Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Tipe Think Pair Share
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS VIII D
SMP NEGERI 1 MOJOLABAN SEMESTER 1
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Supriyanti
SMP Negeri 1 Mojolaban
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Mojolaban semester I tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan di kelas VIII D SMP Negeri 1 Mojolaban semester I tahun pelajaran 2018/ 2019 yang berjumah 31 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, dan dokumentasi. Tahap-tahap analisis data dalam penelitian ini adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Indikator keberhasilan adalah nilai rata-rata tes siswa sekurang-kurangnya 80,0 dan banyak siswa dengan nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 63,0 mencapai ≥ 80%. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Mojolaban. Sebelum tindakan/prasiklus, prestasi belajar siswa yang mencapai KKM 16 siswa atau 51,6%, pada siklus I, 24 siswa atau 77,4% dan pada siklus II, 26 siswa atau 83,87%. Nilai rata-rata kelas sebelum tindakan/prasiklus sebesar 63,26 setelah tindakan siklus I sebesar 71,29 dan setelah tindakan siklus II sebesar 80,16.
Kata Kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, prestasi belajar matematika.
Pendahuluan
Belajar adalah kegiatan manusia dalam membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalaman yang diperoleh (Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, 2013: 116). Atau dengan kata lain, belajar adalah suatu proses perubahan individu secara menyeluruh ke arah yang lebih baik. Hal ini sejalan pula dengan pendapat Slameto (2010: 2) yang mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya.
Untuk memcapai tujuan tersebut, dibutuhkan sebuah strategi dalam belajar sehingga diharapkan proses belajar dapat berlangsung dengan baik dan terarah. Guru diharapkan selalu aktif dan kreatif dalam mengembangkan kualitas kegiatan belajar mengajar, terutama harus terampil menggunakan berbagai metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan karakteristik siswa.
Selama ini masih banyak guru yang hanya terpaku pada satu model pembelajaran konvensional. Guru hanya mentransfer ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didik dengan metode ceramah/pembelajaran langsung. Siswa cenderung pasif dan lebih banyak duduk, diam, mendengarkan, mencatat, dan mengerjakan tugas dari guru. Bila ada siswa yang bertanya biasanya hanya tertentu pada satu atau dua orang yang pandai saja. Sebagian besar siswa yang lain cenderung bersikap pasif, malu dan takut untuk bertanya serta kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Untuk menggali potensi dan kreatifitas siswa, seharusnya guru menggunakan metode dan model pembelajaran yang tepat. Dengan metode dan model pembelajaran yang sesuai, diharapkan prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Hal ini dapat ditunjukkan melalui siswa yang lebih termotivasi dalam belajar, lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran, tidak malu dan takut untuk bertanya dan berpendapat, serta terhindar dari kebosanan.
Belajar dan prestasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena prestasi merupakan bukti keberhasilan yang dicapai seseorang dalam proses belajarnya. Nana Sudjana (dalam Muchtadi, 2012: 23) mendefinisikan prestasi belajar sebagai kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima proses pembelajaran. Sedangkan Saifuddin Anwar (1999: 164) mengatakan bahwa prestasi belajar dapat dilihat dalam bentuk indikator-indikator seperti nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan semacamnya.
Berdasarkan hasil pengamatan di kelas VIII D SMPN 1 Mojolaban, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu antara lain mayoritas siswa cenderung bersikap pasif, pendiam, dan individual dalam belajar. Siswa kurang mau berbagi pengetahuan dan berinteraksi dengan temannya saat belajar. Hanya satu dua siswa saja yang mau bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Kecenderungan karakter ini berakibat terjadinya kesenjangan yang cukup tajam dalam hal prestasi belajar yaitu terdapat rentang yang cukup jauh dari nilai yang diperoleh siswa. Dari hasil ulangan harian siswa pada pokok bahasan pertama di awal tahun ajaran baru 2018/2019 yaitu materi Pola Bilangan, terdapat 3 siswa yang dapat mencapai nilai tinggi yaitu 95 dan 98, namun di lain pihak terdapat 3 siswa juga yang nilainya sangat kurang yaitu 22 dan 30.
Selain itu, permasalahan lainnya di kelas VIII D adalah masih banyak siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 63. Dari total siswa kelas VIII D yang berjumlah 31 anak, yang belum mencapai nilai KKM ada 15 siswa (48.4%), sehingga prosentase ketuntasan belajarnya masih cukup rendah yaitu hanya 51.6%. Nilai rata-rata yang dicapai siswa kelas VIII D pun hanya berada sedikit di atas KKM yaitu 63.26.
Untuk mengatasi masalah di atas, diperlukan sebuah model pembelajaran yang mampu memberikan ruang yang cukup bagi semua siswa untuk sama-sama bisa terlibat aktif dalam proses belajarnya. Model pembelajaran yang dapat mengurangi sifat individual siswa dalam belajar dan beralih pada sifat kebersamaan, keterbukaan, dan keaktifan yang proporsional di antara para siswa. Model pembelajaran yang dirasa tepat dalam hal ini adalah model pembelajaran kooperatif.
Karli dan Yuliariatiningsih (dalam Solihatin, 2008: 5) menyatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mangajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama dalam struktur kerja yang teratur dalam kelompok, terdiri atas dua orang atau lebih. Salah satu model pembelajan kooperatif yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
Model pembelajaran Think Pair and Share (TPS) (Adelluckyy, 2008: 24 Januari 2012) atau Berpikir-Berpasangan-Berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur yang dikembangkan ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2 – 5 anggota) dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individu.
Model Think Pair Share (TPS) dikembangkan untuk mencapai hasil belajar yang berupa prestasi akademik, toleransi, dan perkembangn keterampilan sosial. Dengan model ini diharapkan siswa akan lebih aktif bertanya dan menyampaikan pendapat, dapat bersosialisasi dengan teman dan dapat mengumpulkan banyak informasi tentang materi pembelajaran yang belum mereka ketahui sebelumnya. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini memiliki kelebihan karena pembelajaran disusun dalam bentuk kelompok, dimana siswa dapat berpikir (Think), berpasangan (Pair), dan berbagi (Share) dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dengan demikian model ini dianggap sebagai model yang dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
Secara umum langkah-langah pada model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (Adelluckyy, 2008: 24 Januari 2012) adalah sebagai berikut: (1) Thinking (berpikir). Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran. Selanjutnya siswa diminta untuk memikirkan jawaban pertanyaan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat; (2) Pairing (berpasangan). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban atau berbagi ide; (3) Sharing (berbagi). Pada tahap ini guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini dapat dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai dengan sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Rogarty dan Robin (dalam Siti F, 2009) menyatakan bahwa teknik belajar mengajar Think Pair Share mempunyai beberapa keuntungan yaitu: Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar, memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran, dan memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan sebuah permasalahan yaitu “Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar materi Relasi dan Fungsi pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Mojolaban semester I tahun pelajaran 2018/ 2019?â€.
Metode Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Mojolaban, tepatnya di kelas VIII D pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019. Waktu penelitian adalah 5 bulan yaitu dari bulan Juli sampai dengan bulan Nopember 2018. Peneliti sebagai guru SMP Negeri 1 Mojolaban bertindak sebagai subjek yang melakukan tindakan kelas dan teman sejawat peneliti yaitu sesama guru matematika bertindak sebagai observer. Subjek yang menerima tindakan adalah siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Mojolaban semester I tahun pelajaran 2018/2019 sebanyak 31 siswa.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus meliputi tahapan: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Di akhir masing-masing siklus diadakan tes untuk mengetahui sejauh mana prestasi yang dicapai siswa di tiap siklus. Kedua siklus menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Namun kelemahan dan kekurangan di siklus I disempurnakan di siklus II.
Perbedaan siklus I dan siklus II terletak pada jumlah siswa pada kelompok diskusi (Pair). Model pembelajaran TPS pada siklus I menggunakan teman sebangku sebagai pasangan diskusi siswa, sedangkan pada siklus II guru membuat kelompok-kelompok belajar siswa secara heterogen dari jenis kelamin dan tingkat kemampuan (berdasarkan prestasi belajar dari nilai pada pra siklus) yang terdiri dari 4 siswa di tiap kelompok.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: dokumentasi, observasi, dan tes. Menurut Arikunto (2006: 231), metode dokumentasi yaitu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda, dan sebagainya. Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data nama siswa, nilai prasiklus, nilai hasil siklus I dan siklus II pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Mojolaban tahun pelajaran 2018/2019. Observasi digunakan untuk mengamati siswa dan guru secara langsung sehingga diperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Sedangkan tes digunakan untuk memperoleh data tentang prestasi belajar matematika siswa di tiap siklus. Nilai yang diperoleh siswa pada siklus I digunakan sebagai refleksi untuk mengembangkan tindakan pada siklus II.
Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data yaitu kegiatan pemilihan data yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa. Hasil tes dianalisis untuk menentukan peningkatan ketuntasan belajar siswa dan nilai individu. Peningkatan ketuntasan belajar ditunjukkan dengan kenaikan besarnya persentase (%) ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus. Ketuntasan belajar siswa mengikuti ketentuan sekolah tentang standart KKM (Kriteria Ketuntsan Minimal) yaitu â€siswa dinyatakan tuntas dalam setiap tes jika nilai yang diperoleh ≥ 63 dengan nilai maksimal 100â€.
Indikator kinerja pada penelitian ini adalah: Siswa dianggap telah mencapai ketuntasan belajar apabila nilai yang diperolehnya lebih dari atau sama dengan KKM (63), pembelajaran dianggap berhasil apabila tingkat ketuntasan kelas mencapai lebih dari atau sama dengan 80%, dan nilai rata-rata kelasnya mencapai lebih dari atau sama dengan 80.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan observasi awal di kelas VIII D SMP Negeri 1 Mojolaban pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019, diperoleh gambaran sebagai berikut: (1) Guru masih mendominasi kegiatan belajar mengajar di kelas dengan model pembelajaran konvensional/pembelajaran langsung; (2) Mayoritas siswa bersikap pasif, cenderung pendiam/individual dalam belajar, siswa lebih suka belajar sendiri-sendiri sehingga interaksi belajar bersama teman sangat kurang; (3) Hasil ulangan harian siswa pokok bahasan pertama yaitu Pola Bilangan diperoleh data nilai untuk aspek pengetahuan yaitu dari seluruh siswa yang berjumlah 31 siswa, yang telah mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 16 siswa (51,6%) dengan nilai rata-rata kelas sebesar 63,26. Nilai tertinggi yang dicapai siswa yaitu 98 dan nilai terendahnya 22.
Perolehan nilai pada kondisi awal disajikan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 1. Perolehan prestasi belajar Matematika pada kondisi awal
No. |
Ketuntasan |
Jumlah |
Persentase |
1. |
Tuntas |
16 siswa |
51,6% |
2. |
Tidak tuntas |
15 siswa |
48,4% |
Jumlah |
31 siswa |
100% |
|
Nilai tertinggi |
98 |
||
Nilai terendah |
22 |
||
Rata-rata kelas |
63,26 |
Salah satu solusi yang diterapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penggunaan model pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS). Dengan penggunaan model pembelajaran tersebut diharapkan akan menciptakan suasana belajar yang berbeda, bervariasi dan meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2 buah pertemuan yaitu pertemuan pertama (80 menit) untuk tindakan pembelajaran dengan model TPS dan pertemuan kedua (60 menit) adalah tes penilaian hasil belajar. Tiap siklus meliputi tahapan: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Setelah dilakukan tindakan siklus I pada hari Rabu, 29 Agustus 2018 dan diambil tes prestasi belajar pada hari Selasa, 4 September 2018, diperoleh hasil sebagai berikut: sebanyak 24 siswa (77,4%) telah mencpai KKM dengan nilai rata-rata kelas adalah 71,29, sedangkan nilai tertinggi 100 dan nilai terendahnya 45.
Rangkuman perolehan nilai setelah siklus I disajikan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 2. Perolehan prestasi belajar Matematika pada siklus I
No. |
Ketuntasan |
Jumlah |
Persentase |
1. |
Tuntas |
24 siswa |
77,4% |
2. |
Tidak tuntas |
7 siswa |
22,6% |
Jumlah |
31 siswa |
100% |
|
Nilai tertinggi |
100 |
||
Nilai terendah |
45 |
||
Rata-rata kelas |
71,29 |
Berikut ini akan ditampilkan perkembangan kemajuan siswa dari prasiklus ke siklus I.
Tabel 3. Perkembangan siswa yang mencapai KKM saat prasiklus dan setelah siklus I
No |
Hasil Siswa |
Prasiklus |
Siklus I |
|
Siswa mencapai KKM |
16 |
24 |
Berdasar tabel 3. tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada materi Relasi dan Fungsi. Hal ini Nampak dari kenaikan jumlah siswa yang telah mencapai KKM dari sebelum siklus yaitu 16 siswa menjadi 24 siswa setelah siklus I.
Tabel 4. Perkembangan nilai rata-rata kelas sebelum tindakan/prasiklus ke siklus I
No |
Hasil Siswa |
Prasiklus |
Siklus I |
|
Nilai rata-rata kelas |
63,26 |
77,4 |
Berdasar tabel 4. di atas, dapat disimpulkan pula bahwa prestasi belajar siswa pada materi Relasi dan Fungsi mengalami peningkatan dari sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan siklus I dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa yaitu saat prasiklus = 63,26 dan setelah siklus I = 71,29.
Namun, nilai pada siklus I tersebut dikatakan belum mencapai indikator kinerja karena ketuntasan siswa belum mencapai 80% dan rata-rata kelasnya juga belum mencapai nilai 80. Sehingga perlu dilakukan siklus II dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I.
Setelah diadakan evaluasi pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, diidentifikasi beberapa kelemahan antara lain: (a) muatan materi pada siklus I terlalu banyak, sehingga membutuhkan waktu yang cukup panjang juga bagi guru untuk menjelaskannya di awal pembelajaran, (b) waktu yang disediakan bagi siswa untuk mengerjakan tugas mandiri kurang, (c) diskusi secara berpasangan hanya dengan teman sebangku kurang efektif apalagi bila kemampuan kedua siswa seimbang, sehingga penyelesaian tugasnya memiliki jawaban yang cenderung sama, dan (d) membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk diskusi kelas karena jumlah kelompok diskusi terlalu banyak (ada 15 kelompok).
Setelah melakukan identifikasi kelemahan pada pembelajaran selama proses pembelajaran pada siklus I tersebut, naka dirumuskan rencana perbaikan untuk siklus II, yaitu: (a) mengurangi jumlah materi yang dibahas pada siklus II, (b) menyesuaikan jumlah soal yang harus dikerjakan siswa secara mandiri dengan waktu yang tersedia, (c) membagi kelompok secara heterogen (tiap kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan berbeda: pandai, sedang, dan kurang), (d) menambah jumlah anggota tiap kelompok untuk mengurangi banyaknya kelompok diskusi. Selain itu juga untuk lebih mengefektifkan waktu saat diskusi kelas. Siklus I beranggotakan 2 orang di tiap kelompok (berpasangan dengan teman sebangku), sedangkan di siklus II ditambah menjadi 4 orang di tiap kelompoknya.
Setelah dilakukan pembelajaran pada siklus II pada hari pada hari Rabu, 12 September 2018 dan diambil tes prestasi belajar pada hari Selasa, 18 September 2018, diperoleh hasil sebagai berikut: banyak siswa yang telah mencapai KKM adalah 26 siswa (83,87%), nilai rata-rata kelasnya 80,16, nilai tertinggi siswa 100, dan terendahnya 50. Dengan demikian secara umum prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Perolehan nilai setelah siklus II disajikan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 5. Perolehan prestasi belajar Matematika pada siklus II
No. |
Ketuntasan |
Jumlah |
Persentase |
1. |
Tuntas |
26 siswa |
83,87% |
2. |
Tidak tuntas |
5 siswa |
16,13% |
Jumlah |
31 siswa |
100% |
|
Nilai tertinggi |
100 |
||
Nilai terendah |
50 |
||
Rata-rata kelas |
80,16 |
Berikut ini akan ditampilkan perkembangan kemajuan siswa dari siklus I ke siklus II.
Tabel 6. Perkembangan siswa yang mencapai KKM pada siklus I dan siklus II
No |
Hasil Siswa |
Siklus I |
Siklus II |
|
Siswa mencapai KKM |
24 |
26 |
Dari tabel 6. di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada materi Relasi dan Fungsi mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan jumlah siswa yang telah mencapai KKM yaitu pada siklus I sebanyak 24 siswa, setelah pelaksanaan siklus II meningkat menjadi 26 siswa.
Tabel 7. Perkembangan nilai rata-rata kelas siklus I ke siklus II
No |
Hasil Siswa |
Siklus I |
Siklus II |
|
Nilai rata-rata kelas |
71,29 |
801,6 |
Dari tabel 7. di atas, dapat disimpulkan pula bahwa prestasi belajar siswa pada materi Relasi dan Fungsi mengalami peningkatan dari siklus ke siklus II dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa yaitu setelah siklus I = 71,29 dan setelah siklus II = 80,16.
Berikut ini akan ditampilkan rangkuman perkembangan banyak siswa yang telah mencapai KKM, prosentase ketuntasan belajar, serta nilai rata-rata kelas dari sebelum tindakan/ prasiklus, setelah siklus I, dan setelah siklus II.
Tabel 8. Perkembangan siswa yang mencapai KKM dan nilai rata-rata
kelas sebelum tindakan/prasiklus, siklus I dan siklus II
No |
Hasil Siswa |
Prasiklus |
Siklus I |
Siklus II |
1. 2. 3. |
Siswa Mencapai KKM Persentase Nilai rata-rata kelas |
16 51,6% 63,26 |
24 77,4% 71,29 |
26 83,87% 80,16 |
Dilihat dari peningkatan banyak siswa yang telah mencapai KKM, besar prosentase ketuntasan belajar, dan nilai rata-rata kelas yang dicapai sebelum tindakan/prasiklus, setelah dilakukan pembelajaran pada siklus I, dan setelah pembelajaran pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa pada materi Relasi dan Fungsi mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) telah berhasil meningkatkan prestasi belajar matematika siswa di kelas VIII D SMP Negeri 1 Mojolaban pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019.
Hasil yang dicapai siswa juga telah mencapai indikator kerja yang diharapkan yaitu banyak siswa yang telah mencapai KKM telah lebih dari 80% dan nilai rata-rata kelasnya juga telah lebih dari 80. Dengan demikian secara umum prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari sebelum tindakan dengan setelah tindakan siklus I.
Kesimpulan Dan Saran
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar matematika pada materi Relasi dan Fungsi melalui penggunaan model pembelajaran koopertaif tipe Think Pair Share (TPS), sehingga kesimpulan dari penelitian ini adalah: “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa di kelas VIII D SMP Negeri 1 Mojolaban Semester I tahun pelajaran 2018/ 2019â€.
Melalui hasil ini dipandang perlu untuk guru matematika menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran di kelas agar siswa lebih mandiri dan aktif belajar, dapat berinteraksi dengan teman-temannya dalam sebuah kelompok belajar yang dinamis, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika dan berdampak positif pada keberhasilan siswa dalam belajar.
Selain itu kepada siswa juga diharapkan untuk dapat lebih meningkatkan kemampuan diri melalui peran aktifnya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Peran aktif tersebut meliputi peran aktif dalam bertanya, mengemukakan pendapat maupun mempresentasikan gagasannya.
Daftar Pustaka
Adelluckyy (Just another Student.fkip.uns.ac.id Blogs weblog). (2008). Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning). [Online]. http://adelluckyy.student.fkip.uns.ac.id/k-u-l-i-a-h/s-b-m/model-pembelajaran-kooperatif/. [24 Januari 2012].
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Muhammad Thobroni & Arif Mustofa. 2012. Belajar & Pembelajaran. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Muchtadi. 2012. Tesis: Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Problem Posing Setting Kooperatif Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Kubu Raya Ditinjau Dari Aktifitas Belajar. Surakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Program PascaSarjana UNS.