Peningkatkan Hasil Belajar Dengan Metode Inkuiri dan Media Jam
PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI PENGUKURAN WAKTU DENGAN METODE INKUIRI
DAN MEDIA JAM PADA SISWA KELAS V SEMESTER I SDN 1 SOGO
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Sri Woro Lestari
SDN 1 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dengan penerapan strategi pembelajaran inkuiri berbantuan media jam dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V semester I SDN 1 Sogo pada pokok bahasan pengukuran waktu. Tujuannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan pendekatan inkuiri berbantuan media jam, hasil kognitif siswa, keaktifan siswa, dan kinerja guru dapat meningkat.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Reserch (CAR). Penelitian tindakan kelas adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.Subyek peneliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Sogo Kabupaten Blora dengan jumlah 25 siswa, laki-laki 13 siswa dan perempuan 12 siswa. Teknik pengumpulan data yang di pakai adalah dengan angket minat siswa, lembar obsevasi siswa maupun guru, serta dengan tes tertulis.Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan strategi pembelajaran inkuiri berbantuan media jam dapat meningkatkan keaktifan belajar peserta didik kelas V SDN 1 Sogo pada tahun pelajaran 2014/2015. Pada pra siklus prosentase keaktifan belajar sebesar 50% dan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 53,8%, siklus I keaktifan kelas meningkat menjadi 74,5% dengan ketuntasan klasikal sebesar 70,5% dan siklus II mengalami peningkatan keaktifan sebesar 84,1% dengan ketuntasan klasikal sebesar 88,5%.Selain itu hasil belajar peserta didik kelas V SDN 1 Sogo pada materi pengukuran waktu semester 1 tahun pelajaran 2014/2015. Pada tahap pra siklus nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik masih 57,9 dengan ketuntasan klasikal 53,8%, pada siklus I meningkat menjadi 77,7 dengan ketuntasan klasikal sebesar 70,5%, pada siklus II nilai rata-rata lebih meningkat menjadi 81,1 dengan ketuntasan klasikal sebesar 88,5%.Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran inkuiri dengan media jam dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan pengukuran waktu di kelas V semester I SDN 1 Sogo Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2014/2015.
Kata kunci: hasil belajar matematika, metode inkuiri, media jam
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan besar manfaatnya bagi kehidupan. Dalam Undang-undang tentang sistem Pendidikan nasional disebutkan bahwa manusia membutuhkan pendidikan dalam hidupnya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal oleh masyarakat.
Berbicara mengenai dunia pendidikan memang tidak akan pernah mengalami titik final, sebab pendidikan merupakan salah satu permasalahan kemanusiaan yang akan senantiasa aktual untuk diperbincangkan pada setiap waktu dan tempat yang berbeda sekalipun. Pendidikan dituntut untuk selalu relevan dengan kontinuitas perubahan.
Dengan adanya pendidikan setiap manusia dapat mengembangkan dirinya baik dalam hal pengetahuan, sikap maupun ketrampilan. Dalam arti yang terbatas, pendidikan merupakan salah satu proses interaksi belajar mengajar dalam bentuk formal yang dikenal sebagai pengajaran. Salah satu pelajaran yang termuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah adalah matematika.
Salah satu metode pembelajaran dalam bidang sains, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah metode inkuiri. David L. Haury dalam artikelnya, Teaching Science Through inquiry (1993) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak, inkuiri merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inkuiri berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu.
Menurut Sumantri M. Dan Johar Permana (2000:142) adalah cara penyajian pelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.
Metode inkuiri ialah metode mengajar yang paling mirip dengan metode penemuan. Beberapa perbedaannya adalah sebagai berikut mengajar dengan penemuan biasanya dilakukan dengan ekspositori dalam kelompok-kelompok kecil (di laboratorium, bengkel, atau kelas). Sebenarnya mengajar dengan metode inkuiri dapat dilakukan melalui ekspositori, kelompok, dan secara sendiri-sendiri. Dalam metode penemuan hasil akhir yang harus ditemukan siswa merupakan sesuatu yang baru bagi dirinya, namun sudah diketahui oleh guru. Dalam metode ini selain sebagai pengarah dan pembimbing, guru menjadi sumber informasi data yang diperlukan. Siswa masih harus mengumpulkan informasi tambahan, membuat hipotesis, dan mengujinya. Dalam metode penemuan siswa diharapkan menemukan sesuatu yang penting. Hasilnya adalah nomor dua.
Agar pelaksanaan metode inkuiri ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.
2. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.
3. Siswa membuat perkiraan dari hasil analisis yang dilakukannya.
4. Bila perlu, perkiraan yang telah dibuat oleh siswa tersebut diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran perkiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
5. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran tersebut, maka sebaiknya diserahkan kepada siswa untuk menyusunnya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenarannya.
6. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk menguji hasil penemuan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis memilih judul penelitian “Peningkatkan Hasil Belajar Mateatika Materi Pengukuran Waktu Dengan Metode Inkuiri Dan Media Jam Pada Siswa Kelas V Semester I di SDN 1 Sogo Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2014/2015â€.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah dengan menerapkan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar Matematika Materi Pengukuran Waktu dan Media Jam Pada Siswa Kelas V Semester I Tahun 2014/2015 di SDN 1 Sogo Kabupaten Blora�
Tujuan Penelitian
Mengetahui sejauh mana strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar Matematika Materi Pengukuran Waktu dan Media Jam Pada Siswa Kelas V Semester I Tahun 2014/2015 di SDN 1 Sogo Kabupaten Blora.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:
1. Bagi Guru
a) Dapat mengembangkan kreativitas guru dalam menciptakan variasi pembelajaran di kelas.
b) Dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas dengan baik.
c) Dapat mengukur keberhasilan guru dalam menerapkan suatu metode mengajar.
d) Meningkatkan keterampilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
2. Bagi Siswa
a) Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika.
b) Melatih siswa agar berani untuk mengemukakan pendapat atau mengajukan pertanyaan.
c) Meningkatkan kerjasama antar siswa.
d) Mampu mendorong siswa untuk berpikir dari berbagai sudut pandang.
e) Menimbulkan persaingan yang sehat antar siswa.
3. Bagi Sekolah
a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan yang berarti bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran khususnya pembelajaran matematika di SDN 1 Sogo Kabupaten Blora.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Hasil Belajar
Proses belajar terjadi karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang dimaksud adalah berupa hasil belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari. Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi. Untuk itu diperlukan teknik dan prosedur evaluasi belajar yang dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar.
Menurut Sri Anitah (2008:2.19) hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan berfikir kritis dan ilmiah siswa Sekolah Dasar, dapat dikaji berdasarkan:
1. Kemampuan membaca, mengamati dan atau menyimak apa yang dijelaskan atau diinformasikan.
2. Kemampuan mengidentifikasi atau membuat ssejumlah (sub-sub) pertanyaan berdasarkan substansi yang dibaca, diamati dan atau didengar.
3. Kemampuan mengorganisasikan hasil-hasil identifikasi dan mengkaji dari sudut persamaan dan perbedaan.
4. Kemampuan melakukan kajian secara menyeluruh.
H.M. Surya (2008:8.6) menyatakan hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi aspek tingkah laku kognitif, konotatif, afektif atau motorik. Belajar yang hanya menghasilkan perubahan satu atau dua aspek tingkah laku saja disebut belajar sebagian dan bukan belajar lengkap.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu maupun secara kelompokâ€. Pendapat ini berarti prestasi tidak akan pernah dihasilkan apabila seseorang tidak melakukan kegiatan. Hasil belajar atau prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu prestasi belajar bukan ukuran, tetapi dapat diukur setelah melakukan kegiatan belajar. Keberhasilan seseorang dalam mengikuti program pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar seseorang tersebut.
Menurut Sudjana hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mengalami proses belajar. Penguasaan peserta didik antara lain berupa penguasaan kognitif yang dapat diketahui melalui hasil belajar. Usaha untuk mencapai aspek tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Adapun Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler, tujuan institusional maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
Pengertian Metode Inkuiri
Menurut Sund, seperti yang dikutif oleh Suryosubroto (1993: 193), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inkuiri, atau inkuiri merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Menurut Gulo (2002) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peran guru adalah sebagai berikut:
a) Motivator, Memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir
b) Fasilitator Menunjukan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan
c) Penanya, Menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat
d) Administrator, Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas
e) Pengarah, Memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
f) Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
g) Rewader, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat. Hasil penelitian Schlenker, dalam Joyce dan Weil (992: 198), menunjukan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berfikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Metode Inkuiri Menurut Gulo (2002) menyatakan bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan/permasalahan
Kegiatan inkuri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan.Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan dipapan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
2. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat di uji dengan data. Untuk memudahkan proses ini guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
3. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data berupa tabel, matrik, atau grafik
4. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah disumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menuji hipotesis adalah pemikiran â€benar†atau â€salahâ€. Setelah memperoleh kesimpulan dari data percobaan siswa dapat menguji hipoetsis yang telah di rumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Kelemahan dan Kelebihan Metode Inkuiri
Metode inkuiri juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurang dari metode inkuiri adalah:
Kelebihan Metode Inkuiri
a) Menurut suryobroto (2002:201), ada bebrapa kelebihan inkuiri antara lain:
b) Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.
c) Membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.
d) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan.
e) Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.
f) Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar.
g) Strategi ini berpusat pada siswa, misalkan memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabanya belum diketahui.
Kelemahan Metode Inkuiri
a) Kelemahan inkuiri menurut Suryobroto (2002:201) adalah sebagai berikut:
b) Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini.
c) Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.
d) Harapan yang ditumpahkan pada metode ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri.
Pengertian Media Pembelajaran
Kata “media†berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari “mediumâ€, yang secara harifah berarti “perantara atau pengantarâ€. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.
Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Akhirnya, dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.
Media Jam
Jam adalah alat pengukur waktu atau alat penunjuk waktu. Dalam kehidupan kita sehari-hari pastinya tidak terlepas dari jam. Sulit dibayangkan bagaimana kehidupan tanpa patokan waktu yang jelas. Bila sedang banyak pekerjaan, tentu kita berharap satu hari berjalan lebih dari 24 jam, tapi bila sedang tidak banyak pekerjaan rasanya waktu berjalan lambat.
Penentuan waktu ternyata hasil asimilasi pengaruh berbagai bangsa dan berbagai zaman. Bangsa Mesir kuno, sudah dari dulu membagi malam misalnya berdasarkan kerja 12 bintang, bagi mereka bila bintang tertentu memperlihatkan diri, maka tahulah mereka bahwa satu jam telah berlalu. Maka kemudian, walaupun di siang hari bintang-bintang tidak terlihat, namun orang-orang Mesir kuno ini memutuskan untuk membagi siang hari juga menjadi 12 bagian. Kemudian bagaimana dari satu jam menjadi 60 menit, konon dipengaruhi oleh kebesaran peradaban tinggi bangsa Babilonia, yang memperhitungkan angka selalu dalam 60.
Seiring dengan perkembangan jaman, jam tidak hanya sebagai alat penentu waktu saja tetapi dengan bentuk yang bermacam-macam jam juga bisa dijadikan aksesoris dan perhiasan tangan. Tidak berbeda dalam dunia pendidikan, jam memiliki peranan dan manfaat sebagai alat peraga khususnya pada mata pelajaran matematika seperti yang dipaparkan pada penelitian ini.
Untuk menentukan beberapa menit kemudian atau beberapa jam kemudian, siswa harus berhitung dan bahkan mungkin mengingat terlalu lama jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh guru. Dengan adanya media jam siswa langsung ditunjukkan waktu yang akan datang atau waktu sebelumnya dengan cara memutar bagian roda jam yang berfungsi sebagai penggerak jarum jam.
Secara simpel matematika diartikan sebagai telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. (Reys, 1984), karenanya matematika bukan pengetahuan yang menyendiri, tetapi keberadaannya untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. (Kline, 1973 dalam Asep Jihad, 2008:152).
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian diatas dapat dimunculkan suatu hipotesis tindakan sebagai berikut:“Peneraparan strategi pembelajaran inkuiri dan media jam dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar Matematika Materi Pengukuran Waktu Pada Siswa Kelas V Semester I di SDN 1 Sogo Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2014/2015â€.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas V SDN 1 Sogo Kabupaten Blora Tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 25 peserta didik. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama dua minggu mulai dari tanggal 5 Oktober – 17 Oktober 2015.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data kondisi awal, teknik observasi untuk data kreativitas belajar, wawanara dan teknik tes tertulis untuk mengumpulkan data hasil belajar. Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen daftar nilai, lembar observasi kreativitas belajar dan butir soal tes tertulis.
Validasi Data dan Analisis Data
Validasi data dilakukan agar memperoleh data yang valid. Data kreativitas yang diperoleh melalui observasi divalidasi dengan melibatkan observer teman sejawat yang dikenal dengan berkolaborasi, sedangkan data yang diperoleh melalui tes divalidasi dengan menyusun kisi-kisi sebelum butir soal dibuat. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dilanjutkan dengan refleksi.
Prosedur Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama membuat perencanaan tindakan, tahap kedua melakukan tindakan sesuai yang direncanakan, tahap ketiga melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan, tahap keempat melakukan analisis deskriptif komparatif dan refleksi terhadap hasil pengamatan tindakan.
Hasil Tindakan
Dari data awal diketahui bahwa masih banyak siswa yang berada di bawah angka ketuntasan yakni mencapai 53,8%. Dengan rata-rata di bawah standar yang diharapkan yakni 50. Standar rata-rata klasikal yang ingin dicapai adalah 65.
 Pada siklus I terdapat peningkatan keaktifan peserta didik dari 65% menjadi 84,1%. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa dan yang masih belum tuntas yaitu 8 siswa. Ketuntasan klasikal mencapai 68% dan nilai rata rata menjadi 77,7.
Pada siklus II terdapat peningkatan keaktifan peserta didik menjadi 84,1%. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 22 siswa dan yang masih belum tuntas yaitu 3 siswa. Ketuntasan klasikal mencapai 88% nilai rata rata menjadi 81,1.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa keaktifan belajar peserta didik tercapai melebihi indikator keberhasilan, dan hasil belajar peserta didik meningkat dan sudah melebihi indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti yaitu nilai rata – rata hasil belajar ≥ 65 dan ketuntasan klasikal >75% sehingga siklus II dipandang sudah cukup.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dan deskripsi data serta analisis penelitian tentang penggunaan media jam dindinguntuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik pada materi pengukuran waktu semester I kelas V SDN 1 Sogo Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2014/2015 dari bab I sampai bab IV maka pada akhir penelitian ini dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Melalui penggunaan media jam dinding dapat meningkatkan keaktifan belajar peserta didik kelas V SDN 1 Sogo Kabupaten Blora pada Tahun Pelajaran 2014/2015. Pada pra siklus prosentase keaktifan belajar sebesar 50% dan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 53,8%, siklus I keaktifan kelas meningkat menjadi 74,5% dengan ketuntasan klasikal sebesar 68% dan siklus II mengalami peningkatan keaktifan sebesar 84,1% dengan ketuntasan klasikal sebesar 88%.
2. Melalui penggunaan media jam dinding dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas V SDN 1 Sogo Kabupaten Blora pada materi pengukuran waktu semester 1 tahun pelajaran 2014/2015. Pada tahap pra siklus nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik masih 57,9 dengan ketuntasan klasikal 53,8%, pada siklus I meningkat menjadi 77,7 dengan ketuntasan klasikal sebesar 70,5%, pada siklus II nilai rata-rata lebih meningkat menjadi 81,1 dengan ketuntasan klasikal sebesar 88,5%.
Saran
Setelah peneliti mengetahui manfaat dari penggunaan media jam dinding untuk pembelajaran, maka peneliti mengemukakan saran yang dapat dipertimbangkan:
1. Penggunaan media jam dindingsebagai salah satu bentuk variasi dalam pemilihan media pembelajaran untuk mata pelajaran matematika di kelas V SDN 1 SogoKabupaten Blora.
2. Guru lebih kreatif dalam pemilihan media yang tepatdalam pembelajaran yang lain selain yang digunakan sehari-hari. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah Syaful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RENIKA CIPTA.
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Galia Indonesia, 2010.
Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.
Nasution. S. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar. Bumi Aksara. Bandung. 1982.
Sanaky, AH. Hujair. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: SAFIRA INSANIA PRESS.
Soenarjo.R.J. Matematika 5 SD dan MI Kelas 5(BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. 2007.
Saminanto. Ayo Pratik PTK ( Peneltian Tindakan Kelas). Semarang: RaSAIL, 2011.
Shadiq, Fajar. Kemahiran matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 2009.
Silver, Harvey F. et. Al. Stategi-Stategi Pengajaran: Memilih Strategi Berbasis Penelitian Yang Tepat Untuk Setiap Pelajaran. terj. Ellys Tjo. Jakarta: PT. Indeks, 2012.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010.
Sutrisno, Joko. 2008. Pengaruh Metode Pembelajaran Inquiry dalam belajar Sains terhadap Motivasi Belajar Siswa.. http://www.erlangga.co.id. Diakses pada tanggal 21 April 2008.
Suyitno, Amin. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2001.
Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Indeks, 2010.