Peningkatan Kemampuan Menulis Berita Melalui Metode Pembelajaran Group Investigation
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS BERITA
MELALUI METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
PADA SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 2 GONDANG
KABUPATEN SRAGEN SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Niken Larasati
Guru SMP Negeri 2 Gondang
ABSTRAK
Tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis berita dan kemampuan menulis berita siswa melalui metode Group Investigation. Penelitian ini didesain dalam dua siklus dengan menggunakan metode Group Investigation. Instrumen penelitian menggunakan teknik tes dan nontes. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif, yakni hasil belajar siswa dianalisis dengan mendeskripsikan nilai tes antar siklus dengan indikator kinerja. Hasil observasi dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis berita dengan menggunakan metode Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Ada peningkatan kemampuan menulis berita siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Gondang, Sragen melalui pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation. Kinerja siswa sebelum menggunakan metode pembelajaran metode Group Investigation sebesar 5,99% berkategori kurang dan 94,01% berkategori cukup. Kemudian mengalami peningkatan setelah guru menggunakan metode Group Investigation yaitu tidak ditemukan siswa berkategori kurang. Kinerja siswa berkategori cukup adalah 15,88 % sedangkan kinerja siswa berkategori baik adalah 84,12 %. Hasil kemampuan menulis berita siswa sebelum menggunakan metode Group Investigationrerata kelas 69,97 setelah menerapkan metode Group Investigation meningkat menjadi 81,19. Dengan demikian metode Group Investigation efektif digunakan pada pembelajaran menulis berita. Implikasinya, dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis beria, metode ini dapat diterapkan.
Kata Kunci: menulis berita, metode group investigation
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Hasil pembelajaran menulis berita selama ini masih belum sesuai dengan harapan. Dalam menuangkan isi berita, siswa masih mengalami kendala. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya penggunaan kalimat yang sulit dipahami maknanya. Unsur berita satu dengan yang lain masih banyak yang tidak berhubungan (tidak kohesif dan tidak koheren). Dari segi ejaan, masih banyak terdapat penggunaan tanda baca, huruf kapital yang kurang tepat.
Masalah menulis berita seperti di atas juga terjadi di kelas VIII G SMP Negeri 2 Gondang Kabupaten Sragen, tahun pelajaran 2016/2017. Kenyataannya, hasil menulis berita belum sesuai dengan harapan, yakni 69,97 atau masih di bawah KKM yang ditetapkan. Aktivitas siswa dalam pembelajaran juga masih rendah.………
Kekurangberhasilan pembelajaran menulis tersebut disebabkan oleh banyak faktor khususnya yang menyangkut siswa dan guru. Tidak sedikit para guru yang menganggap bahwa proses pembelajaran yang efektif ditandai dengan suasana kelas yang tertib. Para siswa dengan tertib duduk di kursinya masing-masing, perhatian terpusat pada guru, dan guru menjelaskan (berceramah) di depan kelas. Siswa cenderung belajar secara individual, menghafal konsep-konsep yang abstrak dan teoretik, menerima rumus-rumus atau kaidah-kaidah tanpa banyak memberikan kontribusi dalam proses pembelajaran.
Kenyataan pembelajaran seperti diuraikan di atas tentu tidak dapat menopang tumbuhnya kreativitas siswa dalam belajar. Oleh sebab itu, perlu dicari jalan pemecahnya yakni dengan cara mengubah strategi pembelajaran dengan metode yang lebih memberdayakan siswa. Dengan demikian, diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan..
Pembelajaran yang baik hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang tepat dalam mengajarkannya. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan ialah Group Investigation.
Group Investigation merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Metode Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Pembelajaran Group Investigation membuat siswa dapat berpikir kritis dan memiliki daya nalar tinggi dalam menulis berita. Siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Hal ini dapat membentuk pembelajaran yang menyenangkan karena siswa merasa aktif berperan dalam pembelajaran. Berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Group Investigation dinilai tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis teks berita.
Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah yang telah diuraikan, fokus penelitian ini dinyatakan dalam rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apakah penerapan metode pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan belajar dalam pembelajaran menulis berita siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Gondang semester 2 tahun pelajaran 2016 /2017?
2. Apakah penerapan metode pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan kemampuan menulis berita siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Gondang semester 2 tahun pelajaran 2016 /2017?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah:
a. meningkatkan keaktifan belajar dalam pembelajaran menulis berita dengan penerapan metode pembelajaran Group Investigation siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Gondang semester 2 tahun pelajaran 2016 /2017;
b. meningkatkan kemampuan menulis berita dengan penerapan metode pembelajaran Group Investigation siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Gondang semester 2 tahun pelajaran 2016 /2017.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, diharapkan hasil dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut.
Manfaat Teoretis
Memperkaya khazanah keilmuan dalam hal hubungan pemahaman metode pembelajaran Group Investigation untuk meningkatkan kemampuan menulis teks berita siswa.
Manfaat Praktis
Bagi Siswa
Siswa dapat menemukan solusi yang tepat dari masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan menulis teks berita, sehingga dapat mengatasi masalah tersebut. Selain itu menanamkan pada siswa bahwa belajar bahasa bukanlah suatu hal yang sulit serta membosankan melainkan sesuatu yang menyenangkan sehingga siswa lebih aktif dalam belajar.
Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan guru terhadap metode-metode yang inovatif dalam pembelajaran. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan baru dan melatih diri menjadi guru yang lebih tanggap terhadap permasalahan yang sering dihadapi siswa di kelas. Selain itu, diharapkan ada perbaikan proses pembelajaran setelah penelitian ini.
Bagi sekolah
Penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran pada semua warga sekolah dalam rangka perbaikan cara belajar untuk meningkatkan mutu pendidikan.
KAJIAN TEORI
Kemampuan Menulis Berita
Menulis berita adalah kegiatan yang sangat kompleks. Ketelitian dalam memilih informasi yang akan disampaikan merupakan menu utama yang harus â€dihabiskanâ€. Berita merupakan peristiwa yang dilaporkan dan mengandung unsur peristiwa yang aktual, penting, lengkap, serta menarik. Dikatakan demikian, karena tidak semua peristiwa layak diberitakan. Seorang penulis berita hendaknya mampu membedakan mana peristiwa yang mempunyai nilai berita dan mana peristiwa yang biasa-biasa saja. Setelah memilih materi yang akan dberitakan, penulis harus menulis empat isi berita yakni judul berita, alinea pembukan (lead), tubuh berita, dan ekor berita secara padu. Materi yang menarik akan lebih menarik jika cara penulisan menarik pula. Materi menarik akan menjadi tidak menarik jika cara menulisnya tidak menarik.
Dari uraian panjang mengenai kemampuan menulis berita di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis berita ialah kemampuan seseorang untuk menguraikan informasi untuk disampaikan dalam bentuk tulis yang harus mengutamakan unsur aktual, fakta, dan menarik. Kemampuan menulis berita haruslah mampu menuliskan lead yang menarik, tubuh berita yang detail, dan ekor berita yang dapat menyempurnakan sebuah berita.
Pengertian Metode Pembelajaran Group Investigation
Metode pembelajaran Investigasi Kelompok atau Group Investigation mengambil model dari masyarakat, terutama mengenai mekanisme sosial yang ada pada masyarakat yang biasa dilakukan melalui kesepakatan bersama. Melalui kesepakatan inilah siswa mempelajari pengetahuan dan mereka melibatkan diri dalam pemecahan masalah sosial (Winataputra, 2001: 34).
Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan oleh metode ini memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok belajar kooperatif.
Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan model group investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. Democratic teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keberagaman peserta didik (Budimansyah, 2007: 7).
Pembelajaran Group Investigation siswa bekerja melalui enam tahap (Slavin,2005:218-219) yakni:
1. Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok
2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari
3. Melaksanakan investigasi
4. Menyiapkan laporan akhir
5. Mempresentasikan laporan akhir
6. Evaluaasi
Kerangka Berpikir .
Metode pembelajaran Group Investigation merupakan suatu cara yang dipilih untuk meningkatkan kemampuan menulis berita. Berikut adalah gambaran singkat kerangka berpikir penelitian.
Kondisi awal pembelajaran menulis berita di kelas VIIIG SMP Negeri 2 Gondang Kabupaten Sragen pembelajaran konvensional, kurang variatif, siswa pasif sehingga keaktifan siswa dalam proses pembelajaraan menulis berita dan kemampuan menulis berita rendah.
Setelah penerapan metode pembelajaran Group Investigation pembelajaran lebih menyenangkan, variatif, siswa kreatif. Terjadi peningkatan keaktifan proses pembelajaran dalam menulis berita.Kondisi akhir setelah tindakan hasil kemampuan siswa dalam menulis berita meningkat.
Hipotesis Tindakan
Berdasar kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut.
1. Penerapan metode pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan belajar dalam pembelajaran menulis berita siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Gondang semester 2 tahun pelajaran 2016 /2017
2. Penerapan metode pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan kemampuan menulis berita siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Gondang semester 2 tahun pelajaran 2016 /2017
METODE PENELITIAN
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP NeÂgeri 2 Gondangtahun pelajaran 2016/2017 yang beralamat di Jalan Tunjungan-Gondang, Kabupaten Sragen. Adapun kelas yang dijadikan penelitian adalah kelas VIIIG.
Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama empat bulan, dimulai dari bulan Februari 2017 sampai dengan Mei 2017. Mulai dari penyusunan proposal pelaksanaa Siklus I ,II sampai penyusuan laporan
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini ialah seluruh siswa kelas VIIIG SMP Negeri 2 Gondang tahun pelajaran 2016/2017. Jumlah siswa kelas VIII G sebanyak 32 anak, yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan.
Sumber Data
Sumber data penelitian ialah informan (siswa dan guru), dokumen (daftar nilai, hasil observasi dan hasil wawancara) dan peristiwa dalam proses belajar mengajar
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal pembelajaran keterampilan menulis berita dilakukan dengan menggunakan pendekatan konvensional. Dalam proses pembelajaran ini, masih tampak didominasi oleh segi-segi teoritik. Guru masih banyak menjelaskan tentang bagaimana menentukan topik berita, menyusun kerangka, dan mengembangkan berita. Siswa mencatat semua penjelasan guru sehingga pembelajaran hanya berjalan searah. Siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran, bahkan beberapa siswa ngobrol dengan teman semejanya.
Siswa tidak melakukan pengamatan terhadap objek yang akan ditulis sehingga hasil tulisannya tidak atau kurang sesuai dengan substansi isi. Pada akhir kegiatan menulis, siswa tidak mendiskusikan dengan kelompok dan tidak melakukan revisi terhadap hasil tulisannya sehingga masih ditemukan kesalahan-kesalahan, seperti kesalahan ejaan, kalimat tidak lengkap, dan kalimat sumbang.
Nilai siswa menunjukkan sebanyak 22 siswa memperoleh nilai di bawah 75. Sebanyak 10 siswa memperoleh nilai 75 atau lebih. Nilai rata-rata kelas 69,97. Ketuntasan secara klasikal sebesar 31,25 %. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Dengan demikian, pada kondisi awal ini pembelajaran menulis dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan.
Deskripsi Siklus I
Kegiatan penelitian tindakan kelas pada Siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan penelitian tindakan meliputi:
a. Menyusun skenario pembelajaran.
b. Menyiapkan lembar observasi.
2. Pelaksanaan Tindakan
Sebagaimana telah diuraikan pada skenario pembelajaran, kegiatan pada siklus I ditujukan pada penulisan laporan berdasarkan objek pengamatan terhadap perpustakaan sekolah. Pada pertemuan ke-1, siswa melakukan investigasi dengan mengamati objek secara langsungyang dibimbing oleh guru kemudian menyusun kerangka berita. Pada pertemuan ke-2, siswa mengembangkan kerangka menjadi sebuah berita yang utuh kemudian mendiskusikan hasil penulisan berita serta melakukan revisi berdasarkan masukan-masukan dari hasil diskusi.
3.Observasi – Interpretasi
Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan bahwa proses pembelajaran belum berjalan dengan baik. Siswa belum aktif melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dirancang oleh guru. Belum semua siswa melakukan pengamatan. Siswa tidak mencatat unsur-unsur pokok berita yang diamati. Bahkan ada siswa yang hanya mencatat dari hasi pengamatan temannya. Masih sedikit siswa yang menggali data dengan bertanya kepada petugas perpustakaan atau kepada guru.
Kerangka berita yang disusun siswa belum sistematis. Pada pengembangan kerangka berita, masih banyak ditemukan siswa yang menuliskan apa adanya data hasil pengamatan. Sebagai contoh, data yang berupa bagan, struktur organisasi, dan sebagainya tidak diformat oleh siswa agar menjadi bentuk narasi yang runtut dalam laporan.
Pada saat membentuk kelompok untuk berdiskusi, siswa belum melakukannya dengan segera. Siswa juga masih pasif dalam berdiskusi, belum memberikan komentar, atau melakukan penilaian terhadap hasil tulisan teman. Tingkat kesungguh-sungguhan (sikap) siswa selama mengikuti pembelajaran berdasarkan hasil observasi dapat disajikan sebagai berikut: 1) melakukan pengamatan terhadap objek bahan tulisan sebesar 62,50%, 2) menyusun kerangka 50,00%, 3) penulisan berita 62,50%, 4) keaktifan melakukan diskusi 53,12%.
Hasil pembelajaran menulis pada siklus I disajikan dalam tabel berikut.
Berdasarkan hasil tes diketahui sejumlah 7 siswa mendapat nilai kurang dari 75. Sebanyak 25 siswa mendapat nilai 75 atau lebih. Nilai rata-rata kelas 77,06. Ketuntasan secara klasikal sebesar 78,12%.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahaui bahwa siswa kurang bersemangat dalam melakukan pengamatan. Aktivitas berdiskusi juga perlu ditingkatkan. Guru perlu memberikan contoh penulisan berita yang sudah jadi sebagai model pembelajaran.
Deskripsi Siklus II
Pembelajaran menulis pada siklus II masih ditujukan pada penulisan berita berdasarkan objek pengamatan terhadap perpustakaan sekolah.
1. Perencanaan
Skenario pembelajaran dan lembar pengamatan yang digunakan pada siklus II sama dengan pada pelaksanaan siklus I.
2. Pelaksanaan Tindakan
Sebagaimana yang telah dilaksanakan pada siklus I, sebelum menulis berita, siswa mengadakan pengamatan terhadap objek pengamatan. Kemudian pada pertemuan kedua, siswa menulis berita berdasarkan hasil pengamatan.
Tindakan yang mendapatkan penekanan pada siklus II adalah mengarahkan siswa agar lebih efektif dalam melakukan investigasi atau pengamatan, dalam melakukan pencatatan atau penginventarisan terhadap pokok-pokok pengamatan. Memotivasi siswa agar lebih aktif dalam meleksanakan diskusi. Menunjukkan model penulisan berita kepada siswa.
3. Obervasi – Interpretasi
Hasil observasi pada siklus II ini dapat dideskripsikan bahwa sebagian besar siswa telah melakukan pengamatan dengan baik. Siswa lebih bersemangat dalam melakukan pengamatan, dan mencatat unsur-unsur pokok objek yang diamati. Siswa sering bertanya kepada petugas perpustakaan atau kepada guru untuk menggali data yang akan ditulis dalam berita.
Kerangka berita yang disusun lebih sistematis. Laporan telah ditulis dengan runtut. Namun, masih banyak ditemukan kesalahan tentang ejaan dan penulisan judul kurang spesifik. Pada saat membentuk kelompok untuk berdiskusi, siswa melakukannya dengan baik. Ada peningkatan aktivitas siswa dalam berdiskusi.
Tingkat kesungguh-sungguhan siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat diketahui dari hasil observasi sebagai berikut: 1) melakukan pengamatan terhadap objek sebesar 78,12%, 2) melakukan penyusunan kerangka berita 78,12%, 3) penulisan berita 84,37%, 4) melakukan diskusi 56,25%.
Hasil penilaian menunjukkan tidak ada siswa mendapat nilai kurang dari 75. Sebanyak 32 siswa mendapat nilai 75 atau lebih. Nilai rata-rata kelas 81,19%. Ketuntasan secara klasikal 100 %.
4. Refleksi
Siswa sudah dapat melakukan kegiatan menulis dengan cukup baik, walaupun masih perlu ditingkatkan. Mereka tidak kelihatan canggung pada saat memulai menuliskan hasil investigasinya. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah kebenaran penulisan ejaan, keefektifan kalimat, dan keaktifan pelaksanaan diskusi.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antarsiklus
Pembahasan Tiap Siklus
Siklus I
Deskripsi siklus I menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum berjalan dengan baik. Siswa belum aktif melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan scenario pembelajaran yang telah dirancang oleh guru. Hal ini disebabkan oleh karena siswa terbiasa belajar dengan lebih mengandalkan instruksi guru. Siswa kurang memahami pentingnya hasil investigasi sebagai bahan menulis berita sehingga terkesan kurang bersemangat. Akibatnya, kerangka berita yang disusun pun kurang sistematis. Hal ini terjadi karena siswa tidak mencatat pokok-pokok objek berita. Kalaupun mencatat, siswa tidak mengidentifikasikan dan tidak merangkaikan bagian-bagian yang relevan dan penting sehingga siswa kesulitan menyusun kerangka berita dengan baik.
Siswa juga belum terbiasa mengubah data seperti tabel, struktur organisasi, dan sebagainya menjadi berita bentuk narasi yang runtut sehingga terkadang data tersebut hanya dituliskan apa adanya di dalam beritanya.
Data yang diperoleh dari observasi Siklus I menunjukkan bahwa kesungguh-sungguhan siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat diketahui sebagai berikut: 1) melakukan investigasi / pengamatan sebesar 62,50%, 2) melakukan penyusunan kerangka berita 50,00%, 3) melakukan penulisan laporan 62,50%, 4) keaktifan melakukan diskusi 63,12%. Ini berarti, belum sesuai dengan indicator kinerja yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil tes diketahui sejumlah 7 siswa mendapat nilai kurang dari 75. Sebanyak 25 siswa mendapat nilai 75 atau lebih. Nilai rata-rata kelas 77,06. Ketuntasan secara klasikal sebesar 78 %. Walaupun rata-rata yang kelas telah mencapai 77,06, namun secara klasikal belum mencapai ketuntasan. Kekurangaktifan siswa dalam mengikuti proses tersebut berakibat pada hasil belajar yang kurang optimal.
Yang perlu diperhatikan pada siklus II sebagai tindak lanjut dari siklus I adalah meningkatkan keaktifan siswa dalam melakukan pengamatan. Mengarahkan siswa melakukan pencatatan atau pengiventarisan terhadap pokok-pokok berita. Membimbing siswa menyusun kerangka sesuai dengan hasil investigasi. Mengarahkan siswa bertanya mengenai hal-hal yang belum diketahui dan membangkitkan keaktifan siswa dalam berdiskusi.
Siklus II
Pada siklus II ini, siswa telah mengikuti pembelajaran dengan cukup baik. Siswa lebih bersemangat dan berantusias mengikuti proses pembelajaran. Pengaruh positif dari meningkatnya partisipasi dalam belajar adalah meningkatnya penguasaan keterampilan menulis siswa. Masih banyaknya kesalahan penulisan ejaan pada teks berita terjadi karena terkesan bahwa siswa memperhatikan bahasa atau mereka memang belum memahami bagaimana menulis dengan ejaan yang benar.
Jika diukur dengan indikator kinerja, penguasaan keterampilan menulis siswa secara klasikal sudah mencapai batas tuntas yang telah ditetapkan. Secara individual, semua siswa yang sudah mencapai batas tuntas. Dari aspek afektif, yang belum mencapai batas tuntas adalah kegiatan berdiskusi.
Tingkat kesungguh-sungguhan siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat diketahui dari hasil observasi berikut: 1) melakukan pengamatan terhadap objek bahan tulisan 78,12%, 2) melakukan penyusuan kerangka karangan 78,12%, 3) melakukan kegiatan penulisan laporan 84,37%, 4) melakukan diskusi dengan aktif sebesar 56,25%. Ini berarti, bahwa kesungguh-sungguhan siswa dalam mengikuti diskusi belum sesuai dengan harapan.
Hasil penelitian tes menunjukkan tidak ada siswa mendapat nilai kurang dari 75. Sebanyak 32 siswa mendapat nilai 75 atau lebih. Nilai rata-rata kelas 81,19. Ketuntasan secara klasikal sebesar 100%.
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa dari aspek kognitif, siswa telah mencapai batas tuntas sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Namun, keterampilan siswa masih perlu ditingkatkan lagi, termasuk memberikan perhatian siswa yang hanya mendapat nilai pas batas tuntas..
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari aspek kognitif dan afektif, semua siswa kelas VIII G telah dapat memenuhi batas tuntas yang telah ditetapkan baik secara individual maupun klasikal.
Pembahasan Antarsiklus
Pada siklus I, hasil belajar yang dicapai siswa belum memuaskan. Sikap siswa selama mengikuti pembelajaran diketahui: 1) melakukan investigasi / pengamatan sebesar 62,50%, 2) melakukan penyusunan kerangka berita 50,00%, 3) melakukan penulisan laporan 62,50%, 4) keaktifan melakukan diskusi 63,12%.
Hasil tes yang diperoleh siswa menunjukkan sejumlah 7 siswa mendapat nilai kurang dari 75. Sebanyak 25 siswa mendapat nilai 75 atau lebih. Nilai rata-rata kelas 77,06. Ketuntasan secara klasikal sebesar 78 %. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa siswa kurang bersemangat dalam melakukan pengamatan. Aktivitas berdiskusi juga perlu ditingkatkan.
Pada siklus II, tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan keterampilan siswa adalah mendorong semangat siswa dalam melakukan pengamatan. Selama melakukan pengamatan / investigasi, siswa diarahkan melakukan pencatatan atau penginventarisan terhadap pokok-pokok berita. Dengan hasil pencatatan atau penginventarisan ini, siswa lebih sistematis dalam menyusun kerangka berita. Dalam mengembangkan kerangka berita pada siklus I masih banyak ditemukan siswa yang menuliskan apa adanya (data mentah) hasil pengamatan, maka pada siklus II ditunjukkan model pembelajaran sehingga siswa mendapatkan gambaran yang lebih konkret tentang penulisan berita. Selesai menulis berita, siswa berdiskusi kelompok membahas hasil berita yang ditulis. Selama siswa berdiskusi, guru selalu proaktif menjadi fasilitator dan motivator. Sebagai akhir kegiatan pembelajaran siswa melakukan perevisian terhadap hasil tulisannya.
Dengan upaya-upaya yang dilakukan tersebut, hasil yang dicapai siswa meningkat. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari naiknya persentase hasil observasi dan hasil tes yang diperoleh siswa. Sikap siswa selama mengikuti pembelajaran meningkat menjadi:: 1) melakukan investigasi / pengamatan sebesar 62,50%, 2) melakukan penyusunan kerangka berita 50,00%, 3) melakukan penulisan laporan 62,50%, 4) keaktifan melakukan diskusi 63,12%.
Hasil tes yang diperoleh siswa juga meningkat dengan menunjukkan tidak ada siswa mendapat nilai kurang dari 75. Sebanyak 32 siswa mendapat nilai 75 atau lebih. Nilai rata-rata kelas 81,19. Ketuntasan secara klasikal sebesar 100%.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan tujuan yang telah ditetapkan, dapat diketahui bahwa tingkat kesungguh-sungguhan siswa dalam melakukan pengamatan terhadap objek penulisan pada siklus I sebesar 62,50%, pada siklus II meningkat menjadi 78,12%, Tingkat kesungguh-sungguhan siswa dalam menyusun kerangka berita pada siklus I sebesar 50%, pada siklus II meningkat menjadi 78,12%. Tingkat kesungguh-sungguhan siswa dalam menyusun teks berita pada siklus I sebesar 62,50%, pada siklus II meningkat menjadi 84,37%.Tingkat kesungguh-sungguhan siswa dalam melakukan diskusi pada siklus I sebesar 53,12%, pada siklus II meningkat menjadi 56,25%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis berita dengan menggunakan metode pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Berdasarkan hasil tes yang diperoleh siswa, pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 77,06 dengan ketuntasan klasikal 78%, pada siklus II diperoleh rata-rata 81,19 dengan ketuntasan klasikal 100%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan menulis berita siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Gondang, Sragen melalui pembelajaran dengan metode pembelajaran Group Investigation.
Implikasi Hasil Penelitian
Secara empirik, dalam penelitian ini terbukti ada peningkatan kemampuan menulis berita siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Group Investigation. Dengan demikian, metode pembelajaran Group Investigation efektif digunakan pada pembelajaran menulis berita. Implikasinya, dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis berita siswa, metode ini dapat diterapkan.
Saran
Saran untuk Penelitian Lanjut
Karena keterbatasan-keterbatasan yang ada pada peneliti, hasil penelitian ini belum memuaskan. Maka dari itu, kepada peneliti lain yang akan mengadakan penelitian lanjut yang sejenis disarankan:
a) Menyusun perencanaan dan perancangan yang sistematis agar benar-benar dapat meningkatkan minat siswa sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang lebih optimal.
b) Tindakan perbaikan tiap-tiap siklus pada penelitian ini juga belum memuaskan. Maka dari itu, kepada peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis perlu memberikan penekanan pada segi-segi obervasi dan interpretasi sehingga perefleksian hasil obervasi dari satu siklus dapat ditindaklanjuti atau diperbaiki pada siklus berikutnya.
Saran untuk Penerapan Hasil Penelitian
Mengingat penggunaan metode pembelajaran Group Investigation dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan menulis berita siswa, maka disarankan:
a) Para guru bidang studi Bahasa Indonesia dapat menerapkan metode pembelajaran Group Investigation dalam pembelajaran menuli berita.
b) Para guru lebih meningkatkan wawasan tentang metode pembelajaran Group Investigation sehingga dalam pengimplementasiannya dapat berlangsung secara efektif.
c) Pihak sekolah mengupayakan tersedianya fasilitas-fasilitas yang dapat menopang terselenggaranya kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Group Investigation.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas
Dasim Budimansyah. 2007. Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio. Bandung: PT Gramedia
Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi, Teori, dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya.
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat. 2007. Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya..
Imron Rosidi. 2009. Menulis, Siapa Takut?. Yogyakarta: Kanisius.
Lasa Hs. 2005. Gairah Menulis: Panduan Menerbitkan Buku untuk Penulis Pemula. Yogyakarta: Alinea
Oemar Hamalik,2005. Proes Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara
Sarwiji Suwandi. 2004. Penilaian Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Slavin, E. Robert. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Diterjemahkan oleh Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media.
Winataputra, Udin, S. 2001. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional