PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA MELALUI PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES BAGI SISWA KELAS III

SEMESTER I SD NEGERI PONDOK 03 NGUTER

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Ismi Muftichah

SD Negeri Pondok 03 Kabupaten Sukoharjo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran IPA materi perubahan sifat benda bagi siswa kelas IIISemester Itahun pelajaran 2014/2015di SD Negeri Pondok 03 Nguter Sukoharjo melalui pendekatan ketrampilan proses. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di SD Negeri Pondok 03 Nguter Sukoharjo pada semester Itahun pelajaran 2014/2015 selama 3 (tiga) bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas III Semester Idi SD Negeri Pondok 03 Nguter Sukoharjotahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 16 orang siswa.Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPA materi perubahan sifat bendamelalui penerapan ketrampilan proses. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan ini pada intinya mengacu pada desain penelitian yang digunakan, yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan;3) observasi; dan 4) refleksi hasil tindakan. Penelitian ini menyimpulkan bahwapenerapan pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaranIPA materi perubahan sifat bendabagi siswa kelas IIIsemester I SD Negeri Pondok 03 Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 64.19 pada kondisi awal menjadi 70.38 pada akhir tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 87.06 pada akhir Siklus II. Tingkat ketuntasan belajar siswa sebagai dampak produk juga mengalami peningkatan, yaitu dari 37.50% pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan meningkat menjadi 62.50% pada akhir tindakan siklus I, dan meningkat menjadi 100% pada akhir tindakan Siklus II.

Kata Kunci: Ketrampilan proses, Prestasi belajar IPA


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Temuan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran IPA khususnya di kelas IIISemester Itahun pelajaran 2014/ 2015 di SD Negeri Pondok 03 Nguter untuk materi perubahan sifat bendabelum sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam standar isi yang dikeluarkan oleh BNSP. Sistem pembelajaran selama ini masih berpusat kepada guru, sehingga pemahaman siswa terhadap fakta-fakta, konsep-konsep dan pembelajaran IPA masih kurang. Hal itu disebabkan siswa kurang terlibat secara proses atau kurang aktif dan kurang terlatihnya keterampilan intelektual dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran dirasakan kurang bermakna. Begitu pun pada saat dilaksanakan ulangan nilainya masih jauh dari standar yang diharapkan.

Kondisi tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materiperubahan sifat benda, khususnya pada siswa kelas IIISemester Itahun pelajaran 2014/2015di SD Negeri Pondok 03Nguter.Nilai rata-rata hasil ulangan harian di kelas tersebut baru mencapai 64.19 yang sangat jauh di bawah KKM yang ditetapkan yaitu dengan nilai >68.00.Ditinjau dari penguasan penuh secara klasikal, tingkat ketuntasan kelas baru mencapai 37.50% dari jumlah siswa.Hal ini diartikan bahwa dari 16 siswa yang ada, baru ada 6 orang siswa yang sudah memperoleh nilai >68.00. dan 10 orang siswa masih belum tuntas.

Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran IPA selama ini, ditemukan beberapa hal yang sebenarnya masih dapat dicarikan jalan keluarnya untuk meningkatkan proses pembelajaran tersebut. Untuk menemukan data yang konkret tentang hal ini, maka dirasakan perlu untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas guna meningkatkan pemahaman siswa tentang perubahan sifat benda dengan pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas IIISemester Itahun pelajaran 2014/2015di SD Negeri Pondok 03 Nguter.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka pada kesempatan ini penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul: Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dalam Pelajaran IPA Materi Perubahan Sifat Benda Melalui Pendekatan Ketrampilan Proses Bagi Siswa Kelas III Semester I SD Negeri Pondok 03 Tahun Pelajaran 2014/2015.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka selanjutnya dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah pendekatan ketrampilan proses dapat meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran IPA materi Perubahan Sifat Benda bagi siswa kelas IIISemester Itahun pelajaran 2014/2015di SD Negeri Pondok 03 Nguter?

Tujuan Penelitian

Mengacu pada perumusan dan latar belakang permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran IPA materiPerubahan Sifat Benda bagi siswa kelas IIISemester Itahun pelajaran 2014/2015di SD Negeri Pondok 03 melalui pendekatan ketrampilan proses.

Manfaat Penelitian

Bagi Siswa: Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pembelajaran IPA, terutama untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di SD Negeri Pondok 03 melalui metode “Pendekatan Ketrampilan Proses“; emberi masukan bagi siswa bahwa dengan menggunakan metode “Pendekatan Ketrampilan Proses“ dapat meningkatkan motivasi siswa selama proses belajar.

Bagi guru IPA, dengan metode “Pendekatan Ketrampilan Proses“ dapat digunakan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang efektif dan menarik. ; Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru untuk dijadikan tambahan informasi mengenai pembelajaran yang bervariatif sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa mereka.

Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan dalam penggunaan metode “Pendekatan Ketrampilan Proses“ mampu meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di sekolah&Hasil penelitian ini dapat menambah kekayaan keilmuan bagi perpustakaan sekolah.

KAJIAN TEORI

Pendekatan Ketrampilan dan Proses

Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola (memperoleh) yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati, menggo-longkan, menafsirkan, meramalkan, mene-rapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan hasil perolehan terse-but (Azhar, 1993: 7). Berdasarkan penger-tian tersebut, pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi ilmuwan.

Pendekatan ketrampilan proses merupakan wawasan atau pedoman pengembangan ketrampilan-ketrampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Pendekatan ini bermaksud mengembang-kan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa.PKP (Pendekatan Keterampilan Proses) memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai ilmuwan.Conny (1990: 14).

Menurut Syamsuar Mochtar (1987: 20), pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang siswa serta kegiatan sebagai manusia seutuhnya, yang diterjemahkan dalam kegiatan belajar-mengajar yang memperhatikan perkem-bangan pengetahuan, (baik sebagai tujuan maupun sekaligus bentuk pelatihannya), yang akhirnya semua kegiatan belajar dan hasilnya tersebut tampak dalam bentuk kreativitas.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan pendekatan keterampil-an proses adalah merupakan suatu cara untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi guna mengembangkan dan membantu siswa dalam memahami konsep.

Pembelajaran IPA dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pengamatan, penelitian, diskusi, penggalian informasi mandiri melalui tugas baca, wawancara nara sumber, barmain peran, nyanyian dan demonstrasi. Kegiatan pembelajaran lebih diarahkan pada pengalaman belajar langsung, guru berperan sebagai fasilitator sehingga siswa lebih aktif berperan dalam proses belajar.

Pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang siswa sebagai manusia seutuhnya yang diimplementasiakan dalam kegiatan belajar mengajar yang memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, dan nilai, serta keterampilan. Menurut Chaerul (Winataputra, 2008:93) bahwa: ”secara operasional, pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai pendekatan mengajar yang menekankan pada ketrampilan-ketrampilan yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan dalam rangka memperoleh pengetahuan”.

Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan- kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam Moedjiono, 1992/1993: 14).

Menurut Semiawan, dkk (Nasution, 2007: 1.9-1.10) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru.

Melalui PKP siswa belajar mengamati, mengklasifikasi, mengkomuni-kasikan, mengukur, memprediksi, bereks-perimen, menemukan, dan menyimpulkan. Pengembangan aspek-aspek PKP dalam pembelajaran selaras dengan filsafat konstruktivisme karena siswa berproses untuk menemukan sendiri dan membangun pemahaman pengetahuannya.

Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang didasarkan atas suatu pengamatan, proses-proses ini dijabarkan dari pengamatan terhadap apa yang dilakukan oleh seorang guru disebut pendekatan ketrampilan proses. Dalam ketrampilan proses ini guru diharapkan bisa memaksimalkan perannya, diupayakan agar siswa terlibat langsung dan aktif. Sehingga siswa dapat mencari dan menemukan konsep serta prinsip berdasar dari pengalaman yang dilakukannya.

Kelebihan dari pendekatan ketrampilan proses antara lain meliputi: 1). merangsang ingin tahu dan mengem-bangkan sikap ilmiah siswa; 2). Siswa akan aktif dalam pembelajaran dan mengalami sendiri proses mendapatkan konsep; 3). Pemahaman siswa lebih mantap; 4). siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemaham-an siswa terhadap materi pelajaran; 5). siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari; 6). melatih siswa untuk berpikir lebih kritis; melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran; 7). mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru; dan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.

Kelemahan dari pendekatan ketrampilan proses antara lain meliputi: 1). Membutuhkan waktu yang relative lama untuk melakukannya; 2). Jumlah siswa dalam kelas harus relatif kecil, karena setiap siswa memerlukan perhatian dari guru; 3). Memerlukan perencanaan dengan teliti; 4). Tidak menjamin setiap siswa akan dapat mencapai tujuan sesuai dengan tujuan pembelajaran; dan sulit membuat siswa turut aktuf secara merata selama proses berlangsungnya pembelajaran.

Khusus untuk keterampilan proses dasar, proses- prosesnya meliputi keteram-pilan mengobservasi, mengklasifikasi, mengobservasi, mengklasifikasikan, meng-ukur, menginferensi, mengkomunikasikan, memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan- hubungan angka.

Tahapan-tahapan umum dalam merancang pembelajaran dengan meng-gunakan pendekatan keterampilan proses, adalah sebagai berikut: 1). Tentukan kelas, materi pengajaran, dan satuan waktu untuk dibuat rencana pembelajaraannya; 2). Tentukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip IPA yang akan dipelajari; 3). Urutkan keterampilan proses yang dimungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan kelas dan materi yang akan diajarkan; 4). Metoda mengajar yang akan digunakan yang cocok untuk mengem-bangkan keterampilan proses dan konsep atau prinsip yang telah ditentukan; 5). Tentukan pasangan keterampilan proses, metoda, dan konsep atau prinsip yang akan dioperasionalkan dalam pembelajar-an.

Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

Pengertian belajar menurut Nasution (1982: 39) “Belajar adalah menambah atau mengumpulkan sejumlah pengalaman atau pengetahuan”. Sedangkan menurut Legard, sebagaimana dikutip Nasution (1982: 67) menyatakan bahwa:

Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan ilmiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya perubahan karena mabuk atau minum ganja, buka termasuk hasil belajar.

Pengertian belajar menurut Slameto (2003: 2) “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Pengertian belajar menurut W.S. Winkel (1991: 36) “Belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangaung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemaham-an, keterampilan dan nilai sikap, perubah-an itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”. Witherington dalam Ngalim purwanto (1996: 84) menyatakan bahwa “Belajar itu suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian”.

Dari definisi-definisi tersebut bela-jar dapat dirumuskan bahwa belajar meru-pakan memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Didalam rumusan ini terkandung makna bahwa belajar itu merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan belajar, bukan hanya mengingat, melainkan juga mengalami. Hasil belajar bukan hanya penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Dibanding dengan pengertian pertama, tujuan belajar pada prinsipnya sama, yaitu perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara dan usaha pencapaiannya. Pengertian ini menitik beratkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan serangkaian pengalaman belajar.

Pengertian prestasi belajar menurut W.J.S. Poerwadarminta (1993: 9) “Prestasi belajar ialah suatu hasil yang telah dicapai, atau suatu yang merupakan hasil dari suatu usaha, maka prestasi belajar merupakan hasil daripada suatu usaha belajar”.Prestasi belajar sebagai hasil dari kegiatan belajar mengajar diperoleh melalui evaluasi hasil belajar atau pengukuran dan penilaian hasil belajar siswa.

Pengertian evaluasi menurut Arikunto (1996: 3) “Evaluasi adalah proses memahami atau memberi arti, mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak mengambil keputusan.

Pengertian prestasi belajar menurut Arifin (1990: 3) “Prestasi belajar berupa kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan sesuatu hal”.Pengertian hasil belajar menurut Purwanto (1996: 48) “Hasil belajar adalah prestasi yang digunakan untuk menilai pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam waktu tertentu”.

Di dalam merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran ada beberapa persyaratan yaitu: (S. Nasution, 1995: 60). 1). Harus dirumuskan secara spesifik bentuk kelakuan siswa sebagai bukti bahwa ia telah mencapai tujaun itu; 2). Harus dirumuskan lebih lanjut kondisi-kondisi di mana kelakuan itu akan nyata; 3). Harus ditentukan secara spesifik kriteria tentang itu akan nyata; 4). Harus ditentukan secara spesifik kriteria tentang tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan itu.

Prestasi belajar siswa Sekolah Dasar meliputi perilaku kognitif, afektif dan psikomotor. Perilaku-perilaku tersebut saling pengaruh mempengaruhi dan saling menyempurnakan sehingga menjadi satu kesatuan kemampuan, tidak hanya kemampuan teoretis tetapi juga kemampuan praktis dan disertai kesadaran penuh akan sikap dan nilai-nilai. Semakin tinggi prestasi belajar seseorang semakin besar kemampuan yang dimiliki dari hasil belajarnya, sebaliknya apabila prestasi belajarnya rendah berarti kemampuan yang dimilikinya sebagai hasil belajar siswa yang rendah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Abu Ahmadi (1991: 107), meliputi:

“(1) faktor internal: (a) faktor jasmaniah (fisiologis); meliputi: intelektual (kecerdasan, bakat, prestasi) dan non-intelektual (sikap, kebiasaan, minat dan lain-lain); (2) Faktor Eksternal: faktor sosial (sekolah, masyarakat, keluarga), faktor budaya (adat istiadat, pengetaahuan); faktor lingkungan fisik (fasilitas belajar, iklim); faktor spiritual (keimanan).

Purwanto (1990: 107), mengemukakan “tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu (1) faktor lingkungan; (2) faktor instrumen yaitu faktor yang dirancang dan difungsikan sebagai sarana mencapai tujuan; (3) faktor dalam, yaitu faktor fisiologis dan psikologis.

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan maka faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah (1) faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi faktor lingkungan (baik lingkungan alami maupun non-alami maupun sosial) dan faktor intrumental sebagai sarana untuk mencapai tujuan; (2) faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang meliputi kondisi fisik dan psikis.

Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran pada dasarnya adalah merupakan uraian penalaran untuk bisa sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.

Dalam penyampaian materi pembelajaran, guru menggunakan kurikulum sebagai acuan pengembangan materi.Sumber utama materi berupa buku-buku penunjang digunakan oleh guru untuk memberikan materi kepada siswa.Dalam penyampaiannya, guru menggunakan metode bervariasi.Hal ini dimaksudkan agar pengalaman pembelajaran yang diterima siswa menjadi beragam dan suasana pembelajaran lebih menarik. Salah satu metode yang digunakan guru dalam penyampaian pembelajaran adalah menggunakan pendekatan pembelajaran ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dapat disusun hipotesis tindakan sebagai berikut: “Penggunaan pendekatan ketrampilan proses dapat meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran IPA materi perubahan sifat benda bagi siswa kelas IIIsemester Idi SD Negeri Pondok 03Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Pondok 03 Nguter Sukoharjopada kelas III semester I tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian direncanakan dalam waktu 3 (tiga) bulan yaitu dari persiapan penelitian bulan Oktober 2014 sampai dengan penyusunan laporan penelitian bulan Desember 2014. Subjek penelitian ini adalah Prestasi belajar IPA siswa kelas III semester I SD Negeri Pondok 03 Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 16 orang siswa.

Desain penelitian tindakan kelas yang dinilai akurat dalam mencapai tujuan tersebut adalah model desain alur dari Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2006: 65) yang memiliki ciri khas menggunakan model siklus.Setiap siklus terdiri dari dua atau tiga tindakan pembelajaran, sedangkan setiap tindakan pembelajaran mencakup empat tahapan kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi-evaluasi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:Teknik observasi yang dilakukan penulis dilakukan di SD Negeri Pondok 03 Nguter Sukoharjo dilakukan dengan mengamati secara langsung tehadap peristiwa/kegiatan pembelajaran IPA meliputi: a) kemampuan guru dalam menjelaskan kompetensi dasar dan indikator dalam pembelajaran, b) kemampuan mengembangkan pendekatan, metode dan media dalam pembelajaran IPA c) Penguasaan Kelas d) kemampuan menggunakan alat penilaian. Arsip dan dokumen, meliputi rencana pembelajaran kelas III, buku harian sekolah, tugas siswa, daftar guru, daftar inventaris sekolah. Pencatatan dokumen dan arsip yang peniulis sebutkan diperpleh untuk melengkapi data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi lapangan.Teknik Tes, Tes yang digunakan dalam pengumpulan data berupa tes. Tes dilakukan pada setiap akhir siklus tindakan untuk mengumpulkan data mengenai tingkat kompetensi siswa dalam penguasaan konsep IPA materi memahami perubahan sifat benda.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data dan triangulasi media. Triangulasi data yaitu teknik triangulasi yang dilaksanakan dengan cara membandingkan dan mengecek balik tingkat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber data yang berbeda yaitu guru, kepala sekolah, petugas perpustakaan dan siswa. Triangulasi media yaitu menggali data yang sama dengan menggunakan media pengumpulan data yang berbeda. Melakukan cros chek data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumen.

Indikator keberhasilan dalam meningkatkan prestasi belajar IPA adalah sebagai berikut: 1). Siswa dianggap telah mencapai ketuntasan belajar IPA materi perubahan sifat benda apabila sudah memperoleh nilai > 68.00; 2). Siswa secara klasikal dianggap mencapai ketuntasan belajar IPA materi perubahan sifat benda apabila nilai rata-rata kelas yang diperoleh > 68.00; 3. Tingkat penguasaan penuh secara klasikal tercapai apabila jumlah siswa yang sudah memperoleh nilai > 68.00 sudah mencapai > 80% dari seluruh jumlah siswa yang ada. 4). Pembelajaran dianggap berhasil apabila nilai rata-rata kelas > 68.00 dan/atau tingkat penguasan penuh secara klasikal > 80%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Hasil Penelitian

Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal tindakan merupakan hasil refleksi terhadap pencarian fakta tentang pembelajaran IPA konsep “Perubahan Sifat Benda pada siswa kelas III Semester I SD Negeri Pondok 03 Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015.Data refleksi diperoleh dari pengamatan terhadap hasil tes belajar siswa sebelum dilakukan tindakan pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses atau hasil ulangan harian.

Hasil tes diperoleh dari nilai ulangan harian yang diperoleh dari 16 orang siswa kelas III Semester I SD Negeri Pondok 03 Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015. Berdasarkan nilai ulangan harian, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh adalah sebesar 54, nilai tertinggi sebesar 72, dan nilai rata-rata kelas diperoleh sebesar 64,19. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 64.19< KKM yang ditetapkan, yaitu sebesar 68.00.Atas dasar hal tersebut, maka siswa kelas III Semester I SD Negeri Pondok 03 Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPA materi Perubahan Sifat Benda.

Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar, dari 16 siswa yang ada, jumlah siswa yang sudah memperoleh nilai > KKM baru mencapai 6 orang siswa (37.50%).Sisanya sebanyak 10 orang siswa (62.50%) belum mencapai batas tuntas.Dengan demikian, secara klasikal siswa kelas IIISemester ISD Negeri Pondok 03 Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015belum mencapai batas tuntas penguasaan penuh secara klasikal yang dipersyaratkan>80.00%.

Deskripsi Tindakan Siklus I

Refleksi hasil tindakan Siklus I diperoleh dari hasil tes yang dilaksanakan pada akhir pertemuan kedua. Hasil tes menunjukkan bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 60, nilai tertinggi sebesar 83, dan nilai rata-rata sebesar 70.38. Mengingat nilai rata-rata yang diperoleh siswa > KKM sebesar 68.00 maka siswa kelas III Semester ISD Negeri Pondok 03 Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 secara klasikal dapat dikatakan sudah mencapai ketuntasan belajar.

Ditinjau dari ketuntasan belajar, hasil tes akhir tindakan Siklus I menunjukkan bahwajumlah siswa yang sudah memperoleh nilai > KKM adalah sebanyak 10 orang siswa (62.50%).Sisanya sebanyak6orang siswa (37.50%) masih belum mencapai ketuntasan.

Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus I dapat diperoleh refleksi hasil pembelajaran IPA dengan menggunakan pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan prosessebagai berikut: 1). Implementasi metode pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses pada tindakan Siklus I berhasil meningkatkan dampak produk pembelajaran berupa meningkatnya prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar sisw;l 2). Nilai rata-rata hasil belajar siswa sebagai dampak produk pembelajaran mengalami peningkatan dari sebesar 64.19 pada kondisi awal meningkat menjadi 70.38 pada akhir tindakan Siklus I; 3). Tingkat ketuntasan belajar siswa sebagai dampak produk juga mengalami peningkatan, yaitu dari 37.50% pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan meningkat menjadi 62.50% pada akhir tindakan siklus I; 4). Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan Siklus I adalah: (a) belum berubahnya pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pola pembelajaran berpusat pada siswa; (b) masih rendahnya kemampuan siswa dalam membangun konsep; (c) aktivitas guru dalam dengan pendekatan proses masih belum optimal, yaitu baru mencapai tingkatan ‘cukup baik’; dan (d) ketuntasan kelas secara klasikal dengan nilai rata-rata > 68.00 serta dampak produk berupa penguasaan kompetensi penuh secara klasikal sebesar > 80.00% belum tercapai.

Deskripsi Tindakan Siklus II

Refleksi hasil tindakan pembelajaran Siklus II diperoleh dari hasil tes akhir pembelajaran tindakan Siklus II yang dilaksanakan satu minggu setelah pertemuan kedua tindakan Siklus II. Hasil tes menunjukkan adanya peningkatan dalam hal tingkat ketuntasan belajar siswa.

Berdasarkan hasil tes akhir tindakan Siklus II dapat diketahui bahwa terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 80, nilai tertinggi sebesar 96, dan nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 87.06.Mengingat nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa > KKM yang ditetapkan sebesar 68.00, maka siswa kelas III Semester ISD Negeri Pondok 03 Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 secara klasikal sudah dianggap mencapai ketuntasan belajar.

Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar siswa, jumlah siswa sudah seluruhnya mencapai batas tuntas minimal dengan nilai > 68.00 yaitu sebanyak 16 orang siswa atau 100%.Atas dasar hal tersebut, maka tingkat penguasaan penuh secara klasikal sebesar 80% sudah tercapai.

Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus II dapat diperoleh refleksi hasil tindakan pembelajar-an dengan menggunakan pembelajaran pendekatan prosesdalam pembelajaran IPA konsep ”Perubahan Sifat Benda” sebagai berikut; 1). Penggunaan metode pembela-jaran dengan pendekatan proses pada tindakan pembelajaran Siklus II berhasil meningkatkan dampak produk pembelajar-an berupa meningkatnya prestasi belajar siswa; 2). Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 64.19 pada kondisi awal menjadi 70.38 pada akhir tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 87.06 pada akhir Siklus II; 3). Tingkat ketuntasan belajar siswa sebagai dampak produk juga mengalami peningkatan, yaitu dari 37.50% pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan menjadi 62.50% pada akhir tindakan siklus I, dan meningkat menjadi 100% pada akhir tindakan Siklus II; 4). Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan Siklus I sudah dapat tercapai pada tindakan Siklus II. Hal tersebut adalah: (a) belum tercapainya tingkat penguasaan penuh secara klasikal sebesar > 80.0% pada tindakan Siklus I, sudah dapat terpenuhi pada tindakan Siklus II; dan (b) kemampuan siswa dalam penyusunan konsep sudah cukup baik.

Pembahasan Hasil Tindakan

Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa ”Pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPAmateri Perubahan Sifat Benda bagisiswa Kelas IIISemester ISD Negeri Pondok 03 Nguter Sukoharjo tahun Pelajaran 2014/2015” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Pada kondisi awal, hasil belajar siswa cukup rendah.Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai rata-rata hasil belajar sebesar 64.19 dan tingkat ketuntasan belajar sebesar 37.50%. Kondisi tersebut diindikasikan disebabkan karena proses pembelajaran yang kurang mampu mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran cenderung bersifat teacher-centered dan didominasi guru.

Guna mengatasi hal tersebut maka guru berupaya melakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses. Metode pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses merupakan suatu metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dalam membangun pengetahuan mereka melalui proses mencari dan menemukan. Penggunaan metode ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk menemukan dan mengkonstruksi pengetahuan mereka tentang suatu konsep.

Upaya perbaikan yang dilakukan guru cukup berhasil meningkatkan hasil belajar siswa.Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa.Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 64.19 pada kondisi awal menjadi 70.38.Tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 37.50% pada kondisi awal menjadi 62.50% pada tindakan Siklus I.

Peningkatan tersebut dipandang belum optimal, karena tingkat penguasaan penuh secara klasikal > 80%.Berpijak dari kondisi tersebut maka dilakukan perbaikan pembelajaran pada tindakan Siklus II.

Perbaikan yang dilakukan guru pada tindakan Siklus II adalah dengan memperkecil jumlah anggota masing-masing kelompok.Langkah ini dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas siswa agar lebih aktif berinteraksi dalam pembelajaran.

Tindakan perbaikan yang dilakukan guru tersebut cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai-rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II.Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 70.38 pada tindakan Siklus I, meningkat menjadi 87.06 pada tindakan Siklus II.Adapun ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 62.50% pada tindakan Siklus I, meningkat menjadi 100% pada tindakan Siklus II.

No.

Ketuntasan

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

Jumlah

%

Jumlah

%

Jumlah

%

1.

Tuntas

6

37.50

10

62.50

16

100

2

Belum Tuntas

10

62.50

6

37.50

0

0

Jumlah

16

100

16

100

16

100

Nilai Rata-rata

64,19

70,38

87,06

Nilai Tertinggi

54

60

80

Nilai Terendah

72

83

96

Langkah perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai hasil refleksi dari evaluasi tindakan pembelajaran pada siklus sebelumnya merupakan upaya guru untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam setiap siklus pembelajaran sudah sesuai dengan pandangan Richards, yaitu dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: (1) menetapkan dan mengkomunikasikan tujuan pembelajaran pada awal pembelajaran suatu unit; (2) memberikan umpan balik terhadap tujuan-tujuan tersebut; (3) meninjau ulang tujuan pembelajaran secara terus-menerus dan sistematis; dan (4) memberikan umpan balik yang bersifat sumatif terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Langkah tersebut ternyata mampu mendorong siswa untuk ikut terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Dorongan yang diberikan guru dapat menciptakan keberanian dalam diri siswa untuk berinteraksi dalam pembelajaran dan meningkatkan rasa percaya diri siswa. Hal ini dapat mendorong adanya keinginan untuk melakukan suatu usaha dengan melakukan latihan dalam proses belajar pada diri siswa. Dengan demikian maka aktivitas belajar siswa semakin meningkat dalam proses pembelajaran. Meningkatnya aktivitas belajar tersebut pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Program-program yang berhasil dilakukan untuk memelihara tatanan dalam seluruh sistem mencakup empat prinsip yang bersifat proaktif, yaitu: 1) mengembangkan suatu rangkaian koheren perilaku yang diharapkan dilakukan siswa, 2) membekali siswa dengan ketrampilan yang dibutuhkan untuk melakukan perilaku yang sesuai, 3) secara terus-menerus mengukur keberhasilan pelaksanaan program tersebut, dan 4) menciptakan dan memelihara suatu lingkungan yang positif di mana semua yang disebutkan tersebut di atas dapat berlangsung.

Meningkatnya aktivitas belajar siswa secara otomatis dapat mendorong penguasaan konsep pada siswa. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa siswa akan mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman yang mereka alami dalam belajar. Dengan demikian semakin aktif siswa dalam pembelajaran maka pembelajaran akan semakin efektif, yaitu penguasaan konsep pada siswa akan semakin optimal.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam selama tiga siklus ini, dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

Penerapan pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaranIPA materi perubahan sifat bendabagi siswa kelas IIIsemester I SD Negeri Pondok 03 Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 64.19 pada kondisi awal menjadi 70.38 pada akhir tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 87.06 pada akhir Siklus II dan tingkat ketuntasan belajar siswa sebagai dampak produk juga mengalami peningkatan, yaitu dari 37.50% pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan meningkat menjadi 70.38% pada akhir tindakan siklus I, dan meningkat menjadi 100% pada akhir tindakan Siklus II.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan ini, dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses, peneliti memberikan sejumlah saran. Saran tersebut ditujukan kepada kepala sekolah, guru, siswa, dan peneliti selanjutnya.

Bagi Sekolah agar setiap kepala sekolah dapat berperan aktif dalam mendukung penerapan pendekatan ketrampilan proses dalam proses pembelajaran IPA karena dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, sehingga siswa lebih semangat dalam belajar.

Bagi Guru Kelas yaitu: Guru kelas lainnya disarankan dapat menerapkan pendekatan ketrampilan proses dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan dengan pembelajaran ini siswa dapat berpartisipasi aktif dalam mengkonstruksikan pengetahuan mereka.Guru kelas disarankan agar dapat mengkondisikan kelas sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.Guru kelas disarankan untuk menjalin komunikasi yang baik dengan siswa karena hal itu akan menciptakan suasana pembelajaran yang komunikatif dan menyenangkan.

Bagi siswa hendaknya lebih tertib dan fokus dalam mengikuti proses pembelajaran dan siswa disarankan untuk berperan aktif pada proses pembelajaran melalui penerapan pendekatan ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. Dkk. (1991).Strategi Belajar Mengajar.Bandung: CV Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. (1996).Prosedur Penelitian . Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, Zainal. (1990). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Azhar S. (1993).Test Prestasi, Fugsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar, Yogyakarta Liberary.

H.B. Sutopo. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif.Surakarta: UNS Pers.

Lexy J. Moleong.(2008). Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moedjiono dab Moh. Dimyati.(1993). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nasution.S. (1982).Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Cet.II, Bandung: Sinar Baru.

Nasution.S. (2007).Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Cet.V, Bandung: Sinar Baru.

Patta Bundu (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains-SD.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Purwadarminta W.J.S. (1983). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka.

Sardiman AS. (2000)Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Semiawan, Conny.(1990). Metode Penelitian Kualitatif.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Slameto, (2003).Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rev. Jakarta: Rineka Cipta.

Winataputra, Udin.S. (1992). Teori Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Universitas Terbuka.

 

Wiriatmaja, Rochiati. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.