PERBAIKAN PEMBELAJARAN IPS

DALAM TEMA TENTANG KOMUNIKASI

MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

DI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PADA SISWA KELAS I SD TAMBAHREJO 2, KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA

Sukarwati

Guru Kelas I di SD Tambahrejo 2, Kec. Tunjungan, Kab. Blora

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pembelajaran IPS dalam Tema tentang Komunikasi pada siswa kelas I di SD Tambahrejo 2, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora dengan menerapkan Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) dan membandingkan hasil belajar IPS dalam Tema tentang Komunikasi berdasarkan nilai ulangan harian.

Lokasi penelitian ini di SD Tambahrejo 2, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora. Waktu penelitian adalah 2 bulan, sejak bulan Februari hingga Maret tahun 2010 yang bertepatan dengan kalender akademik Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010. Subyek penelitian adalah siswa kelas I di SD Tambahrejo 2, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora pada Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010 sebanyak 20 anak.

Hasil penelitian ini adalah 1) Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPS dilakukan dengan pendekatan pembelajaran kelompok. 2) Hasil penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPS menjadikan siswa aktif, percaya diri dan kooperatif, 3) Hasil penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPS menjadikan penguasaan materi semakin kuat, 4) Hasil penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPS adalah peningkatan hasil belajar. Saran penelitian ini adalah 1) Guru supaya dapat menyampaikan peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara bervariasi, sehingga siswa dapat menanggapi secara aktif, 2) Siswa supaya dapat saling membantu dan bekerja sama dengan anggota kelompok, sehingga anggota dapat memahami materi dengan lebih baik, 3) Sekolah supaya dapat menindaklanjuti hasil penelitian ini, terutama untuk kelas rendah (kelas I, II, dan III) sesuai dengan materi dan mata pelajaran yang disampaikan sehingga perbaikan pembelajaran dapat dicapai secara menyeluruh.

Kata kunci: Pembelajaran, IPS, Pendekatan Kontekstual.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Peranan pengajaran IPS begitu unik karena harus mendidik dan mempersiapkan para siswa agar dapat hidup di dunianya dan memahami dunianya dimana diperlukan kualitas personal dan kualitas social. Berbagai cara dan teknik dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak dapat dipahami siswa. Oleh karena itu mata pelajaran IPS menjelaskan dari hal-hal yang kongkrit kepada hal yang abstrak dengan pola pendekatan lingkungan yang semakin meluas, memulai yang mudah ke yang sukar, dari sempit ke yang luas dan dari yang dekat ke yang jauh.

Dalam pembelajaran IPS dalam Tema tentang Komunikasi di SD Tambahrejo 2, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora, penulis selaku guru kelas berperan penting dalam sebagai fasilitator dan edukator. Peran guru tersebut sangat penting karena siswa memang membutuhkan bimbingan dan petunjuk selama pembelajaran. Siswa yang belum mencapai kematangan akan kesulitan bila guru tidak mampu berperan sebagai fasilitator dan edukator dalam pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran IPS.

Memasuki awal Semester II, materi yang disampaikan adalah Peristiwa Penting dimana siswa diharapkan dapat menceritakan kembali peristiwa penting yang dialaminya. Materi tersebut terdiri dari peristiwa penting yang dialami dan peristiwa berdasarkan cerita orang tua. Materi tersebut sebenarnya cukup sedikit dan termasuk mudah, sehingga penulis dapat menyampaikan materi dalam beberapa kali pertemuan dengan pendekatan klasikal.

Pada akhir Januari 2010, penulis pun melaksanakan ulangan harian. Namun hasilnya masih jelek. Dari hasil analisis diperoleh ketuntasan hanya 60% dengan nilai rata-rata sebesar 58,5. Dari analisis terhadap hasil ulangan harian dapat diketahui nilai tertinggi hanya 80 atas nama Bima Nugroho. Sedangkan siswa yang mencapai nilai 70 sebanyak 4 anak, yaitu Khoirun Nikmah, Alam Sentana Putra, Subhan Qulbil Khoir dan Desiana Safitri. Artinya hanya 5 yang benar-benar memahami materi dan masih banyak yang belum menguasai materi. Atas kondisi tersebut, penulis selaku guru kelas harus melakukan perbaikan dalam pembelajaran IPS.

Pada pembelajaran IPS tersebut, materi yang disampaikan adalah Peristiwa Penting. Dengan demikian, penulis selaku guru kelas I hendak menerapkan Pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran IPS atau yang dikenal dengan istilah Contextual Teaching and Learning (CTL). Diharapkan dengan penerapan CTL dalam pembelajaran IPS akan dapat memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPS dalam Tema tentang Komunikasi pada siswa kelas I di SD Tambahrejo 2, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora pada semester II Tahun Pelajaran 2009/2010?

2. Bagaimana hasil penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPS dalam Tema tentang Komunikasi pada siswa kelas I di SD Tambahrejo 2, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora pada semester II Tahun Pelajaran 2009/2010?

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pembelajaran IPS dalam Tema tentang Komunikasi pada siswa kelas I di SD Tambahrejo 2, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora dengan menerapkan Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) dan membandingkan hasil belajar IPS dalam Tema tentang Komunikasi berdasarkan nilai ulangan harian.

KAJIAN/TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Teori

1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu program pendidikan yang memilih bahan pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniti yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Puskur Balitbang Depdiknas, 2003: 2).

Pada dasarnya Pendidikan IPS merupakan penyederhanaan dari materi ilmu-ilmu sosial untuk keperluan kurikulum di sekolah. Dengan penyederhanaan materi tersebut, maka para siswa dengan mudah dapat melihat, menganalisis, dan mamahami gejala-gejala yang ada dalam masyarakat lingkungannya. Konsep utama Pendidikan IPS adalah interaksi individu dengan lingkungannya. Sedangkan kurikulum Pendidikan IPS mempergunakan pendekatan integratif.

2. Pembelajaran

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan Aqib dan Rohmanto (2008: 80) secara lebih lengkap mendefinisikan pembelajaran adalah suatu rentetan kegiatan sistematis yang mengikuti tahapan tertentu. Lebih lanjut, Aqib dan Rohmanto (2008: 80) menjelaskan pelaksanaan pembelajaran adalah terdiri dari tiga langkah, yaitu pendahuluan (kegiatan awal), penyajian (kegiatan pokok) dan penutup (kegiatan akhir dan lanjutan).

3. Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran Kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya dan budaya (Johnson, 2002 dalam Nurhadi, 2003).

Menurut Johnson (2002 dalam Nurhadi, 2003), ada delapan komponen utama dalam sistem Pembelajaran Kontekstual, yaitu: 1) Melakukan hubungan yang bermakna, 2) Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan, 3) Belajar yang diatur sendiri, 4) Bekerja sama, 5) Berpikir kritis dan kreatif, 6) Mengasuh atau memelihara pribadi siswa, 7) Menggapai standar yang tinggi, 8) Menggunakan penilaian autentik.

Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPS sebenarnya berkaitan dengan pengalaman hidup sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran seharusnya tidak lagi tekstual dan hanya menghafal materi, tetapi dapat dikaitkan dengan pengalaman yang dialami oleh siswa maupun guru. Pada akhirnya, siswa dapat memahami dunianya melalui pembelajaran tersebut.

Tantangan yang terjadi dalam pembelajaran di kelas bawah, termasuk di kelas I, adalah tingkat kematangan siswa yang masih rendah. Mereka belum mampu berpikir secara logis dan masih suka bermain. Kondisi ini sebenarnya juga menjadi kesempatan yang baik bagi guru untuk menanamkan kebiasan belajar yang baik dan benar.

Dalam penelitian ini, penulis selaku guru kelas I melakukan tindakan dengan menerapkan Pendekatan Kontekstual untuk memperbaiki pembelajaran IPS. Siswa dibagi menjadi lima kelompok, masing-masing terdiri dari empat anak. Setiap kelompok diberikan tugas kelompok yang disebut dengan Lembar Kerja Kelompok. Siswa mengungkapkan pendapat dan bekerja sama mengerjakan tugas tersebut. Selanjutnya, guru melakukan pembahasan dan melanjutkan pembelajaran sesuai dengan Lembar Kerja Kelompok dan pembahasan. Dengan mengungkapkan pendapat dan bekerja sama diharapkan siswa dapat memahami materi dengan baik dan mencapai hasil belajar yang lebih baik, sehingga perbaikan pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Kontekstual berhasil.

Hipotesis

Pembelajaran IPS dalam Tema tentang Komunikasi pada siswa kelas I di SD Tambahrejo 2, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora dengan menerapkan pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual diduga dapat meningkatkan hasil belajar.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Lokasi penelitian ini di SD Tambahrejo 2, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora. Penulis merupakan guru kelas I di lokasi penelitian sehingga dapat melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada mata pelajaran IPS.

Waktu penelitian adalah 2 bulan, sejak bulan Februari hingga Maret tahun 2010 yang bertepatan dengan kalender akademik Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010.

Subyek penelitian adalah siswa kelas I di SD Tambahrejo 2, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora pada Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010 sebanyak 20 anak.

Sumber Data dan Alat Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa selama pembelajaran dan hasil belajar siswa. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembar pengamatan untuk mengetahui kegiatan siswa selama pembelajaran dan ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar. Sesuai denganb data tersebut kemudian dilakukan analisis komparatif antara Kondisi Awal dengan Siklus I dan Siklus II.

Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan Model Siklus dimana setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Siklus tersebut dapat berulang sesuai dengan tindakan dan hasil tindakan. Dalam penelitian ini hanya direncakanakan 2 siklus karena harus mempertimbangkan alokasi waktu sesuai dengan kalender akademik.

Refleksi

Refleksi

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan

Pelaksanaan

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Foto 4.1. Menjelaskan peristiwa penting.

Pembelajaran pada materi tentang Peristiwa Penting dapat selesai dalam tiga minggu secara aktif dan menarik. Seluruh materi telah selessai disampaikan. Selanjutnya, penulis melakukan ulangan harian. Siswa mengerjakan enam soal, terdiri dari soal pilihan ganda, isian, uraian dan menyusun kalimat. Siswa mempunyai waktu selama satu jam pelajaran atau 35 menit. Penulis membagikan naskah ulangan harian dan melakukan pengawasan. Siswa mulai mengerjakan sesuai dengan petunjuk dan waktu yang tersedia.

Setelah selesai, penulis melakukan analisis terhadap hasil ulangan harian tersebut dan diperoleh ketuntasan hanya 60% dengan nilai rata-rata sebesar 58,5. Secara lebih lengkap, hanya ada lima anak yang mencapai ketuntasan, yaitu Bima Nugroho, Khoirun Nikmah, Alam Sentana Putra, Subhan Qulbil Khoir dan Desiana Safitri. Siswa yang . pertama mendapat nilai 80 dan yang lainnya mendapat nilai 70. Masih banyak siswa yang hanya mendapat nilai 60, sedangkan 8 siswa lainnya belum tuntas dengan nilai 40 dan 50.

Sesuai dengan analisis terhadap pembelajaran, sebenarnya siswa aktif dan berminat. Bahkan mereka cukup menguasai materi dengan indikator berpendapat dan menjawab pertanyaan dengan benar. sesuai dengan analisis terhadap hasil nilai ulangan harian, hasil belajar masih rendah ketuntasan hanya 60% dengan nilai rata-rata sebesar 58,5. Permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran adalah siswa belum mencapai tahap kematangan yang memadai, siswa mudah lupa, dan siswa masih kesulitan dalam menulis.

Atas permasalahan tersebut, penulis melakukan tindakan dengan menerapkan Pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran IPS. Siswa dibagi menjadi lima kelompok, masing-masing terdiri dari empat anak. Setiap kelompok diberikan tugas kelompok. Siswa mengungkapkan pendapat dan bekerja sama mengerjakan tugas tersebut. Tugas kelompok tersebut mencakup permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, guru melakukan pembahasan dan melanjutkan pembelajaran sesuai dengan Lembar Kerja Kelompok dan pembahasan.

Deskripsi Siklus I

Perencanaan penulis pada Siklus I mencakup pada penyusunan Lembar Kerja Kelompok dan pembentukan kelompok. Hal ini sesuai dengan tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran IPS. Hal ini berbeda dengan pembelajaran pada Kondisi Awal dimana penulis hanya mempersiapkan rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran secara klasikal. Dengan demikian persiapan penulis berbeda.

Pembelajaran pada Siklus I menggunakan pembelajaran kelompok dengan menerapkan Pendekatan Kontekstual. Siswa dibagi menjadi lima kelompok, setiap kelompok terdiri dari empat anak. Setiap kelompok mengerjakan tugas kelompok dan dilanjutkan dengan pembahasan sesuai dengan materi yang disampaikan. Siswa menjadi lebih aktif dan kooperatif selama pembelajaran dan pembahasan tersebut. Penulis berfungsi sebagai fasilitator selama pembelajaran dan sebagai mediator selama pembahasan. Hal ini berbeda dengan pembelajaran pada Kondisi Awal dimana pembelajaran berlangsung klasikal, sehingga siswa hanya menerima materi dan cenderung lebih pasif. Begitu juga dengan fungsi penulis yang menjadi sumber belajar dengan menyampaikan materi secara searah. Selanjutnya, penulis hanya membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengikuti pembelajaran sesuai dengan materi yang disampaikan. Siswa pun dapat menarik simpulan sesuai dengan pengalaman hidup sehari-hari.

Foto 4.5. Mengerjakan tugas kelompok.

Hasil belajar pada Siklus I menunjukan peningkatan yang signifikan. Ketuntasan mencapai 100% dengan nilai rata-rata sebesar 69. Hasil belajar ini lebih baik daripada hasil belajar pada Kondisi Awal dimana ketuntasan hanya mencapai 60% dengan nilai rata-rata sebesar 58,5. Secara keseluruhan, hasil belajar pada Siklus I adalah lebih baik daripada hasil belajar pada Kondisi Awal.

Deskripsi Siklus II

Perencanaan penulis pada Siklus II hamir sama dengan pembelajaran pada siklus I. Penulis kembali menyusun Lembar Kerja Kelompok. Sedangkan susunan kelompok tetap dipertahankan, sehingga anggota kelompok saling memahami dan tidak perlu beradaptasi lagi. Perencanaan ini merupakan tindak lanjut dari refleksi dari Siklus I yang lalu.

Pembelajaran pada Siklus II menggunakan pembelajaran kelompok dengan menerapkan Pendekatan Kontekstual. Siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing. Penulis hanya perlu mengkoordinasikan siswa, sehingga persiapan siswa pun lebih cepat. Pembelajaran kelompok ini berlangsung dengan aktif dan kooperatif. Siswa dan kelompoknya menerima lembar kerja. Siswa yang cukup berpengalaman dan berminat berupaya mengungkapkan pendapatnya. Penulis menyediakan waktu yang cukup lama, sehingga siswa dan kelompoknya mempunyai kesempatan yang sangat banyak untuk berdikusi. Sesuai dengan hasil pengamatan, siswa semakin aktif, percaya diri, dan kooperatif. Ada perwakilan kelompok yang sama, yaitu kelompok saru, dua dan tiga. Namun ada pula kelompok yang mengganti perwakilan kelompok dalam pembahasan, misalnya kelompok empat dan lima. Hal ini sebenarnya tidak terlepas dari fungsi penulis menjadi motivator dan hal tersebut disanggupi oleh kelompok empat dan lima. Begitu juga dalam pembelajaran dimana siswa tidak lagi menunggu ditunjuk, tetapi mereka berinisiatif dengan mengcungkan jari dan menjawab pertanyaan dari penulis. Hingga akhir pembelajaran, siswa pun menarik simpulan dari materi yang telah disampaikan tersebut.

Foto 4.10. Pembahasan oleh Kelompok Empat.

Hasil belajar pada Siklus II menunjukan peningkatan yang sangat signifikan. Ketuntasan mencapai 100% dengan nilai rata-rata sebesar 80. Hasil belajar ini lebih baik daripada hasil belajar pada Kondisi Awal (ketuntasan hanya 60% dengan nilai rata-rata sebesar 58,5) maupun Siklus I (ketuntasan mencapai 100% dengan nilai rata-rata sebesar 69). Secara keseluruhan, hasil belajar pada Siklus II sangat memuaskan dimana nilai terendah sebanding dengan KKM dan ada empat siswa mencapai nilai sempurna, yaitu Khoirun Nikmah, Alam Sentana Putra, Subhan Qulbil Khoir, dan Bima Nugroho.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam penelitian ini, penulis selaku guru kelas melakukan tindakan dengan menerapkan Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran IPS. Dari tindakan tersebut, hasil yang dicapai adalah :

1. Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPS dilakukan dengan pendekatan pembelajaran kelompok dimana siswa dibagi menjadi lima kelompok, terdiri dari empat anggota dan mengerjakan tugas kelompok.

2. Hasil penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPS menjadikan siswa aktif, percaya diri dan kooperatif karena siswa berdiskusi, berpendapat dan melakukan pembahasan pada tugas kelompok yang dikerjakan.

3. Hasil penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPS menjadikan penguasaan materi semakin kuat karena siswa mengungkapkan pengalaman sehari-hari yang berkaitan langsung dengan materi pelajaran yang disampaikan.

4. Hasil penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPS adalah peningkatan hasil belajar. Pada Kondisi Awal ketuntasan hanya mencapai 60% dengan nilai rata-rata sebesar 58,5. Pada Siklus I ketuntasan mencapai 100% dengan nilai rata-rata sebesar 69. Pada Siklus II ketuntasan mencapai 100% dengan nilai rata-rata sebesar 80.

Pada Siklus I, penulis menentukan pembagian kelompok dan siswa menyesuaikan diri, sehingga kelompok dapat segera menempati posisi yang ditentukan. Mereka mengerjakan tugas kelompok sesuai dengan petunjuk dari penulis. Pada awalnya, siswa tampak kebingungan dan masih kesulitan. Pada kondisi semacam ini, penulis memberikan bimbingan. Seiring jalannya pembelajaran, siswa dapat beradaptasi dengan baik, termasuk dalam pembahasan dimana kelompok harus menentukan perwakilan kelompok. Hasilnya siswa menjadi lebih aktif dan kooperatif selama pembelajaran dan pembahasan tersebut. Hasil belajar juga menunjukan peningkatan yang signifikan. Ketuntasan mencapai 100% dengan nilai rata-rata sebesar 69.

Pada Siklus II, penulis melanjutkan tindakan, sehingga tidak ada perubahan drastis. Susunan kelompok tetap sama, sehingga siswa tidak perlua beradaptasi. Mereka juga semakin akrab dan kompak. Mereka cukup berpengalaman dan semakin percaya diri, sehingga pembelajaran berlangsung aktif dan menarik, baik pada saat mengerjakan tugas kelompok, pembahasan maupun pembelajaran pada materi yang sedang dibahas. Hasil belajar juga meningkat secara signifikan. Ketuntasan mencapai 100% dengan nilai rata-rata sebesar 80.

Berikut adalah tabel-tabel yang menunjukan Refleksi Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II, hasil belajar siswa dan analisis hasil belajar siswa.

Tabel 4.7. Refleksi pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.

No

Aspek

Kond. Awal

Siklus I

Siklus II

1

Fungsi guru dalam pembelajaran

Dominan sebagai sumber belajar utama

Fleksibel sebagai fasilitator dan mediator

Fleksibel sebagai fasilitator, mediator, dan motivator

2

Fungsi siswa dalam pembelajaran

Pasif

Aktif dan kooperatif

Aktif, kooperatif, dan kompak

3

Proses pembelajaran

Klasikal dan monoton

Kelompok dan kontekstual

Kelompok dan kontekstual

4

Hasil belajar

Rendah dengan ketuntasan hanya 60% dan nilai rata-rata hanya 58,5

Meningkat dengan ketuntasan hingga 100% dan nilai rata-rata sebesar 69

Meningkat dengan ketuntasan hingga 100% dan nilai rata-rata sebesar 80

Tabel 4.8. Perbandingan hasil belajar siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.

No

Nama Murid

K. Awal

Siklus I

Siklus II

1

Umi Khoiroh

50

60

70

2

Siti Nur Anisa

60

70

80

3

Dini Arvita Yuliana

60

60

70

4

Khoirun Nikmah

70

80

100

5

Hindra Wisnu Aditya

60

70

90

6

Rohmad Abdul Ghoni

50

60

70

7

Alam Sentana Putra

70

80

100

8

M. Urip Jailani

60

70

90

9

Cahya Lintang Mahmudi

50

60

70

10

Mita Amelia

40

60

60

11

M. Zaqi Afriza

50

60

60

12

Khoirul Fahmi

50

60

60

13

Subhan Qulbil Khoir

70

80

100

14

Sariful Hidayattudin

60

80

90

15

Ahmad Faizal

60

70

80

16

Neo Riza Moeyana

50

60

70

17

Nimas Ningrum D.

50

60

60

18

Intan Arifiana D.

60

70

90

19

Desiana Safitri

70

80

90

20

Bima Nugroho

80

90

100

Tabel 4.9. Analisis hasil belajar pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.

No

Aspek perbandingan

Kond. Awal

Siklus I

Siklus II

1

Nilai terendah

40

60

60

2

Nilai rata-rata

58,5

69

80

3

Nilai tertinggi

80

90

100

4

Ketuntasan (%)

60

100

100

PENUTUP

Simpulan

1. Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPS dapat dilakukan melalui pembelajaran kelompok.

2. Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPS menjadikan siswa aktif, percaya diri dan kooperatif.

3. Hasil penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPS menjadikan penguasaan materi semakin kuat.

4. Hasil penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPS meningkatkan hasil belajar.

Saran

1. Guru supaya dapat menyampaikan peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara bervariasi, sehingga siswa dapat menanggapi secara aktif.

2. Siswa supaya dapat saling membantu dan bekerja sama dengan anggota kelompok, sehingga anggota dapat memahami materi dengan lebih baik.

3. Sekolah supaya dapat menindaklanjuti hasil penelitian ini, terutama untuk kelas rendah (kelas I, II, dan III) sesuai dengan materi dan mata pelajaran yang disampaikan sehingga perbaikan pembelajaran dapat dicapai secara menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham. 2008. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: Yrama Widya.

Barizi, Ahmad. 2009. Menjadi Guru Unggul. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Effendi, Ridwan, dkk. 2004. Pengembangan Pendidikan IPS SD PJJ S1-PGSD. Modul Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hernawan, Edi dan Hendayani, Endang. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD dan MI Kelas 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Puskur Balitbang Depdiknas. 2003. Model-model Pembelajaran Efektif. (www.puskur_balitbang_depdiknas.com). Diakses pada tanggal 28 Agustus 2007.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Suroso. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pararaton.

 

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.