Peningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui TGT Dengan Permainan Ular Tangga
PENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
TENTANG SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD BENDA
MELALUI METODE Teams Game Tournaments (TGT)
DENGAN MEDIA PERMAINAN ULAR TANGGA PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SEMESTER I SDN BANDUNGREJO 2
KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
- Imam Mutakim
SD Negeri Bandungrejo 2 Kec. Mranggen Kab. Demak
ABSTRAK
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah diatas dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini yaitu 1) apakah dengan cara penerapan metode TGT dengan media permainan Ular Tangga dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi struktur akar tumbuhan dan fungsinya, pada kelas IV semester 1 SDN Bandungrejo 2 Kec. Mranggen Kab. Demak Tahun Ajaran 2016/2017, 2) Seberapa pengaruh metode dan media tersebut meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru dan sekolah. Melihat dari tabel diatas bahwa terjadi peningkatan prosentase yang memenuhi KKM dari pra siklus sebesar 26,9% meningkat menjadi 42,3% dan di siklus II meningkat lagi menjadi 88,5%. Berdasarkan jumlah anak yang telah memenuhi KKM lebih dari 60%, maka sesuai dengan indikator kategori teknik analisis data dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas ini termasuk dalam kategori Baik. Sedangkan berdasarkan dari grafik perbandingan distribusi frekuensi nilai tes formatif ketiga siklus yaitu pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 juga terjadi peningkatan jumlah siswa yang telah memperoleh nilai diatas 60. Kesimpulan dari tujuan umum penelitian ini yaitu bahwa metode TGT berpengaruh terhadap: Dengan metode TGT peserta didik dapat termotivasi sehingga pembelajaran tidak monoton, dapat berjalan efektif dan siswa dapat aktif selama proses pembelajaran. Dengan metode TGT maka pembelajaran dapat berhasil sesuai tujuan PTK dan hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta didik diatas KKM yang hanya 7 anak (26,9%) pada pra siklus, kemudian di siklus I menjadi 11 peserta didik (42,3%) dan selanjutnya mengalami peningkatan lagi, yakni 23 peserta didik (88,5%).. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode dan media pembelajaran sudah sesuai dan dapat meningkatkan prosentase diatas KKM. Dengan metode TGT, hasil belajar meningkat dan pemahaman peserta didik juga meningkat.
Kata kunci: hasil belajar, TGT
PENDAHULUAN
IPA merupakan sebagai ilmu dasar merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam perlu diberikan kepada semua peserta didik di sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Bermula hasil nilai ulangan dari 34 siswa hanya7 (20,5%) yang telah tuntas KKM sedangkan sisa nya 27 (79,4%) masih dibawah KKM atau bisa dikatakan belum tuntas. Melihat permasalah tersebut guru mencoba melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode TGT.dan penggunaan media permainan ular tangga. Permainan ular tangga dipilih sebagai media bermain dalam pembelajaran ini karena suatu pembelajaran yang menyenangkan akan mempengaruhi seluruh area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang dirinya, orang lain, dan lingkungannya. Permainan memberikan kebebasan untuk berimajinasi, menggali potensi diri atau bakat, dan untuk berkreativitas. Motivasi bermain anak-anak muncul dari dalam mereka sendiri; mereka bermain untuk menikmati aktivitas mereka, untuk merasakan bahwa mereka mampu,dan untuk menyempurnakan apa saja yang telah ia dapat baik yang telah mereka ketahui sebelumnya atau hal-hal baru.
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah diatas dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini yaitu 1) apakah dengan cara penerapan metode TGT dengan media permainan Ular Tangga dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi struktur akar tumbuhan dan fungsinya, pada kelas IV semester 1 SDN Bandungrejo 2 Kec. Mranggen Kab. Demak Tahun Ajaran 2016/2017, 2) Seberapa pengaruh metode dan media tersebut meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru dan sekolah.
Landasan Teori
Konsep Belajar
Banyak pengertian belajar menurut para ahli. salah satu diantaranya adalah menurut Gagne, belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Dengan mengalami manusia akan memperoleh pengalaman-pengalaman, pengalaman-pengalaman tersebut yang disebut sebagai proses berfikir dan merasakan atau proses dari belajar untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan, akibat dari proses belajar tersebut adalah perubahan tingkah laku.Menurut Cronbach (dalam Riyanto, 2009: 231) menyatakan bahwa “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”Artinya belajar adalah sesuatu ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman.
Konsep Pembelajaran IPA
Menurut Takari (2011) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA sebagai ilmu yang mendasari kemajuan ilmu teknologi, sehingga pembelajaran IPA di sekolah perlu disajikan secara aktif, kreatif, merangsang dan menarik bagi siswa. Siswa hendaknya selalu diajak untuk berperan aktif untuk mengikuti peristiwa alam dan kehidupan. Siswa dirangsang untuk melakukan sendiri percobaan, pengamatan, dan pengukuran. Sehingga mereka merasa menemukan sendiri hukum atau asa yang terdapat pada IPA itu.
Metode Pembelajaran TGT
TGT (Teams Game Tournaments) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, suku kata atau ras yang berbeda. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu: tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition).
Media Pembelajaran Permainan Ular Tangga
Menurut Ariyanti (li2khandayani.blogspot.com) tertanggal 12 Desember 2012 menyatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalrkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan untuk terjadinya proses belajar. Dengan media siswa mendapat banyak informasi sehingga materi akan semakin jelas dan mudah dimengerti. Selain itu, media juga dapat mengurangi keterbatasan guru atau buku dalam penyampaian materi. Meningkatkan daya tarik materi yang sedang diajarkan sehingga siswa berminat untuk belajar. Dalam pembelajaran IPA sebaknya digunakan media yaitu agar dapat menjembatani antara konsep-konsep IPA yang abstrak menjadi lebih kongkrit, sehingga anak dapat memahami IPA yang disajikan oleh guru.
Secara umum bahwa media permainan ular tangga dapat diberikan untuk anak dalam rangka menstimulasi berbagai bidang pengembanganseperti kognitif, bahasa dan sosial. Ketrampilan bahasa yang dapat distimulasi melalui permainan ini misalnya kosokata naik turun, maju mundur, ke atas ke bawah dan lain sebagainya. Ketrampilan sosial yang dilatih dalam permainan ini diantaranya kemajuan mengikuti dan mematuhi aturan permainan, bermain secara bergiliran. Sedangkan ketrampilan kognitif yaitu pengetahuan yang didapat oleh siswa.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori diatas dapat diuraikan bahwa pembelajaran IPA di SD merupakan ilmu yang mendasari kemajuan suatu teknologi. Sehingga pembelajaran IPA di sekolah perlu disajikan secara aktif, kreatif dan menyenangkan. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan guru yaitu metode TGT dengan menyajikan serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menuntun dan mengali pengetahuan baru. Sedangkan media yang dapat digunakan yaitu media pembelajaran permainan ular tangga, dimana setiap langkah dalam kotak nomor ular tangga diberikan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa.disamping itu penggunaan ular tangga sebagai media dimaksudkan untuk mengurangi kebosanan dan ketegangan antara peserta didik dan guru. Sehingga peserta didik lebih enjoy, dan aktif dalam proses pembelajaran.
Penilaian dilakukan pada proses dan akhir pembelajaran. Pada proses guru menilai keaktifan dan karakter yang ada pada peserta didik, sedangkan pada akhir pembelajaran dilakukan tes tertulis untuk mengukur hasil belajar peserta didik terhadap apa yang diajarkan oleh guru. Pada akhirnya penilaian tes tertulis dan lisan akan menentukan tingkat keberhasilan penelitian tindakan kelas ini.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir tersebut, maka hipotesis tindakan dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Penerapan metode TGT dengan media permainan ular tangga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik terhadap materi sifat dan perubahan wujud benda pada siswa kelas IV semester 1 SDN Bandungrejo 2 Kec. Mranggen Kab. Demak tahun ajaran 2016/2017”.
METODE PENELITIAN
Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV semester 1 SDN Bandungrejo 2 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak tahun ajaran 2016/2017, yang berjumlah 26 peserta didik, terdiri atas 12 peserta didik putra dan 14 peserta didik putri. Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Bandungrejo 2 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. yakni salah satu Sekolah Negeri yang berada di kecamatan Mranggen kabupaten Demak, dan merupakan daerah perbatasan wilayah antara kabupaten Demak dengan wilayah Semarang.
Sumber Data dan analisis data
Sumber data diperoleh dari 1) Peserta didik, 2) guru kelas, dan 3) teman sejawat. Sedangkan data diperoleh dari 1) hasil tes peserta didik, 2) lembar observasi, 3) catatan guru, dan 4) lembar refleksi. Teknik pengumpulan data secara tes dan non tes. Tes digunakan ntuk mengukur tingkat pengetahuan setelah pembelajaran dilakukan sedangkan secara non tes diperoleh dari observasi dan catatan guru yaitu pengamatan selama pembelajaran berlangsung. Selain teknik data tersebut, juga dilakukan dokumentasi foto kegiatan pembelajaran
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskipsi Pra Siklus
Hanya 7 anak yang telah memenuhi KKM dan 19 anak masih mendapatkaan nilai dibawah KKM. Sehingga refleksi awal dilaksanakan dengan melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengetahui kondisi awal saat guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas. Hasil analisis refleksi awal digunakan untuk menetapkan dan merumuskan rencana tindakan yaitu menyusun strategi, metode dan media pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan pada siklus 1 yaitu metode TGT dengan membuat serangkaian pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa dan dalam pelaksanaannya akan menggunakan lingkungan sebagai sumber media pembelajaran. Berikut hasil belajar siswa tes formatif dari pembelajaran pra siklus
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Nilai Tes Formatif Sifat dan Perubahan Wujud Benda.
No | Rentang Nilai | Jumlah Siswa | Prosentase (%) |
1 | Kurang dari 49 | 3 | 11,5 |
2 | 50 – 59 | 6 | 23,7 |
3 | 60 – 69 | 10 | 38,4 |
4 | 70 -79 | 4 | 15,3 |
5 | 80 – 89 | 3 | 11,5 |
6 | 90 – 100 | – | – |
Jumlah siswa | 26 | 100 | |
Jumlah nilai | 1585 | ||
Rata-rata kelas | 61 | ||
Tuntas | 7 (26,9%) | ||
Tidak tuntas | 19 (73,1%) |
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai kelas dari pra siklus yaitu 61 termasuk hasil belajar dan motivasi kriteria kurang. Masih ada 3 siswa yang mendapat skor dibawah 50, sedangkan yang mendapat skor 60 – 69 ada 10 siswa. Pada para siklus ini tidak ada yang mendapatkan nilai 90 – 100.
Jelas perbandingan jumlah siswa yang memperoleh skor tertentu. Sangat jelas terlihat dari 6 sebran skor tersebut skor 60 – 69 diperoleh paling banyak. Karena jumlah tersebut, akhirnya peneliti melakukan refleksi. Hasil dari refleksi, peneliti merubah metode yang dilakukan sebelumnya yaitu dari pra siklus. Selain metode yang dirubah peeliti juga menggunakan media permainan ular tangga sebagai alat peraga. Setelah perencanaan dilakukan peneliti mengadakan siklus 1.
Berdasarkan hasil refleksi pra siklus, ditemukan kegiatan belajar mengajar yaitu suasana kelas tidak menggairahkan dan kurang menyenangkan serta hasil belajar peserta didik yang rendah, karena pembelajaran yang berpusat kepada guru (teacher center). Anak lebih banyak mendapatkan pembelajaran langsung dari guru, sehingga anak kurang mendapatkan pembelajaran yang dapat mengembangkan daya pikir secara mandiri. Dari hasil belajar dan refleksi temuan-temuan, maka peneliti mengadakan siklus 1.
Deskripsi Siklus 1
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Nilai Tes Formatif pada Siklus 1 Sifat dan perubahan wujud benda
No | Rentang Nilai | Jumlah Siswa | Prosentase (%) |
1 | Kurang dari 49 | – | |
2 | 50 – 59 | 2 | 7,69 |
3 | 60 – 69 | 6 | 23 |
4 | 70 – 79 | 13 | 50 |
5 | 80 – 89 | 3 | 11,5 |
6 | 90 – 100 | 2 | 7,69 |
Jumlah | 26 | 100 | |
Jumlah nilai | 1765 | ||
Rata-rata kelas | 67,9 | ||
Tuntas | 11 (42,3%) | ||
Tidak tuntas | 15 (57,7%) |
Berdasarkan tabel diatas jumlah siswa yang telah tuntas meningkat menjadi 11 siswa sedangkan yang tidak tuntas ada 15 siswa. Rata-rata kelas mencapai 67,9. Walapun sudah ada peningkatan namun melihat hasil dari rata-rata kelas belum mencapai nilai 7,0. Dimana 7,0 merupakan nilai KKM.
Hasil menunjukkan bahwa sebaran skor terlihat merata dari >49 sampai 91-100. Di antara enam sebaran skor tersebut, skor 70 – 79 memperoleh jumlah siswa paling banyak yaitu 13 siswa dengan prosentase 50%. Sedangkan skor tertinggi yaitu 90-100 hanya 2 anak. Karena siswa masih ada yang mendapatkan nilai >49 yaitu ada 2 anak, maka proses perbaikan pembelajaran siklus I masih menunjukkan tingkat pemahaman siswa kurang. Meskipun sudah terjadi peningkatan jumlah siswa yang telah memenuhi KKM tetapi pada siklus 1 ini peneliti merasa kurang berhasil. Hal ini dikarenakan jumlah siswa yang dibawah KKM masih 15 anak yaitu dengan prosentase sebesar 57,7%.
Deskripsi Siklus II
Dari analisis tes formatif siklus 2 menunjukkan hasil yang lebih baik dari siklus sebelumnya. Dengan demikian, proses perbaikan pembelajaran siklus 2 khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi pokok mengidentifikasi kenampakan matahari pada pagi, siang dan sore hari dengan menggunakan metode TGT dan media permainan ular tangga. kelas IV SD Negeri Bandungrejo 2 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak mampu mengondisikan proses pembelajaran secara baik, sehingga hasilnya mampu mencapai nilai ketuntasan belajar yang ditetapkan.
Hal ini sangat dipengaruhi oleh adanya beberapa aspek yang diperlukan dalam proses pembelajaran antara lain: metode yang sesuai, yaitu TGT (tanya jawab dan latihan) dan media permainan yang disenangi para ssiwa yaitu permainan ular tangga. Cara-cara itu terbukti sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Nilai Tes Formatif materi sifat dan peerubahan wujud benda
No | Rentang Nilai | Jumlah Siswa | Prosentase (%) |
1 | Kurang dari 49 | – | 0 |
2 | 50 – 59 | 1 | 3,8 |
3 | 60 – 69 | 2 | 7,69 |
4 | 70 -79 | 4 | 15,3 |
5 | 80 – 89 | 10 | 38,4 |
6 | 90 – 100 | 9 | 34,6 |
Jumlah | 34 | 100 | |
Jumlah nilai | 2015 | ||
Rata-rata kelas | 81 | ||
Tuntas | 23 (88,5%) | ||
Tidak tuntas | 3 (11,5%) |
Terlihat jelas perbandingan jumlah siswa nilai terrendah 50 – 59 hanya 1 anak dan nilai tertinggi 90-100 ada 9 anak. Skor 80-89 jumlahnya ada 10 anak dengan prosentasi 38,4%. Grafik terlihat naik dari skor terrendah ke tertinggi, karena nilai tertinggi yaitu 90-100 sudah menunjukkan prosentase 50%, maka siklus 2 ini menunjukkan indikator keberhasilan dalam penelitian ini.
Berikut hasil perolehan tes formatif dari pra siklus, siklus 1 dan siklus II dengan perhitungan jumlah nilai, nilai rata-rata, dibawah KKM dan diatas KKM.
Tabel 4.3 Perbandingan hasil belajar dari pra siklus, siklus 1 dan siklus II dari jumlah nilai, nilai rata-rata dan prosentase KKM.
No | Statistik | Sebelum Perbaikan | Perbaikan Siklus I | Perbaikan Siklus II |
1 | Jumlah siswa | 26 | 26 | 26 |
2 | Jumlah nilai | 1585 | 1765 | 2015 |
3 | Jumlah Nilai rata-rata kelas | 61,9 | 67,9 | 81 |
4 | Dibawah KKM (%) | 73,1 | 57,7 | 11,5 |
5 | Diatas KKM (%) | 26,9 | 42,3 | 88,5 |
Melihat dari tabel diatas bahwa terjadi peningkatan prosentase yang memenuhi KKM dari pra siklus sebesar 26,9% meningkat menjadi 42,3% dan di siklus II meningkat lagi menjadi 88,5%. Berdasarkan jumlah anak yang telah memenuhi KKM lebih dari 60%, maka sesuai dengan indikator kategori teknik analisis data dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas ini termasuk dalam kategori Baik. Sedangkan berdasarkan dari grafik perbandingan distribusi frekuensi nilai tes formatif ketiga siklus yaitu pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 juga terjadi peningkatan jumlah siswa yang telah memperoleh nilai diatas 60.
Pembahasan
- Siklus 1
Dari berbagai kajian teori mengenai pembelajaran yang paling menentukan keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran, metode, dan media yang dipilih dalam proses pembelajaran. Disini peneliti memilih strategi pembelajaran inquiry dengan metode TGT (Teams Game Tournaments).
Menurut takari (20101: 4), pelajaran IPA bukan pelajaran yang disajikan secara teoritis dan cukup hanya dengan ceramah, tetapi pelajaran yang memerlukan berbagai kegiatan, sehingga siswa benar-benar terlibat aktif, kreatif dan menyenangkan. TGT merupakan salah satu pembelajaran kooperatif ang menempatkan siswa dalam kelompok yang heterogen dengan melibatkan aktivitas seluruh siswa, tanpa harus ada perbedaan status. Disamping itu penelitian ini menggunakan pendekata inquiry siswa akan menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh siswa sendiri. Ingatan ini tentu akan bertahan lama daripada mengingat materi tanpa melihat langsung. Hal ini terlihat dari rata-rata kelas yang sebelumnya 61 menjadi 67,9 Ini berarti adanya peningkatan. Ketertarikan siswa untuk megikuti permainan mengacu siswa untuk bisa menjawab supaya menang pada permainan.
- Siklus II
Dirasa kurang berhasil pada siklus 1 maka peneliti melakukan siklus ulang yaitu siklus 2 dengan menggunakan metode yang sama dan media pembelajaran. Dari metode dan media yang digunakan peneliti, menunjukkan pemahaman siswa dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini terbukti bahwa strategi pembelajaran inqury menekankan peran siswa pada proses mencari dan menemukan jawabannya sendiri. Dan guru hanya sebagai pembimbing dan fasilisator siswa untuk belajar (Ningrum, 2011). Dengan siswa menganalisis dan menemukan jawabannya sendiri, maka akan terbentuk konsep belajar dalam diri siswa. Terlebih lagi pada proses pembelajaran dikondisikan dengan suasana yang menyenangkan dan kondisuf. Berdasarkan hasil penelitian ini ternyata media permainan ular tangga mampu membuat siswa lebih enjoy dan senang melakukan proses belajar sambil bermain. Peneliti menggunakan system kelompok besar dengan maksud supaya siswa lebih antusias memiliki rasa persaingan antar kelompok untuk mencapai garis finish. Disamping itu pada media ini juga mengajarkan rasa solidaritas antar teman. Karena dimana pada saat siswa tidak menjawab pada kelompoknnya akan membantu menjawab pertanyaan.
Dalam strategi pembelajaran inquiry siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka menggunakan potensi yang dimiliki. Seorang siswa yang menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal. Sebaliknya siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bias menguasai materi pelajaran. Dan hal tersebut akan bertahan lama di dalam otak siswa.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT menunjukkan siswa dapat belajar lebih rileks. Disamping itu siswa dapat berkerja sama dalam memecahkan masalah. Pada tahapan tourname siswa berlomba untuk menang. Meskipun banyak kelebihan metode dan media yang peneliti gunakan. Ada faktor keberuntungan untuk memenangkan permainan ini sehingga segi akademiknya kurang. Siswa bisa saja memenangkan permainan tanpa mereka harus menjawab kartu pertanyaan. Karena pada ular tangga terdapat tanggan dimana siswa dapat meloncat ke kotak lebih tinggi, tetapi bisa juga poin siswa turun jika mendapatkan tanda ular di kotak poinnya.
Suatu pembelajaran yang menyenangkan akan memberikan perubahan pada diri siswa. Menurut Dave Meier dalam Mulyani (2009: 16), apabila sesuatu dipelajari dengan sungguh-sungguh, maka struktur internal system sraf kimiawi pun akan berubah. Pada akhirnya, kegiatan pembelajaran akan merasa lebih hidup dan menyenangkan. Pada hasil siklus 2, anak mulai menyukai dan terbiasa melakukan permainan ular tangga hal ini terlihat terjadi peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilaai diatas KKM. Sehingga rata-rata kelas pun juga meningkat dari 67,9 menjadi 81.
Berdasarkan pengamatan penelti, selama proses pembelajaran berlangsung siswa cukup aktif semanga dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Dalam pembelajaran TGT kreativitas siswa sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi siswa. Dalam kerja kelompok dan saat menjalankan tournament dengan game akademik daya imajinasi, inisiatif, semangat yang tinggi, keberanian mengambil resiko dan kepercayaan yang kuat dari siswa sangat membantu keberhasilan kelompok dalam kemenangan tournamen.
Kesimpulan
Kesimpulan dari tujuan umum penelitian ini yaitu bahwa metode TGT berpengaruh terhadap:
- Dengan metode TGT peserta didik dapat termotivasi sehingga pembelajaran tidak monoton, dapat berjalan efektif dan siswa dapat aktif selama proses pembelajaran.
- Dengan metode TGT maka pembelajaran dapat berhasil sesuai tujuan PTK dan hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta didik diatas KKM yang hanya 7 anak (26,9%) pada pra siklus, kemudian di siklus I menjadi 11 peserta didik (42,3%) dan selanjutnya mengalami peningkatan lagi, yakni 23 peserta didik (88,5%).. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode dan media pembelajaran sudah sesuai dan dapat meningkatkan prosentase diatas KKM.
- Dengan metode TGT, hasil belajar meningkat dan pemahaman peserta didik juga meningkat.
Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil penelitian pada peserta didik kelas IV SDN Bandungrejo 2 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak, didapatkan adanya kecenderungan prestasi belajar yang baik, yang menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran TGT, maka penulis perlu menyampaikan saran sebagai berikut:
- Guru harus menggunakan metode pembelajaran TGT Sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa, kerjasama dalam kelompok, dan juga hasil belajar siswa.
- Sebaiknya guru lebih aktif dan kreatif dalam mengembangkan media pembelajaran yang dapat mendukung proses pembelajaran agar pembelajaran lebih menarik, tidak membosankan, dan memotivasi peserta didik.
- Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menentukan pendekatan yang lebih baik pada pokok bahasan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, dkk. (2009). Pemantapan Kemampuan Profesional, Jakarta: Universitas Terbuka.
Anggoro, M. Toha. (2008). Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka
Djamarah Bahri Syaiful, Zain Aswan. (2002).Starategi Belajar Mengajar. Jakarta:PT.Asti Mahasatya.
Depdiknas. (2006). kurikulim tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Nana Sudjana. (2002). Dasar-dasar Proses Belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offiset.
Riyanto, Yatim. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.
Saktyowati, Dian Okky. (2010). Meningkatkan Mutu Pendidik Dalam Pembelajaran Sains. Jakarta: CV Ghina Walafafa.
Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rieneka Cipta.
Takari, Enjah R. (2011). Pembelajaran IPA Dengan SAVI dan Konstektual. Sumedang: PT Genesindo.
Trianto. (2007). Model–model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wardani I.G.A.k.,dkk. (2002). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winarno Surakhmad, Prof.,DR.,M.SC.,ED.(1986). Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar Dasar Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito.
Ariyanti (li2khandayani.blogspot.com). 12 Desember 2012. Permainan Ular Tangga.
Ahsan, Arfiyadi. 14 Agustus 2012. Model Pembelajaran TGT.
http://modelpembelajarankooperatif.blogspot.co.id/2012/08/teams-games-tournaments-tgt.html