Peningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Eksperimen
PENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS V SEMESTER 1 SDN PLUMBON TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Yayuk Widyawati
SDN Plumbon
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Plumbon Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2016/2017 melalui metode Eksperimen. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari satu pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dari penelitian ini adalah siswa Kelas V SDN Plumbon sejumlah 25 siswa. Analisis data menggunakan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan melalui metode Eksperimen dapat meningkatkan proses pembelajaran, baik keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Hal itu dapat terlihar dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Pada pelaksanaan Pra siklus ketuntasan hanya 30% dengan nilai rata-rata adalah 60. Siklus I ini guru metode Eksperimen nilai rata-rata siswa kelas V mengalami peningkatan yaitu 72, dengan nilai tertinggi adalah 85 dan nilai terendah adalah 60 dengan ketuntasan siswa mencapai 80%. Siklus II guru masih menerapkan metode eksperimen dimana nilai rata-rata siswa menjadi 79 dengan ketuntasan 90%. Hasil tersebut telah dinilai mencapai maksinal sehingga tidak diadakan lagi perbaikan pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui metode Eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar pada Siswa Kelas V Semester 1 SDN Plumbon Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2016/2017.
Kata kunci: Hasil Belajar IPA, Perubahan sifat benda, Metode Eksperimen
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peran sangat penting bagi perkembangandan peningkatan sumber daya manusia di Indonesia. Pendidikan merupakan Wadah (kegiatan) sebagai pencetak sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu dasar untuk meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan seharusnya mendorong manusia untuk terlibat dalam proses ke arah yang lebih baik, mengembangkan kepercayaan diri sendiri, mengembangkan rasa ingin tahu serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimilikinya sepanjang hayat, dengan demikian berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup pribadi dan masyarakat. Untuk mencapai hasil tersebut, hal ini merupakan tugas pendidik untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas.
Guna membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, pemerintah berupaya untuk memberikan materi dan mata pelajaran yang berkualitas sehingga berguna dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satunya adalah IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib tercantum dalam struktur kurikulum Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran IPA berguna untuk mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah (Depdiknas, 2003).
Keberhasilan siswa dalam memahami materi dan pencapaian hasil belajar yang maksimal pada pembelajaran IPA merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan proses belajar mengajar IPA. Belajar IPA tidak hanya sekedar menghafal tetapi juga membutuhkan pengertian serta pemahaman sehingga belajar akan lebih bermakna. Sebagai guru yang mengajar IPA, harus berusaha agar siswa lebih banyak untuk mengerti dan memahami materi serta dapat mengikuti pembelajaran IPA dengan gembira. Selama ini pendidikan kita masih di dominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai fakta yang harus dipahami oleh siswa, dan pembelajaran dikelas masih terfokus pada guru sebagai sumber pengetahuan utama dan ceramah menjadi pilihan utama dalam strategi pembelajaran.
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, seorang guru harus mampu menumbuhkan minat dan meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik salah satunya adalah dengan menggunakan metode yang tepat. Saat guru memberikan materi pelajaran, siswa tampak bosan dan jenuh. Siswa juga kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran IPA, selain itu siswa juga mengalami kesulitan dalam mengaitkan konsep IPA dengan kehidupan sehari-hari yang mereka alami di lingkungan sekitar. Dengan alasan inilah peneliti mencoba menerapkan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPA tentang perubahan sifat benda pada siswa kelas V SDN Plumbon, karena jika dilihat pada kondisi awal nilai rata-rata siswa adalah 60, dan siswa yang mempunyai nilai di atas KKM (70) hanya 30%. Metode eksperimen diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa yang nantinya juga akan meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari ketuntasan siswa dalam pembelajaran IPA.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Peningkatkan Hasil Belajar IPA materi Perubahan Sifat Benda Melalui Metode Eksperimen pada Siswa Kelas V Semester 1 SDN Plumbon Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2016/2017â€.
Tujuan penelitian Tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang perubahan sifat benda pada siswa kelas V SDN Plumbon Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2016/2017 melalui metode eksperimen.
2. Untuk meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran IPA tentang perubahan sifat benda pada siswa kelas V SDN Plumbon Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2016/2017 melalui metode eksperimen.
KAJIAN TEORI
Hasil Belajar Siswa
Belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan secara psikologis maupun fisiologis. Aktivitas psikologis yaitu aktivitas yang merupakan proses mental misalnya proses berfikir, memahami, menyimpulkan, menyimak, menelaah, membandingkan, menganalisis, mengungkapkan dsb. Sedangkan aktivitas fisiologis yaitu aktivitas yang merupakan proses penerapan atau praktek. Howard L. Kingskey dalam Djamarah (2003:13) mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the broader sence) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
Menurut Nana Sudjana (2005:3) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan menurut Arikunto (2003:114-115) hasil belajar adalah segala upaya mengenai aktivitas otak yang terdiri dari enam jenjang yaitu: (1) pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus- rumus dan lain sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. (2) Pemahaman (comprehension) yakni kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat melalui penjelasan dari kata- katanya sendiri. (3) Penerapan (application) yaitu kesanggupan seseorang untuk menggunakan ide- ide umum, tata cara atau metode- metode, prinsip- prinsip, rumus- rumus, teori- teori, dan lain sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret. (4) Analisis (analysis) yakni kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian- bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian- bagian tersebut. (5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir memadukan bagian- bagian atau unsur- unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang baru dan terstruktur. (6) Evaluasi (evaluation) yang merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif.
Hakekat IPA di SD
IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. Dalam kurikulum pendidikan dasar terdahulu (1994) dijelaskan penger-tian IPA (sains) sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahun, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pen-gujian gagasan-gagasan. Sedangkan dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta.
Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung. Dalam pembelajaran tersebut siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses (keterampilan atau kerja ilmiah) dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan ilmiah tentang dirinya dan alam sekitar. Keterampilan proses ini meliputi: keterampilan mengamati dengan seluruh indera; keterampilan menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu memper-timbangkan keselamatan kerja; mengajukan pertanyaan; menggolongkan data; menafsirkan data; mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, serta meng-gali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Pada prinsipnya, pembelajaran IPA harus dirancang dan dilaksanakan sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan/melakukan yang dapat membantu siswa memahami fenomena alam secara mendalam (Depdiknas, 2004:3).
Metode Pembelajaran Eksperimen
Sering juga disebut sebagai model pembelajaran percobaan. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran dengan metode pemberian kesempatan kepada para peserta didik perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Model pembelajaran ini menggunakan alat tertentu dan dilakukan lebih dari 1 kali.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1995:53) metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Kemudian Mulyani Sumantri, dkk (1999:105) mengatakan bahwa metode eksperimen diartikan sebagai cara belajara mengajar yang melibatkan siswa dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan. Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Menurut Schoenherr (1996:23) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.
Eksperimen adalah Metode atau cara di mana guru dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.
METODOLOGI PENELITIAN
Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN Plumbon pada tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 25 siswa. Penelitian ini dilakukan di kelas V semester I SDN Plumbon, Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora.
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu bulan September 2016 sampai Nopember 2016. Penelitian ini dilakukan pada pelajaran IPA dengan materi sifat benda di kelas V semester I di SDN Plumbon.
Prosedur penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto. 2007:3). Penelitian ini langkah-langkah penelitian yang akan dilaksanakan mengacu pada model Kemmis dan Taggart (Aqib. 2006: 22). Setiap putaran atau siklus tindakan meliputi perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), refleksi (reflecting).
Analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu: Reduksi data dilakukan dengan cara: Mencari rata – rata nilai hasil belajar (tes), mencari nilai ketuntasan belajar dibandingkan dengan indikator yang telah ditetapkan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal siswa kelas V SDN Plumbon semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 pada pembelajaran IPA yaitu tentang perubahan sifat benda mempunyai ketuntasan hanya 30% dengan nilai rata-rata adalah 60. Nilai ini masih dibawah KKM yang ditetapkan yaitu 70. Rendahnya hasil belajar siswa kelas V dimungkinkan karena rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran IPA. Metode lama yang diterapkan guru dalam pembelajaran juga ikut andil dalam menyebabkan rendahnya pemahaman siswa. Siswa kurang memahami konsep IPA sehingga siswa juga mengalami kesulitan dalam mempelajari materi yang diberikan oleh guru. Siswa hanya menjadi pihak yang pasif dalam kegiatan belajar mengajar tetapi sebaliknya guru menjadi sosok yang dominan dalam pembelajaran. Guru telah berupaya untuk menjalin komunikasi dengan siswa misalnya menanyakan kepada siswa apakah ada kesulitan atau tidak dan siswa selalu menjawab jelas padahal pada kenyataannya saat diajukan pertanyaan tidak ada yang berani untuk menjawab bahkan ada yang masih merasa bingung dan tidak paham dengan pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Deskripsi Siklus I
Nilai rata-rata siswa kelas V mengalami peningkatan yaitu 72, dengan nilai tertinggi adalah 85 dan nilai terendah adalah 60 dengan ketuntasan siswa mencapai 80%.
Deskripsi Siklus II
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan tes tertulis dimana nilai rata-rata siswa menjadi 79 dengan ketuntasan 90%. Hasil tersebut telah dinilai mencapai maksinal sehingga tidak diadakan lagi perbaikan pembelajaran IPA.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kelas V SDN Plumbon semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 materi perubahan sifat benda melalui metode Eksperimen dapat meningkatkan proses pembelajaran, baik keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Hal itu dapat terlihar dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Pada pelaksanaan Pra siklus ketuntasan hanya 30% dengan nilai rata-rata adalah 60. Siklus I ini guru metode Eksperimen nilai rata-rata siswa kelas V mengalami peningkatan yaitu 72, dengan nilai tertinggi adalah 85 dan nilai terendah adalah 60 dengan ketuntasan siswa mencapai 80%. Siklus II guru masih menerapkan metode eksperimen dimana nilai rata-rata siswa menjadi 79 dengan ketuntasan 90%. Hasil tersebut telah dinilai mencapai maksinal sehingga tidak diadakan lagi perbaikan pembelajaran IPA
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kelas V SDN Plumbon semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 materi perubahan sifat benda melalui metode Eksperimen dapat meningkatkan proses pembelajaran, baik keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Hal itu dapat terlihar dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Pada pelaksanaan Pra siklus ketuntasan hanya 30% dengan nilai rata-rata adalah 60. Siklus I ini guru metode Eksperimen nilai rata-rata siswa kelas V mengalami peningkatan yaitu 72, dengan nilai tertinggi adalah 85 dan nilai terendah adalah 60 dengan ketuntasan siswa mencapai 80%. Siklus II guru masih menerapkan metode eksperimen dimana nilai rata-rata siswa menjadi 79 dengan ketuntasan 90%. Hasil tersebut telah dinilai mencapai maksinal sehingga tidak diadakan lagi perbaikan pembelajaran IPA
Saran
Bagi guru
Guru disarankan mampu mengelola kegiatan pembelajaran dengan tepat, sesuai dengan kemampuan siswa, tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Bagi Siswa
Siswa disarankan dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan saat diskusi serta berani menjawab pertanyaan dan memberikan masukan kepada teman.
Bagi Sekolah
Sekolah disarankan untuk melengkapi fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan sehingga kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan secara bervariasi dan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto.2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.Bumi Aksara
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Drs. Roestiyah NK. 1991.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, S.B. 2003. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Maelong. 2004. Pedoman Penjamin Mutu Sekolah Bertaraf Internasional Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Bertaraf Internasional. Jakarta: Depdiknas.
Sudjana, N. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Ros dakarya
Sutopo, HB. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.