Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI GAYA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR
AND EXPLAINING BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 KARANGGENENG KECAMATAN KUNDURAN TAHUN 2016/2017
Eka Deny Wahyu Saputra
SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPA materi gaya bagi siswa kelas IV SDN 1 Karanggeneng tahun pelajaran 2016/2017 melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 26 siswa dengan rincian 13 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dibagi dalam 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis. Dalam pelaksanaan tindakan, dibagi dalam empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi gaya yaitu dari nilai rata-rata 62,69 menjadi 78,85, meningkat sebesar 16,16 poin. Sedangkan ketuntasan belajar meningkat dari 46,15% menjadi 88,46%, meningkat sebesar 42,31%.
Kata Kunci : prestasi belajar, pembelajaran IPA, Student Facilitator and Explaining (SFE)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan, oleh sebab itu IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam kehidupan sehari-hari pasti selalu berhadapan dengan alam, Berdasarkan hal tersebut maka harus dilakukan pembelajaran yang baik sejak dini untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPA. Menurut pendapat Sukardjo (2005) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya, atau secara sederhana merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar (SD), dalam kejadian yang terjadi di alam sekitar menjadi bahan materi pelajaran. Materi IPA yang dipelajari di SD merupakan berbagai peristiwa alam yang dapat muncul dan ditemui siswasehari-hari. Oleh karena itu, tugas seorang guru adalah menghubungkan pengalaman di sekitar siswa. Guru bertugas menjembatani penalaran siswa dengan kejadian alam, supaya pemahaman konsep IPA yang dipelajari dapat diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Materi IPA di SD menitik beratkan pada peristiwa alam yang ada di lingkungan. Cakupan materi IPA tersebut berupa materi fisik dan biologis. Materi fisik di antaranya energi, gaya dan ke-nampakan alam, sedangkan materi biologis di antaranya materi tentang makhluk hidup.
Luasnya cakupan materi ini, menyebabkan pada proses pembelajaran untuk lebih mementingkan dalam menghabiskan seluruh materi tanpa mempertimbangkan pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkannya. Keadaan ini mengakibatkan pada proses pembelajaran masih cenderung menggunakan metode ceramah dan penugasan membaca, akibatnya siswa meresponnya dengan pola belajar mencatat dan menghafal.
Hal inilah yang menyebabkan kemampuan memahami konsep siswa masih rendah. Selain itu, metode tersebut menyebabkan kurangnya pemberian pengembangan pemahaman sesuai tujuan pembelajaran IPA. Misalnya realitas tentang gaya dapat mengubah gerak benda, jika hal itu hanya dihafalkan maka siswa akan mudah lupa dan sulit memahami konsep yang hanya dihafalnya. Berbeda jika konsep tersebut dikenalkan dengan media atau model belajar yang mendekatkan siswa pada kejadian nyata. Rendahnya kemampuan memahami konsep pembelajaran IPA seperti terjadi di kelas IV SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran.
Kondisi tersebut terlihat pada saat berlangsungnya pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA mengandalkan metode ceramah, proses pembelajaran terlihat didominasi oleh guru. Hal tersebut diikuti dengan gaya belajar menghafal oleh siswa. Berdasarkan hasil analisis dokumen daftar nilai pada materi gaya, prestasi belajar siswa masih rendah. Dari 26 siswa kelas IV SDN 1 Karanggeneng dalam ulangan harian hanya 46,15% atau 12 siswa yang mampu mencapai nilai KKM yang ditentukan yakni 70. Rata-rata ulangan harian siswa kelas IV adalah 62,69. Rata-rata nilai tersebut juga belum mampu mencapai KKM. Rendahnya prestasi belajar siswa dikarenakan model pembelajaran yang digunakan guru membuat siswa bosan dalam pembelajaran. Guru memberikan penjelasan materi dengan cara menerangkan seperti yang ada pada buku, tidak menggunakan metode lain serta media yang sesuai dengan materi. Langkah pembelajaran tersebut, kurang sesuai dengan pembelajaran IPA yang menekankan pada proses penemuan dan pengamatan terhadap realitas. Selain itu, buku pegangan IPA yang dipakai sulit untuk dipahami oleh siswa.
Hasil wawancara dengan siswa kelas IV SDN 1 Karanggeneng diperoleh informasi bahwa siswa merasa pelajaran IPA sulit dipahami, karena terlalu banyak menghafal. Siswa susah jika disuruh memahami konsep dengan cara membaca buku terlebih dahulu.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan hasil nilai pada ulangan, pada kemampuan memahami konsep IPA khususnya materi gaya pada siswa kelas IV SDN 1 Karanggeneng perlu ditingkatkan. Usaha yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan memahami konsep IPA tersebut yaitu dengan penerapan model pembelajaran yang efektif dan bermakna. Salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan adalah model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE).
Rumusan Masalah
Dari penjelasan di latar belakang masalah di atas, perlu dirumuskan masalah yang ada dalam penelitian ini. Rumusan masalah yang ditetapkan adalah “Apakah model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi gaya bagi siswa kelas IV SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran tahun pelajar 2016/2017?â€
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi gaya melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining bagi siswa kelas IV SDN 1 Karanggeneng tahun pelajaran 2016/2017.
Manfaat Penelitian
Dengan penelitian tindakan kelas ini diharapkan terjadi peningkatan proses dan hasil pembelajaran IPA bagi siswa kelas IV SDN 1 Karanggeneng. Secara lebih rinci manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru: melalui PTK ini guru dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining jika diterapkan dalam mata pelajara IPA materi gaya.
2. Bagi Siswa: diharapkan siswa lebih tertarik dengan mata pelajaran IPA. Konsep-konsep dalam pelajaran IPA tidak harus selalu dihafalkan tetapi dapat dipahami melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining.
3. Bagi Sekolah: mutu pendidikan di SDN 1 Karanggeneng dapat ditingkatkan dengan teratasinya masalah pembelajaran di dalam kelas.
KAJIAN TEORI
Pengertian Prestasi
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian prestasi belajar, peneliti menjabarkan makna dari kedua kata tersebut. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1991: 787), pengertian prestasi adalah hasil yang telah dicapai(dari yang telah diakukan, dikerjakan, dan sebagainya).
Sedangkan menurut Saiful Bahri Djamarah (2004: 20-21) dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang sama Nasrun Harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja.
Pengertian Belajar
Pengertian tentang belajar berikut dikemukakan beberapa pengertian belajar diantaranya menurut Slameto (2003: 2) dalam bukunya Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya bahwa belajar ialah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Muhibbin Syah (2004: 136) bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Begitu juga menurut James Whitaker yang dikutip oleh Wasty Soemanto (1990: 98-99), belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubhah melalui latihan dan pengalaman.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan mengalami perubahan secara individu baik pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang dihasilkan dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Prestasi Belajar
Menurut Winkel melalui Sunarto (2009: 162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainyaâ€. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 130) prestasi belajar merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal) individu.
Berdasarkan beberapa batasan diatas, prestasi belajar dapat diartikan sebagai kecakapan nyata yang dapat diukur yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai interaksi aktif antara subyek belajar dengan obyek belajar selama berlangsungnya proses belajar mengajar untuk mencapai hasil belajar
Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam kurikulum tahun 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas 2006:124) dituliskan bahwa: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dikehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pengalaman lansung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA dirahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemhaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Model pembelajaran IPA yang cocok untuk anak-anak sekolah dasar Indonesia adalah belajar melalui pengalaman langsung (learning by doing). Model belajar ini memperkuat daya ingat anak dan biayanya sangat murah sebab menggunakan alat-alat dan media belajar yang ada dilingkungan anak sendiri.
Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Salah satu tujuan IPA dalam Kurikulum tahun 2006 ini adalah mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran dan tujuan IPA khususnya di SD/MI dalam Kurikulum 2006 (KTSP) ini tentunya mengacu pada hakikat belajar, ciri-ciri belajar, dan prinsip-prinsip belajar. Dimana peserta didik belajar bukan hanya mengetahui, melainkan mengalami sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara tersirat maupun tersurat KTSP ini memberikan sinyal dalam pengimplemntasiannya menggunakan strategi dengan menekankan pada aspek kinerja siswa. Jadi dalam hal ini fungsi dan peranan guru hanya sebagai mediator siswa lebih proaktif untuk merumuskan sendiri tentang fenomena yang berkaitan dengan fokus kajian secara kontekstual bukan tekstual.
Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Menurut pendapat Taniredja dalam Mufrika (2011) menyatakan bahwa model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) adalah model pembelajaran yang memberikan fasilitas kepada siswa/peserta untuk mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya. Kuncinya adalah bahwa semua materi yang bisa didemonstrasikan pada hakikatnya juga bisa disajikan melalui strategi model SFE. Salah satu materi yang bisa diterapkan dengan strategi ini adalah topik tentang gaya, sehingga penerapan model SFE dapat digunakan sebagai solusi untuk meningkatkan pemahaman konsep gaya.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) menurut Shoimin (2014) sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan materi dan kompetensi yang ingin dicapai; 2) Guru mendemonstrasikan atau menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran; 3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misal melalui bagan atau peta konsep; 4) Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa; 5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan; dan 6) Penutup.
Berdasarkan langkah-langkah tersebut, bahwa dengan menggunakan model pembelajaran SFE ini dapat meningkatkan antusias, motivasi, keaktifan dan rasa senang siswa terhadap proses pembelajaran.
Selain itu, Student Facilitator and Explaining (SFE) memiliki karakteristik yang mendorong siswauntuk aktif dan berani dalam proses pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran SFE ini sangat menarik dan menyenangkan sehingga membuat siswa tidak merasa bosan saat pembelajaran berlangsung.
Kerangka Berpikir
Pada awal pembelajaran siswa kesulitan memahami materi gaya, terbukti dengan hasil prestasi belajar masih banyak yang belum mencapai KKM yang ditentukan. Rendahnya prestasi belajar siswa dipicu minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA masih rendah. Hal ini disebabkan guru belum melibatkan siswa dalam pembelajaran secara aktif. Materi pembelajaran dalam mata pelajaran IPA seharusnya banyak menggunakan metode dan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk menemukan konsep-konsep, baik dengan cara praktikum maupun demonstrasi dari suatu terori. Dengan secara langsung mendemonstrasikan suatu teori, konsep-konsep dalam materi pelajaran akan lebih mudah dipahami siswa dan tertanam secara permanen dalam pola pikir siswa. Penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining bertujuan untuk meletakkan dasar-dasar konkrit sehingga pembelajaran tidak membosankan dan siswa lebih mudah dalam memahami materi pelajaran. Dengan pemahaman siswa yang meningkat, prestasi belajar siswa secara otomatis juga akan meningkat.
Hipotesis Tindakan
Dari kerangka berpikir dan kajian teori di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi gaya bagi siswa kelas IV SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2016/2017.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai dari bulan Januari 2017 sampai bulan April 2017. Subjek penelitian yaitu siswa kelas IV SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran yang berjumlah 26 anak dengan rincian 13 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model siklus. Empat tahapan penting dalam penelitian tindakan kelas (PTK) pada setiap siklusnya adalah sebagai berikut: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) pengamatan, dan 4) refleksi.
Sumber data pada penelitian ini yaitu: 1) hasil wawancara siswa kelas IV tentang pembelajaran IPA khususnya gaya; 2) hasil observasi tentang penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dalam pembelajaran konsep gaya; dan 3) nilai evaluasi konsep gaya.
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara, observasi, dokumentasi dan tes. Uji validitas data yang digunakan pada penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif komparatif. Model analisis pada penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila sebanyak 80% siswa dapat memenuhi KKM yang sudah ditetapkan yaitu 70.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Pra Siklus
Pada pembelajaran pra siklus, guru masih menitikberatkan metode ceramah dalam kegiatan belajar. Konsep-konsep pada materi pelajaran diberikan kepada siswa dan siswa diminta untuk menghafalkan konsep-konsep tersebut. Materi pelajaran yang diterima siswa adalah sesuatu yang abstrak, sehingga sangat sulit dipahami siswa.
Prestasi belajar pada pembelajaran Pra Siklus diukur dari hasil ulangan harian pada akhir siklus. Dari 26 siswa kelas IV, hanya 12 siswa (46,15%) yang tuntas belajar. Sedangkan 14 siswa (53,85%) masih beum tuntas. Rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 62,69. Nilai terendah siswa dalam ulangan harian Pra Siklus adalah 40 dan nilai tertingginya 90.
Deskripsi Hasil Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada bulan Februari 2017. Pada pembelajaran siklus I ini, peneliti menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) sesuai dengan yang direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada akhir pembelajaran dilakukan ulangan harian untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa. Rata-rata hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan pada Siklus I adalah 71,15. Dari 26 siswa yang tuntas belajar sebanyak 16 siswa (61,54%). Sedangkan 10 siswa (38,46%) masih belum tuntas. Nilai terendah siswa dalam ulangan harian adalah 50 dan nilai tertingginya adalah 100.
Deskripsi Hasil Siklus II
Pada Siklus II yang dilaksanakan pada bulan Maret 2017, peneliti masih menngunakan model model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE). Hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan pada Siklus II, nilai rata-rata ulangan hariannya adalah 78,85 dengan tingkat ketuntasan belajar 88,46% (23 siswa tuntas). Masih ada 3 siswa (11,54%) yang belum tuntas namun nilai ulangan hariannya sudah mendekati KKM yang ditentukan. Perolehan nilai terendah ulangan harian adalah 60 dan nilai tertinggi mencapai nilai sempurna yaitu 100.
Pembahasan
Hasil belajar yang dicapai siswa selalu mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada kondisi awal, rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 62,69. Setelah dilakukan tindakan pada Siklus I meningkat menjadi 71,15, meningkat 8,46 poin. Pada Siklus II rata-rata nilai ulangan harian meningkat menjadi 78,85, meningkat 7,69 poin. Secara keseluruhan hasil belajar siswa dari kondisi awal ke kondisi akhir meningkat sebesar 16,16 poin.
Tingkat ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan. Pada kondisi awal, tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 46,15% yaitu sebanyak 12 siswa tuntas belajar. Sisanya, 53,85% (14 siswa) masih belum tuntas belajar. Pada Siklus I, tingkat ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 61,54% (16 siswa), meningkat 15,39%. Pada pembelajaran Siklus II, tingkat ketuntasan siswa kembali meningkat menjadi 88,46% (23 siswa), meningkat 26,92% dari Siklus I. Secara keseluruhan, tingkat ketuntasan belajar siswa dari kondisi awal ke kondisi akhir meningkat sebesar 42,31%.
Rentang capaian nilai pada kondisi awal adalah 40 – 90. Setelah dilakukan tindakan pada Siklus I, rentang capaian nilai ulangan harian adalah 50 – 100. Pada Siklus II, rentang capaian nilai ulangan harian siswa menjadi 60 – 100.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dikumpulkan mulai dari pembelajaran pra siklus, Siklus I dan Siklus II dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dapat meningkatkan prestasi belajar IPA tentang gaya bagi siswa kelas IV SDN 1 Karanggeneng tahun pelajaran 2016/2017 dari kondisi awal rata-rata nilai ulangan harian 62,69 dengan tingkat ketuntasan belajar 46,15% menjadi rata-rata nilai ulangan harian 78,85 dengan tingkat ketuntasan belajar 88,46% pada kondisi akhir.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa hal yang perlu di sampaikan untuk dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak yang akan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE). Saran-saran peneliti ajukan kepada Guru, Kepala Sekolah, Instansi terkait, dan peneliti selanjutnya.
1. Kepada Guru
Hendaknya guru melakukan kajian mendalam tentang model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dalam pembelajaran IPA. Model pembelajaran ini perlu disosialisasikan kepada siswa terlebih dahulu agar siswa tidak kebingungan ketiak model pembelajaran ini diterapkan dalam pembelajaran.
2. Kepada Kepala Sekolah
Kepala sekolah hendaknya memberikan motivasi kepada semua guru untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Hal ini dikarenakan dengan penelitian tindakan kelas terbukti efektif dalam menyelesaikan masalah pembelajaran.
3. Kepada Instansi Terkait
Perlu pemerataan kepada guru agar menerima materi-materi tentang metode dan model pembelajaran inovatif. Pemerataan ini bisa dilakukan dengan kegiatan diklat, sosialisasi, seminar dan in house training.
DAFTAR PUSTAKA
___. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BSNP
Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Prestasi Belajar dan kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional
Mufrika, T. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and Explaining (SFE) Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta
Soemanto, Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Sukardjo, J. 2005. Kealaman Dasar Ilmu. Surakarta: UNS Press.
Sunarto. 2009. Pengertian Prestasi Belajar. Jakarta: Bumi Aksara
Syah, Muhibin. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.