PENERAPAN METODE EKSPERIMEN

SECARA EFEKTIF SEBAGAI UPAYA

PENINGKATAN PENGUASAAN MATERI

PADA PEMBELAJARAN IPA

TENTANG PERPINDAHAN KALOR

PADA SISWA KELAS VI

DI SD SARIMULYO 1 KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN BLORA

PADA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Hartini

Guru Kelas VI di SD Sarimulyo 1 Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah memperbaiki pembelajaran klasikal dengan pembelajaran yang menarik, aktif, dan konkrit dengan menerapkan metode eksperimen dan memperbaiki hasil belajar, sehingga nilai rata-rata dan ketuntasan belajar meningkat.

Tempat penelitian ini adalah SD Sarimulyo 1, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora yang merupakan unit kerja dari peneliti. Waktu penelitian selama 2 bulan, dimulai pada bulan Februari tahun 2010 sampai bulan Maret tahun 2010. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VI di SD Sarimulyo 1, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora pada Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010. Subjek penelitian terdiri dari 28 anak. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembar pengamatan dan tes tertulis. Indikator kinerja adalah 1) Siswa terampil dalam melakukan eksperimen dengan melakukan langkah-langkah eksperimen pada lembar kerja, 2) Siswa menjawab dengan benar lembar kerja sesuai dengan eksperimen yang dilakukan, 3) Siswa berminat mengikuti pembelajaran dengan melakukan tanya-jawab, 4) Siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik dengan memenuhi KKM sekolah sebesar 75, 5) Siswa mencapai ketuntasan pembelajaran dengan ketuntasan di atas 75%.

Hasil penelitian ini adalah 1) Dengan menerapkan metode eksperimen, siswa terlibat dalam pembelajaran secara aktif. 2) Dengan menggunakan eksperimen, siswa memperoleh pengalaman belajar secara konkrit, 3) Dengan menerapkan metode eksperimen, siswa menemukan materi, 4) siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik dan ketuntasan di atas 75%. Saran penelitian ini adalah 1) Guru dapat mengkaji materi secara mendalam sehingga penerapan metode eksperimen semakinb sering sesuai dengan materi, fasilitas yang tersedia, dan kesiapan siswa, 2) Siswa dapat terlibat dalam eksperimen secara aktif dan percaya diri, sehingga memperoleh pengalaman belajar secara langsung dan konkrit dan memperkuat penguasaan materi dan terlibat dalam pembahasan, sehingga pengetahuannya semakin luas, 3) Sekolah dapat mengembangkan hasil penelitian dalam pembelajaran lainnya dengan mempertimbangkan karakteristik guru, siswa, mata pelajaran dan fasilitas yang tersedia.

Kata kunci: Metode Eksperimen, Kalor, IPA.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pada umumnya, guru ketika melaksanakan pembelajaran IPA belum mempersiapkan diri secara matang materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa-siswanya. Dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, guru belum menggunakan alat peraga yang tepat dan model-model pembelajaran yang menarik sehingga dapat membuat siswa mudah untuk memahami materi pelajaran. Kecenderungannya, dalam proses belajar mengajar guru selalu menggunakan metode ceramah karena cara penyajian materi pelajaran melalui penuturan oleh guru kepada siswanya atau siswanya hanya menerima informasi dari guru. Dalam kegiatan pembelajaran semacam ini, siswa hanya bersifat pasif.

Dalam pembelajaran IPA di Kelas VI pada Semester II ini, materi yang disampaikan adalah berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa mempelajari tentang energy panas dan energy bunyi. Dalam materi tersebut hendaknya pembelajaran berlangsung secara konkrit dengan praktik langsung, sehingga siswa dapat melakukan, mengamati, mencatat, menjawab dan menyimpulkan. Pada kenyataannya, peneliti melaksanakan pembelajaran secara klasikal dengan mengandalkan metode ceramah. Akibatnya, penguasaan materi menjadi lemah. Selain itu, siswa tidak berminat karena pembelajaran tidak menarik.

Materi awal tentang energy panas telah disampaikan, namun siswa tidak antusias. Mereka cenderung pasif. Peneliti melakukan tany-jawab dengan siswa, namun mereka cenderung acuh. Akhirnya, peneliti melakukan ulangan harian yang terdiri dari 2 soal isian dan 2 soal uraian (dapat diperhatikan dalam lampiran). Hasil dari ulangan harian tersebut masih jelek dan tidak memuaskan dimana nilai rata-rata sebesar 68,21 dan ketuntasan hanya 67,86% (dapat diperhatikan dalam lampiran nilai ulangan harian). Permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran adalah pembelajaran berlangsung klasikal dan teoritis. Siswa pasif dan tidak berminat. Pembelajaran IPA hendaknya bersifat aktif dengan praktik yang melibatkan siswa secara langsung, sehingga siswa mengetahui materi yang disampaikan. Dengan demikian terjadi perbedaan mendasar antara karakteristik IPA yang menghendaki praktik dengan praktik pembelajaran yang berlangsung secara klasikal.

Sesuai dengan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka peneliti melakukan tindakan dengan menerapkan metode eksperimen pembelajaran IPA. Dalam pembelajaran tersebut, peneliti menentukan siswa untuk melakukan eksperimen sesuai dengan petunjuk. Siswa melakukan eksperimen dengan peralatan yang tersedia, mengamati, mencatat, menjawab dan menyimpulkan. Dengan tindakan tersebut diharapkan pembelajaran menjadi konkrit dan siswa menguasai materi yang disampaikan.

Perumusan Masalah

Bagaimana penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas VI di SD Sarimulyo 1, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora pada Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010?

Tujuan

Tujuan penellitian ini adalah: 1) Memperbaiki pembelajaran klasikal dengan pembelajaran yang menarik, aktif, dan konkrit dengan menerapkan metode eksperimen, 2) Memperbaiki hasil belajar, sehingga nilai rata-rata dan ketuntasan belajar meningkat.

KAJIAN/TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Teori

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Istlah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau IPA dikenal dengan juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin, yaitu scientia yang berarti saya ingin tahu. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science, yang berarti pengetahuan. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan natural science yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan terorganisir tentang alam sekitar yang diperoleh melalui pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah, antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. IPA berhubungan dengan mencati tahu tentang alam secara sistematis, yaitu peserta didik mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta dapat menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA diarahkan dengan pengujian ide-ide yang berhubungan dengan penggunaan keterampilan, pengembangan pemahaman, dan juga pengumpulan fakta.

2. Pengertian Metode Eksperimen

Salah satu metode mengajar yang penting dan erat kaitannya dengan pembelajaran IPA adalah metode eksperimen. Menurut Adrian (2004), metode eksperimen merupakan suatu metode mengajar dimana guru bersama siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dari hasil percobaan itu. Metode eksperimen atau percobaan dapat diartikan juga sebagai suatu metode pemberian kesempatan kepada siswa perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Menurut Roestiyah (1991), metode eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dimana seorang siswa diajak untuk beruji coba atau mengadakan pengamatan kemudian hasil pengamatan itu disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru.

Kerangka Berpikir

Pembelajaran pada Kondisi Awal hanya berlangsung klasikal, sehingga bersifat teoritis dan tidak menarik. Siswa tidak terlibat dalam pembelajaran secara langsung dan cenderung pasif., Pembelajaran tersebut tidak sesuai dengan materi dan karakter pembelajaran IPA yang bersifat konkrit dengan percobaan, pengamatan dan penemuan. Akibatnya penguasaan materi masih lemah dengan hasil belajar yang rendah dengan nilai rata-rata sebesar 68,21 dan ketuntasan hanya 67,86%.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tindakan dengan menerapkan metode eksperimen. Dalam pembelajaran tersebut, peneliti mempersiapkan peralatan dan melibatkan siswa dalam eksperimen, mulai dari percobaan, pengamatan, pencatatan, pembahasan dan penyimpulan. Melalui tindakan tersebut diharapkan pembelajaran menjadi konkrit dan menarik dengan keterlibatan siswa secara aktif. Dengan demikian, penguasaan materi pun dapat meningkat, sehingga hasil belajar menjadi baik.

Kondisi Awal

Pembelajaran klasikal sehingga teoritis,

Berpusat pada guru dan siswa pasif

Tindakan

Metode eksperimen

pada Siklus I

Metode eksperimen

pada Siklus II

Kondisi Akhir

Pembelajaran konkrit dan menarik,

siswa aktif, hasil belajar baik.

 

Hipotesis

Dengan menerapkan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA diduga pembelajaran menjadi lebih konkrit dan menarik dan siswa terlibat secara aktif sehingga penguasaan materi semakin kuat dan hasil belajar meningkat.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimana peneliti merupakan guru yang melakukan tindakan dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti merupakan Guru Kelas VI dan tindakan yang dilakukan adalah menerapkan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA dalam materi tentang berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tempat penelitian di SD Sarimulyo1, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora yang merupakan unit kerja dari peneliti. Waktu penelitian selama 2 bulan, dimulai pada bulan Februari tahun 2010 sampai bulan Maret tahun 2010 yang termasuk dalam masa pertengahan pada Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VI di SD Sarimulyo1, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora pada Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010. Subjek penelitian terdiri dari 28 anak.

Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data adalah lembar pengamatan dan tes tertulis. Peneliti menggunakan lembar pengamatan untuk mengetahui aktifitas siswa selama pembelajaran, yaitu eksperimen dan pembahasan. Peneliti menggunakan tes tertulis pada ulangan harian untuk mengetahui penguasaan materi dan hasil belajar. Ulangan harian meliputi materi yang disampaikan terdiri dari 2 soal isian singkat dan 2 soal uraian. Siswa ditargetkan memenuhi KKM sekolah sebesar 65.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan Model Siklus yang terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan proses yang bersambungan satu dengan yang lain. Penelitian ini dilakukan dalam 2 Siklus sesuai dengan materi yang disampaikan dan alokasi waktu yang tersedia.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Dalam pembelajaran IPA pada SemesterII di Kelas VI mengkaji tentang berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam materi tersebut, siswa harus memahami berbagai bentuk energy, diantaranya adalah energy panas, energy bunyi dan eneri alternatif, serta kegunaannya. Pada kenyataannya, peneliti belum memahami metode belajar yang sesuai dengan materi tersebut, sehingga pembelajaran berlangsung secara klasikal. Peneliti mengandalkan metode ceramah dengan penjelasan lisan, sedangkan siswa memperhatikan dan mencatat. Sesekali, mereka bertanya tentang materi. Pembelajaran tersebut dapat diperhatikan dalam foto di bawah ini.

Foto 1. Pembelajaran klasikal.

Dalam pembelajaran, peneliti menjadi dominan dan siswa sangat pasif. Inilah yang menyebabkan penguasaan materi menjadi lemah. Dalam tanya-jawab, hanya beberapa siswa yang aktif. Sedangkan yang lain cenderung diam dan terkesan pasif. Peneliti melaksanakan ulangan harian untuk mengetahui penguasaan materi dimana siswa mengerjakan 2 soal isian singkat dan 2 soal uraian (dapat diperhatikan dalam lampiran naskah soal ulangan harian). Peneliti melanjutkan dengan koreksi bersama dan menganalisis nilai. Hasilnya diketahui masih jelek dan tidak memuaskan dimana nilai rata-rata sebesar 68,21 dan ketuntasan hanya 67,86%.

Deskripsi Siklus I

Pembelajaran pada Siklus I menerapkan metode eksperimen. Peneliti mempersiapkan peralatan yang diperlukan dan menyusun lembar kerja sebagai petunjuk. Siswa melakukan eksperimen secara bergantian. Mereka melakukan eksperimen dan menjawab lembar kerja tersebut, hingga menarik kesimpulan. Dalam eksperimen tersebut, siswa dapat melakukan, mengamati, mencatat, menemukan, dan menyimpulkan.

Dalam pembelajaran tersebut, beberapa siswa melakukan eksperimen di depan kelas, sehingga siswa lainnya dapat memperhatikan. Namun ada sedikit permasalahan dalam eksperimen karena siswa enggan dan malu. Peneliti memotivasi mereka, sehingga eksperimen dapat dilakukan secara bergiliran oleh 2 kelompok, yaitu Moh. Fadul Afif, Moh. Khoirul Anam, dan Moh. Prastyanto (kelompok pertama) dan Siti Ma’rifatun, Alim Nur Muslimah, dan Siti Jumalatun Nisak (kelompok kedua). Tidak permasalahan dalam eksperimen tersebut, bahkan siswa dapat menjawab lembar kerja dengan benar.

Foto 6. Siswa melakukan eksperimen tentang gesekan.

Dalam pembahasan, siswa aktif dan berminat. Mereka menjawab pertanyaan dari peneliti. Mereka juga berpendapat dengan percaya diri. Tidak ada siswa yang pasif maupun bercanda. Mereka menarik kesimpulan dengan benar. Artinya pemahaman materi semakin kuat.

Hasil belajar pada Siklus I mengalami perbaikan dengan nilai rata-rata sebesar 85,36 dan ketuntasan mencapai 92,86%. Hasil belajar pada Siklus I lebih baik daripada hasil belajar pada Kondisi Awal dengan nilai rata-rata sebesar 68,21 dan ketuntasan hanya 67,86%.

Deskripsi Siklus II

Pembelajaran pada Siklus II merupakan pengembangan metode eksperimen dimana siswa melakukan eksperimen secara bersamaan, sehingga ada 2 kelompok siswa. Mereka melakukan eksperimen dan menjawab lembar kerja tersebut, hingga menarik kesimpulan. Perbedaan terletak pada eksperimen secara bersamaan dan kewenangan peneliti menunjuk siswa yang melakukan eksperimen.

Eksperimen pada Siklus II dilakukan di depan kelas dimana kelompok pertama terdiri dari Devid Santoso, Ahmad Rommi Syahriyal, dan Moh. Ishak Zainul Arifin yang berada di sebelah kanan papan tulis dan kelompok kedua terdiri dari Ainun Imantriana S., Siti Jumalatun Nisak, dan Fitriyatur Rohmah berada di sebelah kiri papan tulis. Mereka melakukan eksperimen bersama-sama. Tidak permasalahan dalam eksperimen tersebut, sehingga berlangsung lancar. Mereka dapat menjawab lembar kerja dengan benar maupun menarik kesimpulan.

Foto 12. Siswa melakukan eksperimen tentang perpindahan panas.

Dalam pembahasan, siswa aktif dan berminat. Mereka menjawab pertanyaan dari peneliti. Mereka bertanya kepada peneliti. Mereka berpendapat dengan percaya diri. mereka dapat menjelaskan perpindahan energy panas. Mereka menarik kesimpulan dengan benar, sehingga pemahaman materi semakin kuat.

Hasil belajar pada Siklus II mengalami perbaikan dengan nilai rata-rata sebesar 96,42 dan ketuntasan mencapai 100%. Hasil belajar pada Siklus II lebih baik daripada hasil belajar pada Kondisi Awal dengan nilai rata-rata sebesar 68,21 dan ketuntasan 67,86%.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Sesuai dengan tindakan yang dilakukan dalam penelitian, peneliti memperoleh hasil penelitian sebagai berikut:

1. Dengan menerapkan metode eksperimen, siswa terlibat dalam pembelajaran secara aktif. Mereka melakukan eksperimen tentang gesekan secara bergantian dan perpindahan panas secara bersamaan.

2. Dengan menerapkan metode eksperimen, siswa memperoleh pengalaman belajar secara konkrit. Mereka melakukan eksperimen, sehingga melakukan, mengamati, mencatat, menemukan, dan menyimpulkan.

3. Dengan menerapkan metode eksperimen, siswa menemukan materi. Siswa tidak memperoleh materi dari guru melalui keterangan dan penjelasan, tetapi menemukan materi berdasarkan eksperimen.

4. Dengan menerapkan metode demonstasi dan menggunakan media gambar, siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik dan ketuntasan di atas 75%.

Pembelajaran pada Kondisi Awal berlangsung secara klasikal dimana peneliti hanya mengandalkan metode ceramah, sehingga pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak. Siswa kurang terlibat dalam pembelajaran dan cenderung pasif. Inilah yang menyebabkan pembelajaran menjadi tidak menarik, berlangsung pasif, dan penguasaan materi menjadi lemah. Hasil belajar juga jelek dengan nilai rata-rata sebesar 68,21 dan ketuntasan hanya 67,86%.

Pada Siklus I, peneliti menerapkan metode eksperimen secara bergantian tentang gesekan. Pada awalnya, siswa malu dan enggan, sehingga mereka tidak mau. Kemudian, peneliti memotivasi dan Moh. Fadul Afif, Moh. Khoirul Anam, dan Moh. Prastyanto melakukan eksperimen tersebut. Selanjutnya adalah Siti Ma’rifatun, Alim Nur Muslimah, dan Siti Jumalatun Nisak. Setelah selesai, mereka mengerjakan lembar kerja tersebut di luar kelas dan membacakan hasil eksperimen tersebut kepada siswa lainnya.

Pada Siklus II, peneliti menerapkan metode eksperimen secara bersamaan tentang perpindahan panas. Siswa berminat dan percaya diri untuk melakukan eksperimen tersebut. Namun, peneliti menentukan siswa yang terlibat. Mereka adalah Devid Santoso, Ahmad Rommi Syahriyal, dan Moh. Ishak Zainul Arifin sebagai kelompok pertama di sebelah kanan papan tulis dan Ainun Imantriana S., Siti Jumalatun Nisak, dan Fitriyatur Rohmah sebagai kelompok kedua di sebelah kiri papan tulis.

Metode eksperimen merupakan suatu metode mengajar dimana guru bersama siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dari hasil percobaan itu (Adrian, 2004). Metode eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dimana seorang siswa diajak untuk beruji coba atau mengadakan pengamatan kemudian hasil pengamatan itu disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru (Roestiyah, 1991).

Dalam pembelajaran tersebut, siswa melakukan eksperimen sesuai dengan materi yang telah ditentukan. Peneliti mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan dan menyusun lembar kerja yang digunakan oleh siswa sebagai petunjuk dan menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan eksperimen. Pada Siklus I, siswa melakukan eksperimen tentang gesekan secara bergantian. Peralatan yang digunakan adalah pengapus papan tulis, papan kayu/pintu, dan jam (penghitung waktu). Pada Siklus II, siswa melakukan eksperimen tentang perpindahan panas secara bersamaan. Peralatan yang digunakan adalah lilin, korek api, sendok dari logam, mentega, kawat (10-20 cm), kayu penyangga, plastic.

Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA melibatkan siswa secara aktif dan memberikan pengalaman belajar langsung yang konkrit. Mereka melakukan, mengamati, mencatat, menyimpulkan dan menemukan materi sesuai dengan eksperimen yang dilakukan. Pembelajaran tersebut berbeda dengan pembelajaran klasikal yang bersifat abstrak, pasif, dan tidak menarik. Siswa hanya menerima materi secara langsung dari peneliti secara lisan. Keterlibatan dan pengalaman belajar inilah yang memperkuat penguasaan materi. Dengan demikian, metode eksperimen mempunyai keunggulan dibandingkan dengan pembelajaran klasikal. Hasil ini sesuai dengan pendapat dari Adrian (2004) bahwa metode eksperimen membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau membaca buku dan Roestiyah (1991) bahwa siswa lebih aktif berpikir dan membuktikan sendiri kebenaran suatu teori dan memperoleh ilmu pengetahuan juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan menggunakan alat-alat percobaan.

PENUTUP

Simpulan

1. Penerapan metode eksperimen menjadikan pembelajaran IPA semakin konkrit dan menarik dengan praktik secara langsung.

2. Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA melibatkan siswa secara aktif dengan melakukan, mengamati, mencatat, dan menyimpulkan, sehingga menemukan materi sesuai dengan hasil eksperimen.

3. Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA memperkuat penguasaan materi dan meningkatkan hasil belajar.

Saran

1. Guru dapat mengkaji materi secara mendalam sehingga penerapan metode eksperimen semakinb sering sesuai dengan materi, fasilitas yang tersedia, dan kesiapan siswa.

2. Siswa dapat terlibat dalam eksperimen secara aktif dan percaya diri, sehingga memperoleh pengalaman belajar secara langsung dan konkrit dan memperkuat penguasaan materi dan terlibat dalam pembahasan, sehingga pengetahuannya semakin luas.

3. Sekolah dapat mengembangkan hasil penelitian dalam pembelajaran lainnya dengan mempertimbangkan karakteristik guru, siswa, mata pelajaran dan fasilitas yang tersedia.

DAFTAR PUSTAKA

Adrian. 2004. Metode Mengajar berdasarkan Tipologi Belajar Siswa. Makalah, tidak dipublikasikan.

Roestiyah NK., 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Rositawaty dan Muharam, Aris, 2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 6 untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.