Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui TPS Dengan Media Audiovisual
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERPEN
MELALUI PEMBELAJARAN TPS DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL
BAGI SISWA KELAS XI-A MA AS SYAKUR MOJOWETAN
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Toetik Suhartini
Guru Mapel Bahasa Indonesia MA AS Syakur Mojowetan – Banjarejo
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan menyimak cerpen melalui pembelajaran TPS dengan media audiovisual pada siswa kelas XI-A MA As Syakur Mojowetan Banjarejo tahun pelajaran 2017/2018. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI-A MA As Syakur Mojowetan Banjarejo Kabupaten Blora dengan jumlah siswa 27 anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes. Pengumpulan data dengan teknik tes diambil dari hasil ulangan harian yang dilakukan pada akhir siklus. Adapun teknik nontes datanya diambil dari lembar observasi dan dokumen foto pembelajaran. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dibagi dalam empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data hasil penelitian yang diperoleh pada pembelajaran pra siklus, nilai keterampilan menyimak cerpen adalah 61,48 dengan ketuntasan belajar 48,15%. Pada siklus I, nilai keterampilan menyimak cerpen meningkat menjadi 67,04 dan ketuntasan belajarnya mencapai 62,96%. Siklus II kembali menunjukkan peningkatan nilai keterampilan menyimak cerpen yaitu 76,68 dan ketuntasan belajar siswanya 81,48%.
Kata Kunci: keterampilan menyimak cerpen, think-pair-share, audiovisual
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran sastra dibagi menjadi dua kegiatan yaitu apresiasi sastra dan ekspresi sastra. Kegiatan apresiasi sastra merupakan kegiatan menilai karya sastra baik tertulis maupun lisan dan memahami pikiran, perasaan, dan imajinasi yang terkandung di dalamnya. Kegiatan apresiasi sastra dilakukan untuk melatih siswa dalam mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal, dan kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Kegiatan ekspresi merupakan kegiatan menuturkan, membawakan, membacakan, dan mementaskan karya sastra serta menulis karya sastra. Ekspresi tersebut berisi ide, pandangan, perasaan, dan semua kegiatan mental manusia yang diungkapkan dalam bentuk keindahan.
Karya sastra menurut ragamnya dibedakan atas prosa, puisi, dan drama (Sudjiman 1991: 11). Apresiasi sastra juga dibagi atas tiga jenis yaitu apresiasi prosa, apresiasi puisi, dan apresiasi drama. Kegiatan apresiasi menjadi sasaran dalam penelitian ini khususnya pada apresiasi prosa berupa apresiasi cerpen.
Pembelajaran apresiasi cerpen merupakan salah satu pembelajaran yang penting karena bisa mengasah daya kreatif, konsentrasi, dan keakuratan penilaian siswa terhadap cerpen. Salah satu pembelajaran apresiasi cerpen pada kurikulum SMA/MA Kelas XI adalah pembelajaran menyimak cerpen untuk menentukan unsur intrinsik cerpen. Pembelajaran menyimak cerpen perlu dilatih dan dibelajarkan. Guru harus berperan aktif dalam membelajarkan siswanya agar dapat menyimak cerpen dengan baik dan benar sesuai dengan indikator materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah ditetapkan.
Peran penting penguasaan menyimak cerpen juga sangat tampak di lingkungan pendidikan sekolah. Keberhasilan siswa dalam memahami serta menguasai cerpen yang disimak diawali oleh kemampuan menyimak yang baik. Berdasarkan hal tersebut keterampilan menyimak cerpen perlu dikuasai dengan baik. Melalui pembelajaran menyimak cerpen pada siswa SMA/MA kelas XI tersebut, siswa harus dapat mengidentifikasi unsur intrinsik yang terkandung dalam cerpen.
Berdasarkan hasil pengumpulan data awal dari daftar nilai dan catatan harian pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI-A MA As Syakur Mojowetan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora, pembelajaran menyimak cerpen pada siswa kelas XI-A tersebut belum terlaksana dengan baik. Keterampilan siswa dalam menyimak cerpen masih rendah. KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia di MA As Syakur Mojowetan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora adalah 70. Nilai rata-rata menyimak cerpen siswa belum mencapai KKM yaitu 61,48. Rendahnya kemampuan siswa dalam menyimak cerpen dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Usaha untuk meningkatkan keterampilan menyimak cerpen diperlukan suatu model pembelajaran yang efektif dan efisien. Model pembelajaran yang diterapkan dapat bervariasi sesuai dengan karakteristik siswa. Model pembelajaran yang sesuai dapat dipilih sendiri oleh guru sehingga siswa dapat menguasai kompetensi yang diharapkan.
Permasalahan yang dihadapi siswa MA As Syakur Mojowetan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora dalam pembelajaran menyimak cerpen yaitu siswa belum bisa menentukan unsur intrinsik cerpen dengan baik dan kurangnya minat siswa dalam pembelajaran menyimak cerpen. Hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share. Model pembelajaran Think-Pair-Share dilakukan dengan cara siswa berpasangan untuk menentukan unsur intrisik cerpen. Dengan demikian, siswa bisa saling membantu dengan pasangannya dalam menentukan unsur intrinsik cerpen. Dengan menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share diharapkan siswa tertarik dengan pembelajaran menyimak cerpen sehingga siswa bisa menentukan unsur intrinsik dengan baik.
Penelitian ini juga menggunakan media audiovisual berupa video pembacaan cerpen. Penggunaan media audiovisual ini dilakukan untuk menarik perhatian dan membantu konsentrasi siswa dalam menyimak cerpen. Siswa diminta menyimak video pembacaan cerpen yang telah disiapkan oleh guru. Video pembacaan cerpen dipilih yang menarik dan tidak membosankan dengan isi cerpen yang mengandung nilai pendidikan dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan. Dalam video pembacaan cerpen terdapat anak yang membacakan cerpen dengan memperlihatkan ekspresi dan gestur disesuaikan dengan isi cerpen yang dapat membantu konsentrasi siswa dalam memahami isi cerpen. Dengan menggunakan media audiovisual berupa video pembacaan cerpen, siswa dapat berkonsentrasi untuk memahami isi cerpen.
Rumusan Masalah
Setelah mengkaji latar belakang masalah, akhirnya peneliti menetapkan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimanakah peningkatan keterampilan menyimak cerpen siswa kelas XI-A MA As Syakur Mojowetan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora tahun pelajaran 2017/2018 melalui model pembelajaran Think-Pair-Share dengan media audiovisual?
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas XI-A MA As Syakur Mojowetan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora, adapun tujuan khususnya adalah: Meningkatkan keterampilan menyimak cerpen siswa kelas XI-A MA As Syakur Mojowetan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora tahun pelajaran 2017/2018 melalui model pembelajaran Think-Pair-Share dengan media audiovisual.
Manfaat Penelitian
Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif dalam pemilihan model dan media pembelajaran dalam pembelajaran menyimak cerpen bagi guru dengan model pembelajaran Think-Pair-Share dengan media audiovisual untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyimak cerpen.
Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat membantu siswa mengatasi kesulitan dalam proses belajar mengajar dan dapat menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran menyimak cerpen.
Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan semangat bagi para guru di sekolah tersebut untuk menerapkan proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Selain itu, dapat memotivasi guru untuk melaksanakan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar siswa.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
Hakikat Cerpen
Cerpen adalah bentuk karangan prosa yang hanya melukiskan suatu peristiwa atau kejadian secara singkat (Zainuddin 1992: 39). Sementara Nursisto (2002: 165) mengungkapkan bahwa cerpen adalah cerita yang pendek dan di dalamnya terdapat pergolakan jiwa pada diri pelakunya sehingga keseluruhan cerita bisa menyentuh nurani pembaca yang dapat dikategorikan sebagai buah sastra cerpen itu.
Suharianto (2005: 28) menambahkan cerita yang pendek atau singkat belum tentu dapat digolongkan ke dalam jenis cerita pendek, jika ruang lingkup permasalahan yang diungkapkannya tidak memenuhi persyaratan yang dituntut oleh cerita pendek. Cerita pendek bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau sedikitnya tokoh yang terdapat di dalam cerita itu, melainkan disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah karangan prosa yang menceritakan tentang suatu alur cerita yang memiliki tokoh cerita dengan alur cerita yang singkat.
Cerpen tersusun atas unsur-unsur yang saling berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya. Keterkaitan antara unsur-unsur tersebut membentuk kesatuan yang utuh. Unsur-unsur dalam cerpen menurut Nurgiyantoro (1998: 71) terdiri atas tema, alur (plot), tokoh dan penokohan, latar (setting), sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.
Hakikat Menyimak
Anderson (dalam Tarigan 1987: 28) menyatakan bahwa menyimak sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan. Pembelajaran menyimak melibatkan indera pendengaran dan penglihatan serta menuntut adanya konsentrasi. Setelah mengenal bahan simakan, hal yang kemudian lakukan adalah menuangkan hasil simakan tersebut menjadi sebuah informasi yang dapat dipahami maksudnya.
Menyimak memiliki makna mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang dikatakan orang lain. Jelas faktor kesengajaan dalam kegiatan menyimak cukup besar, lebih besar daripada mendengarkan karena dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami apa yang disimaknya sedangkan dalam kegiatan mendengarkan tingkatan pemahaman belum dilakukan (Sutari, dkk 1997: 17).
Hermawan (2012: 1) mengemukakan bahwa menyimak berbeda dengan mendengar. Menyimak bersifat aktif, sedangkan mendengar bersifat pasif, spontan, dan tidak selektif. Menyimak tidak hanya merupakan aktifitas mendengarkan tetapi merupakan sebuah proses memilih dari sekian banyak rangsangan di sekitar kita.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah mendengarkan lambang-lambang bunyi bahasa yang dilakukan dengan sengaja dan penuh perhatian disertai pemahaman dan apresiasi untuk memperoleh pesan, informasi, menangkap isi, dan merespon makna yang terkandung di dalamnya.
Hakikat Media Pembelajaran Audiovisual
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran (Daryanto 2010: 28).
Media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil intruksional secara efektif dan efisien (Rohani 1997: 4).
Hamalik (1980: 22) berpendapat bahwa media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan(komunikasi) dalam pengajaran antara guru dan siswa. Pada dasarnya media pendidikan merupakan suatu perantara (medium, media) dan digunkan dalam rangka pendidikan. Selain itu, media pendidikan mengandung aspek-aspek sebagai alat dan sebagai teknik yang sangat erat dengan metode pengajaran.
Media pembelajaran sangat membantu berlangsungnya belajar mengajar di kelas. Uno (2008: 65) mengatakan bahwa media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pengajar atau instruktur kepada peserta belajar. Oleh karena itu, dalam pembelajarannya diperlukan media yang dapat membantu meningkatkan suasana belajar.
Media dapat membantu guru untuk menarik perhatian siswa terhadap materi yang disajikan, mengurangi bahkan menghilangkan verbalisme, membantu siswa untuk memperoleh pengalaman belajar, dan terjadi kontak langsung antara siswa dan guru (Subana dan Sunarti 2009: 291).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.
Media audiovisual merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran menyimak. Media ini dapat menambah minat siswa dalam belajar karena siswa dapat menyimak sekaligus menyimak gambar.
Djamarah dan Zain (2006: 124) menjelaskan bahwa media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini terdiri atas beberapa media, yaitu (1) media audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar seperti film bingkai suara (sound slide), film rangka suara dan cetak suara.; (2) media audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassette.
Pendapat lain menurut Suleiman (1981: 11) adalah media audiovisual merupakan media yang “audible†artinya dapat didengar dan media yang “visible†artinya dapat dilihat. Media audiovisual itu dapat membuat komunikasi menjadi efektif.
Media audiovisual adalah media yang mengandung unsur suara dan juga memiliki unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, film, dan sebagainya (Hamdani 2011: 245).
Model Pembelajaran Think-Pair-Share
Kegiatan menyimak cerpen melalui model pembelajaran Think-Pair-Share dengan media audiovisual langkah-langkahnya sebagai berikut: (1) siswa diminta menyimak cerpen pada video pembacaan cerpen yang sudah disiapkan oleh guru. Video pembacaan cerpen dipilih yang menarik perhatian siswa. Dengan pemilihan cerpen yang menarik membuat siswa lebih serius dalam menyimak. Hal tersebut bertujuan agar siswa tidak jenuh dalam menyimak cerpen; (2) siswa secara individu siswa menentukan unsur intrinsik cerpen. Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk berpikir mandiri dalam menentukan unsur intrinsik cerpen, tahap ini disebut tahap think (berpikir) (3) siswa diminta berpasangan dengan teman satu bangku untuk mendiskusikan unsur intrinsik yang mereka temukan. Pada tahap ini siswa dilatih untuk berpendapat dan menghargai pendapat. Siswa bisa saling membantu dan saling melengkapi unsur intrinsik cerpen berdasarkan cerpen yang disimak. Pada tahap ini disebut tahap pair (berpasangan); (4) perwakilan dari masing-masing pasangan mempresentasikan hasil diskusinya kepada teman satu kelasnya. Hal ini bertujuan agar semua siswa mengetahui persamaan dan perbedaan dari jawaban teman satu kelas. Tahap ini disebut tahap share (berbagi).
Kerangka Berpikir
Pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menyimak cerpen masih ditemukan berbagai hambatan. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran menyimak cerpen, kurangnya konsentrasi siswa dalam kegiatan menyimak, siswa merasa bosan disebabkan bahan simakan yang kurang menarik., rendahnya kemampuan siswa dalam menentukan unsur intrinsik cerpen. Hal ini disebabkan karena guru masih menyampaikan materi secara lisan dan selalu menggunakan metode ceramah dengan komunikasi satu arah sehingga membuat siswa merasa kesulitan untuk menerima materi tersebut. Di samping itu, banyak guru yang belum memanfaatkan model dan teknik dalam pembelajaran menyimak cerpen serta belum bisa memanfaatkan media pembelajaran yang sesuai untuk pembelajaran menyimak cerpen.
Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share dan media audiovisual pada subjek penelitian yaitu siswa kelas XI-A MA As Syakur Mojowetan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. Penggunaan model pembelajaran dan media tersebut bertujuan membantu siswa untuk mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen, membantu siswa dalam berkonsentrasi untuk memahami isi cerpen yang disimak, mencegah rasa bosan terhadap bahan simakan, dan membantu siswa untuk menentukan unsur intrinsik cerpen yang disimak. Dengan memperhatikan kelebihan tindakan, diharapkan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyimak cerpen melalui model pembelajaran Think-Pair-Share dengan media audiovisual.
Hipotesis Tindakan
Setelah mengkaji kerangka berpikir yang disusun berdasar berbagai kajian, penulis menentukan hipotesis tindakan dari penelitian ini yaitu: “Melalui penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share dengan media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan menyimak cerpen siswa kelas XI-A MA As Syakur Mojowetan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora tahun pelajaran 2017/2018â€.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MA As Syakur Mojowetan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. Alasan mengambil MA As Syakur sebagai tempat penelitian karena saat ini peneliti adalah guru Bahasa Indonesia di MA As Syakur Mojowetan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan mulai bulan Agustus sampai dengan bulan November 2017. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI-A MA As Syakur Mojowetan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora tahun pelajaran 2017/2018 berjumlah 27 siswa dengan rincian 6 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan beberapa data yang bersumber dari dokumen daftar nilai, lembar observasi, dan hasil ulangan harian pada Siklus I dan Siklus II. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data keterampilan menyimak cerpen siswa kelas XI-A MA As Syakur Mojowetan adalah butir soal, kunci jawaban, dan pedoman penilaian.
Tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti dalam menganalisis data adalah: 1) Pengumpulan data: analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu; 2) Reduksi data: mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Tahap ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang jelas, mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data, dan mencarinya bila diperlukan; 3) Display data: data yang telah direduksi disajikan dalam bentuk uraian singkat yang bersifat naratif dan tabel; 4) Kesimpulan: kesimpulan ini untuk melihat apakah tujuan dari proses pembelajaran sudah tercapai atau belum. Indikator kinerja yang ditargetkan oleh peneliti, yaitu: apabila minimal 80% siswa kelas XI-A MA As Syakur Mojowetan tuntas belajar pada kondisi akhir.
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas atau sering disebut dengan PTK. Untuk mengatasi permasalahan yang dijadikan objek penelitian, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus.
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Pra Siklus
Data yang dapat dihimpun dari proses pembelajaran Pra Siklus adalah: (1) Siswa pasif dalam pembelajaran; (2) Siswa tidak bersemangat mengikutri pelajaran; (3) Keberanian untuk bertanya sangat rendah; (4) Keberanian menjawab pertanyaan sangat rendah; (5) Siswa merasa bosan dalam pembelajaran; (6) Guru mendominasi pembelajaran; (7) Guru banyak menggunakan metode ceramah; dan (8) Tidak ada pengalaman belajar yang mengesankan
Keterampilan menyimak cerpen pada kondisi awal sangat jauh dari yang diharapkan. Berikut ini daftar hasil ulangan siswa pada akhir pembelajaran pra siklus:
Tabel 4.1. Daftar Nilai Ulangan Harian Pra Siklus
Nilai |
Jumlah Siswa |
Persentase |
30 |
1 |
3,70% |
40 |
3 |
11,11% |
50 |
4 |
14,81% |
60 |
6 |
22,22% |
70 |
9 |
33,33% |
80 |
4 |
14,81% |
Jumlah |
27 |
100% |
Rata-rata |
61,48 |
Dari tabel di atas dapat dijelaskan hasil ulangan harian siswa yang mendapatkan nilai 30 adalah 1 anak, mendapatkan nilai 40 adalah 3 anak, mendapatkan nilai 50 adalah 4 anak, mendapatkan nilai 60 adalah 6 anak, mendapatkan nilai 70 adalah 9 anak, dan mendapatkan nilai 80 adalah 4 anak.
Hasil ulangan harian pembelajaran pra siklus menunjukkan bahwa dari 27 siswa yang duduk di kelas XI-A, setelah dilakukan ulangan harian di akhir pembelajaran, jumlah siswa yang tuntas belajar dengan KKM 70 adalah 13 anak (48,15%), sementara 14 anak (51,85%) belum tuntas belajar.
Siklus I
Pelaksanaan Sikus I adalah pada tanggal 12, 16, dan 19 September 2017. Hasil proses pembelajaran menyimak cerpen pada siklus I menunjukkan hasil observasi pembelajaran menyimak cerpen siklus I siswa kelas XI-A MA As Syakur Mojowetan. Belum semua siswa bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan lagi agar pada siklus II semua siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Dari hasil observasi diketahui proses pembelajaran menyimak cerpen melalui model pembelajaran Think-Pair-Share rata-rata nya adalah 68,06%, masuk kategori cukup.
Setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dan dilakukan ulangan harian pada akhir siklus, hasil belajar yang diraih siswa dapat disajikan daftar hasil belajar siswa siklus I sebagai berikut:
Tabel 4.5. Daftar Nilai Ulangan Harian Siklus I
Nilai |
Frekuensi |
Kualifikasi |
40 |
2 |
Tidak Tuntas |
50 |
3 |
Tidak Tuntas |
60 |
5 |
Tidak Tuntas |
70 |
10 |
Tuntas |
80 |
5 |
Tuntas |
90 |
2 |
Tuntas |
Jumlah |
27 |
|
Rata-rata = 67,04 |
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 40 sebanyak 2 siswa, mendapat nilai 50 sebanyak 3 siswa, mendapat nilai 60 sebanyak 5 siswa, mendapat nilai 70 sebanyak 10 siswa, mendapat nilai 80 sebanyak 5 siswa, dan mendapat nilai 90 sebanyak 2 siswa.
Tabel di atas menunjukkan yang tuntas belajar adalah 17 anak (62,96%) dan yang tidak tuntas belajar adalah 10 anak (37,04%).
Siklus II
Pelaksanaan Sikus II adalah pada tanggal 10, 14, dan 17 Oktober 2017. Hasil proses pembelajaran menyimak cerpen pada siklus II menunjukkan hasil observasi pembelajaran menyimak cerpen siklus II siswa kelas XI-A MA As Syakur Mojowetan sudah baik. Dari hasil observasi diketahui proses pembelajaran menyimak cerpen melalui model pembelajaran Think-Pair-Share rata-rata nya adalah 81,94%, masuk kategori baik.
Setelah dilakukan tindakan pada Siklus II dan dilakukan ulangan harian pada akhir siklus, hasil belajar yang diraih siswa dapat disajikan daftar hasil belajar siswa siklus II sebagai berikut:
Tabel 4.8. Daftar Nilai Ulangan Harian Siklus II
Nilai |
Frekuensi |
Kualifikasi |
50 |
1 |
Tidak Tuntas |
60 |
4 |
Tidak Tuntas |
70 |
8 |
Tidak Tuntas |
80 |
7 |
Tuntas |
90 |
4 |
Tuntas |
100 |
3 |
Tuntas |
Jumlah |
27 |
|
Rata-rata = 76,67 |
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 50 sebanyak 1 siswa, mendapat nilai 60 sebanyak 4 siswa, mendapat nilai 70 sebanyak 8 siswa, mendapat nilai 80 sebanyak 7 siswa, mendapat nilai 90 sebanyak 4 siswa, dan mendapat nilai 100 sebanyak 3 siswa.
Tabel di atas menunjukkan yang tuntas belajar adalah 22 anak (81,48%) dan yang tidak tuntas belajar adalah 5 anak (18,52%).
PEMBAHASAN
Peningkatan keterampilan menyimak cerpen pada siswa kelas XI-A MA As Syakur Mojowetan dapat dilihat dari kwalitas proses pembelajaran dan hasil belajar yang dicapai siswa. Proses belajar yang pada kondisi awal masuk kategori kurang, pada pembelajaran siklus I masuk kategori cukup dengan persentase 68,06%. Pada pembelajaran siklus II kembali terjadi peningkatan kwalitas proses pembelajaran menjadi baik yaitu dengan persentase 81,94%.
Keterampilan siswa dalam menyimak cerpen dilihat dari hasil belajar siswa pada setiap siklus selalu terjadi peningkatan. Rata-rata nilai ulangan harian pada kondisi awal adalah 61,48. Pada pembelajaran siklus I rata-rata ulangan harian siswa meningkat menjadi 67,04 dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 76,67.
Peningkatan juga terjadi pada tingkat ketuntasan belajar siswa. Pada kondisi awal, jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 13 siswa atau 48,15%. Pada pembelajaran siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 17 siswa atau 62,96%. Siklus II juga menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar dengan jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 22 siswa atau 81,48%.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas XI-A MA As Syakur Mojowetan melalui penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share dengan media audiovisual pada materi keterampilan menyimak cerpen siswa kelas XI-A MA As Syakur Mojowetan, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share dengan media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan menyimak cerpen siswa kelas XI-A MA As Syakur Mojowetan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora tahun pelajaran 2017/2018.
Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian tersebut, saran yang diberikan peneliti sebagai berikut:
1. Guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia hendaknya menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share dengan media audiovisual sebagai alternatif dalam pembelajaran menyimak cerpen karena telah terbukti mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam menyimak cerpen dan mengubah perilaku siswa ke arah positif.
2. Pihak sekolah hendaknya memfasilitasi guru dalam menyediakan media pembelajaran bagi siswa, karena media pembelajaran yang lengkap dan baik akan menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang baik pula.
3. Para peneliti di bidang pendidikan kiranya dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai keterampilan menyimak cerpen. Para peneliti dapat menerapkan berbagai pendekatan, strategi, model, metode, teknik, dan media yang tepat untuk meningkatkan keterampilan menyimak cerpen. Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat membantu guru untuk memecahkan masalah yang sering muncul dalam proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas sehingga berdampak positif bagi perkembangan pendidikan yang lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dan Dendy Sugono. 2002. Telaah Bahasa dan Sastra. Bandung: Pusat Bahasa dan Yayasan Obor Indonesia.
Aminudin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Argensindo.
Baribin, Raminah. 1985. Teori dan Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP Semarang Press.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 1980. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Hermawan, Herry. 2012. Menyimak: Keterampilan Berkomunikasi yang Terabaikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Huda, Miftahul. 2013. Cooperatif Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ibrahim dan Nana Syaodih. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001.Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Nursisto. 2002. Ikhtisar Kesusastraan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo.
Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Subana dan Sunarti. 2009. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia: Berbagai Pendekatan, Metode, Teknik, dan Media Pengajaran. Bandung: Pustaka Setia.
Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Suharianto, S. 2005. Dasar-Dasar Teori Sastra. Semarang: Rumah Indonesia.
Suleiman, Amir Hamzah. 1981. Media Audiovisual untuk Pengajaran, Penerangan, dan Peyuluhan. Jakarta: Gramedia.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sutari, dkk. 1997. Menyimak. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Menyimak: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Konsep, Landasan Teoretis-Praktis dan Implementasinya). Jakarta: Prestasi Pustaka.
Uno, Hamzah. 2008. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.
Zainuddin. 1992. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Zulfahnur, dkk. 1997. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud.