PERBAIKAN PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS VI

DI SD PLUMBON

PADA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2006/2007 DALAM MENDENGARKAN DRAMA PENDEK

DENGAN MENERAPKAN METODE SOSIO DRAMA

Lasrikin

Guru Kelas VI di SD Plumbon, Kec. Ngawen, Kab. Blora

ABSTRAK

Tujuan dalam penelitian ini adalah menerapkan metode Sosio Drama untuk meningkatkan aktifitas belajar dan kemampuan mendengarkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam mendengarkan Drama Pendek pada siswa Kelas VI di SD Plumbon, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora di Semester II Tahun Pelajaran 2006/2007.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tindakan dalam penelitian ini adalah menerapkan metode Sosio Drama. Tempat penelitian adalah SD Plumbon, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora. Waktu penelitian adalah 1 bulan, yaitu bulan Maret tahun 2007 sesuai dengan waktu pertengahan Semester I Tahun Pelajaran 2006/2007. Subjek penelitian adalah Siswa Kelas VI di SD Plumbon, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora pada Semester II Tahun Pelajaran 2006/2007 sebanyak 36 anak. Metode pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengamatan atau observasi dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan Model Siklus yang terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Hasil dalam penelitian ini adalah: 1) Aktifitas siswa meningkat dengan membaca naskah drama pendek dan mendengarkan, 2) Pemahaman materi semakin baik dengan pembahasan terhadap drama pendek, 3) Kemampuan mendengarkan siswa terhadap drama pendek semakin meningkat, baik dalam pembelajaran maupun ulangan harian, 4) Hasil belajar meningkat dengan peningkatan nilai rata-rata dan ketuntasan pembelajaran. Saran dalam penelitian ini adalah: 1) Guru seharusnya dapat mempertimbangkan alur cerita, karakter tokoh, amanat, dan kematanngan siswa dalam menyusun naskah drama pendek dengan, sehingga siswa membaca drama pendek dengan penuh penghayatan dan memperoleh manfaat nonakademis dari pengalaman belajar tersebut, 2) Siswa seharusnya dapat mempelajari naskah drama pendek secara intensif, sehingga pemahaman terhadap alur cerita dan karakter tokoh semakin kuat dan penampilan dalam Sosio Drama semakin nyata, 3) Sekolah seharusnya dapat mengembangkan tindakan dan hasil penelitian sesuai dengan karakteristik guru, siswa, mata pelajaran dan fasilitas yang tersedia.

Kata kunci: Bahasa Indonesia, Kemampuan Mendengarkan, metode Sosio Drama.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pada umumnya menggunakan Bahasa Indonesia terlihat mudah, namun apabila dikaji lebih mendalam tentang tata bahasa dan segala macam aturannya diperlukan pembelajaran yang lebih untuk memahaminya. Dari praktek sehari-hari oleh siswa dalam menggunakan Bahasa Indonesia, kebanyakan masih belum lancar dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan siswa masih menggunakan bahasa gado-gado yaitu campuran antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa sebagai bahasa daerah. Dengan demikian, secara akademis Bahasa Indonesia masih perlu dipelajari yang mendalam oleh siswa.

Kesulitan yang sering dihadapi siswa dalam mendalami dan memahami mata pelajaran Bahasa Indonesia biasanya disebabkan oleh 1) siswa terlalu menganggap remeh atau menyepelekan, 2) siswa tidak diajak proaktif dalam mempelajari, 3) cara mengajar guru yang kurang menarik, 4) referensi yang kurang.

Permasalahan juga terjadi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VI pada pertengahan Semester II dalam materi tentang Mendengarkan Drama Pendek. Dalam kemampuan mendengarkan tersebut, guru hanya meminta siswa untuk membaca drama pendek, kemudian menjawab pertanyaan yang berkaitan. Siswa pun menganggap mudah, sehingga mengerjakan dengan kurang teliti. Hasil koreksi menunjukan bahwa pemahaman siswa terhadap drama pendek belum memadai. Guru melakukan ulangan harian tentang drama pendek dimana siswa harus menjawab 10 pertanyaan dalam waktu selama 35 menit. Hampir sama seperti pada pembelajaran, siswa pun kurang teliti, sehingga hasil koreksi hanya memperoleh nilai rata-rata sebesar 65,97 dengan ketuntasan hanya 66,67%.

Permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran karena guru menerapkan metode belajar yang tidak sesuai dengan materi dan kemampuan berbahasa dan siswa yang meremehkan pembelajaran. Sesuai dengan permasalahan tersebut, guru melakukan tindakan dengan menerapkan metode Sosio Drama. Dalam pembelajaran, siswa membacakan drama pendek sesuai dengan perannya masing-masing dengan penghayatan. Pembelajaran dilanjutkan dengan pembahasan, sehingga memahami drama pendek tersebut. Dengan metode Sosio Drama, siswa mendengarkan drama pendek secara langsung, sehingga kemampuan mendengarkan berfungsi dengan optimal. Dengan tindakan tersebut diharapkan siswa terlibat dalam pembelajaran secara aktif dan semakin terampil dalam mendengarkan drama pendek.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Mendengarkan Drama Pendek sebelum menerapkan metode Sosio Drama pada Siswa Kelas VI di SD Plumbon, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora di Semester II Tahun Pelajaran 2006/2007?

2. Bagaimana pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Mendengarkan Drama Pendek setelah menerapkan metode Sosio Drama pada Siswa Kelas VI di SD Plumbon, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora di Semester II Tahun Pelajaran 2006/2007?

Tujuan

Tujuan dalam penelitian ini adalah menerapkan metode Sosio Drama untuk meningkatkan aktifitas belajar dan kemampuan mendengarkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam mendengarkan Drama Pendek pada siswa Kelas VI di SD Plumbon, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora di Semester II Tahun Pelajaran 2006/2007.

KAJIAN/TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Teori

1. Bahasa Indonesia

Matematika berasal dari bahasa Latin, yaitu “manthenein” atau “mathena” Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara kita. Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang menunjukkan kepribadian bangsa kita. Dalam pembangunan nasional menuju masyarakat industrial dengan tetap mempertahankan kepribadian nasional perlu diupayakan pembangunan, pembudayaan teknologi, serta pemantapan identitas nasional.

Dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia, guru hendaknya menyadari keempat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Pembelajaran bahasa mempertimbangkan ”keterpaduan”, artinya memperlakukan bahasa sebagai suatu keutuhan, bukan kepingan-kepingan yang berdiri sendiri. Tata bahasa diajarkan bukan sebagai tata bahasa, kosa kata bukan hanya sebagai kosa kata. Tata bahasa dan kosa kata dapat disajikan dalam kegiatan yang terpadu dengan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.

2. Kemampuan Mendengarkan

Mendengarkan adalah suatu proses memdengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran lisan atau bahasa lisan (Tarigan, 1990: 28). Disamping itu, mendengarkan harus memperhatikan aspek-aspek non-kebahasaan, yaitu: tekanan (keras lembutnya suara), jangka (panjang pendeknya suara), nada (tinggi rendahnya suara), intonasi (naik turunnya suara) dan ritme (pemberian tekanan nada dalam kalimat). Dengan demikian mendengarkan ada dua kegiatan, yaitu mendengarkan lambang-lambang bunyi dan memahami lambang-lambang tersebut.

Pada dasarnya mendengarkan adalah proses kejiwaan, mulai dari pengenalan bunyi-bunyi melalu alat pendengar sampai dengan pemahamannya. Kemampuan menangkap dan memahami makna pesan tersurat maupun tersirat yang terkandung dalam bunyi, kemampuan mengingat pesan merupakan prasyarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendengar.

3. Metode Sosio Drama

Metode Sosio Drama merupakan suatu metode mengajar dimana siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia (Roestiyah, 1991). Dalam metode Sosio Drama lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Dalam pembelajaran metode Sosio Drama, interaksi sosial menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan skema mental yang baru dimana dalam pembelajaran tersebut siswa ikut berperan aktif dan dapat mengetahui secara langsung bagaimana proses dan hasil pembelajaran yang diharapkan lebih bermakna bagi siswa untuk memecahkan persoalan berpikir kritis dan melakukan observasi serta menarik kesimpulan.

Kerangka Berpikir

Pembelajaran pada Kondisi Awal berlangsung secara klasikal. Guru hanya meminta siswa untuk membaca drama pendek sesuai dengan materi yang disampaikan, kemudian menjawab pertanyaan yang berkaitan secara mandiri. Siswa sering menganggap mudah, sehingga mengerjakan dengan kurang teliti. Hasil koreksi menunjukan bahwa pemahaman siswa terhadap drama pendek belum memadai. Pembelajaran pada Kondisi Awal tidak sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Siswa menganggap remeh materi yang disampaikan, sehingga tugas yang dikerjakan masih banyak kesalahan. Begitu juga dengan nilai ulangan harian tentang drama pendek yang masih jelek. Hasil ulangan harian tersebut hanya diperoleh nilai rata-rata sebesar 65,97 dengan ketuntasan 66,67%.

Perbaikan pembelajaran dengan menerapkan metode Sosio Drama. Siswa membacakan drama pendek sesuai dengan perannya masing-masing dengan penghayatan. Siswa lainnya mendengarkan drama pendek secara langsung. Pembelajaran dilanjutkan dengan pembahasan tentang drama pendek tersebut. Dengan demikian, siswa terlibat dalam pembelajaran secara aktif dan kemampuan siswa dalam mendengarkan dapat berfungsi secara langsung. Pembelajaran sesuai dengan materi dan tujuan yang hendak dicapai, sehingga siswa terlibat secara aktif.

Kondisi Awal

Pembelajaran klasikal

Siswa  pasif dan meremehkan

Hasil belajar jelek

Tindakan

Pembelajaran dengan Metode Sosio Drama

Siklus I

Siklus II

Siswa aktif dan hasil belajar baik

Kondisi Akhir

 

Hipotesis

Dengan menerapkan metode Sosio Drama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Mendengarkan Drama Pendek pembelajaran dapat berlangsung secara aktif dan kemampuan siswa dalam mendengarkan dapat berfungsi secara langsung sehingga hasil belajar Siswa Kelas VI di SD Plumbon, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora di Semester I Tahun Pelajaran 2006/2007 diduga dapat meningkat.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penulis adalah Guru Kelas VI di SD Plumbon, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora menjadi peneliti yang melakukan tindakan dalam pembelajaran. Permasalahan dalam penelitian ini adalah ketidaksesuaian metode belajar dengan tujuan pembelajaran karena pembelajaran berlangsung secara klasikal dan sikap siswa yang meremehkan pembelajaran. Tindakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Sosio Drama.

Tempat penelitian adalah SD Plumbon, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, tepatnya Kelas VI yang merupakan unit kerja dari peneliti. Waktu penelitian adalah 1 bulan, yaitu bulan Maret tahun 2007 sesuai dengan pertengahan Semester II Tahun Pelajaran 2006/2007.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah Siswa Kelas VI di SD Plumbon, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora I pada Semester II Tahun Pelajaran 2006/2007 sebanyak 36 anak.

Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengamatan atau observasi dan dokumentasi. Pengamatan atau observasi dilakukan selama pembelajaran sesuai dengan tindakan. Pengamatan atau observasi dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan atau observasi. Dokumentasi dilakukan dengan setelah pembelajaran. Dokumentasi dilakukan dengan menggunakan tes tertulis dimana siswa mengerjakan ulangan harian sesuai dengan materi yang disampaikan. Dokumentasi mengacu pada nilai ulangan harian dan analisis nilai ulangan harian.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan Model Siklus yang terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Setiap tahap saling berkaitan dan berkelanjutan. Dalam tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana dan persiapan yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan rencana dalam pembelajaran. Dalam tahap pengamatan, peneliti mengamati subjek penelitian sesuai dengan tindakan. Dalam tahap refleksi, peneliti menganalisis tindakan. Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan dalam 2 siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Kondisi Awal

Foto 1. Pembelajaran pada Kondisi Awal.

Pembelajaran Bahasa Indonesia sering dianggap mudah karena sering dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, pembelajaran Bahasa Indonesia lebih mudah daripada pembelajaran Bahasa Jawa. Pembelajaran pun sering berlangsung secara klasikal. Siswa pun meremehkan pembelajaran dan kurang terlibat. Guru hanya menjelaskan dan memberikan tugas yang berkaitan dengan materi. inilah yang menyebabkan siswa pasif dan tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai. Dalam materi Mendengarkan Drama Pendek, siswa hanya membaca dan menjawab pertanyaan secara mandiri.

Guru melanjutkan dengan ulangan harian tentang drama pendek. Guru membagikan naskah drama pendek kepada setiap siswa. Mereka membaca dan menjawab 10 pertanyaan yang berkaitan dengan drama pendek tersebut selama 35 menit. Kemudian, guru melakukan koreksi bersama. Hasilnya diketahui nilai rata-rata sebesar 65,97 dengan ketuntasan sebesar 66,67%. Hasil belajar tersebut masih rendah.

Deskripsi Siklus I

Foto 5. Meminta siswa terlibat dalam Sosio Drama.

Perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia dilakukan dengan menerapkan metode Sosio Drama. Dalam pembelajaran tersebut, siswa harus membaca drama pendek yang tersedia. Beberapa siswa terlibat sesuai dengan tokoh dalam drama pendek tersebut. Mereka harus membaca dengan penuh penghayatan maupun berakting, sehingga drama pendek tersebut terkesan nyata. Sedangkan siswa lainnya harus mendengarkan. Cara tersebut sesuai dengan tujuan belajar, yaitu kemampuan mendengarkan drama pendek. Dalam pembelajaran tersebut, siswa terlibat secara aktif, sehingga dengan membaca penuh penghayatan maupun mendengarkan.

Perbaikan pembelajaran pada Siklus I melibatkan siswa secara aktif dan sesuai dengan tujuan belajar. Siswa harus membaca drama pendek dengan penghayatan sesuai dengan tokoh yang diperankan. Mereka juga boleh berakting supaya drama pendek tersebut terkesan nyata. Siswa lainnya harus mendengarkan untuk memahami drama pendek tersebut. Untuk memahami maksud dari drama pendek tersebut, siswa membaca lagi dan mendengarkan hingga 2 kali. Pembelajaran berlangsung aktif dan kondusif, hingga pembahasan. Guru berperan sebagai fasilitator yang menyediakan naskah drama pendek dan mediator dalam pembahasan. Dengan peran tersebut, guru benar-benar melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dengan membaca drama pendek dan mendengarkan.

Perbaikan pembelajaran pada Siklus I terbukti meningkatkan aktifitas siswa, baik membaca naskah drama pendek maupun mendengarkan hingga pembahasan dengan tanya-jawab. Aktifitas tersebut berdampak pada siswa dalam pemahaman terhadap drama pendek, terutama tokoh, seting, tema, masalah, amanat dan judul. Dengan demikian, hasil belajar juga meningkat. Sesuai dengan hasil ulangan harian, siswa mencapai nilai rata-rata sebesar 77,36 dengan ketuntasan mencapai 88,89%.

Deskripsi Siklus II

Foto 11. Siswa melakukan Sosio Drama.

Perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan metode Sosio Drama dilanjutkan pada Siklus II. Tidak banyak perubahan yang terjadi dalam pembelajaran. Guru tetap menyusun drama pendek. Guru hanya meminta keterlibatan siswa secara aktif dimana ada beberapa siswa berbeda yang membacakan naskah drama pendek tersebut. Guru meminta siswa supaya menghayati perannya sebagai tokoh dan naskah tersebut, sehingga Sosio Drama semakin nyata. Bahkan, siswa juga boleh berekspresi maupun berakting sesuai dengan penghayatnnya. Untuk menunjang kenyamanan siswa, guru mempersilahkan mereka membaca naskah sambil duduk di kursi.

Dalam Sosio Drama tersebut, ada 3 pasangan siswa yang bersedia, yaitu Suntari dengan Maryani Dini Rochmawati, Nailin Muslifah dengan Puji Siswanto, dan Siti Nurul Fitriyah dengan Tiara. Mereka secara berpasangan menampilkan Sosio Drama tersebut di depan kelas. Siswa yang lainnya mendengarkan drama pendek tersebut dengan penuh perhatian. Mereka terus mendengarkan drama pendek tersebut hingga 3 kali sesuai dengan giliran masing-masing pasangan. Siswa juga aktif selama pembahasan. Mereka melakukan tanya-jawab dengan cepat dan benar. yang paling penting adalah mereka juga terampil dalam menceritakan kembali drama pendek tersebut secara lisan.

Pembelajaran pada Siklus II merupakan pengembangan pembelajaran sebelumnya. Pembelajaran pada Siklus I hanya melibatkan beberapa siswa saja. Sedangkan pembelajaran pada Siklus II melibatkan siswa yang lebih banyak. Siswa pun membaca naskah drama pendek dengan lebih nyaman karena mereka dalam keadaan duduk. Keadaan ini menjadikan mereka nyaman, sehingga menghayati tokoh dengan baik. Mereka pun secara tidak sadar juga berekpresi dan menggerakan beberapa anggota badannya. Siswa yang lain juga mendengarkan dengan penuh perhatian hingga ketiga pasangan tampil. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan metode Sosio Drama menjadi menarik. Siswa terlibat secara aktif, baik sebagai tokoh dalam drama pendek maupun mendengarkan.

Perbaikan pembelajaran pada Siklus II terbukti meningkatkan aktifitas siswa, terutama dalam membaca naskah drama pendek. Ada 3 pasangan siswa yang membaca dengan penuh penghayatan, bahkan berekspresi dan berakting. Hal ini membuktikan bahwa mereka benar-benar menghayati karakter tokoh tersebut. Siswa yang lain juga mendengarkan dengan fokus. Mereka aktif dalam pembahasan. Mereka semakin paham dengan drama pendek. Mereka terampil dalam menceritakan kembali drama pendek yang ditampilkan secara lisan. Artinya kemampuan mendengarkan benar-benar meningkat, termasuk dalam mengerjakan ulangan harian dengan naskah drama yang lebih panjang dan rumit. Sesuai dengan hasil ulangan harian, siswa mencapai nilai rata-rata sebesar 89,03 dengan ketuntasan hingga 100%.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil tindakan dalam penelitian ini adalah:

1. Aktifitas siswa meningkat dengan membaca naskah drama pendek dan mendengarkan.

2. Pemahaman materi semakin baik dengan pembahasan terhadap drama pendek.

3. Kemampuan mendengarkan siswa terhadap drama pendek semakin meningkat, baik dalam pembelajaran maupun ulangan harian.

4. Hasil belajar meningkat dengan peningkatan nilai rata-rata dan ketuntasan pembelajaran.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VI pada Semesteri II ini, materi yang disampaikan tentang Mendengarkan Drama Pendek. Namuan dalam praktiknya, siswa hanya membaca drama pendek yang terdapat pada buku maupun LKS kemudian menjawab pertanyaan tentang drama pendek tersebut. Keadaan ini semakin rumit karena siswa cenderung meremehkan. Bahasa Indonesia dianggap sebagai pelajaran yang mudah. Ternyata hasil tugas tersebut banyak kesalahan. Hal ini berarti siswa belum memahami drama pendek. Metode belajar yang tidak sesuai dengan materi pelajaran dan tujuan belajar menjadikan pembelajaran tidak bermakna. Apalagi sikap siswa yang mengganggap mudah pembelajaran Bahasa Indonesia menjadikan permasalahan semakin rumit.

Dalam penelitian ini, guru melakukan tindakan dengan menerapkan metode Sosio Drama. Menurut Roestiyah (1991), metode Sosio Drama merupakan suatu metode mengajar dimana siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia. Dalam pembelajaran metode Sosio Drama, interaksi sosial menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan skema mental yang baru dimana dalam pembelajaran tersebut siswa ikut berperan aktif dan dapat mengetahui secara langsung bagaimana proses dan hasil pembelajaran yang diharapkan lebih bermakna bagi siswa untuk memecahkan persoalan berpikir kritis dan melakukan observasi serta menarik kesimpulan.

Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Mendengarkan Drama Pendek setelah menerapkan metode Sosio Drama melibatkan siswa secara aktif. Mereka membaca naskah drama pendek dengan penuh penghayatan, bahkan berekspresi dan berakting. Pada Siklus I menampilkan drama pendek tentang Candra yang berangkat sekolah yang diantar ayahnya dengan mengendarai mobil. Siswa yang terlibat adalah Sobirin berperan sebagai Candra, Rahmatulloh Darojad berperan sebagai adik, dan Miftahul Huda berperan sebagai ayah. Pada Siklus II menampilkan drama pendek tentang Septia dan Febi yang mempunyai kegematran atau hooby yang berbeda. Ada 3 pasangan siswa yang bersedia, yaitu Suntari dengan Maryani Dini Rochmawati, Nailin Muslifah dengan Puji Siswanto, dan Siti Nurul Fitriyah dengan Tiara.

Siswa bersama dengan kelompoknya menerima gambar bangun datar gabungan, kemudian digunting menjadi bangun datar sederhana. Cara ini sangat efektif, sehingga siswa dapat mengetahui bangun datar tersebut dan menentukan luasnya. Pengalaman belajar ini sangat konkrit, sehingga mereka paham dengan materi. Cara ini dapat dikembangkan pada bentuk bangun datar gabungan dan berpotongan lainnya. Cara ini hanyalah strategi untuk menjadikan pembelajaran menjadi konkrit.

Tabel 7. Refleksi hasil tindakan dalam pembelajaran.

No

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

1

Pembelajaran berlangsung klasikal

Pembelajaran secara aktif

Pembelajaran secara aktif dan bergiliran

2

Siswa hanya membaca drama pendek kemudian menjawab pertanyaan

Siswa benar-benar membaca naskah drama pendek dan siswa lainnya mendengarkan

Siswa menghayati tokoh dengan berekspresi dan berakting dalam membaca naskah drama pendek

3

Siswa sama sekali tidak membahas drama pendek

Siswa terlibat dalam membahas drama pendek

Siswa terlibat dalam membahas drama pendek

4

Guru dominan dengan memberi tugas

Guru menjadi fasilitator dan mediator

Guru menjadi fasilitator dan mediator

Perbaikan pembelajaran juga berdampak pada hasil belajar yang lebih baik. Pada Kondisi Awal, nilai rata-rata hanya 65,97 dengan ketuntasan 66,67%. Setelah menerapkan pendekatan pembelajaran kelompok dengan menggunakan metode resitasi, nilai rata-rata dan ketuntasan meningkat. Pada Siklus I, nilai rata-rata 77,36 dengan ketuntasan 88,89%. Pada Siklus II, nilai rata-rata mencapai 89,03 dengan ketuntasan hingga 100%. Dengan membaca naskah drama pendek dengan penghayatan, maka siswa benar-benar mendengarkan dan terlibat dalam pembelajaran secara aktif. Kelebihan metode Sosio Drama antara lain: 1) Siswa lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran, 2) Siswa mudah memahami masalah-masalah tersebut, 3) Siswa dapat menempatkan diri seperti watak orang lain itu, 4) Siswa dapat merasakan perasaan orang lain sehingga menumbuhkan sikap saling perhatian (Roestiyah, 1991).

Tabel 8. Refleksi hasil tindakan dalam hasil belajar.

No

Aspek hasil belajar

Kondisi awal

Siklus I

Siklus II

1

Nilai terendah

45

60

70

2

Nilai rata-rata

65,97

77,36

89,03

3

Nilai tertinggi

85

100

100

4

Ketuntasan

66,67%

88,89%

100%

PENUTUP

Simpulan

1. Penerapan pembelajaran klasikal dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Mendengarkan Drama Pendek tidak sesuai dengan materi yang disampaikan dan tujuan belajar.

2. Penerapan metode Sosio Drama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Mendengarkan Drama Pendek.

3. Penerapan metode Sosio Drama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Mendengarkan Drama Pendek menjadikan pembelajaran menarik dan melibatkan siswa secara aktif dengan membaca naskah drama pendek sesuai dengan penghayatannya dan mendengarkan secara langsung.

4. Penerapan metode Sosio Drama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Mendengarkan Drama Pendek meningkatkan hasil belajar.

Saran

1. Guru seharusnya dapat mempertimbangkan alur cerita, karakter tokoh, amanat, dan kematanngan siswa dalam menyusun naskah drama pendek dengan, sehingga siswa membaca drama pendek dengan penuh penghayatan dan memperoleh manfaat nonakademis dari pengalaman belajar tersebut.

2. Siswa seharusnya dapat mempelajari naskah drama pendek secara intensif, sehingga pemahaman terhadap alur cerita dan karakter tokoh semakin kuat dan penampilan dalam Sosio Drama semakin nyata.

3. Sekolah seharusnya dapat mengembangkan tindakan dan hasil penelitian sesuai dengan karakteristik guru, siswa, mata pelajaran dan fasilitas yang tersedia.

DAFTAR PUSTAKA

Roestiyah, 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyanto, Muslich Mansur, 1985. Tata Bahasa Indonesia dengan Sistem Belajar Tuntas. Jakarta: Tiga Serangkai.

Tarigan, Guntur dan Tarigan, Djago, 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Warsidi, Edi dan Fariska, 2006. Bahasa Indonesia membuatku cerdas untuk Kelas VI Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Klaten: Intan Pariwara.

 

Zaini, Hisyam; Munthe, Bermawy, dan Aryani, Sekar Ayu. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.