Peningkatkan Prestasi Belajar Melalui Metode Learning Tournament
PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI FPB DAN KPK MELALUI METODE LEARNING TOURNAMENT
PADA SISWA KELAS 5 SDN 2 WULUNG KECAMATAN RANDUBLATUNG
Siti Hasanah
SD Negeri 2 Wulung Kecamatan Randublatung
ABSTRAK
Learning Tournament adalah metode pembelajaran yang dapat memicu keaktifan siswa dalam berpikir dan mengolah konsep yang telah mereka dapat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 5 SD Negeri 2 Wulung pada materi FPB dan KPK dengan metode Learning- Tournamentmen. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Pengumpulan data penelitian menggunakan nilai LKS, skor observasi, skor dari setiap babak Learning Tournament, observasi, dan nilai tes akhir siklus. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi FPB dan KPK. Peningkatan tersebut terbukti dari hasil indikator pemahaman konsep penerjemahan mencapai 94%, indikator interpretasi mencapai 57% dan terakhir pada indikator ekstrapolasi mencapai 76% di siklus II.
Kata Kunci : Penelitian Tindakan Kelas, Pemahaman Konsep, Metode Learning Tournament.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematika berdampak pada hasil belajar siswa yang tidak mencapai nilai standar atau KKM. Masalah ini adalah sebuah fakta berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara peneliti pada guru kelas 5 SDN 2 Wulung Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora.
Berdasarkan hasil observasi pendahuluan, diketahui bahwa nilai ulangan harian pada materi FPB dan KPK kelas 5 tergolong rendah dan nilai ulangan mid semester serta akhir semester belum mencapai tingkat ketercapaian yang diharapkan yakni 6.0 sebagai standar KKM mata pelajaran matematika kelas 5 di SDN 2 Wulung.
Kegiatan pembelajaran matematika pada materi FPB dan KPK di kelas tersebut masih menggunakan indikator yang sama dengan indikator di kelas 4, proses pengerjaannya pun diajarkan dengan cara yang lama pula, alasan guru adalah siswa belum siap mengerjakan FPB dan KPK dengan cara baru yakni dengan menggunakan faktorisasi prima, karena cara ini sulit dipahami siswa kelas 5 karena mereka masih lemah pada proses perkalian dan pembagian.
Metode yang digunakan guru merupakan metode yang lama dan membosankan bagi mayoritas siswa, akibatnya siswa tidak selesai dalam mengerjakan tugas yang diberikan bahkan tidak mengerjakan soal satupun dengan alasan tidak memahami materi yang telah diajarkan guru. Fakta lain yang terlihat adalah ditengah pembelajaran terjadi komunikasi antar siswa diluar materi yang sedang diajarkan guru, ada siswa yang berjalan-jalan ke bangku temannya untuk meminjam alat tulis, siswa sering izin ke kamar mandi, tidak mengerjakan PR dan sisa mendapat nilai dibawah KKM, hal tersebut dapat melumpuhkan pembelajaran yang disebabkan oleh tingkat pemahaman siswa yang rendah.
Di akhir penelitian tindakan kelas ini diharapkan pemahaman konsep siswa kelas 5 SDN 2 Wulung pada materi FPB dan KPK meningkat sehingga hasil belajar matematika materi FPB dan KPK juga meningkat.
Peneliti menggunakan metode Learning Tournament dengan harapan keaktifan dan hasil belajar matematika kelas 5 SDN 2 Wulung kecamatan Randublatung Kabupaten Blora semester I tahun pelajaran 2014/ 2015 dapat meningkat.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas maka perumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut “Bagaimana penerapan metode Learning Tournament dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas 5 SDN 2 Wulung pada materi FPB dan KPK�
Tujuan Penelitian
Meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDN 2 Wulung Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2014/ 2015 melalui metode Learning Tournament.
Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru dan sekolah,yaitu
1. Bagi guru, sebagai masukan atau informasi untuk memperoleh gambaran mengenai metode Learning Tournament dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, sehingga dapat dijadikan metode alternatif dalam pembelajaran matematika.
2. Bagi siswa, untuk meningkatkan pemahaman konsep terhadap materi matematika yang diberikan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa.
3. Bagi sekolah, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan yang berarti bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran khususnya pembelajaran matematika di SDN 2 Wulung kecamatan Randublatung Kabupaten Blora.
KAJIAN TEORI
Pemahaman Konsep
Pemahaman merupakan kedalaman kognitif dan efektif yang dilmiliki oleh individu, misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik agar dapat melaksanakan pembelajaran secara aktif. Pemahaman siswa yang dimaksud adalah pemahaman siswa yang mencerminkan domain cognitive Taxonomy Bloom terhadap suatu konsep matematika. Akan tetapi tidak semua domain cognitive Taxonomy Bloom berada pada setiap detail permasalahan. Dalam suatu permasalahan, siswa dikatakan memahami apabila siswa mampu menggunakan domain cognitive Taxonomy Bloom untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Aspek- aspek pada ranah kognitif menurut Bloom ada enam yang kemudian lebih dikenal dengan taksonomi bloom tersebut terdiri dari mengingat,,memahami, menerapkan, menganalisis,mengevaluasi, dan menciptakan.
Konsep adalah suatu pengalaman yang dipahami sebagai suatu kelompok objek berdasarkan kesamaan ciri-ciri umum. Konsep matematika yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat dan inti atau isi dari materi matematika. Pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
Pengertian lain, Konsep adalah satu kognitif unit makna sebuah idea abstrak atau simbol mental ada kalanya dijelaskan sebagai satu pengetahuan, yang dibina dari pada unit lain yang bertindak sebagai ciri-ciri konsep. Sebuah konsep selalu dikaitkan dengan perwakilan serupa dalam suatu bahasa atau simbologi seperti satu perkataan.
Pemahaman siswa terhadap konsep matematika dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam: (1) Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan; (2) Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh; (3) Menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk merepresentasikan suatu konsep; (4) Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya; (5) Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep; (6) Mengidentifikasi sifat- sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep; (7) Membandingkan dan membedakan konsep-konsep
Setiap siswa harus mendapakan sentuhan yang tepat, memberikan banyak ruang untuk siswa agar mereka mampu mengeksplorasi kemampuannya dalam belajar, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar yang tinggi. Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasi konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Pemahaman Konsep Matematika
Perkembangan kognitif Piage adalah pada tahap operasional konkret usia 7- 11 tahun perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis. Kemampuan- kemampuan baru termasuk penggunaan operasi- operasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi sentarsi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan. Pemahaman merupakan kemampuan dalam menjelaskan dan mengeartikan suatu konsep. Konsep- konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep dan pembinaan keterampilan.
Pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan, karena setiap konsep berkaitan dengan konsep yang lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat bagi konsep yang lain. Oleh karena itu, siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melakukan keterkaitan tersebut. Berdasarkan pada dimensi keterkaitan antara konsep dalam teori belajar ausubel,â€belajarâ€dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi. Pertama, berhubungan dengan cara informasi atau konsep pelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Kedua, menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada (telah dimiliki dan diingat siswa tersebut). Belajar matematika merupakan suatu proses yang terkait dengan ide-ide, gagasan, aturan atau hubungan yang diatur secara logis, sehingga dalam belajar matematika harus mencapai pemahaman, karena pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.
Kemampuan pemahaman matematik adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan pembelajaran matematika di sekolah merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan (messages) yaitu materi dari sumber (resource), yaitu guru atau buku kepala penerima (receiver) yaitu peserta didik melalui saluran atau media (channel) tertentu.
Pemahaman konsep matematika juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan pada aspek penalaran bahwa materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Materi matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi matematika. Siswa dapat berfikir dan menalar suatu persoalan matematika apabila telah dapat memahami persoalan matematika tersebut. Suatu cara pandang siswa tentang persoalan matematika ikut mempengaruhi pola fikir tentang penyelesaian yang akan dilakukan. Indikator dari kemampuan pembelajaran matematika meliputi mengenal, memahami, dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip, dan ide matematika. Penarikan kesimpulan bahwa pemahaman konsep adalah aspek kunci dari pembelajaran, salah satu tujuan pengajaran yang penting adalah membantu siswa memahami konsep utama dalam suatu subjek, bukan hanya mengingat fakta-fakta yang terpisah-pisah. Pemahaman konsep akan berkembang apabila guru dapat mengeksplorasi topik secara mendalam dan memberi mereka contoh yang tepat dan menarik dari suatu konsep.
Metode Learning Tournament
Metode pembelajaran adalah suatu cara yang ditempuh oleh guru untuk menyajikan materi pembelajaran yang masih bersifat umum agar dapat dipahami oleh siswa. Dalam dunia pendidikan, metode pembelajaran bukanlah hal yang baru. Proses pembelajaran di kelas seorang guru harus menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan di capai.
Metode Learning tournament digunakan untuk mendorong keaktifan siswa melalui sebuah kompetisi belajar. Learning Tournament adalah strategi belajar aktif yang merupakan suatu bentuk sederhana dari Teams Games Tournament, dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawannya. Learning Tournament juga menggabungkan satu kelompok belajar dan kompetisi tim, dan dapat digunakan untuk mengembangkan pelajaran atas macam-macam fakta, konsep dan keahlian yang luas.
Tipe Learning Tournament ini siswa dibagi menjadi beberapa tim, setiap siswa dalam tim bertanggung jawab menjawab pertanyaan dari guru. Tipe Turnamen Belajar ini merupakan suatu pertandingan akademis, dengan adanya pertandingan akademis ini maka terciptalah kompetisi antar siswa dalam kelompok atau tim yang dapat menimbulkan dorongan motivasi bahwa tim harus menang, para siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan strategi belajar aktif tipe Learning Tournament (Turnamen Belajar) adalah sebagai berikut:
a. Siswa dibagi dalam tim yang terdiri dari atas 2-8 orang anggota tim. Masing-masing tim harus memiliki jumlah yang sama.
b. Memberikan materi untuk dibahas berasama.
c. Membuat beberapa pertanyaan yang menguji pemahaman dan atau menggingat materi pelajaran.
d. Memberikan serangkaian pertanyaan kepada pesrta didik, sebagai “babak pertama†untuk turnamen belajar. Setiap peserta didik harus menjawab pertanyaan secara pribadi.
e. Setelah pertanyaan-pertanyaan diberikan, sediakan jawaban dan mintalah siswa menghitung pertanyaan yang mereka menjawab secara benar. Kemudian suruhlah mereka menyatakan skor mereka kepada anggota lain dala tim tersebut untuk mendapat skor tim. Umumkan skor masing-masing tim.
f. Mintalah tim mempelajari kembali turnamen pada babak kedua. Kemudian mintalah tes pertanyaan yang lebih banyak sebagai bagian “babak keduaâ€. Mintalah sekali lagi tim menyatakan skornya dan tambahan satu skor kepada gilirannya.
g. Lakukan beberapa ronde atau babak seperti yang diinginkan.
Serangkai kegiatan tersebut sangatlah membutuhkan keaktifan siswa dikelas, guru sebagai moderator yang memimpin kegiatan pembelajaran, maka dari itu rangkaian kegiatan ini dilakukan dengan baik dan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
Hipotesis Tindakan
Sebelum dilakukan penelitian, dirumuskan terlebih dahulu hipotesis tindakan sebagai dugaan awal penelitian, yaitu: “Jika metode Learning Tournament diterapkan dalam materi FPB dan KPK, maka akan meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas 5 SDN 2 Wulung kecamatan Randublatung Kabupaten Bloraâ€.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di kelas 5 SDN 2 Wulung Kabupaten Blora. Penelitian dilakukan pada semester I tahun pelajaran 2014/ 2015 selama 5 bulan dari bulan Juli s/d Nopember 2014.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 yang berjumlah 37 siswa terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan di SD Negeri 2 Wulung Kabupaten Blora.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2, untuk melihat peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran konsep Pecahan. Bila di siklus 1 terdapat hal- hal yang kurang optimal, maka perlu diadakan perbaikan dan penyempurnaan kegiatan penelitian pada siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil observasi terhadap metode mengajar guru diperoleh fakta bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan guru belum sepenuhnya menggunakan metode pembelajaran aktif, hal ini karena aloksi waktu yang diberikan sekolah cukup singkat. Selain itu cara mengajar guru kelas 5 hanya sebatas penjelasan materi kemudian siswa mengerjakan latihan yang terdapat dalam buku paket matematika. Hasil dari pengerjaan latihan tersebut tidak langsung dinilai, sehingga guru tidak langsung mengetahui tingkat pemahaman siswa dari materi yang diajarkan.
Instrumen merupakan alat untuk mendapatkan data dan mengukur tingkat ketajaman instrumen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti, tes dan skor Learning Tournament, Lembar Kerja Siswa (LKS), Observasi dan wawancara.
Teknik pengumpulan data dilakukan guna mendapatkan data yang akurat. Data yang didapat dalam penelitian ini diperoleh dengan cara observasi yang terdiri dari tes dan dokumentasi.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematika adalah tes uraian disetiap akhir siklus dan evaluasi yang dikemas dalam metode Learning Tournament. Validitas yang digunakan untuk instrumen kemampuan pemahaman konsep matematika adalah Refleksi Kritis (Critical Reflection).
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi permasalahan yang dijadikan objek penelitian, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Siklus 1
Siklus 1 dilaksanakan pada bulan Agustus 2014. Pada pembelajaran siklus 1 ini, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu dengan menerapkan metode Learning Tournament.Guru memberikan LKS sebagai evaluasi dan penguatan terhadap materi yang telah diajarkan. Hasil nilai LKS menunjukkan nilai rata- rata siswa pada LKS 1 adalah 7,3 dan LKS ke-2 menunjukkan nilai rata- rata 6,19 persentase dari kedua LKS tersebut adalah 73% dan 61.9%. Berdasarkan pada nilai tersebut menunjukan persentase yang melebihi dari angka 50% dalam arti siswa sudah mampu mencapai sebagian dari indikator pemahaman konsep yang ditentukan.
Pada akhir pembelajaran dilakukan Pada kegiatan akhir di pertemuan ketiga siklus ini guru melakukan tes yang dikemas dengan metode turnamen belajar untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa. Berikut ini data lengkap yang berhasil dikumpulkan setelah pelaksanaan tindakan pada Siklus 1.
Tabel Klasifikasi Jumlah Skor
Indikator Pemahaman Konsep Siklus I
Indikator |
Penerjemahan |
Interpretasi |
Eksplorasi |
Jumlah |
170 |
203 |
96 |
Persentase |
59.03% |
46.99% |
33.33% |
Dari tabel di atas, dapat dideskripsikan bahwa siswa yang memperoleh nilai di atas KKM terdapat 6 orang dan 31 siswa mendapat nilai dibawah KKM. Hal ini menunjukan bahwa siswa belum mampu untuk mencapai nilai yang telah dijadikan standar dalam mata pelajaran matematika, sehingga dapat dihitung persentase keberhasilan siswa mencapai KKM yakni 16,22% dan persentase siswa yang belum mencapai KKM yakni 83,78%.
Deskripsi Hasil Siklus 2
Setelah pelaksanaan siklus 1, peneliti melakukan refleksi dan merencanakan pelaksanaan siklus 2. Siklus 2 dilaksanakan pada bulan September 2014. Pada pembelajaran siklus 2 ini, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada pertemuan kedua dalam siklus II ini keadaan siswa sudah lebih baik, siswa jarang yang keluar masuk toilet dan tidak ada siswa yang berbicara selain pokok pelajaran serta siswa yang mengantuk atau menulis di waktu yang tidak tepat. Pada jam akhir pelajaran dilakukan babak semi final learning tournament.
Pada kegiatan akhir di pertemuan ketiga siklus ini guru melakukan tes yang dikemas dengan metode turnamen belajar untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa. Data yang berhasil dihimpun adalah sebagai berikut:
Tabel Persentase Indikator Pemahaman Konsep Siklus I dan II
Siklus |
Penerjemahan |
Interpretasi |
Eksplorasi |
I |
59.02% |
46.99% |
33.33% |
II |
98.14% |
75.46% |
70.13% |
Peningkatan |
39.12% |
28.47% |
36.8% |
Dari tabel di atas, dapat dideskripsikan bahwa pemahaman konsep indikator penerjemahan mencapai persentase 98.14% dan 75.46% untuk indikator interpretasi dan indikator ekstrapolasi mencapai persentase 70.13%.
Pembahasan
Evaluasi peningkatan pemahaman konsep siswa kelas 5 diberikan pada setiap pertemuan, pada pertemuan pertama dan kedua siklus 1 diberikan melalui Lembar kegiatan siswa atau LKS dan pada pertemuan berikutnya sampai pada pertemuan terakhir di siklus II menggunakan metode learning tournament dan tes akhir siklus dalam bentuk uraian tertulis. Setelah diujicobakan ternyata pemahaman konsep siswa terjadi peningkatan dan aktivitas belajar siswa lebih terarah serta mampu meningkatkan nilai siswa mencapai nilai KKM.
Siswa yang terlihat pendiam pada awal pertemuan menjadi lebih aktif dan berani, siswa yang homogen pada pertemuan di siklus II terlihat lebih heterogen, mereka dapat berbaur dengan yang lain, setiap siswa memiliki semangat yang tinggi untuk mencapai nilai yang tinggi sehingga mereka membutuhkan kerjasama yang kuat dalam tim. Bagi guru menjadikan metode ini menjadi metode jenis turnamen yang utama dalam mengajar, hal ini ditetapkan sejak kepala sekolah menyaksikan peneliti dalam melakukan penelitian dan beliau melihat semangat belajar siswa yang tinggi.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan pada penelitian tindakan kelas tersebut, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sebelum menggunakan strategi learning tournament, pada pertemuan kedua dan ketiga pada siklus I aktivitas belajar siswa belum kondusif hal ini terbukti pada hasil observasi siswa mencapai persentase 30% dan 45% kemudian mengalami peningkatan pada siklus II pertemuan kedua dan ketiga masing- masing mencapai 95% dan 100%. Kemudian untuk nilai LKS pada pertemuan I dan 2 rata- rata nilai siswa yakni 6,19 sedangkan pada test siklus I siswa yang tuntas atau mencapai KKM mencapai persentase 16,22% dan sisanya yakni 83,78% belum mencapai KKM. Sedangkan pada siklus ke II seluruh siswa mampu mencapai nilai KKM dengan persentase 100%.
Berdasarkan pada siklus I tingkat pemahaman konsep siswa pada indikator penerjemahan mencapai 59,02% dan indikator interpretasi dan eksplorasi yakni 46,99% dan 33,33% kemudian pada siklus II mencapai 98,14% pada indikator penerjemahan dan 75,46% indikator interpretasi serta 70,13% pada indikator eksplorasi hal ini terjadi peningkatan yang cukup tinggi pada ketiga indikator terutama pada indikator penerjemah pemahaman konsep siswa naik berkisar 39,12%. Dengan demikian dari data yang diperoleh maka metode Learning Tournament mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas 5 pada materi FPB dan KPK serta mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas 5 SDN 2 Wulung Kabupaten Blora.
Saran
Berdasarkan pada kesimpulan yang telah dipaparkan, ada beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan antara lain:
1. Pemahaman konsep siswa sangat perlu ditingkatkan pada mata pelajaran matematika yang nantinya akan sangat membantu siswa dalam memecahkan masalah mereka dalam kehidupan sehari- hari, khususnya masalah yang berkaitan dengan materi FPB dan KPK.
2. Guru perlu memperhatikan setiap aktivitas belajar siswa, selama proses pembelajaran khususnya pada materi yang berkaitan dengan pemecahan masalah.
3. Setiap guru wajib menguasai semua metode pembelajaran, agar siswa lebih tertantang untuk belajar.
4. Dalam melakukan pengajaran hendaknya setiap guru memahami benar- benar konsep yang terdapat dalam materi FPB dan KPK ataupun materi lain, sesuaikan konsep tersebut dengan tingkatan kelas, misalnya pada kelas 4 dalam mencari FPB dan KPK boleh menggunakan tabel T saat dikelas 5 hendaknya konsep itu sudah tidak digunakan kembali sehingga siswa dapat bertambah kemampuannya.
5. Guru perlu memberikan pertanyaan- pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam bukan hanya sekedar hafalan, pada saat apersepsi guru selalu menstimulus siswa agar mereka berpikir tentang proses pengerjaan, tidak semata- mata mengingat suatu materi secara dangkal.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jumanatul‘Ali. Al-Qur’an dan terjemahannya, Bandung: CV Penerbit J- Art, 2005.
Awy’ A. Qolawun. Rasulullah Guru Paling Kreatif, Inovatif, dan Sukses Mengajar. Yogyakarta: DIVA Pres, 2012.
Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika Bandung: UPI PRESS, 2006.
Esti Yuli Widayanti,dkk., Pembelajaran Matematika MI. Surabaya: Aprinta, 2009.
Evi Fatimatur, dkk., Perencanaan Pembelajaran Edisi Pertama. Surabaya: Amanah Pustaka, 2009.
Gavin Reid, Memotivasi Siswa Dikelas Gagasan dan Strategi.(Jakarta: PT Indeks, 2009), h. 13.
Hamzah B Uno. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
—– Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
H.M. Ali Hamzah dan Muhlisarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014.
Heruman, S.Pd. Model Pembelajaran Matematika, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia( KBBI). Jakarta: PT. Indeks, 2009
Melvin. L. Silberman. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa media, 2011.
Masitoh dan Laksimi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009.
Nila Kusumawati, Pemahaman Konseo Matematika Dalam Pembelajaran Matematika. 2014.
Ratna wilis dahar, Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga, 2011.
Ruseffendi, Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito, 2006.
Ruswandi Hermawan, Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS, 2007.
Robert, Salvin. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Indeks, 2009.
Syaiful Bahri djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2006.
—– Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2010.