PENINGKATAN PRESTASI DAN HASIL BELAJAR IPA

DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN

PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SD SBI GEMOLONG

SEMESTER II TAHUN 2014-2015

Sri Sugiyati

SD Negeri Gemolong Sragen

ABSTRAK

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: (1) Untuk mendiskripsikan metode penemuan/inkuiri; (2) Untuk mendiskripsikan dampak penerapan metode penemuan/inkuri terhadap peningkatan belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, Penelitian tindakan kelas ini menunjukkan perkembangan hasil sebagai berikut: masing-masing siklus terdiri atas 4 (empat) kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. nilai awal/pra siklus rata – rata 63, siklus I rata – rata 73 dan siklus II rata – rata 97. Jadi ada peningkatan yang signifikan setelah guru menerapkan metode inkuiri, karena nilai ketuntasan/KKM yaitu 70.

Kata kunci: prestasi, hasil belajar IPA, metode penemuan


PENDAHULUAN

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah bertujuan untuk mengem-bangkan kecakapan atau kemahiran tentang ilmu yang ada hubungannya dengan keadaan alam sekitar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Sehingga siswa dapat memahami dan membuktikan sendiri tentang kejadian alam.

Supaya tujuan tersebut di atas dapat tercapai maka perlu diperhatikan beberapa hal dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yaitu mengkondisikan peserta didik agar dapat melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu yang ada hubungan-nya dengan panca indera manusia. Dengan adanya bimbingan guru diharapkan peserta didik dapat aktif untuk melakukan kegiatan penyelidikan tentang panca indera yang berjumlah 5.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam hendaknya dimulai dengan pengenal-an masalah yang sesuai dengan situasi (kontekstual problems). Dengan adanya pengajuan masalah – masalah yang kontekstual peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai tentang problem. Problem yang dihadapi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Terutama mengenai panca indera. Pada kenyataannya masih ada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang hanya menggunakan metode ceramah saja, sehingga siswa tidak begitu memahami apa yang diterangkan oleh guru karena guru hanya mengandalkan teori – teori saja bukan kenyataan yang ada.

Berdasarkan pembelajaran yang guru lakukan di SD Negeri Gemolong, Kecamatan Gemolong, guru menemukan bahwa sebagian siswa kelas IV kurang aktif dan kurang menyukai pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kurang mampu untuk menemukan sendiri apa yang dimaksud dengan alat indera manusia sebagian siswa ada yang tidak tahu sama sekali.

Karena berbagai hal tersebut maka hasil tes hariannya nilai rata – rata di bawah KKM atau belum tuntas. Buktinya dapat dilihat pada daftar nilai ulangan harian atau pra siklus yaitu yang mendapat nilai 70 atau tuntas baru 19 siswa atau 42% dan yang belum tuntas 26 siswa atau 58%.

Guru telah mencoba untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan berbagai metode tetapi hasilnya juga belum memuaskan. Hal tersebut sesuai dengan temuan Movsshovits dan Zaslausky (1987) bahwa salah satu kategori yang dilakukan oleh peserta didik adalah kesalahan menginterpretasikan bahasa.

Adanya permasalahan tersebut dapat diduga, bahwa pembelajaran kurang bermakna bagi peserta didik. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Outhred dan Mc Helmore (2000) bahwa peserta didik mengalami kesulitan dalam menerapkan konsep dan juga memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari – hari.

Setelah dilakukan pengamatan ternyata banyak ditemukan masalah yang terjadi pada saat pembelajaran. Masalah tersebut antara lain: (1) Proses pembelajaran berlangsung kurang menarik; (2) Siswa kurang perhatian dalam mengikuti pelajaran; dan (3) Siswa tidak memahami materi pelajaran.

Berdasarkan latar belakang, dan identifikasi masalah tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: “Apakah dengan penerapan metode penemuan atau inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar ilmu Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas IV di SD Negeri Gemolong Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015?”

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: (1) Untuk mendiskripsikan metode penemuan/inkuiri; (2) Untuk mendiskripsikan dampak penerapan metode penemuan/inkuri terhadap peningkatan belajar siswa.

KAJIAN PUSTAKA

Hakekat Belajar

Sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan, bahwa belajar merupakan hal yang sangat penting bagi dunia pendidikan. Belajar perlu menjadi perhatian khusus, karena dengan belajar dapat mengubah kondisi seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu. Juga dari kondisi statis menjadi berkembang serta dapat mengalami perubahan-perubahan yang positif.

Adapun pengertian belajar ada beberapa pendapat antara lain:

Fontana (1981: 147) belajar merupakan proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil pengalaman. Sementara itu, Roniiszowki (1981: 4) belajar diistilahkan instruction yang merujuk pada proses pengajaran yang berpusat pada tujuan (goal directed teaching proces) yang dalam banyak hal dapat direncanakan sebelumnya

Nana Sudjana (1998: 28) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Sedangkan menurut Oemar Hamalah (1980: 80) belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara. Cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru, perubahan dalam bersikap dll.

Jadi hakekat belajar adalah “Usaha untuk mendapatkan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan baru dalam aktifitas yang dapat menghasilkan perubahan-perubahan pada diri anak dan lingkungannya (Drs Syarif A. Metodologi pengajaran FKIP UNS Surakarta 1993: 15).

Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran yang merespon secara aktif berbagai perkembangan informasi, Ilmu Pengetahuan dan teknologi serta tuntutan desentralisasi. Selain itu juga merupakan wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar secara ilmiah.

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sesuatu yang dijadikan oleh usaha pikiran. (Poerdarminto WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia 1976: 348). Dari pengertian tersebut diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh melalui usaha pikiran. Jadi dalam melaksanakan kegiatan diharapkan dapat memperoleh hasil. Tentang kegiatan pembelajaran sesuatu yang didapat adalah hasil belajar yang sering disebut prestasi belajar. “Prestasi artinya sesuatu yang telah dicapai atau dilakukan dan dikerjakan”.

Jadi prestasi belajar adalah sesuatu hasil yang telah dicapai dengan melalui kegiatan yang dilakukan dan bekerja yaitu belajar. Oleh karena itu hasil belajar atau prestasi belajar maksudnya adalah hasil yang telah dicapai atau hasil yang telah dicapai atau hasil yang telah diperoleh anak atau siswa dengan melalui belajar.

Metode “Penemuan/Inkuiri”

Menurut Moh Uzer Usman dan Lilis Setiawati (1993: 125) metode penemuan atau inkuiri adalah suatu cara penyampaian pelajaran dengan penelahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis, analisis, dan argumentatif (ilmiah) dengan menggunakan langkah tertentu menuju suatu kesimpulan inkuiri dapat dilakukan secara individual, kelompok atau klasikal, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.

Jadi metode penemuan/inkuiri adalah metode mengajar dengan penemuan yang dapat dilakukan melalui cara sendiri ataupun kelompok kecil. Dari penemuan hasil yang ditemukan siswa merupakan sesuatu yang baru, tetapi sudah diketahui oleh guru-guru menjadi sumber informasi dan berbagai pengarah dan pembimbing siswa.

Langkah-langkah Pelaksanaan

1. Membina suasana yang responsif di antara siswa. Menjelaskan arti dan proses penemuan/inkuiri.

2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang sifatnya mencari atau mengajukan informasi atas data tentang masalah tersebut.

3. Merumuskan hipotesis (asumsi atau perkiraan yang merupakan jawaban dari permasalahan tersebut). Perkiraan jawaban ini akan terlihat tidaknya setelah pengumpulan dan pembuktian data. Siswa mencoba merumuskan hipotesis permasalahan tersebut. Guru membantunya dengan pertanyaan pancingan.

4. Mengemukakan permasalahan untuk ditentukan (diinkuiri) memaparkan permasalahan melalui cerita, film, gambar, dan sebagainya. Kemudian mengajukan pertanyaan ke arah mencari, merumuskan dan memperjelas permasalahan dari cerita maupun film.

5. Menguji hipotesis yaitu guru mengajukan pertanyaan yang bersifat meminta data untuk pembuktian hipotesis.

6. Pengambilan kesimpulan dilakukan antara guru dan siswa.

Hipotesis Tindakan

Sedangkan hipotesis yang penulis kemukakan dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bahwa dengan menggunakan metode penemuan dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Gemolong Kecamtan Gemolong Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Untuk melaksanakan kegiatan penelitian ini penulis lakukan selama satu semester atau enam bulan yaitu mulai bulan JanuarisampaiJuni 2015. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Gemolong Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian yaitu “Siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Gemolong Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 45 anak yang terdiri laki-laki 25 anak, dan perempuan 20 anak

Deskripsi Persiklus

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing – masing siklus terdiri 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Siklus I

Siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan untuk dua jam pelajaran yaitu 2 x 35 menit. Adapun tahapan pada siklus I adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan/Planning

Dalam tahap perencanaan ini kegiatan yang dilaksanakan antara lain:

a. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran dengan materi pokok panca indera khususnya Indera Penglihat Kelas IV Semester II.

b. Menentukan metode yang tepat untuk pembelajaran IPA yaitu metode penemuan/inkuiri.

c. Menyiapkan soal – soal tentang panca indera khususnya indera penglihat.

d. Menyiapkan kisi – kisi soal untuk tes akhir siklus I.

2. Pelaksanaan/Acting

Pelaksanaan perbaikan pembelajar-an ini sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh peneliti dengan bantuan teman sejawat dengan cara mengisi lembar observasi (pengamatan). Perbaikan siklus I pada tanggal 14 Februari 2015 dengan langkah – langkah sebagai berikut:

a. Guru memberi salam dan menanyakan keadaan siswa.

b. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya tentang pelajaran yang lalu.

c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyiapkan alat peraga.

d. Guru menjelaskan tentang alat indera terutama indera penglihat-an.

e. Guru menanyakan siapa saja yang ingin bertanya apabila belum jelas.

f. Guru memberikan soal tes formatif secara individu sebagai akhir pembelajaran.

g. Guru memberikan PR.

3. Pengamatan/Observasing

Pelaksanaan pengamatan dilakukan oleh guru pada saat pelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran sudah sesuai dengan yang direncanakan. Pemberian tes dilakukan untuk mengetahui apakah penelitian siklus satu ini sudah berhasil atau belum.

Untuk mengetahui apakah penelitian pada siklus 1 berhasil atau tidak maka dilakukan juga tes untuk mengukur hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan untuk siswa dan guru sebagai pengajar yang dilakukan oleh teman sejawat pada saat pembelajaran berlangsung. Instrumen dan hasil pengamatan untuk guru maupun siswa secara lengkap dijelaskan pada lampiran 2.

4. Refleksi (Reflection)

Setelah diperoleh hasil dari pekerjaan peserta didik, hasil observasi (pengamatan) maupun hasil diskusi, selanjutnya dilakukan analisis oleh peneliti (guru) hasil analisis digunakan untuk melaksanakan refleksi apakah pembelajaran sudah berhasil, apabila hasil belum sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan akan diputuskan untuk dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Siklus 2

Siklus 2 dilaksanakan dalam satu kali pertemuan untuk dua jam pelajaran yaitu 2 x 35 menit. Adapun tahapan pada siklus 2 adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan/Planning

Dalam tahap perencanaan ini kegiatan yang dilaksanakan antara lain:

a. Menyusun rencana perbaikan pembela-jaran dengan materi panca indera terutama mata Kelas IV Semester I.

b. Memilih dan menentukan metode yang tepat untuk pembelajaran yaitu penemuan/inkuiri.

c. Menyiapkan soal – soal tentang panca indera.

d. Menyiapkan kisi – kisi soal untuk tes akhir siklus 2.

2. Pelaksanaan/Acting

Pelaksanaan perbaikan pembelajar-an ini sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh peneliti dengan bantuan teman sejawat dengan cara mengisi lembar observasi (pengamatan) pelaksanaan perbaikan siklus 2 pada tanggal 21 Februari 2015 dengan langkah – langkah sebagai berikut:

a. Guru memberi salam dan menanyakan keadaan siswa.

b. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya tentang pelaporan yang lalu.

c. Guru menyampaikan tujuan pembela-jaran.

d. Guru menjelaskan tentang gambar/pe-raga alat indera.

e. Guru memberikan contoh soal yang berhubungan dengan materi.

f. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

g. Guru memberikan lembar tugas pada masing – masing siswa.

h. Siswa mengerjakan soal secara individu.

i. Siswa dan guru membahas hasil pekerjaan.

j. Siswa mengerjakan tes formatif secara individu sebagai akhir pelajaran.

k. Guru memberikan PR.

3. Pengamatan/Observing

Pelaksanaan pengamatan dilakukan oleh guru dan teman sejawat pada saat pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah jalannya pembelajaran sudah sesuai dengan yang direncanakan.

Pemberian tes dilakukan untuk mengetahui apakah penelitian siklus 2 ini sudah berhasil atau belum. Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran ini diberikan tes, selain itu untuk mengetahui apakah penelitian pada siklus 2 berhasil atau tidak maka dilakukan juga tes untuk mengukur hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran.

Pengamatan yang dilakukan menggunakan lembar pengamatan untuk siswa dan guru sebagai pengajar yang dilakukan oleh teman sejawat pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil dan instrumen pengamatan untuk guru dan siswa secara lengkap dijelaskan pada lampiran 4.

4. Refleksi

Setelah diperoleh hasil dari pembe-lajaran peserta didik, hasil observasi (pengamatan) selanjutnya dilakukan analisis oleh peneliti (guru). Hasil analisis digunakan untuk melakukan refleksi apakah pembelajaranb sudah berhasil, apabila belum sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan akan diputuskan untuk dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Alat Pengumpulan Data

Sebagai alat pengumpulan data yang berupa butir soal tes terdiri dari dua perangkat, dan masing-masing dibuat 25 butir soal dengan materi pokok “Alat indera manusia fungsi dan perawatannya” sedangkan penggunaan butir soal tes itu sebagai berikut:

Perangkat butir soal tes pertama untuk tes atau evaluasi tindakan siklus I dengan materi pokok “Alat indera manusia” dan terdiri dari: (a) Macam-macam alat indera manusia; (b) Fungsi alat indera manusia

Perangkat butir soal tes kedua atau tes evaluasi pelaksanaan tindakan siklus II dengan materi pokok “Kelainan yang ada pada alat indera manusia” terdiri dari: (a) Macam-macam kelainan yang ada pada alat indera manusia. (b) Cara mengatasi kelainan yang ada pada alat indera.

Validasi Data

Untuk data yang penulis perlukan adalah merupakan hasil belajar yang telah dilakukan oleh subyek penelitian yaitu semua siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Gemolong Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015.

Data yang baik harus memenuhi syarat, salah satunya adalah data harus valid. Untuk memperoleh data yang valid dapat penulis lakukan dalam penyusunan butir soal tes yang valid atau yang dapat mengukur apa yang diukur.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Deskripsi Per Siklus

Melihat kondisi awal sebelum penulis melaksanakan kegiatan penelitian, bahwa hasil belajar untuk mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Gemolong Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen sangat rendah.

Sebelum dilaksanakan perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran IPA dengan materi panca indera jumlah siswa 45 yang mencapai nilai tuntas sama dengan atau lebih dari nilai KKM yaitu 70 hanya 19 siswa atau 42% berarti masih ada 26 siswa atau 58% yang belum tuntas berarti kurang dari 58% siswa gagal dan perlu mendapatkan perbaikan dalam proses pembelajaran.

Dilihat dari hasil ketuntasan belajar siswa tersebut, peneliti berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan melakukan tindakan siklus 1 dan siklus 2.

Siklus 1

Siklus 1 (satu) dilaksanakan dalam 2 jam yang masing – masing terdiri dari 35 menit. Materi pada siklus I adalah alat indera/panca indera dengan menggunakan metode penemuan/inkuiri. Peneliti mengawali dengan merencanakan perbaikan pembelajaran, melaksanakan perbaikan, pengamatan dan refleksi.

a. Perencanaan/Planning

Pada perbaikan pembelajaran memfokuskan pada permasalahan yang ada pada pembelajaran sebelumnya (pra siklus). Di sini guru menggunakan metode yang tepat agar siswa dapat meningkatkan hasil belajar. Selain itu juga dapat menuntaskan hasil belajar.

Pelaksanaan perbaikan pembelajar-an dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir yang terlaksana sesuai dengan perencanaan.

b. Pelaksanaan/Acting

Pelaksanaan perbaikan siklus 1 ini dilaksanakan sesuai dengan perencanaan proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Pada akhir pembelajaran peneliti mengadakan evaluasi dengan mengerjakan tes formatif untuk mengetahui keberhasilan siswa.

Adapun hasil dari perbaikan pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut: Dari 45 siswa masih ada 12 siswa atau 27% yang belum tuntas.

c. Pengamatan/Observasi

Selama perbaikan pembelajaran siklus I berlangsung, peneliti dengan bantuan teman sejawat yang bertugas membantu melakukan pengamatan. Guru sebagai subyek peneliti terlibat langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, peng-amatan/observasi dan refleksi.

d. Refleksi

Setelah melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran dan pengamatan atas tindakan observasi pada siklus I, maka diperoleh hasil refleksi sebagai berikut:

1) Pelaksanaan perbaikan pembelajar-an secara umum sudah baik.

2) Dari 45 siswa yang ada 12 siswa atau 27% yang belum berhasil dan 33 siswa atau 73% sudah tuntas.

Siklus II

Hasil belajar pada siklus I sudah mengalami kemampuan dibandingkan pada hasil belajar sebelum perbaikan (pra siklus). Tetapi masih ada beberapa siswa yang belum tuntas belajarnya. Maka peneliti melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan tujuan agar semua siswa dapat tuntas belajarnya.

Siklus II dilaksanakan dalam 2 jam pembelajaran yang masing – masing terdiri dari 35 menit. Materi pada siklus II adalah kelainan pada alat indera dengan menggunakan metode penemuan/inkuiri. Peneliti mengawali dengan perencanaan perbaikan pembelajaran, melaksanakan perbaikan pengamatan dan refleksi.

a. Perencanaan/Planning

Perbaikan pembelajaran ini memfo-kuskan pada permasalahan yang terjadi pada pembelajaran sebelumnya (siklus I). Metode yang digunakan dalam pembelajar-an ini yaitu metode penemuan/inkuiri. Dalam pelaksanaan perbaikan ini dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir yang terlaksana sesuai dengan perencanaan.

b. Pelaksanaan/Acting

Perbaikan siklus II ini dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Pada akhir pembelajaran peneliti mengadakan evalua-si dengan mengerjakan tes formatif untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa.

Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dari 45 siswa yang mendapat nilai tuntas 70 ke atas baru 33 siswa atau 73% setelah diadakan perbaikan siklus II hasilnya menunjukkan peningkatan karena dari 45 siswa yang mendapatkan nilai tuntas atau 70 ke atas ada 45 siswa atau 100%.

Pembahasan dari Setiap Siklus

Siklus I

Berdasarkan pengolahan data dan diskusi dengan teman sejawat sebelum perbaikan siklus I, pada mata pelajaran IPA, dengan standar kompetensi “memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya serta pemeliharaannya” dan kompetensi dasar: mendiskripsikan hubungan antara struktur panca indera manusia, fungsi dan pemeliharaannya. Untuk kelas IV semester I tahun pelajaran 2005/2006 di SD Negeri Gemolong I Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen.

Dari siswa yang berjumlah 45 yang mendapat nilai 70 ke atas baru 19 siswa atau 42% berarti masih ada 26 siswa atau 58% yang belum tuntas. Kemudian dilakukan perbaikan pembelajaran IPA dengan pola Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Siklus I melalui pola PTK siklus I peneliti menemukan perubahan hasil belajar atau ketuntasan hasil belajar yaitu dari 45 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas naik menjadi 33 siswa yaitu 73% dan yang belum tuntas tinggal 12 siswa atau 27%.

Siklus II

Karena pada pelaksanaan pada siklus I hasil tes formatif menunjukkan bahwa masih ada 12 siswa yang belum tuntas atau 27%. Maka peneliti berusaha untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan metode penemuan/inkuiri ternyata dapat menambah kemajuan siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes formatif pada siklus II. Dari 45 siswa semuanya mendapat nilai tuntas atau 70 ke atas atau 100%.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan perbaikan yang dilaksanakan dalam dua siklus, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode atau inkuiri, dalam pembelajaran IPA dengan materi alat indera manusia dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV semester II di SD Negeri Gemolong, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015.

Hal tersebut dapat dilihat pada nilai awal/pra siklus rata – rata 63, siklus I rata – rata 73 dan siklus II rata – rata 97. Jadi ada peningkatan yang signifikan karena nilai ketuntasan/KKM yaitu 70.

Saran dan Tindak Lanjut

a. Saran

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat diajukan saran – saran supaya para guru jangan takut menggunakan berbagai metode.

b. Tindak Lanjut

a. Pembuatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat menjadi acuan dalam perbaikan pembelajaran di setiap kelas, setingkat Sekolah Dasar.

b. Laporan ini dapat sebagai bahan diskusi pada saat KKG di gugus masing – masing.

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, Lewis R. 1994. Psychological Testing and Assessment,(Eight Edition). Boston: Allyn and Bacon

Amin, Moh. 2011. Panduan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Grobogan: Inspirasi

Arends, R. (2008). Learning to Teach, TerjemahanolehHellyPrajitno& Sri Mulyani. New York: McGraw Hill Company.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara

AsihDiyahArini, Putri. 2014.  Penerapan Model Problem Based Learning untukPeningkatanHasilBelajarMatematikaSiswaKelas V Sd 7 KlumpitKecamatanGebogKabupaten Kudus.SkripsiSarjanathesis.:UniversitasMuria Kudus.

Budiyono, Dion. PendekatanSaintifikdalamPembelajaranKurikulum 2013.http://www.penagurumenulis.com/2014/02/pendekatan-saintifik-dalam-pembelajaran.html 18. (14Oktober 2014  20:15)

I Gede Agus Siswantara, I.B. Surya Manuaba & I Gede Mater (2013). Penerapan Model Problem Basd Learning (PBL) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 8 Kesiman. Jurnal Garuda Portal 1(1): 1-10

Indien, GM. 2012. Model-model PenelitianTindakanKelasMenurut Para Ahli.http://007indien.blogspot.com/2012/05/model-model-penelitian-tindakan-kelas.html. ( 11 Oktober 2014)

Kemendikbud. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kemendikbud. (2013) Salinan Permendikbud No.66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian. Jakarta Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Kemendikbud. (2013) Salinan Permendikbud No.67 Tahun 2013 Tentang Kompetensi Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI

MoedjionodanDimyati. 1992. StrategiBelajarMengajar. Jakarta :Depdikbud.

Nitko, Anthony J. 1996. Educational Assessment of Students, Second Edition. Ohio: Merrill an imprint of Prentice Hall Englewood Cliffs.

Prastowo, Andi. PengembanganBahan Ajar TematikPanduanLengkapAplikatif. Yogyakarta: DIVA Press, 2013.

Rachmawati, Linda. 2011. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untukMeningkatkanPembelajaran IPA SiswaKelas V SDN Pringapus 2 KecamatanDongkoKabupatenTrenggalek. Skripsi (Sarjana): Program Studi S1 PGSD UniversitasNegeri Malang

Rohman, Ahmad Fawzan. Model PembelajaranTematik. http://fauzan-zifa.blogspot.com, (14 Oktober 2014).

Sudarman. 2007. Discovery Learning: Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah.Jurnal Pendidikan Inovatif. Vol. 2 no. 2. PP: 68-73

Sudjana, Nana. 2009. PenilaianHasil Proses BelajarMengajar. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

_____ . 2011. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Sinar Baru Algensindo

Sugiyono. 2009. StatistikuntukPenelitian. Bandung: CV. Alvabea.

Sutriani Ni Kadek. 2008. Discovery LearninguntukMeningkatkanKemampuanKomunikasiMatematikaSiswaKelas VIII A SMP N 6Singaraja. Skripsi .JurusanPendidikanMatematika, FPMIPA UNDIKSHA.

Trianto. 2007. Model-model PembelajaranInovatifBerorientasiKonstruktivistik. Surabaya: Prestasipustaka.

Ali, MohdanAsrori, Moh, (2004).PsikologiRemaja. Jakarta: PT. BumiAksara.

Ardianto, ElvinarodanLukiatiKomalaErdinaya. (2004). Komunikasi Massa SuatuPengantar, Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Elvinaro. (2007). FilsafatIlmuKomunikasi, Bandung : PT. SimbiosaRekatama

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi V. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Mudjiono.(2009). HasilBelajarpolaperbuatan.Bandung: PT. RemajaRosdakarya

Bloom.(2012). KlasifikasiHasilBelajar. Bandung: PT RemajaRosdakarya

Sudjono (2000).PsikologiSosial. Bandung: RefikaAditama.

Suprihatiningrum, (2014).KamusIlmu- ilmuPendidikan.Jakarata: CV Rajawali

Liliweri, Alo. (1991). KomunikasiAntarPribadi.Bandung : PT. Citra AdityaBakhti

Ali, MohdanAsrori, Moh, (2004).PsikologiRemaja. Jakarta: PT. BumiAksara.