UPAYA PENINGKATAN PRESTASI HASIL BELAJAR PPKn

MATERI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP TO GROUP EXCHANGE

 

Waluya

SMP Negeri 3 Ambarawa, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui ada tidaknya peningkatan prestasi hasil belajar PPKn menggunakan model pembelajaran Group To Group Exchange (GGE) pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 3 Ambarawa Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus 1 hasil belajar PPKn, persentase jumlah siswa yang belum tuntas belajar menurun menjadi 33% (terjadi peningkatan kualitas), siswa yang sudah tuntas belajar menjadi 67%. Pada siklus 2 hasil belajar IPS persentase jumlah siswa yang belum tuntas belajar menurun menjadi 7% (terjadi peningkatan kualitas), persentase siswa yang sudah tuntas belajar menjadi 93%.

Kata kunci: hasil belajar, Group to Group Exchange

 

Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal penting yang dilaksanakan sebagai sarana pembelajaran akademik maupun sebagai perubahan sikap. Masalah yang sering dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar yang tidak sesuai harapan, hal ini sering disebabkan karena metode mengajar, pemilihan atau penentuan bahan ajar kurang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Kegiatan atau proses belajar mengajar, memiliki pengaruh besar terhadap proses kegiatan belajar mengajar itu sendiri (Depdiknas, UU No. 20 Th. 2003: Pasal 3).

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang serumpun dengan IPS, tapi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) lebih mengarah kepada mendidik masyarakat agar menjadi warga negara yang baik sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Berdasarkan pengamatan pada Mata Pelajaran PPKn Pokok Bahasan Pancasila sebagai dasar negara siswa Kelas VIII D SMP Negeri 3 Ambarawa Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019, proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas sudah cukup baik. Penyampaian materi dilakukan dengan cukup lengkap dan komposisi yang pas. Tetapi aktivitas dan komunikasi yang terjadi di kelas masih cenderung satu arah, ketika guru menerangkan, siswa tidak terlalu merespon proses pembelajaran, bosan dan tidak antusias menyimak.

Data hasil evaluasi siswa pada Mata Pelajaran PPKn Pokok Bahasan Pancasila Sebagai Dasar Negara Kelas VIII D SMP Negeri 3 Ambarawa Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019, juga menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas yang dicapai hanya 70,5 Nilai tersebut tentu masih di bawah ketuntasan belajar 75. Hasil belajar ini digolongkan dalam kategori masih rendah mengingat bahwa dari 30 siswa di, hanya 11 siswa yang mampu mencapai nilai diatas KKM.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. Apakah Penerapan Model Pembelajaran Group To Group Exchange (GGE) dapat meningkatkan Prestasi Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PPKn Pokok Bahasan Pancasila sebagai dasar negara Kelas VIII D SMP Negeri 3 Ambarawa Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020?

Melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menuntut lahirnya warga negara dan warga masyarakat yang Pancasila, beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang mengetahui dan memahami dengan baik hak-hak dan kewajibannya yang didasari oleh kesadaran dan tanggung jawabnya sebagai warga negara. Dapat membuat keputusan secara cepat dan tepat, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.

Silberman (2007: 176) menyatakan metode GGE adalah memberikan tugas berbeda kepada para kelompok peserta yang kemudian setiap kelompok “mengerjakan” apa yang dipelajari kepada semua kelompok peserta. Metode GGE ini menuntut siswa untuk selalu aktif dalam pembelajaran, dan diminta untuk saling mengajarkan kepada sesama siswa.Dalam model belajar aktif tipe Group to Group Exchange masing-masing kelompok diberi tugas untuk mempelajari satu topic materi, siswa dituntut untuk menguasai materi karena setelah kegiatan diskusi kelompok berakhir, siswa akan bertindak sebagai guru bagi siswa lain dengan mempresentasikan hasil diskusinya kepada kelompok lain di depan kelas.

Model pembelajaran Group to Group Exchange (GGE) juga memberi kesempatan kepada siswa untuk bertindak sebagai guru bagi siswa yang lain.

Model Group to Group Exchange atau disebut model pertukaran kelompok belajar ini adalah tugas yang berbeda diberikan kepada kelompok peserta didik yang berbeda. Masing-masing kelompok “mengajar” apa yang telah dipelajari untuk sisa kelas (Baharudin: 2012). Jadi pembelajaran Group to Group Exchange yaitu model belajar dimana tugas yang berbeda diberikan pada kelompok yang berbeda, kemudian masing-masing kelompok ‘mengajarkan’ apa yang mereka pelajari kepada kelompok yang lain.

Tulisan ini akan memberikan gambaran bagaimana model pembelajaran GGE dilaksanakan dalam pembelajaran PPKn serta memberikan kontribusi untuk meningkatkan prestasi hasil belajar siswa kelas VIII D semester Ganjil tahun pelajaran 2019/2020.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus. Model penelitian mengacu pada model spiral dari S. Kemmis dan McTaggart (David Hopkins: 2011) dengan menggunakan siklus yang terdiri dari tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui hasil belajar PKn siswa kelas VIIIA setelah digunakan model kooperatif tipe Group to group Exchange (GGE) yang pertama adalah teknik tes, digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah proses pembelajaran.

Teknik tes berupa tes formatif yang dan berbentuk pilihan ganda dengan jumlah 20 soal setiap siklus. Kedua adalah teknik observasi yang digunakan untuk mengetahui jalannya penelitian yang dilakukan serta untuk mengetahui apa yang dilakukan guru dan siswa selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Ketiga adalah teknik dokumentasi, digunakan untuk mendapatkan data tentang rencana pelaksanaan pembelajaran, nilai, dan foto-foto selama kegiatan pembelajaran.

Instrumen Pengumpulan Data

Terdapat dua kategori instrumen pengumpulan data yaitu instrumen pembelajaran yang digunakan untuk mengukur keterlaksanaan tindakan (langkah-langkah pembelajaran) dan instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keterlaksanaan tindakan, outputnya bukanlah data yang dianalisis untuk menjawab pertanyaan penelitian, tetapi instrumen ini digunakan untuk melihat apakah tindakan yang digunakan sudah sesuai sintaks (langkah-langkah pembelajaran) atau belum. Instrumen ini berupa lembar observasi tentang keterlaksanaan sintaks. Instrumen yang kedua yaitu instrumen pengumpulan data. Berdasarkan variabel yang telah ditentukan, maka instrumen ini berupa soal tes..

Teknis Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif, karena data yang diperoleh yang akan dianalisis berbentuk kata-kata atau penjelasan (deskriptif kualitatif) dan berbentuk angka-angka (deskriptif kuantitatif). Untuk keperluan analisis data diperoleh dari soal dengan analisis ketuntasan dan analisis komparatif.

Analisis ketuntasan akan menganalisis hasil belajar PKn dengan membandingkan jumlah siswa yang tuntas dan yang tidak tuntas serta berbagai penyebabnya. Sedangkan analisis komparatif dilakukan pada hasil belajar PKn dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe group to group exchange (pada kondisi awal), dan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe group to group exchange (siklus I & siklus II).

Indikator keberhasilan adalah hasil belajar PKn siswa ≥ KKM yaitu 75 dan proporsi jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut adalah 90%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data pra siklus, siklus 1 dan siklus 2.

Data pra siklus menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas yang dicapai hanya 70,5 dengan presentase siswa yang tuntas sebanyak 30%. Nilai rerata juga masih di bawah ketuntasan belajar yaitu 75. Hasil belajar ini digolongkan dalam kategori masih rendah mengingat bahwa dari 30 siswa di kelas VIII D, hanya 9 siswa yang mampu mencapai nilai diatas KKM.

Diperoleh data bahwa persentase siswa yang belum mencapai ketuntasan lebih besar dibanding yang sudah mencapai ketuntasan. Rerata hanya sebesar 70,5 dengan nilai terendah yaitu 40; maka perlu dilakukan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran Group to Group Exchange (GGE).

Pelaksanaan tindakan pada siklus 1, dilakukan dalam tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi.

Pada tahap perencanaan, penelitian dirancang dengan jenis tindakan menggunakan model kooperatif tipe Group to group Exchange (GGE). Tahap perencanaan dimulai dari menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PPKn kelas VIII yang akan diujikan, kemudian menentukan indikator dengan lebih spesifik dan menyeluruh menggunakan aturan penulisan indikator yang tepat. Setelah itu materi disusun dengan urut, lengkap dan berisi terkait indikator yang sudah ditentukan.

Setelah menentukan indikator, kemudian dibuat kisi-kisi soal dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus 1. RPP dan kisi-kisi soal dibuat dengan beracuan pada indikator yang telah ditentukan. Indikator dalam RPP kemudian dibuat menjadi tujuan yang dirumuskan secara lengkap dengan memberikan unsur action, behavior, condition dan degree. Untuk pelaksanaan observasi, maka perlu dibuat pula lembar observasi. Untuk itu dibuat kisi-kisi lembar observasi aktivitas siswa dan guru. Masing-masing lembar observasi dibuat satu untuk setiap pertemuan di setiap siklus.

Untuk persiapan implementasi RPP atau tahap pelaksanaan, maka sebelumnya perlu adanya pembahasan dan diskusi mengenai RPP bersama pembimbing dan penjelasan mengenai langkah-langkah yang benar mengajar materi Pancasila sebagai Dasar Negara menggunakan alat peraga dengan model kooperatif tipe Group to group Exchange (GGE). Selain persiapan-persiapan tersebut, media dan alat pembelajaran juga disiapkan dengan teliti.

Tahap pelaksanaan dan observasi merupakan implementasi dari RPP dan perencanaan yang telah disusun. Semua langkah langkah pembelajaran dilaksanakan dengan berpedoman pada sintaks GGE yang direncanakan.

Pembelajaran dilaksanakan dalam 3 jam pertemuan (3×35 menit) dimulai dengan Guru membuka pelajaran dan memeriksa kesiapan belajar siswa, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran, dan menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Setelahnya, Guru menentukan topik yang akan dibahas dalam pembelajaran kemudian membagi siswa kedalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah tugas yang diberikan. Guru memberikan topik yang berbeda kepada setiap kelompok, masing-masing kelompok dimaksudkan agar setiap kelompok benar-benar memusatkan perhatian pada masing-masing materi.

Guru meminta siswa untuk melakukan diskusi berkenaan dengan materi yang diterima, masing-masing kelompok harus berpikir kreatif dengan materi yang ada sementara Guru mengawasi, membimbing dan mengarahkan jalannya diskusi.

Setelah masing-masing kelompok mendapatkan hasil diskusi, kemudian guru memfasilitasi untuk segera presentasi, dan guru mengawasi dan mendampingi jalannya presentasi juga mengarahkan agar siswa mengajukan pertanyaan pada kelompok yang melakukan presentasi.

 

Setelah melaksanakan implementasi pembelajaran kemudian diadakan refleksi dalam bentuk pembahasan terkait proses kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pembahasan dilakukan guna mencari kelebihan dan kekurangan yang terdapat pembelajaran tiap siklus.

Data yang diperoleh pada penelitian siklus 2 disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Ketuntasan Belajar Siklus 1

No Ketuntasan Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Tuntas 20 67
2. Belum Tuntas 10 33
Total 30 100
Rerata 78,3
Maksimal 90
Minimal 55

 

Berdasarkan Tabel 3 diperoleh data bahwa pada siklus 1, sebanyak 67% siswa sudah mencapai ketuntasan dan hanya 33% siswa yang belum mencapai ketuntasan yaitu 75. Artinya, dari pra siklus ke siklus 1 terdapat peningkatan kualitas karena jumlah siswa yang mencapai ketuntasan naik dari 30% menjadi 67%.

Rerata hasil belajar mengalami peningkatan dari pra siklus sebesar 70,5 menjadi 78,3 pada siklus 1. Artinya terjadi peningkatan kualitas hasil belajar, sejalan dengan itu nilai minimal dan nilai maksimal yang diperoleh pada siklus 1 juga mengalami peningkatan.

Selanjutnya berdasarkan data pada siklus 1 maka dilakukan tindakan siklus 2 dengan menggunakan model pembelajaran Group to Group Exchange (GGE). Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 juga dilakukan dalam tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi.

Berdasarkan hasil refleksi siklus 1, maka dilakukan peningkatan baik pada perencanaan maupun implementasi pembelajaran. Seluruh tahap dilaksanakan dengan mempertimbangkan kelemahan pada siklus 1 sehingga pembelajaran berlangsung lebih optimal.

Tahap pelaksanaan pada siklus 2 juga selama tiga jam pelajaran (3×35 menit). Pada siklus 2 juga dimulai dengan Guru membuka pelajaran dan memeriksa kesiapan belajar siswa, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran, dan menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Setelahnya, Guru menentukan topik yang akan dibahas dalam pembelajaran kemudian membagi siswa kedalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah tugas yang diberikan. Guru memberikan topik yang berbeda kepada setiap kelompok, masing-masing kelompok dimaksudkan agar setiap kelompok benar-benar memusatkan perhatian pada masing-masing materi.

Guru meminta siswa untuk melakukan diskusi berkenaan dengan materi yang diterima, masing-masing kelompok harus berpikir kreatif dengan materi yang ada sementara Guru mengawasi, membimbing dan mengarahkan jalannya diskusi.

Setelah masing-masing kelompok mendapatkan hasil diskusi, kemudian guru memfasilitasi untuk segera presentasi, dan guru mengawasi dan mendampingi jalannya presentasi juga mengarahkan agar siswa mengajukan pertanyaan pada kelompok yang melakukan presentasi.

Data yang diperoleh pada penelitian siklus 2 disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Ketuntasan Belajar Siklus 2

No Ketuntasan Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Tuntas 28 93
2. Belum Tuntas 2 7
Total 30 100
Rerata 84,7
Maksimal 100
Minimal 70

 

Berdasarkan Tabel 4 diperoleh data bahwa pada siklus 2, sebanyak 93% siswa sudah mencapai ketuntasan dan hanya 7% siswa yang belum mencapai ketuntasan yaitu 75. Artinya, dari siklus 1 ke siklus 2 terdapat peningkatan kualitas karena jumlah siswa yang mencapai ketuntasan naik dari 67% menjadi 93%.

Rerata hasil belajar mengalami peningkatan dari pra siklus sebesar 70,5 menjadi 78,3 pada siklus 1 dan meningkat menjadi 84,7 pada siklus 2. Artinya terjadi peningkatan kualitas hasil belajar dari pra siklus ke siklus 1 dan siklus 2. Sejalan dengan itu nilai minimal dan nilai maksimal yang diperoleh pada siklus 1 juga mengalami peningkatan. Nilai maksimal meningkat dari pra siklus sebesar 85, ke siklus 1 sebesar 90 dan siklus 2 sebesar 100 atau nilai sempurna.

Berdasarkan analisis data, kegiatan pembelajaran PPKn yang berlangsung selama dua siklus di kelas VIIID SMPN 2 Ambarawa dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar setelah diterapkan model pembelajaran Group to group exchange (GGE).

Hasil belajar PPKn siswa dengan nilai rerata 70,5 pada kondisi pra-siklus, setelah dilakukan model pembelajaran Group to group exchange (GGE) pada siklus 1, mengalami peningkatan rerata menjadi 78,3 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 55. Walaupun masih terdapat nilai di bawah ketuntasan, pembelajaran pada siklus 1 dapat dikatakan telah berhasil karena jumlah siswa yang dapat mencapai ketuntasan meningkat menjadi 67% dari keseluruhan siswa yang berjumlah 30.

Keberhasilan pembelajaran pada siklus 1 dipengaruhi oleh adanya kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Group to group exchange (GGE) yang variatif, menyenangkan dan memungkinkan siswa mengalami pembelajaran yang langsung dan nyata. Dengan pembelajaran yang demikian, mulai tumbuh partisipasi dan keaktifan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan antusias dan sungguh-sungguh, sehingga ketika dilakukan tes formatif pada akhir siklus 1 didapatkan hasil sebanyak 67% siswa sudah mencapai ketuntasan.

Dalam pembelajaran Siklus 1 masih ada 33% siswa yang belum dapat mencapai ketuntasan. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa siswa yang belum dapat menyesuaikan diri dengan model pembelajaran Group to group exchange (GGE), sehingga siswa-siswa tadi belum begitu antusias dalam kegiatan pembelajaran, belum berani mengungapkan pendapat dan belum sepenuhnya aktif dalam diskusi kelompok yang berlangsung. Kebanyakan siswa yang belum dapat mencapai ketuntasan ini, apabila dilihat dari latar belakang prestasinya termasuk siswa-siswa yang menempati rangking bawah di kelas.

Kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam siklus 1 kemudian dilakukan perbaikan dalam pembelajaran siklus 2. Siswa yang tadinya belum antusias mengikuti pembelajaran sekarang lebih antusias dan aktif dalam bertanya jawab, berdiskusi kelompok, bahkan memperhatikan ketika perwakilan kelompok lain sedang membacakan hasil kerja kelompoknya. Selain itu siswa tidak lagi bergurau ketika diminta melakukan diskusi.

Dilihat dari hasil belajar pada akhir siklus 2, indikator kinerja sudah tercapai dengan sangat baik dan peningkatannya cukup baik ditandai dengan terjadinya peningkatan proporsi jumlah siswa yang mencapai ketuntasan yaitu sudah mencapai 93% atau sebanyak 28 siswa sudah mencapai ketuntasan dari 30 siswa yang ada di kelas. Selain itu pada siklus 2 rerata kelas naik dari siklus 1 yaitu 78,3 menjadi 84,7 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 70.

Adanya peningkatan proporsi jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dari siklus 1 ke siklus 2 dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah meningkatnya antusiasme dan motivasi belajar PPKn siswa karena mengalami pembelajaran dengan model pembelajaran Group to group exchange (GGE) yang menyenangkan, menantang dan nyata.

Pembelajaran pada siklus 2 yang lebih baik dibanding siklus 1 menyebabkan siswa juga mengalami peningkatan aktivitas. Terlihat dari beberapa siswa yang awalnya pasif mulai berani untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan mengungkapkan pendapatnya. Peningkatan-peningkatan inilah yang kemudian menyebabkan tingkat motivasi belajar meningkat sehingga hasil belajar siswa juga ikut meningkat.

Dilihat dari hasil observasi selama proses pembelajaran, keaktifan siswa sudah cukup besar. Siswa lebih antusias dan aktif mengikuti langkah-langkah pembelajaran, model pembelajaran Group to group exchange (GGE) ini mampu memberikan pembelajaran yang menarik tidak hanya terpusat pada guru melainkan berpusat pada siswa dan mampu memberikan hal-hal yang positif kepada siswa sehingga mampu meningkatkan hasil belajar PPKn.

Setelah membandingkan dengan teori-teori model pembelajaran Group to group exchange (GGE), didapatkan hasil yang sepaham dalam penelitian ini.

Teori Prayogo dan Ayu silfiana (2010:435) yang menyatakan “tujuan penggunaan model pembelajaran Group to Group Exchange (GGE) adalah memungkinkan siswa untuk belajar lebih aktif serta melatih tanggung jawab dan kepemimpinan pada diri siswa, siswa juga akan termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar dan akan memperoleh banyak pengetahuan dan pengalaman”; sejalan

dengan hasil penelitian yaitu meningkatnya motivasi belajar siswa secara tidak langsung pun meningkatkan hasil belajar siswa diiringi dengan peningkatan kerjasama dan tanggung jawab antar siswa untuk memecahkan masalah sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Berdasarkan hasil pembahasan, maka hipotesis penelitian yang diajukan yaitu diduga dengan menggunakan model kooperatif tipe Group To Group exchange (GGE) dapat meningkatan prestasi hasil belajar PKn pada siswa kelas VIII D SMP N 3 Ambarawa Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020 dapat diterima.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan dari secara teoretik bahwa penggunaan model kooperatif tipe Group To Group exchange (GGE) dapat meningkatkan prestasi hasil belajar PPKn pada siswa kelas VIIID SMPN 3 Ambarawa Kabupaten Semarang Semester 1 tahun pelajaran 2019/2020. Hal ini dapat terlihat dari proporsi persentase ketuntasan hasil belajar PPKn siswa yang awalnya pada pembelajaran pra-siklus sebesar 30% naik sebanyak 37% ke siklus 1 menjadi 67%. Kemudian dari siklus 1 ke siklus 2 naik sebanyak 26% menjadi 93%.

Pada siklus 1 rerata hasil belajar PPKn siswa sebesar 78,3 (terjadi peningkatan sebesar 11,06 % dari rerata pra-siklus yaitu 70,5), persentase jumlah siswa yang belum tuntas belajar menurun menjadi 33% (terjadi peningkatan kualitas sebesar 37%), persentase jumlah siswa yang sudah tuntas belajar menjadi 67%.

Pada siklus 2 rerata hasil belajar IPS siswa menjadi 84,7 (terjadi peningkatan sebesar 8.17% dari rerata siklus 1), persentase jumlah siswa yang belum tuntas belajar menurun menjadi 7% (terjadi peningkatan kualitas sebesar 30%), persentase jumlah siswa yang sudah tuntas belajar menjadi 93%.

Apabila dibandingkan dengan kondisi pra-siklus, maka hasil tindakan pada Siklus II sungguh signifikan. Nilai rata-rata kelas dari 70,5 meningkat menjadi 84,7, persentase jumlah siswa yang tidak tuntas belajar dari 70% menurun menjadi 7%, dan persentase jumlah siswa yang tuntas belajar dari 30% meningkat menjadi 93%.

Saran

Dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model kooperatif tipe Group To Group exchange (GGE) pada mata pelajaran PPKn di kelas VIIID, terdapat berbagai saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:

  1. Bagi sekolah dapat mengarahkan guru untuk lebih variatif dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai model pembelajaran salah satunya dengan menerapkan model kooperatif tipe Group To Group exchange (GGE).
  2. Bagi guru dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas dengan memacu keberanian, antusiasme, kerja sama siswa melalui berbagai model, media atau metode pembelajaran yang menyenangkan.
  3. Bagi siswa diharapkan setelah mengalami pembelajaran dengan menerapkan menerapkan model kooperatif tipe Group To Group exchange (GGE) yang menyenangkan, siswa dapat lebih termotivasi untuk aktif dan partisipatif dalam proses pembelajaran dalam mata pelajaran apapun. Selain itu siswa dapat meningkatkan kerja sama dan interaksi dengan teman sekelas untuk memaksimalkan proses pembelajaran di kelas.

DAFTAR RUJUKAN

Baharudin, 2012. Kepemimpinan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.

Depdiknas. 2003. Undang-undang RI NO 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Hopkins, D. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Silberman, Melvin L. 2007. Active Learning Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.