Metode Inquiry Dengan Pendekatan Induktif Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
METODE INQUIRY DENGAN PENDEKATAN INDUKTIF
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA
Ismiwati
Guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP Negeri 7 Pati, Kabupaten Pati
ABSTRAK
Proses pembelajaran IPA yang terjadi di kelas 8-B SMP Negeri 7 Pati semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 berjalan kurang lancar. Hal ini dikarenakan aktivitas dan hasil belajar siswa untuk pelajaran IPA sangat rendah. Oleh sebab itu, peneliti menerapkan metode inquiry dengan pendekatan induktif untuk materi getaran dan gelombang bunyi. Berdasarkan data yang diperoleh dengan menggunakan metode inquiry dan pendekatan induktif, aktivitas siswa meningkat. Peningkatan dari siswa yang tak aktif, kurang perhatian, interaksi pada saat pembelajaran kurang menjadi tertarik, aktif berinteraksi dengan teman dan guru terutama untuk materi getaran dan gelombang bunyi. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengamatan berupa rekap skor observasi aktivitas siswa. Ternyata dari kriteria yang diamati siswa mengalami perubahan sikap dan aktivitas mengarah kepada peningkatan aktivitas. Hal yang sama untuk pengamatan hasil belajar siswa. Terlihat pada nilai yang diperoleh siswa dari siklus 1 sampai 2 mulai dari jumlah siswa yang memperoleh nilai terendah dan tertinggi semakin mengarah ke kebaikan. Yaitu jumlah siswa yang memperoleh nilai kurang semakin berkurang yang tadinya nilai terendah 45 menjadi 60, sedangkan nilai tertinggi juga mengalami peningkatan yang tadinya 90 menjadi 93, serta rata-rata kelas juga mengalami peningkatan, dari 71 menjadi 79. Hal yang sama terjadi pada jumlah siswa yang tuntas atau memperoleh nilai batas KKM mengalami peningkatan yang awalnya 16 siswa menjadi 25 siswa. Hal itu dapat disimpulkan bahwa metode inquiry dengan pendekatan induktif dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa terutama pada IPA materi getaran dan gelombang bunyi.
Kata kunci: Metode inquiry, pendekatan induktif, peningkatan aktivitas.
PENDAHULUAN
IPA adalah Ilmu Pengatahuan Alam yang materinya susah bagi siswa. Oleh sebab itu, proses belajar mengajar IPA tidak selamanya berjalan efektif. Banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam memahami materi IPA. Keadaan ini dapat dilihat dari aktivitas siswa yang rendah dan hasil belajar yang kurang. Selama ini kelas yang akan peneliti gunakan kelas penelitian memiliki kebiasaan yang kurang baik, yaitu kelas ini sering gaduh saat terjadi proses belajar mengajar, kurang ada minat dan perhatian terhadap pelajaran IPA, dan hasil belajar rata-rata lebih rendah dibanding kelas yang lain, masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM.
Pelajaran IPA dianggap pelajaran yang sulit dan membosankan, sehingga pelajaran tersebut menjadi pelajaran yang membuat pusing kepala dan tidak diminati serta dibutuhkan. Untuk meningkatkan aktivitas dan ketertarikan siswa pada pembelajaran IPA, Peneliti mencoba menggunakan metode inquiry (penyelidikan) untuk materi getaran dan gelombang bunyi. Dengan metode inquiry ini siswa berlatih berfikir kritis untuk menganalisis dan memecahkan masalah secara sistematis.
Berdasarkan permasalahan di atas, dapat diidentifikasikan masalah yaitu mengapa aktivitas belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas 8-B SMP Negeri 7 Pati pada materi getaran dan gelombang bunyi semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 rendah.
Untuk menghindari masalah meluas dan menyimpang, peneliti membatasi masalah dengan menentukan variabel terbatas pada keaktifan siswa dan hasil belajar siswa di kelas VIII-B semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 pada materi getaran dan gelombang bunyi dengan menggunakan metode inquiry dengan pendekatan induktif.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) apakah melalui metode inquiry dengan pendekatan induktif pada materi getaran dan gelombang bunyi dapat meningkatkan aktivitas belajar bagi siswa dan (2) apakah melalui metode inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 8-B SMP Negeri 7 Pati semester 2 tahun 2015/2016 ?
Peneliti menggunakan metode inquiry dengan pendekatan induktif dengan tujuan berikut: (1) untuk meningkatkan aktivitas siswa kelas 8-B dan (2) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 8 dalam menerima materi getaran dan gelombang bunyi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat seluruh warga sekolah berikut: (1) bagi siswa dapat memberikan suasana belajar yang nyaman, menyenangkan, menumbuhkan aktivitas dan kreativitas; (2) bagi peneliti/ guru semakin termotivasi untuk melakukan tindakan penelitian kelas berikutnya dengan harapan dapat menemukan metode-metode pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan suatu pokok bahasan; (3) bagi sekolah menjadikan mutu pendidikan meningkat dengan banyak guru yang melakukan penelitian tindakan kelas, dan batas minimal ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh sekolah mudah tercapai. Kinerja guru meningkat karena para guru termotivasi dengan kemauan belajar dan hasil belajar siswa meningkat.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Belajar dilakukan melalui berbagai aktivitas baik fisik maupun mental untuk mencapai suatu hasil sesuai dengan tujuan (Sumiati dan Asra, 2008: 38). Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2011: 171) disebutkan bahwa pengajaran modern menitikberatkan pada asas aktivitas sejati, anak belajar sambil bekerja dan dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek tingkah laku serta mengembangkan keterampilan yang bermakna.
Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan (Sumiati dan Asra 2008: 38). Pendapat ini diperkuat oleh Sardiman (1987: 23) yang menyatakan belajar adalah mengubah tingkah laku.
Tiga ranah yang merupakan hasil belajar dikemukakan oleh Bloom dalam bukunya A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives dikutip dari Woolfolk (1993) yang membagi hasil belajar menjadi tiga kawasan yaitu: kognitif, afektif, psikomotor. Kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta keterampilan. Kawasan afektif menggambarkan sikap, minat, nilai. Kawasan psikomotor adalah kemampuan mengaitkan dan mengkoordinasi gerak.
Berdasarkan PERMENDIKNAS No. 22 (2006: 451) IPA adalah ilmu pengetahuan alam yang berkaitan denagn cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematik, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi suatu proses penemuan.
Kindersvatter, Willen, dan Ishler dalam Suparno (2007: 65) menjelaskan metode inquiry adalah suatu model pembelajaran di mana guru melibatkan kemampuan berfikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik.
Menurut Sugiyanto (2010: 18) secara umum proses inquiry dilakukan beberapa langkah yaitu: (1) merumuskan masalah, (2) mengajukan hipotesis, (3) mengumpulkan data, (4) menguji hipotesis, dan (5) membuat kesimpulan. Sanjaya (2008: 195) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran inquiry menekankan pada proses mencari dan menemukan. Siswa mencari dan menemukan sendiri materi pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
Menurut Moch. Idochi Anwar (1986: 95) pendekatan induktif adalah pendekatan mengajar yang menyajikan kepada siswa suatu contoh materi yang spesifik (khusus) ke fakta yang lebih umum atau suatu jumlah contoh spesifik tetapi tidak cukup untuk menanamkan dia sampai pada suatu aturan, prinsip atau fakta umum yang pasti.
Untuk mendukung pengajuan hipotesis dalam penelitian, berikut ini disampaikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan yaitu:
1. Penelitian dari Ibu Feni Agustianingsih, guru SDN 1 Japara Kuningan, dengan judul “Penggunaan pendekatan inquiry untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai konsep panca indera kelas IV SDN 1 JAPARA tahun pelajaran 2011/ 2012â€.
2. Penelitian dari Guru IPA SMP N 13 Semarang dengan judul “Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Sains IPAmelalui pembelajaran inquiry terbimbing untuk subpokok bahasan pemantulan cahaya pada siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Semarang tahun pelajaran 2006/2007â€.
Berdasarkan masalah yang muncul di kelas VIII B SMP N 7 Pati yaitu aktivitas siswa yang rendah dan hasil belajar yang rendah, peneliti ingin menampilkan cara pembelajaran yang berbeda dari biasanya yaitu menyampaikan materi pembelajaran untuk materi getaran dan gelombang bunyi menggunakan metode inquiry dengan pendekatan induktif. Ternyata berdasarkan teori-teori yang ada, metode inquiry lebih dapat diingat oleh siswa. Hal ini dikarenakan dengan melakukan sesuatu kegiatan sendiri siswa menerima memori hampir 90% sehingga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yang rendah.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan mulai bulan Maret sampai Mei 2016 dan peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 7 Pati, Jln. Raya Pati-Tayu Km3, desa Mulyoharjo. Hal ini dikarenakan peneliti mengajar di sekolah tersebut dan penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII–B yang berjumlah 31 siswa.
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII–B yang berjumlah 31 anak dan terdiri ataa 16 laki-laki dan 15 perempuan. Kelas ini memiliki sifat yang kurang aktif dan kurang tertarik pada pelajaran IPA. Objek penelitian ini ada 2 variabel sebagai masalah yang ditampilkan yaitu: aktivitas siswa yang rendah dan hasil belajar yang rendah dalam pelajaran IPA dan upaya dalam meningkatkannya menggunakan metode inquiry dengan pendekatan induktif saat penyajian materi getaran dan gelombang bunyi. Saat siklus 1 metode inquiry tanpa bantuan LCD dan siklus 2 metode inquiry dengan bantuan LCD.
Sumber data penelitian ini berasal dari guru selaku peneliti dan guru kolaborator. Teknik tes merupakan cara mengumpulkan data tentang kemampuan siswa atau hasil belajar siswa dengan memberikan sosal sesuai dengan indikator keberhasilan pembelajaran. Teknik pengamatan dengan lembar observasi aktivitas siswa pada proses pembelajaran. Teknik angket berguna untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan sikap atau pendapat dari siswa terhadap pembelajaran yang diperolehnya. Sikap siswa dalam merespon tugas yang diberikan guru. Teknik dokumentasi. Contoh dokumentasi daftar nilai, catatan perilaku dari guru, dan foto-foto kegiatan. Teknik pengumpulan data ini dilakukan baik pada kegiatan siklus 1 dan siklus 2.
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi dan rubrik penilaian yaitu: (a) lembar angket aktivitas siswa; (b) lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran; (c) lembar observasi kegiatan guru dalam pembelajaran; dan (d) rubrik penilaian hasil belajar siswa.
Metode analisis data penelitian ini adalah deskriptif komperatif yaitu dengan membandingkan kondisi awal dengan hasil tindakan penelitian Siklus 1 dan Siklus 2. Data hasil penelitian yang dianalisis meliputi rata-rata kelas, ketuntasan belajar individu dan ketuntasan belajar klasikal..
Penelitian dilakukan dalam dua siklus tindakan dan setiap siklus dilakukan dalam 3 kali pertemuan (6 x 40 menit); (4 x 40 menit) untuk 2 kali proses pembelajaran dan (2 x 40 menit) untuk tes evaluasi. Kegiatan yang dilakukan masing-masing siklus menggunakan 4 tahapan tersebut, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
DESKRIPSI KONDISI AWAL
Penelitian dilaksanakan di kelas yang peneliti ambil untuk penelitian ini mempunyai masalah yang segera perlu diatasi. Masalah ini muncul karena kebiasaan siswa yang kurang baik. Siswa di kelas sering gaduh saat proses belajar mengajar, kurang ada perhatian terhadap pelajaran IPA, sebagian siswa beranggapan bahwa belajar IPA itu sulit, banyak rumus dan hitungan, sehingga pelajaran IPA tidak diminati oleh siswa.
Data yang diambil dalam pra siklus adalah data mengenai aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA diberikan 2 hari sebelum siklus penelitian dimulai. Adapun hasilnya bahwa 5 siswa (16,10%) dalam kategori tinggi, 15 siswa (48,38%) kategori sedang, 9 siswa (29,03%) kategori rendah dan kategori sangat rendah.
Untuk menarik perhatian siswa, peneliti telah melakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan beberapa metode yaitu metode diskusi informasi, metode ceramah, metode tanya jawab, tetapi metode tersebut belum dapat menarik perhatian siswa sehingga aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Oleh sebab itu, peneliti harus dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VIII–B dan ketertarikan siswa pada pelajaran IPA. Peneliti mencoba untuk menggunakan metode inquiry dengan pendekatan induktif untuk materi getaran dan gelombang bunyi.
Dari hasil nilai ulangan harian kondisi awal kelas VIII-B di atas dapat dilihat bahwa hasil tes kognitif yang merupakan data kondisi awal, siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM adalah 25 atau 80,6 % dari 31 siswa, sedangkan jumlah siswa yang tuntas 6 orang dari 31 siswa hanya 19,4 %. Nilai rata-rata kelas 57 pada pra siklus ini dengan nilai terendah 34 dan nilai tertinggi 80.
DESKRIPSI HASIL SIKLUS I
Kegiatan pengamatan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. Pengamatan dilakukan terhadap proses pembelajaran, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dengan menggunakan lembar observasi aktivitas yang sudah disiapkan dan dibantu oleh teman sejawat.
Pada pengamatan aktivitas siswa siklus I diperolah hasil berikut: aspek pengamatan kesiapan siswa cukup aktif (CA), perhatian siswa aktif (A), interaksi antarsiswa cukup aktif (CA), berani menjawab soal cukup aktif (CA), interaksi dengan kelompoknya aktif (A), menghargai pendapat cukup aktif (CA), mempresentasikan hasil diskusi cukup aktif (CA), kemauan untuk menyelesaikan tugas cukup aktif (CA), dan kelengkapan catatan aktif (A). Aktivitas siswa pada pembelajaran siklus I ada peningkatan menuju kebaikan.
Dengan menggunakan lembar angket aktivitas siswa yang disiapkan, siswa mengisi angket kembali pada awal kegiatan siklus I dengan hasil berikut: 6 siswa (19,35%) dalam kategori sangat tinggi, 9 siswa (29,03%) dalam kategori tinggi, 14 siswa (45,16%) kategori sedang, dan 2 siswa (6,45%) kategori rendah.
Untuk hasil belajar yang diperoleh nilai rata-rata mengalami peningkatan, pada pra siklus nilai rata-rata 57 sedangkan nilai rata-rata pada siklus I 71. Nilai di atas KKM mengalami peningkatan dari pra siklus hanya 6 anak dan pada siklus I adalah 16 anak. Ini terbukti bahwa menggunakan metode inquiry pada pelajaran IPA sangat relevan. Dengan metode ini siswa dituntut untuk aktif dan kreatif dan bebas menemukan suatu konsep berdasarkan teori-teori yang dipelajari dan ditemukan sesuai materi pelajaran yang terdapat pada buku sumber (buku paket dan buku yang relevan).
Untuk lebih jelasnya peneliti sajikan data hasil belajar pada siklus I dengan data hasil belajar kondisi awal kelas VIII–B.
No. |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Refleksi |
1 |
Nilai paling rendah 34 |
Nilai terendah 45 |
Nilai terendah mengalami kenaikan 11 |
2 |
Nilai tertinggi 80 |
Nilai tertinggi 90 |
Nilai tertinggi mengalami kenaikkan 10 |
3 |
Nilai rata-rata 57 |
Nilai rata-rata 71 |
Nilai rata-rata mengalami kenaikkan 14 |
Dari data di atas terlihat nilai terendah kondisi awal 34 dan di siklus I 45, nilai terendah mengalami kenaikan 11. Nilai tertinggi kondisi awal 80 dan siklus I 90 jadi mengalami kenaikkan 10. Nilai rata-rata kondisi awal 57 dan nilai rata-rata siklus I 71. Nilai rata-rata mengalami kenaikkan 14. Ini terbukti bahwa menggunakan metode inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
DESKRIPSI HASIL SIKLUS 2
Aktivitas siswa siklus II ini sudah mengalami kemajuan. Siswa yang dulunya tidak aktif, tampak cukup aktif, dan siswa yang dulunya kurang perhatian dalam pembelajaran IPA, sekarang sudah aktif mengikuti pelajaran dengan baik.
Hasil aktivitas siswa pada aspek pengamatan berikut: kesiapan siswa aktif (A), perhatian siswa aktif (A), interaksi antar siswa aktif (A), berani mejawab soal cukup aktif (CA), interaksi siswa dengan guru cukup aktif (CA), interaksi dengan kelompoknya sangat aktif (SA), menghargai pendapat aktif (A), mempresentasikan hasil diskusi aktif (A), kemauan untuk menyelesaikan sangat aktif (SA). Aktivitas siswa pada proses pembelajaran siklus II mengalami kenaikan yang signifikan (dari aktivitas, cukup aktif è aktif è sangat aktif).
Dengan menggunakan lembar angket aktivitas siswa yang sudah disiapkan, siswa mengisi angket kembali pada awal kegiatan siklus II dengan hasil 2 siswa (22,58%) dalam kategori sedang, 9 siswa (29,03%) dalam kategori tinggi dan 15 siswa (48,36%) kategori sangat tinggi.
Untuk hasil belajar siswa pada siklus II diperoleh nilai rata-rata mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata 71 dan siklus II nilai rata-rata 79. Nilai terendah pada siklus I 45 dan siklus II 60. Nilai tertinggi pada siklus I 90 dan siklus II 93. Nilai di atas KKM mengalami peningkatan dari siklus I yang tuntas 16 anak, dan siklus II yang tuntas 25 anak.
Dengan mengamati hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat, selama siklus II siswa banyak mengalami kemajuan. Siswa tampak lebih antusias melakukan praktikum.
Tabel hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dibandingkan siklus II
No. |
Indikator yang diamati |
Siklus I |
Siklus II |
||||
Skor |
% |
Kategori |
Skor |
% |
Kategori |
||
1 |
Kesiapan Siswa |
175 |
70,56 |
CA |
178 |
71,77 |
A |
2 |
Perhatian siswa |
178 |
71,77 |
A |
187 |
75,40 |
A |
3 |
Interaksi antar siswa |
175 |
68,95 |
CA |
186 |
75,00 |
A |
4 |
Berani menjawab soal |
156 |
62,90 |
CA |
174 |
70,24 |
CA |
5 |
Interaksi siswa dengan guru |
167 |
67,33 |
CA |
175 |
70,56 |
CA |
6 |
Interaksi dengan kelompoknya |
182 |
73,38 |
A |
200 |
80,64 |
SA |
7 |
Menghargai pendapat |
170 |
68,85 |
CA |
195 |
78,62 |
A |
8 |
Mempresentasikan hasil diskusi |
166 |
66,93 |
CA |
195 |
78,62 |
A |
9 |
Kemauan untuk menyelesaikan tugas |
174 |
70,16 |
CA |
200 |
80,64 |
SA |
10 |
Kelengkapan catatan |
191 |
77,01 |
A |
203 |
81,85 |
SA |
Untuk hasil observasi aktivitas siswa siklus II dibandingkan siklus I, banyak mengalami kemajuan untuk jumlah. Skor di setiap aspek pengamatan mengalami peningkatan yang signifikan. Berarti penggunaan metode inquiry dengan pendekatan induktif dapat mengubah keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Tabel hasil belajar siklus I dibandingkan dengan siklus II
No. |
Siklus I |
Siklus II |
Refleksi |
1 |
Nilai paling rendah 45 |
Nilai paling rendah 60 |
Nilai Terendah mengalaim kenaikkan 30% |
2 |
Nilai tertinggi 90 |
Nilai tertinggi 93 |
Nilai tertinggi mengalami kenaikkan 3,33% |
3 |
Nilai rata-rata 71 |
Nilai rata-rata 79 |
Nilai rata-rata mengalami kenaikkan 11,26% |
4 |
Ketuntasan kelas 58 % |
Ketuntasan Kelas 81 % |
Ketuntasan kelas mengalami kenaikkan 23% |
PEMBAHASAN
a. Hasil angket aktivitas siswa
Untuk hasil angket aktivitas siswa pada siklus II dibandingkan siklus I dan kondisi awal, banyak mengalami kemajuan dan peningkatan.
b. Aktivitas Siswa
Untuk aktivitas siswa kelas VIII–B yang tadinya rendah atau tidak aktif pada proses pembelajaran IPA, setelah pembelajaran menggunakan metode inquiry dengan pendekatan induktif tampak mengalami perubahan yang sangat signifikan.
Dari hasil aktivitas di atas menunjukkan bahwa aktivitas pembelajaran IPA mmenggunakan metode inquiry dengan pendekatan induktif, aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini terlihat dengan peningkatan rata-rata persentase dari 69,78 % pada siklus I menjadi 76,33 % pada siklus II dan persentase peningkatan perolehan 6,55 %.
c. Hasil belajar siswa
Untuk hasil belajar siswa kelas VIII_B, kalau diamati dari data yang ada mengalami peningkatan. Setelah proses pembelajaran menggunakan metode inquiry dengan pendekatan induktif. Aktivitas siswa lebih aktif pada pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.
No. |
Keterangan |
Prasiklus |
Siklus I |
Siklus II |
|||
1 |
Siswa tuntas |
6 siswa |
19,36 % |
18 siswa |
58,06 % |
25 siswa |
80,64 % |
2 |
Siswa tidak tuntas |
25 siswa |
80,64 % |
13 siswa |
41,94 % |
6 siswa |
19,36 % |
3 4 5 |
Nilai tertinggi Nilai Terendah Rata-rata |
80 34 57 |
90 45 71 |
93 60 79 |
Tabel ketuntasan hasil belajar siswa nilai tertinggi, terendah dan rata-rata
d. Hasil Penelitian
Berdasarkan data hasil penelitian yang diuraikan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Data hasil pemberian angket aktivitas siswa pada proses pembelajaran menggunakan metode inquiry dengan pendekatan induktif skor angket aktivitas siswa mengalami peningkatan dari kategori rendah ke kategori sangat aktif. Hal tersebut membuktikan bahwa proses pembelajaran IPA menggunakan metode inquiry dengan pendekatan induktif pada siswa kelas VIII–B SMP N 7 Pati keaktifannya pada proses pembelajaran meningkat.
2) Data hasil pengamatan aktivitas siswa yang menggunakan lembar observasi pada pembelajaran IPA. Dengan metode inquiry dan pendekatan induktif, aktivitas siswa pada proses pembelajaran menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada pra siklus aktivitas siswa kurang aktif, pada siklus I siswa cukup aktif dan siklus II siswa aktif dan sangat aktif pada pembelajaran IPA. Ini membuktikan bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan.
3) Hasil Observasi kegiatan Guru
Selama proses pembelajaran IPA baik siklus I dan siklus II dilakukan observasi kegiatan guru. Untuk mengamati terlaksananya proses pembelajaran, menggunakan lembar observasi kegiatan guru oleh teman sejawat yaitu Ibu Dwi Astuti, S.Pd. Dilihat dari hasil data observasi menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran mengalami peningkatan.
4) Hasil belajar siswa
Data hasil belajar pada pembelajaran IPA yang menggunakan metode inquiry dengan pendekatan induktif menunjukkan peningkatan rata-rata nilai dari 57 pada kondisi pra siklus menjadi 71 pada siklus I atau dengan kata lain hasil belajar siswa meningkat 14. Hasil pembelajaran makin meningkat pada siklus II yaitu 79 yang berarti naik 8, sehingga dari pra siklus sampai siklus II terjadi peningkatan 22 poin. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar pembelajaran menggunakan metode inquiry dengan pendekatan induktif dari pra siklus sampai pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan.
PENUTUP
Berdasarkan data dan analisis yang telah peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Menggunakan metode inquiry dengan pendekatan induktif ternyata sangat efektif untuk membangkitkan aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar, mulai dari siswa yang kurang perhatian, sampai menjadi sangat perhaian. Sehingga proses pembelajaran berjalan aktif dan menyenangkan.
2. Menggunakan metode inquiry dengan pendekatan induktif ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa mulai dari berubahnya nilai tertinggi 90 menjadi 93, nilai rata-rata dari 71 menjadi 79, dan siswa yang mencapai ketuntasan batas minimum (KKM) semakin banyak dari 18 menjadi 25 siswa.
3. Semakin sering siswa menggunakan metode inquiry dengan pendekatan induktif, semakin terampil siswa mencari dan mengolah data, membangun ide-idenya yang telah dikuasainya untuk menemukan suatu konsep, serta menyimpulkannya sehingga aktivitas siswa dan hasil belajar semakin baik.
Berdasarkan pengalaman yang peneliti temukan di lapangan maka peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berkut:
1. Untuk lembaga sekolah penelitian tindakan kelas agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk pembelajaran yang lainnya.
2. Untuk guru, penelitian tindakan kelas ini dapat digunakan untuk memperbarui dan memperkaya model-model pembelajaran di kelas agar siswa lebih kreatif dan interaktif.
DAFTAR PUSTAKA
Arief S, Sadiman, R. Ragardjo, dan Anung Haryono, Rahardjito. 2002. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Daryanto. 2007. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Harun Rasyid, Mansur. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Wacana Prima.
Igak Wardhani, Kuswoyo Wihardit. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Mohammad Asrori, 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Oemar Hamalik. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Paul Suparno. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalime Guru. Jakarta: Rajawali.
Sumiati, Asra. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.