Peningkatkan Kemampuan Dengan Media Alam Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar
PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MEDIA ALAM LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR
Supriati
Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 7 Pati Kabupaten Pati
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi faktual tentang pemanfaatan media alam sebagai sumber belajar untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa. Data diambil siswa dari kelas VII H semester 2 SMP Negeri 7 Pati tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 35 siswa yang terdiri atas 22 laki-laki dan 13 perempuan. Metode yang dipergunakan adalah pendekatan model Kemmis dan Taggart. Model tindakan kelas tersebut pada intinya terdiri atas empat komponen yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observation), dan refleksi (reflecting). Untuk mengetahui efektivitas penerapan media alam lingkungan sekolah sebagai sumber belajar peneliti menggunakan teknik pembelajaran metode ceramah dan penugasan untuk pertemuan pertama di dalam kelas dan model pembelajaran di luar kelas dengan metode ceramah dan penugasan untuk pertemuan kedua. Variabel yang diamati adalah variabel input yang berupa kejenuhan belajar siswa di dalam kelas, variabel proses berupa muncul tidaknya indikator pemanfaatan media alam dan variabel output berupa kemampuan menulis puisi dengan tidak selalu di dalam kelas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan sebelum tindakan rata-rata hitung kemampuan anak menulis puisi 70,51 atau 70,51%, rata-rata hitung kemampuan menulis puisi pada siklus I 73,94 atau 73,94%, dan rata-rata hitung kemampuan menulis puisi pada siklus II 78,05 atau 78,05%.
Kata Kunci: Media alam, Menulis puisi
PENDAHULUAN
Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain. Dalam pembelajaran di sekolah keterampilan berbahasa diajarkan secara terintgrasi.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang tertuang dalam silabus, disebutkan bahwa salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik SMP kelas VII adalah menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam. Kompetensi tersebut merupakan hal yang penting bagi peserta didik karena sebagai sarana untuk mengekspresikan perasaan, ide, gagasan, keinginan, dan harapan dalam bentuk bahasa yang singkat, padat, menarik, dan penuh makna dengan mempertimbangkan segi keindahan. Selain itu, dengan menulis puisi memberikan kenikmatan seni, memperkaya kehidupan batin, menghaluskan budi, bahkan bisa membangkitkan semangat hidup yang menyala, dan mempertinggi rasa kepedulian.
Tujuan tulis menulis adalah mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, isi hati, dan isi pikiran secara jelas dan teratur kepada para pembaca. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah pembelajaran berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia dapat menyampaikan informasi, menceritakan sesuatu, memaparkan suatu masalah, meyakinkan bahkan mempengaruhi orang lain. Pembelajaran kosakata diajarkan dalam konteks wacana, dipadukan dengan kegiatan pembelajaran seperti percakapan, membaca, menulis, dan pembelajaran sastra.
Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik lisan maupun tertulis. Salah satu bentuk komunikasi adalah lahirnya unsur estetika melalui unsur seni puisi. Walaupun bukan penyair pofesional, sebenarnya hampir setiap orang pernah menjadi penyair, dalam arti menciptakan puisi. Pada saat-saat tertentu, misalnya ketika sedang belajar, sedih, atau saat jatuh cinta banyak dari kita yang tiba-tiba menjadi penyair. Pada saat-saat seperti itu kita merekam dan mengekspresikan perasaan dan pengalaman seseorang dalam sebuah puisi. Dengan demikian, setiap orang dapat dikatakan memiliki potensi untuk menjadi penyair atau penulis puisi (Rachmat Djoko Pradopo, 1997: 10.1).
Kemampuan menulis karya sastra khususnya puisi sering dianggap sebagai bakat, sehingga orang yang merasa tidak memiliki bakat tidak dapat menulis puisi. Anggapan tersebut sebenarnya tidak sepenuhnya benar karena kalau kita baca proses kreatif sejumlah sastrawan, ternyata mereka pun banyak berlatih. Bakat tidak ada artinya bila tanpa kreativitas dan latihan. Sementara kreativitas adalah sesuatu yang dapat ditumbuhkan (Arietivia Munandar, 1993). Dengan demikian, proses kreatif seseorang dalam menciptakan puisi sebenarnya memang dapat ditumbuhkan.
Tempat penelitian di SMP Negeri 7 Pati telah mendapatkan penghargaan sebagai sekolah Adiwiyata Nasional. Sebagai sekolah Adiwiyata Nasional tersebut memiliki ruang terbuka hijau, green house, dan berbagai macam tanaman tumbuh dan tertata rapi sehingga sekolah menjadi rindang, nyaman, dan kondisi lingkungan sekolah sangat mendukung dalam pembelajaran khususnya penulisan puisi di luar kelas. Kondisi seperti ini cukup tenang untuk dijadikan tempat pembelajaran di luar kelas.
Pembelajaran kembali di alam semakin mendekatkan siswa pada kehidupan yang alami dan mendekatkan siswa kepada alam sehingga siswa bisa menghargai alam yang sudah dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Pemanfaatan lingkungan alam dalam menulis puisi diharapkan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan (yang dialami, dilihat dan dirasakan sendiri dengan konsep–konsep menciptakan puisi). Yang menjadi pemikiran peneliti adalah seharusnya siswa mampu menulis puisi dengan baik dalam suasana apa pun, tetapi kenyataannya siswa kurang bisa menulis puisi dengan baik. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian.
Berdasarkan keadaan tersebut dirumuskan masalah berikut:
1. Apakah melalui media alam lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dapat meningkatkan kemampuan menulis kreatif puisi?
2. Bagaimanakah perubahan perilaku belajar peserta didik kelas VII H SMP Negeri 7 Pati pada pembelajaran menulis kreatif puisi setelah mengikuti pembelajaran dengan pemanfaatan media alam lingkungan sekolah sebagai sumber belajar?
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis kreatif puisi siswa kelas VII H SMP Negeri 7 Pati tahun pelajaran 2015/2016; untuk mengetahui apakah melalui media alam lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi; dan untuk mendeskripsi perubahan perilaku peserta didik kelas VII H SMP Negeri 7 Pati setelah mengikuti pembelajaran dengan media alam lingkungan sekolah sebagai sumber belajar
Manfaat penelitian ini adalah memberi pemecahan terhadap masalah yang dihadapi siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis puisi, memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih menulis puisi dengan memfungsikan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, memberikan masukan dalam mengembangkan kualitas pembelajaran yang lebih inovatif dengan menggunakan sumber belajar yang bervariasi, membantu guru dalam meningkatkan karirnya melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan, membantu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, dan membantu sekolah dalam meningkatkan mutu akademik.
KAJIAN PUSTAKA
Puisi adalah Ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait; gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna; sajak (KBBI, 2008: 1112).
Puisi adalah hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan mempergunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata kiasan (Situmorang, 1983: 10).
Secara etimologi, kata puisi berasal dari bahasa Yunani yaitu poesis yang artinya penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan poet dan poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986: 4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Dari definisi-definisi tersebut memang seolah terdapat perbedaan pemikiran. Namun, sebenarnya tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993: 7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya.Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan panca indera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.
Menurut Har (2011: 47), menulis puisi adalah kegiatan merangkai kata-kata sehingga rangkaian kata tersebut menceritakan sesuatu, mengungkapkan perasaaan, dan menggambarkan sesuatu hal. Ketika menulis puisi, seseorang akan menggunakan imajinasi, perasaan, dan kenangan/ pengalaman untuk merangkai kata-kata tersebut, sehingga tulisan puisi itu menjadi bermakna dan estetis atau indah.
Salah satu hal yang membedakan puisi dengan narasi adalah bentuknya. Menurut Luxemburg (dalam Wiyatmi, 2008: 53), ciri puisi yang paling mencolok adalah bentuk tipografik puisi yang larik-lariknya tidak terus sampai ke tepi halaman. Selain ciri tersebut, teks puisi juga bukan merupakan sebuah alur. Puisi merupakan rangkaian kata sebagai ungkapan hati yang mempunyai makna dan rasa tertentu (Har, 2011: 48).
Dalam menulis sebuah puisi diperlukan ide-ide sebagai bahan penulisan. Dalam KBBI (2009: 335) disebutkan bahwa ide adalah rancangan atau gagasan yang tersusun dalam pikiran. Menurut Har (2011: 59-72), ada lima cara yang dapat digunakan untuk menemukan ide dalam menulis puisi.
Cara pertama adalah menggunakan indera manusia. Manusia normal mempunyai lima indera yang dapat digunakan dalam mencari ide untuk menulis puisi. Kelima indera tersebut adalah mata sebagai indera penglihatan, telinga sebagai indera pendengaran, hidung sebagai indera penciuman, lidah sebagai indera perasa, dan kulit sebagai indera peraba. Hasil kepekaan kelima indera manusia dapat dijadikan bahan/ ide untuk menulis puisi.
Cara kedua adalah mengungkapkan perasaan. Mengungkapkan perasaan marah, benci, kecewa, senang, gembira, sedih, dan bangga dapat menjadi ide untuk menulis puisi.
Cara ketiga adalah mengingat kembali kenangan-kenangan yang pernah dialami. Kenangan yang dapat dijadikan ide untuk menulis puisi tidak harus kenangan yang bahagia, tetapi juga kenangan yang mengharukan, menyedihkan, atau mengecewakan dapat menjadi ide yang menarik.
Cara keempat adalah berimajinasi. Berimajinasi merupakan proses membayangkan sesuatu di luar logika manusia. Misalnya, seseorang yang membayangkan dirinya dapat memetik bintang. Imajinasi itu dapat dijadikan sebagai ide menulis puisi.
Cara kelima adalah membaca. Banyak ide yang dapat diperoleh dari kegiatan membaca semisal membaca berita di surat kabar dan majalah. Suatu peristiwa penting yang diberitakan dapat menjadi ide menarik untuk menulis puisi.
Darmadi (1996: 2) menjelaskan bahwa kemampuan menulis merupakan salah satu bagian dari kemampuan berbahasa. Selain itu, kemampuan menulis juga dianggap sebagai kemampuan yang paling sukar dibanding kemampuan berbahasa yang lainnya, seperti kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Kemampuan menulis memang sangatlah penting bagi dunia pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi karena menulis mempunyai fungsi sebagai sarana untuk belajar.
Harsiton (Darmadi, 1996: 3) mengemukakan bahawa ada beberapa alasan tentang pentingnya kemampuan menulis, antara lain: (1) kegiatan menulis adalah suatu sarana untuk menemukan sesuatu, (2) kegiatan menulis dapat memunculkan ide baru, (3) kegiatan menulis dapat melatih kemampuan mengorganisasikan dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang dimiliki, (4) kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang, (5) kegiatan menulis dapat membantu diri kita untuk menyerap dan memperoleh informasi, (6) kegiatan menulis akan memungkinkan kita untuk berlatih memecahkan beberapa masalah sekaligus, dan (7) kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu akan memungkinkan kita untuk menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi.
Berdasarkan alasan pentingnya menulis, jenis tulisan puisi merupakan salah satu hasil dari munculnya ide-ide baru sebagai hasil pemikiran dan kreativitas diri seseorang. Kegiatan menulis puisi dengan menggunakan media alam lingkungan sekolah dalam pembelajaran diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan imajinasi mereka sehingga siswa dapat memunculkan dan mengembangkan idenya dalam menulis puisi dengan menggunakan media alam lingkungan sekolah.
Media adalah perantara atau pengantar suatu pesan dari pengirim kepada penerima pesan tersebut (Sadiman, 2008: 6). Dalam dunia pembelajaran, ‘pesan’ di atas mengandung arti sebagai kemampuan/ keterampilan yang harus dikuasai penerimanya yaitu siswa. Munadi (2013: 5) juga menyatakan bahwa media pembelajaran merupakan sumber-sumber belajar selain guru yang disebut sebagai perantara pesan ajar yang diadakan/ diciptakan secara terencana oleh guru.
Sumber belajar adalah segala tempat atau lingkungan sekitar, benda dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku. (Pengembangan Bahan Ajar, Widyaiswara LPMP Jateng).
Dalam buku saku KTSP SMP disebutkan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam proses pembelajaran, yang dapat berupa buku teks, media cetak, media elektronik, narasumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya. Sumber belajar dipilih berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi dasar dibuat bervariasi agar memberikan pengalaman yang luas bagi peserta didik. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis puisi penulis menggunakan sumber belajar lingkungan alam dalam penelitian ini yaitu lingkungan sekolah yang terletak di halaman sekolah.
Media lingkungan merupakan media yang digunakan guru dan siswa untuk mempelajari keadaan nyata di luar kelas dengan cara menghadapkan siswa kepada lingkungan yang aktual untuk dipelajari dan diamati dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar (Sudjana dan Rivai, 1990: 208). Penggunaan media lingkungan jauh lebih bermakna karena siswa secara langsung dihadapkan pada keadaan yang sebenarnya.
Media lingkungan juga berperan dalam menemukan ide penulisan puisi. Har (2011: 60) menyatakan bahwa banyak ide di lingkungan sekitar manuasia. Salah satu cara menemukan ide tersebut adalah menggunakan kepekaan indera, kemudian yang terpenting adalah memikirkan dan merenungi hasil kepekaan indera tersebut. Berdasarkan hal-hal di atas, media lingkungan mempunyai peranan dalam menemukan bahan penulisan puisi melalui pengalaman siswa. Pengalaman-pengalaman tersebut selanjutnya direnungkan, dipikirkan, dan dituangkan dalam rangkaian kata yang puitis.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret sampai Juni 2015, dengan pertimbangan materi “menulis kreatif puisi†diajarkan pada semester 2 pada bagian akhir tahun pelajaran 2015/2016. Selama pelaksanaan penelitian tersebut, peneliti melakukan kegiatan penyusunan proposal, penyusunan instrumen penelitian, pengumpulan data dengan tindakan siklus I dan siklus II, analisis data, pembahasan dan penyusunan laporan hasil penelitian..
Tempat penelitian di SMP Negeri 7 Pati yang beralamat di Desa Mulyoharjo Pati khususnya pada kelas VII H karena peneliti sebagai guru Bahasa Indonesia di sekolah tersebut sehingga penelitian ini tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar justru membantu guru memecahkan masalah.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII H SMP Negeri 7 Pati semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 35, yang terdiri atas 22 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Subjek penelitian merupakan siswa yang kemampuan dalam menulis kreatif puisi keindahan alam masih belum optimal dan memiliki perilaku belajar yang cenderung kontraproduktif.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa data perilaku siswa selama dalam proses penulisan kreatif puisi dengan menggunakan media alam lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Data kuantitatif berupa tingkat kemampuan siswa yang ditunjukkan dengan nilai tes menulis kreatif puisi.
Dalam mengalisis data penulis menggunakan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil belajar yang diperoleh siswa pada kondisi awal, kemudian hasil belajar siklus I dan hasil belajar pada siklus II. Selanjutnya membandingkan proses pembelajaran kondisi awal dengan proses pembelajaran siklus I dan proses pembelajaran siklus II. Setelah menganalisis data hasil belajar dan proses pembelajaran selanjutnya merefleksi.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian tindakan kelas. Tindakan dilakukan pada setiap siklus. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus dengan langkah-langkah dalam setiap siklus berupa perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Siklus I guru melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Siklus II guru melaksanakan pembelajaran di luar kelas (media alam). Langkah-langkah dalam setiap siklus sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini dilakukan persiapan proses pembelajaran dengan langkah-langkah: (a) menyusun suatu pelajaran sesuai dengan penelitian tindakan yang akan dilakukan, (b) menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan, (c) menyusun pedoman pengamatan dan wawancara, dan (d) menyusun rancangan evaluasi rancangan program tindakan.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting).
Dalam tahap ini tindakan sesuai rencana yang telah ditetapkan. Tindakan dilakukan dalam dua kali pertemuan. Materi pembelajaran adalah menulis kreatif puisi. Dari hasil pembahasan, peneliti menjelaskan cara menulis puisi. Langkah selanjutnya peserta didik menulis puisi yang bertema keindahan alam di dalam kelas. Aktivitas peserta didik tersebut diobservasi.
3. Pengamatan (Observing).
Sasaran observasi adalah kegiatan peserta didik selama penelitian berlangsung. Agar pengamatan objektif, peneliti meminta bantuan seorang guru Bahasa Indonesia untuk ikut melaksanakan pengamatan. Pengamatan meliputi kegiatan dari awal sampai akhir pembelajaran. Aspek-aspek yang diamati adalah aktivitas peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran seperti kesungguhan peserta didik memperhatikan penjelasan peneliti tentang menulis puisi, dan menganalisis kesalahan-kesalahan pada puisi serta membetulkan cara menulis puisi yang benar.
4. Refleksi (Reflecting).
Berdasarkan analisis dilakukan refleksi yang meliputi (a) pengungkapan hasil pengamatan oleh pengamat tentang kelebihan dan kelemahan kemampuan peserta didik menulis kreatif puisi tentang keindahan alam di dalam kelas, (b) pengungkapan tindakan-tindakan yang telah dilakukan peserta didik selama proses pembelajaran, dan (c) pengungkapan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh peneliti selama mengajar.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan data informasi awal yang diperoleh kemampuan siswa dalam apresiasi puisi khususnya menulis puisi belum dilaksanakan secara maksimal. Dalam kegiatan pembelajaran peneliti belum menemukan strategi atau media pembelajaran yang tepat. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran menulis puisi siswa biasanya langsung disuruh menulis puisi dengan tema tertentu tanpa menggunakan sarana pendukung yang membantu proses penulisan puisi. Hal tersebut mengakibatkan puisi karya siswa kurang memuaskan.
Berdasarkan hasil kerja siswa untuk menulis puisi pada saat prasiklus rata-rata hitung untuk aspek diksi dalam puisi siswa mencapai 3,65 atau 73,14%, aspek citraan mencapai 3,45 atau 69,14%, dan aspek kesesuaian judul, tema dan isi mencapai 3,71 atau 74,28%. Sementara itu, aspek persajakan siswa memperoleh rata-rata 3,40 atau 68 %. Aspek makna siswa mencapai rata-rata 3,42 atau 68,57%. Nilai rata-rata keseluruhan aspek yang diamati dalam puisi siswa di akhir prasiklus sebesar 70,51 atau 70,51%.
Deskripsi Hasil Siklus I
Proses pembelajaran dari pendahuluan sampai dengan penutup berjalan dengan baik. Terdapat aktivitas yang cukup pada saat pembelajaran. Siswa tampak kurang bersemangat. Hal ini dapat dilihat dari ekspresi saat mengerjakan tugas. Kebebasan siswa untuk menuangkan isi hati dan angan masih terbatas kepada suasana hati di dalam kelas yang menjenuhkan.
Rata-rata hitung untuk aspek diksi dalam puisi siswa di akhir siklus I mencapai 3,91 atau 78,2%, aspek citraan mencapai 3,57 atau 71,42% dan aspek kesesuaian judul, tema dan isi siswa memperoleh rata-rata 3,88 atau 77,7%. Aspek persajakan siswa memperoleh rata-rata 3,42 atau 68,57%. Aspek makna siswa mencapai skor rata-rata 3,51 atau 70,28%. Nilai rata-rata keseluruhan aspek yang diamati siswa di akhir siklus I sebesar 73,94 atau 73,94%.
Deskripsi Hasil Siklus II
Proses pembelajaran dari awal sampai akhir berjalan sesuai dengan rencana. Aktivitas siswa terlihat sangat tinggi. Siswa terlihat bersemangat. Hal ini dapat dilihat dari kesungguhan untuk mengambil posisi duduk dan mulai menulis larik demi larik, bait demi bait sampai terciptalah puisi. Kejenuhan tampak hilang di wajah mereka dan siswa tidak merasa kesulitan dalam mengemukakan gagasan sendiri.
Skor rata-rata aspek pilihan kata atau diksi puisi siswa di akhir pertemuan siklus II sebesar 4,06, dan jika dipersentasikan sebesar 81,14%. Skor rata-rata aspek citraan puisi siswa di akhir pertemuan sebesar 3,80 atau 76%. Skor rata-rata aspek kesesuaian judul, tema dan isi puisi sebesar 3,91 atau 78,28%. Skor rata-rata aspek persajakan puisi sebesar 3,88 atau 77,71%. Skor rata-rata aspek makna puisi siswa sebesar 3,85 atau 77,14%. Skor rata-rata keseluruhan aspek yang diamati dalam puisi siswa pada siklus II pertemuan terakhir sebesar 78,05 atau 78,05%.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penulisan puisi siswa secara keseluruhan dapat diketahui peningkatan hasil pada setiap siklus. Rata-rata aspek diksi puisi siswa pada pra siklus sebesar 3,65. Hal ini menunjukkan bahwa aspek diksi puisi terlihat siswa masih banyak menggunakan kata-kata kurang padat. Siswa kurang mampu memilih kata-kata yang tepat, kata yang sesuai dengan situasi yang dihadapi. Setelah mendapat tindakan dengan menggunakan media alam lingkungan sekolah sebagai sumber belajar sebanyak dua siklus, aspek diksi hasil kerja menulis puisi siswa dengan menggunakan media alam lingkungan sekolah di siklus II menjadi 4,06. Jadi, peningkatan rata-rata aspek diksi puisi siswa dari prasiklus ke siklus II sebesar 0,41. Peningkatan ini menunjukkan bahwa aspek diksi puisi siswa sudah masuk dalam penggunaan kata-kata yang padat dan estetik.
Rata-rata aspek citraan puisi siswa pada prasiklus sebesar 3,45. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum banyak menggunakan citraan di dalam puisinya. Setelah mendapat tindakan dengan menggunakan media alam lingkungan sekolah sebagai sumber belajar sebanyak dua siklus, aspek citraan hasil kerja menulis puisi siswa dengan menggunakan media alam lingkungan sekolah di siklus II menjadi 3,80. Jadi, peningkatan rata-rata aspek citraan puisi siswa dari prasiklus ke siklus II sebesar 0,35. Peningkatan ini menunjukkan bahwa aspek citraan dalam puisi siswa sudah mulai diperhatikan penggunaannya untuk menambah pemahaman dan daya asosiasi pembaca.
Rata-rata aspek kesesuaian judul, tema dan isi puisi siswa pada prasiklus sebesar 3,71. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum menguraikan tema menjadi baris-baris puisi dengan baik. Setelah mendapat implementasi tindakan dengan menggunakan media alam lingkungan sekolah sebagai sumber belajar sebanyak dua siklus, aspek kesesuaian judul, tema dan isi puisi hasil kerja menulis puisi siswa dengan menggunakan media alam lingkungan sekolah di siklus II menjadi 3,91. Jadi, peningkatan rata-rata aspek aspek kesesuaian judul, tema dan isi puisi siswa dari prasiklus ke siklus II sebesar 0,20. Peningkatan ini menunjukkan bahwa aspek aspek kesesuaian judul, tema dan isi dalam puisi siswa sudah mulai diperhatikan kesesuaian isi dengan tema dan judul sehingga membuat puisi itu lebih menarik.
Rata-rata aspek persajakan puisi siswa pada prasiklus sebesar 3,40. Hal ini menunjukkan bahwa aspek persajakan belum mampu menimbulkan bunyi yang merdu melalui kata-kata yang digunakan. Setelah mendapat implementasi tindakan dengan menggunakan media alam lingkungan sekolah sebagai sumber belajar sebanyak dua siklus, aspek persajakan hasil kerja menulis puisi siswa dengan menggunakan media alam lingkungan sekolah di siklus II pertemuan terakhir menjadi 3,85. Jadi, peningkatan rata-rata aspek persajakan puisi siswa dari prasiklus ke siklus II sebesar 0,45. Peningkatan ini menunjukkan bahwa aspek persajakan sudah mulai diperhatikan penggunaannya dalam menulis puisi.
Rata-rata aspek makna puisi siswa pada prasiklus sebesar 3,42. Hal ini menunjukkan bahwa aspek makna belum mampu menghadirkan makna yang mendalam terkait dengan tema. Setelah mendapat tindakan dengan menggunakan media alam lingkungan sekolah sebagai sumber belajar sebanyak dua siklus, aspek makna hasil kerja menulis puisi siswa dengan menggunakan media alam lingkungan sekolah di siklus II pertemuan terakhir menjadi 3,88. Jadi, peningkatan rata-rata aspek makna puisi siswa dari prasiklus ke siklus II sebesar 0,46. Peningkatan ini menunjukkan bahwa siswa sudah memperhatikan kejelasan makna yang ingin disampaikan melalui puisi karya mereka.
Peningkatan skor rata-rata puisi siswa dari prasiklus, siklus I dan siklus II menjadi 78.05. Angka tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi sudah masuk kategori baik. Hal ini berarti pelaksanaan pembelajaran dengan media alam lingkungan sekolah pada siklus I dan media alam lingkungan sekolah pada siklus II membawa dampak yang positif terhadap pembelajaran menulis puisi. Dampak positif tersebut berupa peningkatan kemampuan siswa dari kategori cukup ke kategori baik. Nilai yang diperoleh siswa juga sudah di atas nilai ketuntasan minimal.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) pemanfaatan media alam lingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII H semester 2 SMP Negeri 7 Pati tahun pelajaran 2015/2016 mampu meningkatan kemampuan menulis puisi secara signifikan, (2) perubahan sikap dan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran puisi dengan media alam lingkungan sekolah sebagai sumber belajar adalah siswa merasa senang dan tidak jenuh serta memperoleh kemudahan sehingga termotivasi untuk berkarya.
Berdasarkan hasil penelitian peneliti mengemukakan saran berikut yaitu (1) diharapkan guru selalu berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga siswa mudah untuk menerima materi pelajaran, (2) diharapkan guru dapat memanfaatkan lingkungan alam yang ada di sekitar sekolah untuk mendukung proses belajar mengajar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran diri terhadap lingkungan dan mengagumi kebebasan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis. Jakarta: Erlangga.
Arikunto, Suharsimi,dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Jabrohim, Suminto A. Sayuti, Chairul Anwar. 2009. Unsur-unsur Puisi dalam Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jamaluddin. 2003. Problematik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Adicita.
Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPEF.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pradopo, Rahmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sayuti, Suminto A. 1994. Pengajaran Sastra: Pengantar Pengajaran Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Supriyanto, S.Pd., M.Pd. 2016. Teknik Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Pati: Hartamedia.
Supriyono. 2015. Peningkatan Kemampuan Menulis Kreatif Puisi dengan Pendekatan Saintifik dan Sumber Belajar Lingkungan Sekolah Peserta Didik Kelas VII H SMP Negeri 17 Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015