PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS

MATERI PERKEMBANGAN WILAYAH INDONESIA

MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD

BAGI SISWA KELAS V SDN 2 KEMIRI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Suwarlan

SDN 2 Kemiri Kecamatan Kunduran

 

ABSTRAK

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi perkembangan wilayah Indonesia melalui penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions pada siswa kelas V SDN 2 Kemiri Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian dilaksanakan di kelas V SDN 2 Kemiri Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora dengan jumlah siswa 13 anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen, pengamatan, dan tes tertulis. Pengumpulan data diambil dari dokumentasi daftar nilai pra siklus, lembar pengamatan, dan rekapitulasi hasil belajar yang dilakukan pada akhir siklus. Dalam pelaksanaan tindakan, dibagi dalam empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian, pada kondisi awal keaktifan belajar siswa rendah dan nilai rata-rata 61,54. Dari KKM yang ditetapkan yaitu 70, jumlah siswa yang mampu mencapai KKM sebanyak 14 siswa (46,15%) dan 12 anak (53,85%) masih dibawah KKM. Pada siklus I keaktifan belajar siswa agak tinggi dan nilai rata-rata ulangan harian 69,23. Jumlah siswa yang mampu mencapai KKM menjadi 18 siswa (69,23%) dan 8 anak (30,77%) masih dibawah KKM. Pada siklus 2 keaktifan belajar siswa tinggi dan nilai rata-rata ulangan harian 76,15. Jumlah siswa yang mencapai KKM 22 siswa (84,62%) dan 4 anak (15,38%) masih dibawah KKM.

Kata Kunci: model pembelajaran STAD, keaktifan belajar, hasil belajar

                                                

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPS tidak hanya menuntut siswa untuk memahami apa yang telah dipelajari, tetapi juga harus mampu memberikan contoh-contoh sosial yang nyata di lingkungan masyarakat seputar materi yang disampaikan. Hal ini berguna untuk membawa keberhasilan bagi siswa dalam bermasyarakat dan proses menuju kedewasaan.

Hasil observasi yang peneliti lakukan di SDN 2 Kemiri Kecamatan Kunduran dapat diketahui bahwa pembelajaran IPS masih terpusat pada guru, dan siswa cenderung pasif. Berdasarkan dokumen daftar nilai, hasil belajar IPS materi perkembangan wilayah Indonesia tergolong rendah. Dari data rekap nilai ulangan harian siswa, diketahui bahwa dari 26 siswa, baru 12 siswa (46,15%) yang sudah mendapatkan nilai di atas KKM yaitu 70,00. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 14 siswa (53,85%) masih di bawah KKM. Rata-rata ulangan harian siswa juga sangat rendah yaitu 61,54.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa, yang akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPS, adalah model pembelajaran kooperatif model STAD (Student Team Achievement Divisions). Pembelajaran kooperatif model STAD memungkinkan terciptanya situasi belajar yang menyenangkan, meningkatkan interaksi dan kerjasama siswa baik terhadap kelompoknya maupun terhadap guru, serta menciptakan situsi belajar mengajar yang kondusif

Rumusan Masalah

1.   Bagaimana model pembelajaran Student Team Achievement Divisions mampu meningkatkan keaktifan belajar IPS materi perkembangan wilayah Indonesia pada siswa kelas V SDN 2 Kemiri Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2015/2016?

2.   Bagaimana model pembelajaran Student Team Achievement Divisions mampu meningkatkan hasil belajar IPS materi perkembangan wilayah Indonesia pada siswa kelas V SDN 2 Kemiri Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2015/2016?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah secara umum untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Lebih khusus penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi perkembangan wilayah Indonesia pada siswa kelas V SDN 2 Kemiri Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2015/2016.

Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat terutama bagi siswa yaitu menciptakan kebiasaan-kebiasaan positif seperti kebiasaan bekerja sama dalam kelompok, aktif dalam kegiatan belajar mengajar, bersosialisasi, mengemukakan pendapat, dan sebagainya dan bagi guru sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran kepada siswa dengan menerapkan model pembelajaran STAD dalam rangka meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS. Bagi sekolah diharapkan mampu meningkatkan kwalitas dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sekolah karena hasil belajar siswa yang membanggakan.

KAJIAN PUSTAKA

Landasan Teori

Pembelajaran Kooperatif Model STAD

Menurut Wina (2006: 242), pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Stahl mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar (Etin 2007: 5).

Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2011: 58) menyatakan unsur-unsur pembelajaran kooperatif antara lain: 1) Saling Ketergantungan Positif (Positive Interdependence), 2) Tanggung Jawab Individual (Personal Responsibility), 3) Interaksi tatap muka (Face to Face Promotive Interaction), 4) Komunikasi Antar Anggota (Interpersonal Skill), dan 5) Pemrosesan Kelompok (Group Processing).

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan pada tim yang beranggotakan empat sampai lima orang yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, maupun tingkat kemampuannya (prestasinya). Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai materi tersebut. Pada tahap akhir, siswa dikenai kuis dengan catatan siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu. STAD terdiri dari lima komponen utama. Kelima komponen tersebut adalah presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim (Slavin 2009: 143).

Keaktifan Belajar

Menurut Anton M. Mulyono (2001: 26), Aktivitas artinya “kegiatan/keaktivan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik, merupakan suatu aktivitas. Belajar menurut Oemar Hamalik (2001: 28), adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Jika seseorang telah belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut. Selanjutnya Sardiman (2011: 22) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”.

Paul D. Dierich, dalam (Oemar Hamalik 2001: 172) mengklasifikasikan aktivitas belajar atas delapan kelompok, yaitu: kegiatan-kegiatan visual, lisan (oral), mendengarkan, menulis, menggambar, metrik, mental dan emosional.

Hasil Belajar IPS

Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik (Sardiman 2011: 21). Belajar dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Muhibin 2009: 68).

Piaget dalam Wina (2006: 123) berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Faktor yang datang dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark dalam Nana Sudjana (2005: 40) bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungannya. Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana (2009: 22) secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Pengorganisasian materi mata pelajaran IPS untuk jenjang SD/MI menganut pendekatan terpadu (integrated), artinya materi pelajaran yang dikembangkan dan disusun tidak mengacu pada disiplin ilmu yang terpisah melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata (factual/real) peserta didik sesuai dengan karakteristik usia, tingkat perkembangan berpikir, dan kebiasaan bersikap dan berperilakunya (Supriya 2009: 194).

Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal, guru sebagai peneliti belum menerapkan pembelajaran kooperatif model STAD, keaktifan dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi perkembangan wilayah Indonesia masih rendah.

Pada siklus I dan Siklus II, peneliti menerapkan pembelajaran kooperatif model STAD. Keaktifan dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi perkembangan wilayah Indonesia meningkat. Apabila dibandingkan keaktifan dan hasil belajar kondisi awal dengan hasil pembelajaran pada siklus I, ternyata keaktifan dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi perkembangan wilayah Indonesia pada siklus I terjadi peningkatan. Demikian juga pada Siklus II, setelah dilakukan pengamatan dan tes formatif di akhir pembelajaran, keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi perkembangan wilayah Indonesia juga terjadi peningkatan.

Berdasarkan penjabaran diatas diduga bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi perkembangan wilayah Indonesia bagi siswa kelas V SDN 2 Kemiri tahun pelajaran 2015/2016.

Hipotesis Tindakan

1.   Melalui penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions dapat meningkatkan keaktifan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi perkembangan wilayah Indonesia pada siswa kelas V SDN 2 Kemiri Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016.

2.   Melalui penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi perkembangan wilayah Indonesia pada siswa kelas V SDN 2 Kemiri Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Kemiri Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas V dengan jumlah siswa 26 anak. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan mulai Juli sampai dengan bulan Oktober 2015. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2015/2016.

Dalam penelitian ini ada tiga teknik pengumpulan data yaitu teknik dokumen, pengamatan dan teknik tes tertulis. Data keaktifan belajar Pra Siklus diambil dari dokumen portofolio dan data hasil belajar IPS Pra Siklus diambil dari dokumen daftar nilai ulangan harian. Data keaktifan belajar Siklus I dan II diambil dari lembar pengamatan dan data hasil belajar IPS Siklus I dan II diambil dari hasil tes tertulis pada akhir siklus. Terdapat tiga data keaktifan belajar IPS yaitu data keaktifan belajar IPS Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II. Demikian juga dengan data hasil belajar IPS, juga terdapat tiga data yaitu data hasil belajar IPS Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II. Data-data tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan teknik deskriptif komparatif dilanjutkan dengan refleksi.

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi permasalahan yang dijadikan objek penelitian, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pra Siklus

            Hasil analisis jurnal belajar siswa menunjukkan keaktifan belajar siswa pada saat pembelajaran IPS masuk kategori rendah. Data hasil belajar pra siklus diambil dari daftar nilai siswa menunjukkan nilai rata-rata ulangan harian siswa setelah dilakukan pada ulangan harian adalah 61,54. Tingkat ketuntasan belajar dari 26 siswa adalah 46,15% atau 12 siswa tuntas belajar dengan KKM 70. Sementara 14 siswa atau 53,85% masih belum tuntas belajar. Berikut ini tabel hasil ulangan pada pembelajaran Pra Siklus:

Tabel 1. Daftar Nilai Ulangan Pra Siklus

No

Nilai

Jumlah

Persen

1

30

1

3,85%

2

40

3

11,54%

3

50

4

15,38%

4

60

6

23,08%

5

70

7

26,92%

6

80

5

19,23%

Jumlah

26

100%

 

Siklus I

Siklus I dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Data keaktifan belajar yang dikumpulkan pada saat pembelajaran antara lain adalah: 1) Guru sudah melakukan apersepsi dan sesuai dengan materi yang akan dipelajari, 2) penyampaian materi sudah cukup jelas, 3) pembelajaran sudah menggunakan metode Student Team Achievement Divisions, 4) guru sudah memberikan LKS yang sesuai, 5) siswa masih banyak yang pasif dalam kegiatan diskusi, 6) beberapa siswa masih kurang antusias, 7) pembelajaran masih didominasi beberapa siswa saja.

Di akhir pembelajaran, dilakukan ulangan harian. Rata-rata nilai ulangan harian pada Siklus I adalah 69,23. Jumlah siswa yang mampu memenuhi KKM yang ditentukan adalah 18 anak (69,23%), sementara 8 anak (30,77%) masih dibawah KKM. Berikut ini adalah daftar nilai hasil ulangan pada pembelajaran Siklus I:

Tabel 2. Daftar Nilai Ulangan Siklus I

No

Nilai

Jumlah

Persen

1

40

2

7,69%

2

50

3

11,54%

3

60

3

11,54%

4

70

8

30,77%

5

80

7

26,92%

6

90

3

11,54%

Jumlah

26

100%

 

 

Siklus II

Pelaksanaan Siklus II juga dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Data keaktifan belajar yang dikumpulkan pada saat pembelajaran antara lain adalah: guru sudah melakukan apersepsi dan sesuai dengan materi yang akan dipelajari, 2) penyampaian materi sudah cukup jelas, 3) pembelajaran sudah menggunakan metode Student Team Achievement Divisions, 4) guru sudah memberikan LKS yang sesuai, 5) siswa aktif dalam kegiatan diskusi, 6) semua siswa antusias dalam pembelajaran, 7) semua siswa terlibat dan ikut berperan dalam pembelajaran.

Di akhir pembelajaran, dilakukan ulangan harian. Rata-rata nilai ulangan harian pada Siklus II adalah 76,15. Jumlah siswa yang mampu memenuhi KKM adalah 22 anak (84,62%), sementara 4 anak (15,38%) masih dibawah KKM. Berikut ini adalah daftar nilai hasil ulangan pada pembelajaran Siklus II:

Tabel 3. Daftar Nilai Ulangan Siklus II

No

Nilai

Jumlah

Persen

1

50

1

3,85%

2

60

3

11,54%

3

70

9

34,62%

4

80

7

26,92%

5

90

4

15,38%

6

100

2

7,69%

Jumlah

26

100%

 

Pembahasan

Keaktifan Belajar

Berdasar data keaktifan belajar yang diperoleh, dapat dideskripsikan peningkatan keaktifan belajar sebagai berikut:

a.   Pada Pra Siklus guru sudah melakukan apersepsi namun kurang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Pada Siklus I dan Siklus II guru melakukan apersepsi dan sesuai dengan materi yang akan dipelajari.

b.   Pada Pra Siklus guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran dengan metode ceramah, sedangkan pada Siklus I dan Siklus II sudah menerapkan metode pembelajaran STAD.

c.   Pada Pra Siklus, siswa pasif. Pada Silus I siswa mulai aktif, tetapi masih ada siswa yang sibuk degan kegiatannya sendiri pada saat diskusi. Pada Siklus II keaktifan siswa semakin merata karena pembagian kelompok yang heterogen.

d.   Pada Pra Siklus pembelajaran hanay didominasi beberapa siswa, pada Siklus I beberapa siswa yang sebelumnya kurang antusias mulai menunjukkan keaktifannya. Pada Siklus II, hampir semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

Hasil Belajar

Data awal hasil belajar siswa saat dilakukan ulangan harian rata-ratanya adalah 61,54. Tingkat ketuntasan belajar dari 26 siswa adalah 46,15% atau 12 siswa tuntas beljar. Berdasarkan hasil belajar Siklus I, siswa yang berhasil dalam pembelajaran dengan memperoleh nilai diatas KKM (70,00) adalah 18 anak (69,23%). Hasil ulangan harian menunjukkan nilai rata-rata siswa adalah 69,23.

Kekurangan atau kelemahan yang ditemukan pada siklus I disempurnakan pada tindakan siklus II. Berdasarkan hasil belajar pada siklus II, siswa yang berhasil dalam pembelajaran dengan memperoleh nilai di atas KKM adalah 22 anak (84,62%). Hasil ulangan harian menunjukkan nilai rata-rata siswa adalah 76,15.

Dari pembahasan data hasil belajar di atas, dapat disusun dalam tabel berikut:

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Belajar

Uraian

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Jumlah Siswa

26

26

26

Nilai Rata-rata

61,54

69,23

76,15

Tuntas Belajar

12 (46,15%)

18 (69,23%)

22 (84,62%)

Tidak Tuntas

14 (53,85%)

8 (30,77%)

4 (15,38%)

 

PENUTUP

Simpulan

1.   Penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions mampu meningkatkan keaktifan belajar IPS materi perkembangan wilayah Indonesia pada siswa kelas V SDN 2 Kemiri Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2015/2016.

2.   Penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions mampu meningkatkan hasil belajar IPS materi perkembangan wilayah Indonesia pada siswa kelas V SDN 2 Kemiri Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2015/2016.

Saran

1.   Disarankan kepada peserta didik untuk turut aktif dalam pembelajaran, terutama ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan harapan hasil belajar yang diraih dapat meningkat.

2.   Dengan berhasilnya penelitian ini, disarankan kepada teman-teman guru untuk turut serta menerapkan model pembelajaran kooperatif yang disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.

3.   Pihak sekolah diharapkan selalu membantu apabila ada guru yang berinisiatif melakukan penelitian tindakan kelas serta memberikan apresiasi positif karena muara dari dilakukannya penelitian tindakan kelas adalah meningkatnya kwalitas pendidikan di sekolah.

4.   Kepada pihak perpustakaan diharapkan dapat menyimpan laporan hasil penelitian tindakan kelas ini dengan harapan nantinya dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan referensi guru lain dalam melakukan penelitian tindakan kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Anton M Mulyono, 2000, Kamus Besar Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Oemar Hamalik, 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, P.T. Bumi Aksara

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning, alih bahasa Lita, Cet. 3. Bandung: Nusa Media

Solihatin, Etin. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar. Bandung: Sinar Baru Aglesindo

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Umiarso. 2011. Pendidikan Pembebasan. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media