I. Pada pembelajaran siklus I peneliti menitikberatkan pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di mana anak diajak telibat langsung dalam pembelajaran melalui kegiatan kelompok. Anak akan lebih memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.Walaupun kegiatan pembelajaran sudah terlihat baik, akan tetapi masih ada anak yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Masih ada beberapa anak yang tidak berani mengeluarkan ide dalam diskusi kelompok. Perolehan hasil evaluasi pembelajaran pada siklus I belum bisa dikatakan berhasil. Dari 34 siswa masih ada 13 anak yang belum mendapat nilai tuntas. Dari hasil inilah sehingga peneliti melakukan perbaikan pembelajaran siklus II.
Siklus II
Pada perbaiakan pembelajaran siklus II ini peneliti merancang kegiatan pembelajaran dengan menitikberatkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang lebih maksimal. Siswa akan dilibatkan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Dari kegiatan yang dilaksanakan, siswa terlihat sangat antusias dalam mengikuti jalannya pembelajaran. Siswa memahami konsep pembelajaran matematika tentang pengolahan data. Selain itu kondisi kelas juga terlihat kondusif. Banyak siswa yang aktif bertanya pada teman satu kelompok atau guru apabila ada materi yang kurang bisa difahami, guru juga telah banyak mengadakan bimbingan baik secara klasikal maupun individual kepada siswa sehingga siswa merasa percaya diri dalam menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru.
Dari kegiatan perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklsu I dan siklus II diketahui bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika tentang pengolahan data. Hal ini ditunjukkan dari perolehan nilai yang mengalami peningkatan dengan perolehan ketuntasan lebih dari 90% setelah dilaksanakan perbaikan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang Pengolahan data pada pembelajaran matematika kelas VI semester genap di SD Negeri Girimargo 1 Kecematan Miri, Kabupaten Sragen tahun ajaran 2015/2016.
Saran
1. Kepada Guru
a. Dalam pembelajaran gunakanlah media pembelajaran yang tepat.
b. Gunakan metode atau model pembelajaran yang tepat sesuai materi pelajaran.
c. Berikan tugas yang bervariasi dan menantang.
d. Libatkanlah partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran.
2. Kepada Pengambil Keputusan dalam Pendidikan
a. Laporan ini dapat dijadikan bahan referensi untuk mengambil kebijakan.
b. Laporan ini dapat dijadikan bahan dalam forum Kelompok Kerja Guru(KKG).
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, Dkk. 2008. Pemantapan Pofesional (panduan). Jakarta: Universitas terbuka.
Buku Guru dan Buku Siswa kelas VI, Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Tema 6. Menuju Masyarakat Sehat, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015.
Dimyati, 2002. Belajar dan Proses. Rineka Cipta: Jakarta.
Hamalik, Oemar. 1982. Media Pendidikan. Bandung: PercetakanOffset Alumni.
Igak Wardani dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka
Soedjiarto (1993). Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka
Suciati, dkk. 2005. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka
Sumantri, Mulyani, dkkk. 2005. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka