PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK

 

Yunias Lis Setianingrum

Handriana

Sugi Sudarwanti

Dorkas Rucie

Yonathan Eb Purwanto

Mahasiswa S1 Pendidikan Agama Kristen Apollos Domas

 

ABSTRAK

Di dalam sebuah kelas, terdapat peserta didik dengan berbagai karakter yang berbeda-beda, dimana karakter merupakan suatu pola, dapat berupa pikiran, sikap, maupun tindakan yang ada dalam diri seseorang, kemudian melekat hingga menjadi ciri khas pada diri seseorang yang merupakan hasil-hasil pembentukan dari bawaan dan lingkungan. Sebagai seorang guru haruslah dapat memahami karakter dari berbagai macam perilaku siswa tersebut. Karena berbeda perilaku, berbeda pula masalah yang akan ditimbulkan oleh siswa. Guru harus mempunyai keahlian untuk memecahkan masalah yang terdapat dalam siswanya tersebut, tanpa harus menimbulkan masalah yang baru. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui peran guru dalam membentuk karakter kemandirian peserta didik, dan mengetahui seperti apa karakter kemandirian yang terbentuk pada peserta didik. Peran guru dalam membentuk karakter kemandirian peserta didik meliputi peran sebagai model/teladan, sebagai inspirator, motivator, evaluator dan sebagai pembimbing. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peserta didik yang mampu menyelesaikan suatu hal dengan kemampuan diri sendiri terlebih dahulu sebelum meminta bantuan guru atau teman.

Kata Kunci: peran guru, karakter kemandirian, peserta didik

 

Latar Belakang Masalah

Karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Karakter dipandang sebagai solusi untuk diterapkan dalam setiap lembaga pendidikan. Mengingat sistem pendidikan yang ada saat ini masih mementingkan aspek akademis semata. Padahal pendidikan seharusnya mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik secara komprehensif. Kecerdasan intelektual, emosional, sosial dan spiritual perlu dikembangkan secara bersama. Jika kecerdasan intelektual saja yang dikembangkan akibatnya kecerdasan ini akan terkikis oleh perkembangan zaman karena rapuhnya kecerdasan emosional dan spiritual. Kenyataannya masih banyak sekolah yang menganak emaskan kecerdasan intelektual peserta didiknya.

Karakter perlu untuk digaungkan sehingga lahir kesadaran bersama akan pentingnya membangun karakter generasi bangsa yang kokoh dalam menghadapi perkembangan zaman. Arus globalisasi telah membawa perubahan yang signifikan dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Namun perubahan tersebut cenderung mengarah pada kemerosotan moral dan akhlak. Perkembangan zaman yang semakin modern sudah mulai mengikis karakter kearah ketidakbaikan.

Pada dasarnya jati diri atau karakter yang kuat hanya bisa dibentuk kalau kita memiliki dan membangun watak yang tanggung jawab di dalamnya terkandung konsistensi, integritas dan dedikasi, loyalitas dan komitmen secara vertikal (dengan Tuhan) maupun secara horisontal (dengan sesama, masyarakat serta negara dan bangsa).

Pendidikan Agama Kristen, memiliki andil dalam proses pembentukan karakter, sebab agama memberikan bimbingan dan kontrol sosial kepada umatnya. Ajaran agama Kristen yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan seharusnya di amalkan dalam hidup dan kehidupan sehingga terbentuklah suatu tatanan sosial kemasyarakatan yang adil dan damai. Apabila ajaran agama Kristen diajarkan dengan benar maka terdapat hubungan positif antara ajaran agama Kristen dan pembentukan karakter yang baik.

Pendidik dan lembaga pendidikan adalah pionir dalam pembentukan karakter. Oleh karena itu menjadi tugas orang tua, masyarakat, sekolah, dan pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan dalam membentuk generasi muda yang berkarakter.

Munculnya gagasan pendidikan karakter ini juga dikarenakan, lemahnya peran dan pengaruh orang tua terhadap anak, sedangkan pengaruh teman sebaya (peer) semakin kuat dalam kehidupan anak yang cenderung mengakibatkan kemerosotan moral pada anak usia sekolah. Sistem ini diharapkan dapat membantu peserta didik menjadi pribadi yang memiliki akhlak mulia.

Dalam konteks universal pendidikan karakter muncul dan berkembang awalnya dilandasi oleh pemikiran bahwa sekolah tidak hanya bertanggung jawab agar peserta didik menjadi sekedar cerdas, tetapi juga harus bertanggung jawab untuk memberdayakan dirinya agar memiliki nilai-nilai moral yang memandunya dalam kehidupan sehari-hari. Sejak dikeluarkannya kebijakan tersebut, maka setiap sekolah, dan guru harus menyiapkan nilai-nilai pendidikan karakter pada materi pembelajarannya.

Bahwa dalam mendidik siswa perlu diterapkan tiga metode yaitu meniru, menghafal, dan membiasakan. Sedangkan pembiasaan akan menimbulkan kemudahan dan keentengan (untuk melakukan sesuatu). Pembinaan kepada siswa agar memiliki sifat-sifat terpuji, tidak cukup dengan penjelasan atau pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk melakukan hal-hal yang baik. Karena pembiasaan pada pendidikan anak sangatlah penting, khususnya dalam pembentukan pribadi, akhlak atau karakter.

Kegiatan pendidikan di sekolah perlu diarahkan agar peserta didik mampu mengamalkan ajaran agama yang nantinya akan memberikan ciri khas kepada peserta didik yang berakhlak mulia dan baik ibadahnya. Penerapan pengalaman agama Kristen tersebut dilakukan melalui metode pembiasaan.

Pembiasaan pada pendidikan anak sangatlah penting, khususnya dalam pembentukan pribadi, akhlak dan agama pada umumnya. Karena pembiasaan-pembiasaan agama itu akan memasukkan unsur-unsur positif pada pertumbuhan anak. Semakin banyak pengalaman agama yang didapat anak melalui pembiasaan, maka semakin banyak unsur agama dalam pribadinya dan semakin mudah ia memahami ajaran agama. Pembiasaan ini penting dilakukan dengan harapan pada gilirannya sifat-sifat baik sebagai inti ajaran Kristen, muncul dengan sendirinya karena terbiasa sehingga menjadi karakter yang kuat pada anak.

TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Tujuan

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui peran guru dalam membentuk karakter kemandirian peserta didik, dan mengetahui seperti apa karakter kemandirian yang terbentuk pada peserta didik.

Manfaat Penulisan

·         Bagi guru pengajar penulisan ini bermanfaat untuk mengukur kualitas guru dalam proses pendidikan karakter peserta didik.

·         Bagi peserta didik penulisan ini bermanfaat untuk membentuk karakter kemandirian anak yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dirumah, sekolah, maupun dilingkungan masyarakat.

HAKEKAT PENDIDIKAN

Pendidikan pada hakikatnya tidak hanya untuk membentuk anak-anak yang hanya pintar dan cerdas saja, tetapi juga berkepribadian dan berkarakter atau berakhlak mulia, sehingga melalui pendidikan ini diharapkan akan muncul generasi yang cerdas dari sisi intelektual, emosional dan spritual.

Setiap anak dilahirkan dengan membawa karakter masing-masing dan tidak mungkin ada yang sama antara anak yang satu dengan yang lainnya sehingga anak itu dikatakan unik. Pertumbuhan dan perkembangan anak dilalui dengan beberapa tahap, dimana pertumbuhan mencakup pertambahan ukuran tubuh dan perkembangan terlihat pada perubahan ke arah yang lebih maju, dewasa, atau lebih matang.

Perkembanganlah yang membuat anak menjadi berbeda sesuai faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terdapat diri anak, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar anak, salah satunya factor lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

PERAN ORANG TUA

Orang tua kadangkala malah mengajak anak bermain-main dan tidak mengharuskan si anak mengerjakan tugas sekolah karena orang tua tidak ingin melihat anaknya merasa lelah dan stress terhadap kegiatan sekolah. Dalam proses mengasah ketrampilan dan berbagai kegiatan lain, setiap anak memiliki kecepatan yang berbeda-beda, walaupun anak itu sebenarnya normal.

Di sinilah peran Ibu atau orang tua cukup besar. Namun sering kali Ibu mengambil alih tugas atau kewajiban anak misalnya seperti menata buku pelajaran, membereskan tempat tidur, yang dapat membuat anak merasa bergantung dengan bantuan orang lain. Hal yang mungkin terjadi juga, si anak dapat menjadi terbiasa menyalahgunakan kasih sayang ibunya itu dengan berlambat-lambat dalam melakukan suatu tugas, dengan harapan akan diambil alih oleh ibunya. Ini akan berakibat pada anak tidak dapat belajar disiplin dalam mengerjakan sesuatu dan juga memanjakan anak. Sering terjadi juga orang tua mengerjakan tugas sekolah si anak, dengan berbagai alasan. Ada yang beralasan agar si anak tidak terlalu repot, atau agar si anak punya nilai yang bagus, dan lain sebagainya. Hal ini tidaklah baik, sebab malah akan mengakibatkan si anak terhambat perkembangannya bahkan menghambat perkembangan karakter kemandiriannya dalam menghadapi segala sesuatu. Karakter seorang anak terletak pada sejauh mana yang dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapat di sekolah maupun di luar sekolah, anak didorong untuk berusaha belajar hidup tanpa orang tua, bertangung jawab, mampu mengatasi masalah tanpa bantuan orang lain.

Di saat seorang anak masuk sekolah, ia mengalami peralihan antara bermain dengan “bekerja”. Perkembangan yang terjadi selain berusaha berdiri sendiri, juga sudah mulai rasa tanggung jawab dan memiliki kewajiban terhadap tugas belajarnya di sekolah. Di sini peranan sekolah selain mengajarkan ilmu pengetahuan adalah memberi tugas-tugas yang merangsang perkembangan karakter kemandirian dan rasa bahwa anak memiliki kewajiban.

KARAKTER MANDIRI

Anak diharapkan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, sehingga mampu mengambil keputusan dan inisatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukanya termasuk juga saat anak mulai memasuki awal sekolah di PAUD, yaitu saat anak belum merasa siap memasuki suasana kelas yang baru, teman baru, dan mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah. Hal ini terjadi karena anak belum merasa aman berada di sekolah tanpa ditemani oleh orang tua, anak belum terbiasa dengan lingkungan sekolah, kelas, dan teman sebaya saat memasuki masa sekolah di PAUD.

Permasalahan yang menyangkut pada karakter kemandirian peserta didik yang masih sangat minim, dimana karakter merupakan suatu pola baik, pola itu dapat berupa pikiran, sikap, maupun tindakan yang ada dalam diri seseorang, kemudian melekat hingga menjadi ciri khas pada diri seseorang yang merupakan hasil-hasil pembentukan dari bawaan dan lingkungan. Sementara kemandirian berarti sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Pola perilaku yang dimiliki masing-masing siswa menyebabkannya mempunyai karakter yang berbeda-beda antara satu dan yang lainnya.

PERAN GURU DI DALAM KELAS

Perbedaan-perbedaan yang ada merupakan hal yang sudah pasti, tidak ada satupun siswa yang mempunyai kesamaan dengan lainnya. Apabila ada satu aspek yang sama maka aspek yang lainnya pasti berbeda. Perbedaan setiap individu merupakan salah satu faktor yang menjadi pendukung untuk mewujudkan kualitas masing-masing individu. Ada beberapa karakter anak yang perlu diketahui para guru agar lebih mengetahui keadaan peserta didik.

Di dalam sebuah kelas, terdapat banyak siswa dengan berbagai karakter yang berbeda-beda. Sebagai seorang guru haruslah dapat memahami karakter dari berbagai macam perilaku siswa tersebut. Karena berbeda perilaku, berbeda pula masalah yang akan ditimbulkan oleh siswa. Guru harus mempunyai keahlian untuk memecahkan masalah yang terdapat dalam siswanya tersebut, tanpa harus menimbulkan masalah yang baru.

Beberapa hal yang dihadapi oleh guru yang menyangkut karakter kemandirian siswa antara lain siswa belum merasa aman dan nyaman berada di kelas sehingga orang tua atau wali harus bersedia menemani di depan kelas hingga jam pelajaran usai, masalah lain yaitu pada beberapa siswa yang masih harus dilayani oleh guru untuk menyiapkan alat tulis ketika akan mulai pelajaran, siswa yang dalam berbagai hal masih harus dibantu oleh guru maupun temannya, dan lain sebagainya.

Sebelum seorang guru dapat membentuk karakter peserta didik, guru harus mengenal dan memahami karakter dan keunikan peserta didik yang berbeda-beda terlebih dahulu. Guru perlu mengenal peserta didiknya satu persatu, caranya dapat melalui faktor fisiknya, intelektualnya, emosinya, ketrampilannya, dan banyak lagi.

Dalam menanamkan kemandirian pada peserta didik, guru hendaknnya tidak memberikannya dengan perintah dan ultimatum atau dengan kekerasan dan kata-kata kasar, karena hal tersebut dapat membuat anak selalu merasa di bawah kendali orang lain dan tidak merasa mempunyai otoritas pribadi.

Dengan mengarahkan, mengajarkan serta mengajaknya berdiskusi, hal ini akan terlihat lebih efektif dari pada memerintah, apalagi bila perintah tersebut tidak didasari dengan alasan yang jelas. Maka lama kelamaan dalam melakukan segala sesuatu akan bergantung pada perintah atau larangan orang tua ataupun orang lain.

METODE PEMBENTUKANAN KARAKTER PEMBIASAAN

Membentuk karakter peserta didik dapat dilakukan melalui pembiasaan seperti berdoa disetiap awal dan akhir pelajaran yang dipimpin oleh salah satu siswa secara bergantian berdasarkan urutan absen, dimana siswa telah mandiri dalam mengelola kelas dengan sedikit diarahkan oleh guru dalam mengingatkan dan mengarahkan siswa yang akan bertugas memimpin doa. Selain dengan memimpin doa, masih ada beberapa peran guru yang akan dijelaskan dalam membentuk karakter kemandirian peserta didik.

INDIKATOR KEMANDIRIAN SISWA

Secara etimologis, guru dalam bahasa Indonesia berarti orang yang mengajarkan tentang kelepasan dan kesengsaraan. Guru adalah profesi. dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.

Guru dapat disebut sebagai manajer dan sekaligus sebagai instruktur. Selain itu, peran guru di dalam kelas antara lain yaitu sebagai: (1) pembimbing peserta didik dalam memecahkan kesulitan dalam pembelajaran, (2) sebagai sumber yang dapat membantu memecahkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan peserta didik, dan (3) penilai hasil belajar, untuk menentukan perkembangan hasil belajar peserta didik. Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa guru berperan penting terhadap proses pembelajaran yang dapat menciptakan suatu lingkungan di mana peserta didik dapat merefleksikan bagaimana mereka belajar, menyelesaikan tugas-tugas sekolah, menghadapi hambatan dan bekerja sama secara harmonis dengan yang lain serta menjadi teladan, seorang model sekaligus mentor dari anak/peserta didik di dalam mewujudkan perilaku yang berkarakter yang meliputi olah pikir, olah hati dan olah rasa.

Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. 2000), hlm. 31 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru dalam membentuk karakter kemandirian peserta didik, dan mengetahui seperti apa karakter kemandirian yang terbentuk pada peserta didik.

KARAKTER KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK

Istilah pembentukan berarti sebuah usaha luar yang terarah kepada tujuan tertentu guna membimbing faktor-faktor pembawaan hingga terwujud dalam suatu aktifitas rohaniah atau jasmaniah.

Karakter merupakan watak, tabiat, ahklak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Selain itu pembentukan karakter juga merupakan salah satu Tujuan Pendidikan Nasional dalam Pasal I UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Sedangkan kemandirian adalah usaha untuk belajar hidup tanpa orang tua, bertangung jawab, mampu mengatasi masalah tanpa bantuan orang lain. Peserta didik diharapkan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian, suatu kondisi di mana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya sendiri, mampu mengambil keputusan dan inisatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukanya.

Pada karakter kemandirian yang berarti perilaku yang mampu berinisiatif, mampu mengatasi masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan tanpa bantuan orang lain, dan memiliki hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu selagi bisa menyelesaikannya sendiri.

KESIMPULAN

Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa guru agama Kristen mempunyai peran penting dalam pembentuan karakter kemandirian peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Alkitab, Jakarta, Lembaga Alkitab Indonesia, 1984

Billy Graham Counseling Departement, Buku Pegangan Pelayanan, 1990, hal 19

Werren W.Wiersbe Paul R.Van Gorder, Howard F Sugdan, Prioritas Seorang Pendeta, Gandum Mas Malang, 1982, hal 52 Pdt. Paulus Daun, M.Div, M.Th, Bidat Kristen dari masa kemasa, serie buku Ttheologis, hal 6-7