Pola Pembentukan Karakter Anak Melalui Ekstrakurikuler Nagasai
POLA PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK
MELALUI EKSTRAKURIKULER NAGASAI
Siti Nuraini 1)
Iin Purnamasari2)
Singgih Adhi Prasetyo 3)
1) Mahasiswa PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang,
2) 3) Dosen Universitas PGRI Semarang
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menemukan Pola pembentukan karakter anak melalui ekstrakurikuler Nagasai di SD Negeri Jomblang 05 Semarang.Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari pelatih ekstrakurikuler Nagasai, guru kelas V, guru kelas VI, siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Nagasai, dan orangtua siswa. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa wawancara, angket, observasi, dan dokumentasi. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukan bahwa bahwa kegiatan ekstrakurikuler Nagasai dilaksanakan pada hari sabtu pada pukul 10.00 s/d 11.00 WIB. Siswa yang mengkuti ekstrakurikuler Nagasai berjumlah dua puluh siswa yang terdiri dari sepuluh siswa kelas V dan sepuluh siswa kelas VI. Latihan ekstrakurikkuler Nagasai dilaksanakan di halaman sekolah. Sistem penilaian yang dilakukan yaitu penilaian diberikan diakhir semester dalam bentuk raport, Penilaian yang dilakukan pelatih dilihat dari daftar kehadiran siswa dan kemampuan siswa dalam memahami gerakan yang diajarkan. Hasil angket siswa menghasilkan rata-rata nilai 72% dalam kategori baik dan hasil angket orangtua menghasilkan rata-rata nilai 70% dalam kategori baik. Dari kedelapan belas nilai karakter hanya tiga belas nilai karakter yang terbentuk dari ekstrakurikuler Nagasai, seperti jujur, toleransi,disiplin, kerja keras, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Kata Kunci: Karakter, Ekstrakurikuler Nagasai
PENDAHULUAN
Pembentukan karakter di Indonesia saat ini sangatlah penting, pembentukan karakter dilaksanakan di sekolah berupa intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, sehingga anak dapat melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik di saat kegiatan belajar mengajar maupun diluar jam pelajaran. Hal tersebut selaras dengan tujuan pendidikan nasional yang diatur dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bab 1 pasal 1 ayat 1 yakni:
“Tujuan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendali diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Pembentukan karakter sangat dibutuhkan agar terbentuk individu yang memiliki kepribadian dan akhlak yang baik sesuai dengan tujuan pendidikan. Namun masih banyak kasus–kasus mengenai pendidikan karakter pada anak yang harus diperbaiki salah satunya yaitu pada awal tahun 2018 lalu siswa Sekolah Dasar menjadi korban bullying di Kediri hingga dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo Surabaya. Kala itu TA bersama teman-temannya tengah bertanding sepak bola saat jam istirahat di halaman sekolah. Secara tak sengaja TA melakukan gol bunuh diri yang memicu kemarahan teman-temannya. Di luar dugaan, mereka menghajar TA secara keroyokan. Bahkan beberapa kali kemaluan korban ditendang dan diinjak-injak. https://nasional.tempo.co/read/1055133/siswa-sd-di-kediri-jadi-korban-bullying-alami-infeksi-otak (diunduh pada 8 April 2019)
Menyikapi kasus kekerasan tersebut pembentukan karakter harus diperhatikan sejak dini agar anak terbiasa cinta damai sehingga tidak bertindak kekerasan terhadap teman maupun orang lain. Orangtua berperan penting dalam mendidik anak agar memiliki karakter yang baik, Salah satu cara yang dilakukan dilingkungan sekolah yaitu dengan pembentukan karakter anak melalui ekstrakurikuler.Kegiatan ekstrakurikuler juga menjadi salah satu cara dalam membentuk karakter anak. Menurut fathurrohman, dkk (2017: 194) pembentukan karakter dapat ditanamkan melalui kegiatan pembinaan kepeserta didikan salah satunya yaitu ekstrakurikuler olahraga berupa ekstrakurikuler sepak bola, bola voli, bulu tangkis, bola basket dsb.Sesuai dengan permendikbud Nomor 62 tahun 2014 menyatakan bahwa Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik diluar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler dibawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan, bertujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan. Setiap sekolah memiliki ekstrakurikuler yang beraneka ragam baik ekstrakurikuler wajib maupun pilihan yang disediakan untuk peserta didik dalam menggali ketrampilan nya sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki. Sekolah tidak hanya memfasilitasi peserta didiknya agar menjadi manusia cerdas, tetapi sekolah juga memiliki peran penting dalam membentuk karakter siswa.
Salah satu strategi yang dilakukan sekolah yaitu melalui kegiatan ekstrakurikuler dalam bidang kesenian seperti seni Nagasai. Nagasai merupakan ekstrakurikuler yang digolongkan dalam ekstrakurikuler olahraga. Pada hakikatnya menurut KBBI “Nagasai atau liong adalah tiruan naga besar untuk pertunjukan pada arak-arakan tahun baru Cina. Sehingga ekstrakurikuler Nagasai merupakan suatu kegiatan pendidikan tambahan yang dilakukan di luar jam mata pelajaran yang menggunakan naga sebagai suatu ektrakurikuler yang dapat membentuk karakter anak. Namun di SD Negeri Jomblang 05 Semarang menggunakan Nagasai sebagai ekstrakurikuler yang tidak hanya memahami seni Nagasai nya saja namun juga sebagai pelestarian budaya yang didalam nya mengandung berbagai pembentukan karakter peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, pelatih ektrakurikuler Nagasai mengatakan bahwa dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler Nagasai diharapkan dapat membawa dampak baik terhadap siswa, terutama dalam mencintai budaya. Ekstrakurikuler Nagasai selain melestarikan budaya juga didalamnya mengandung nilai-nilai karakter yang dapat membentuk siswa menjadi berkarakter.
Berdasarkan uraian konteks penelitian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pola pembentukan karakter anak melalui ekstrakurikuler Nagasai di SD Negeri Jomblang 05 Semarang.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang telah dilakukan merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Menurut Kirk dan Miller (dalam Moleong, 2017: 4) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam Ilmu Pengetahuan Sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasan nya maupun dalam peristilahan nya.Sedangkan Pendekatan fenomenologi menurut Barnawi dan Darojat (2018: 101) yaitu “suatu aliran yang membicarakan fenomenom atau segala sesuatu yang menampakan diri”. Sehingga penelitian yang dilakukan benar-benar fakta sesuai kejadian di lapangan dan harus sesuai dengan kondisi yang ada di SDN Jomblang 05 Semarang ketika ekstrakurikuler Nagasai berlangsung maupun hasil wawancara dengan pelatih dan guru kelas V dan VI. Penelitian dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2018/2019. Lokasi penelitian yang telah digunakan adalah SD Negeri Jomblang 05 Semarang yang terletak di Jl. Kinibalu Barat no 01. Peneliti memilih sekolah tersebut karena di sekolah tersebut terdapat ekstrakurikuler Nagasai yang menjadi salah satu ekstrakurikuler yang menanamkan nilai-nilai karakter.
Sumber data primer adalah data dalam bentuk kata-kata atau verbal yang diucapkan oleh pelatih serta perilaku subyek penelitian. Data primer dapat diperoleh melalui wawancara dengan pelatih ekstrakurikuler Nagasai yaitu bapak Budi Kristianto, guru kelas V & VI serta pengamatan terhadap siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Nagasai yang berjumlah 20 orang dan orangtua siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Nagasai. Sumber data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen daftar hadir, pelaksanaan ekstrakurikuler Nagasai yang diperoleh melalui observasi dan dokumentasi untuk melengkapi data primer.
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar proses penelitian lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Instrumen pendamping yang digunakan dalam penelitian adalah lembar observasi, pedoman wawancara, dokumen ekstrakurikuler Nagasai dan lembar angket.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pola pembentukan karakter anak melalui ekstrakurikuler Nagasai melalui angket yang berjumlah 54 item pertanyaan yang diberikan kepada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Nagasai dengan jumlah 20 siswa. data tersebut menghasilkan rata-rata nilai 72 % dalam kategori baik.Pola pembentukan karakter anak melalui ekstrakurikuler Nagasai melalui angket yang berjumlah 18 item pernyataan yang diberikan kepada orangtua siswa dengan jumah 20 orangtua. Data tersebut menghasilkan rata-rata nilai 70 % dalam kategori Baik.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan nilai karakter yang terbentuk dari ekstrakurikuler Nagasai,
- Jujur
Pola pembentukan karakter anak yang dilakukan melalui angket orangtua. Data tersebut mengahasilkan 95% dalam kategori sangat baik dengan item pernyataan” ekstrakurikuler nagasai membentuk anak saya menjadi lebih jujur dalam berkata dan berbuat”. Sikap jujur terlihat selama proses latihan berlangsung. Jadi siswa-siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Nagasai tersebut apabila mengalami kesulitan dalam berlatih maka siswa langsung bertanya pada pelatih. Selain itu siswa juga selalu mengungkapkan ketidaknyamanan saat latihan, karena tempat latihan ada di halaman sekolahan maka siswa merasa kepanasan saat latihan dan hal tersebut diungkapkan secara langsung pada pelatih.
- Toleransi
Pola pembentukan karakter anak yang dilakukan melalui angket Data tersebut menghasilkan persentase 100% dalam kategori sangat baik dengan item pernyataan ”ekstrakurikuler nagasai membiasakan anak saya untuk menghargai semua orang”.Sikap toleransi pada saat ekstrakurikuler Nagasai berlangsung. Siswa terlihat sangat menghormati pelatih tidak hanya pelatih saja namun pada teman sebayanya pun siswa tidak memilih-milih teman. Selain itu siswa juga dapat menerima saran dan kritik dari pelatih maupun temannya ketika siswa salah melakukan gerakan Nagasai. Meskipun ada beberapa siswa yang masih saling mengejek teman satu sama lain saat latihan ekstrakurikuler Nagasai namun hal tersebut tidak mengganggu proses latihan.
- Disiplin
Pola pembentukan karakter anak yang dilakukan melalui angket orangtua. Data tersebut menghasilkan 95% dalam kategori sangat baik dengan item pernyataan ”ekstrakurikuler nagasai membentuk anak saya melakukan sesuatu dengan tepat waktu”.Sikap disiplin bisa dilihat selama proses ekstrakurikuler berlangsung. Jadi sebelum ekstrakurikuler Nagasai dimulai siswa sudah berangkat tepat waktu karena ekstrakurikuler Nagasai ini dilakukan seusai pulang sekolah dan siswa langsung mengambil peralatan Nagasai di gudang tanpa disuruh pelatih. Selain itu beberapa siswa juga izin jika tidak mengikuti latihan.
- Kerja keras
Pola pembentukan karakter anak yang dilakukan melalui angket orangtua. Data tersebut menghasilkan 85% dalam kategori sangat baik dengan item pernyataan ”ekstrakurikuler nagasai menjadikan anak saya untuk bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu”.Sikap kerja keras pada ekstrakurikuler Nagasai sangat terlihat pada saat latihan berlangsung. Terlihat siswa sangat bersungguh-sungguh saat latihan apalagi saat-saat mendekati even tertentu siswa dengan semangat berlatih. Selain itu, siswa juga memperhatikan pelatih saat pelatih memberi arahan gerakan Nagasai dan beberapa siswa juga membiasakan diri untuk belajar menggunkan alat musik Nagasai, sehingga tidak hanya bisa memainkan Nagasainya saja namun juga bisa memainkan alat musiknya juga.
- Demokratis
Pola pembentukan karakter anak yang dilakukan melalui angket orangtua. Data tersebut menghasilkan 75% dalam kategori baik dengan item pernyataan ”ekstrakurikuler nagasai membentuk anak saya menjadi lebih terbuka dalam mengungkapkan pendapatnya”.Sikap demokratis terlihat saat siswa mengikuti ekstrakurikuler Nagasai. Selama latihan berlangsung siswa dapat menerima arahan dari pelatih maupun dari orang lain ketika latihan, jika ada siswa yang melakukan kesalahan gerakan maka pelatih selalu menyontohkan gerakan yang benar, sehingga latihan dapat berjalan dengan baik. Selain itu siswa juga terbiasa berdiskusi dengan pelatih sebelum latihan dimulai, hal itu ditunjukan ketika siswa berdiskusi mengenai atribut yang digunakan ketika latihan dan siswa juga tanpa paksaan menjaga secara bersama-sama pealatan Nagasai sehingga peralatan lebih terawat.
- Rasa ingin tahu
Pola pembentukan karakter anak yang dilakukan melalui angket orangtua. Data tersebut menghasilkan 100% dalam kategori sangat baik dengan item pernyataan ”ekstrakurikuler nagasai menjadikan anak saya menjadi lebih aktif bertanya”.Sikap rasa ingin tahu pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Nagasai terlihat ketika siswa sering bertanya kepada pelatih jika siswa tidak mengerti cara atau gerakan yang sedang dipelajari. Selain itu siswa juga tidak mudah putus asa ketika mengalami kesulitan dalam menggerakan naganya, karena ukuran naga yang digunakan sebenarnya naga ukuran untuk orang dewasa, sehingga berat dan panjang tongkat penyangganya lebih besar dari postur tubuh anak SD. Namun hal tersebut tidak menjadi alasan untuk tidak mengikuti latihan ekstrakurikuler Nagasai.
- Semangat kebangsaan
Pola pembentukan karakter anak yang dilakukan melalui angket orangtua. Data tersebut menghasilkan 70% dalam kategori baik dengan item pernyataan ”ekstrakurikuler nagasai menjadikan anak saya terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar”.Sikap semangat kebangsaan sudah terlihat pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Nagasai. Terlihat dimana siswa sangat semnagat mengikuti latihan ekstrakurikuler Nagasai yang merupakan kebudayaan yang berasal dari Cina yang sudah banyak dikembangkan di Indonesia dan sudah menjadi salah satu tradisi yang setiap tahun dirayakan saat tahu baru cina maupun acara-acara tertentu. Selain itu, siswa juga merasa bangga ketika memakai atribut Nagasai saat tampil dalam even tertentu.
- Cinta tanah air
Pola pembentukan karakter anak yang dilakukan melalui angket orangtua. Data tersebut menghasilkan 100% dalam kategori sangat baik dengan item pernyataan ”ekstrakurikuler nagasai membentuk anak saya menjadi cinta terhadap berbagai macam budaya yang ada di Indonesia”.Sikap cinta tanah air sudah sangat terlihat pada siswa yang mengikuti estrakurikuler Nagasai yaitu terlihat ketika proses latihan berlangsung siswa sudah menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar saat berbicara dengan pelatih, sehingga siswa sudah mencerminkan sikap cinta terhadap tanah air Indonesia. Selain itu siswa sangat antusias dan menyukai ekstrakurikuler Nagasai yang merupakan salah satu tradisi yang sudah tumbuh di Indonesia dan siswa mengikuti latihan dengan senang hati tanpa paksaan.
- Menghargai prestasi
Pola pembentukan karakter anak yang dilakukan melalui angket yang orangtua. Data tersebut menghasilkan 90% dalam kategori sangat baik dengan item pernyataan ”ekstrakurikuler nagasai membentuk anak saya menjadi lebih mengahargai prestasi yang telah dicapai”.Sikap menghargai prestasi terlihat ketika proses latihan berlangsung. terlihat ketika setelah selesai latihan siswa mengucapkan terimakasih kepada pelatih dan hal tersebut juga menjadi kebiasaan ketika sedang belajar di ruang kelas. Selain itu siswa juga bangga terhadap kemampuan yang dimiliki saat sudah bisa menguasai gerakan Nagasai.
- Bersahabat/komunikatif
Pola pembentukan karakter anak yang dilakukan melalui angket orangtua. Data tersebut menghasilkan 100% dalam kategori sangat baik dengan item pernyataan ”ekstrakurikuler nagasai membentuk anak saya menjadi lebih suka bekerja sama dengan siapa saja”.Sikap bersahabat/ komunikatif sudah sangat terlihat saat ekstrakurikuler Nagasai berlangsung. Terlihat dimana butuh kerjasama saat memainkan Nagasainya, cara menggerakan Nagasai ini membutuhkan beberapa orang dan tidak bisa digerakan jika hanya satu atau dua orang saja karena bentuk Nagasai ini terdiri dari beberapa bagian antara lain ada bagian kepala, badan, dan ekornya. Selain itu siswa juga sudah mencerminkan sikap bersahabat dan komunikatif karena terlihat siswa berkomunikasi sangat baik dengan pelatih dan berteman baik dengan anggota lainnya.
- Peduli lingkungan
Pola pembentukan karakter anak yang dilakukan melalui angket orangtua. Data tersebut menghasilkan 95% dalam kategori sangat baik dengan item pernyataan ”ekstrakurikuler nagasai membentuk anak saya untuk menjaga kebersihan”.Sikap peduli terhadap lingkungan sudah terlihat ketika siswa sebelum latihan dimulai membuang di tempat sampah bungkus jajannya. Sehingga kebersihan tempat latihan tetap terjaga dan tidak ada sampah yang berserakan yang dapat mengganggu berlangsungnya latihan. Dengan begitu siswa juga sudah menjaga kebersihan lingkungan sekolah agar tetap bersih dan rapi karena siswa sudah tertib dengan membuang sampah pada tempatnya. Selain itu siswa juga ikut serta dalam menjaga kebersihan peralatan Nagasai, sehingga peralatan yang digunakan dapat terawat dengan baik dan tetap bersih ketika digunakan saat latihan berikutnya.
- Peduli sosial
Pola pembentukan karakter anak yang dilakukan melalui angket orangtua. Data tersebut menghasilkan 100% dalam kategori sangat baik dengan item pernyataan ”ekstrakurikuler nagasai menjadikan anak saya untuk saling membantu saat orang lain membutuhkan bantuan”.Sikap peduli sosial terlihat ketika siswa peduli terhadap pelatihnya dan terlihat ketika ada seorang siswa yang membagi jajan yang dia miliki kepada temannya. Secara tidak langsung mereka sudah mencerminkan sikap peduli teradap sesama dan mereka juga belajar untuk saling berbagi terhadap sesama. Selain itu siswa juga sudah menunjukan sikap tolong menolong terhadap temannya yang mengalami kesulitan saat latihan nagasai, sehingga siswa bisa memainkan tanpa mengalai kesulitan.
- Tanggung jawab
Pola pembentukan karakter anak yang dilakukan melalui angket orangtua. Data tersebut menghasilkan 100% dalam kategori sangat baik dengan item pernyataan ”ekstrakurikuler nagasai membentuk anak saya menjadi pribadi yang mengakui kesalahannya jika berbuat salah”.Sikap tanggung jawab ini sudah terbentuk dan terlihat ketika latihan ekstrakurikuler Nagasai berlangsung. mereka memiliki tanggung jawab masing-masing karena setiap bagian badan tertentu memiliki tanggung jawab masing-masing apalagi pemegang kepala naganya memiliki tanggung jawab yang sangat besar karena menjadi posisi terdepan dan menjadi pemimpin saat menggerakan nagasainya.selain itu siswa juga selalu membereskan peralatan setelah selesai latihan pada tempatnya, sehingga disini sikap tanggung jawab siswa dibentuk dan dibiasakan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa: Kegiatan ekstrakurikuler Nagasai dilaksanakan pada hari Sabtu pada pukul 10.00 s/d 11.00 WIB. Siswa yang mengkuti ekstrakurikuler Nagasai berjumlah dua puluh siswa yang terdiri dari sepuluh siswa kelas V dan sepuluh siswa kelas VI. Latihan ekstrakurikkuler Nagasai dilaksanakan di halaman sekolah. pembentukan karakter yang dilakukan dengan cara pelaksanaan Sebelum latihan ekstrakurikuler Nagasai dimulai, pelatih memberikan arahan terlebih dahulu dan memberikan contoh terlebih dahulu gerakan yang akan dipelajari setelah itu siswa mencoba latihan seperti apa yang dicontohkan oleh pelatih. Sistem penilaian yang dilakukan yaitu penilaian diberikan diakhir semester dalam bentuk raport, Penilaian yang dilakukan pelatih dilihat dari daftar kehadiran siswa dan kemampuan siswa dalam memahami gerakan yang diajarkan. Hasil angket siswa menghasilkan rata-rata nilai 72% dalam kategori baik dan hasil angket orangtua menghasilkan rata-rata nilai 70% dalam kategori baik.Dari kedelapan belas nilai karakter hanya tiga belas nilai karakter yang terbentuk dari ekstrakurikuler Nagasai, seperti jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Hal tersebut terlihat bahwa sikap siswa sudahsesuai dengan nilai karakter yang diuraikan sebelumnya. Sikap selama siswa melaksanakan latihan ekstrakurikuler Nagasai sudah mencerminkan tiga belas nilai karakter yang telah disebutkan.
Saran
- Sekolah telah membentuk karakter anak melalui ekstrakurikuler Nagasai hendaknya keadaan seperti ini dipertahankan bahkan dikembangkan lebih lanjut. Untuk menciptakan hal tersebut kepala sekolah dan guru harus saling kerja sama dalam membangun karakter anak, agar membentuk pribadi yang memiliki kebiasaan baik.
- Guna membentuk karakter baik pada siswa, maka sekolah perlu mengadakan jam tambahan diluar jam pelajaran. Dengan adanya pembentukan karakter sejak dini maka akan memberikan kebiasaan baik pada diri siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Barnawi & Jajat Darojat. 2018. Penelitian Fenomologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Moleong, Lexy J. 2017. Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2017. Metode penelitian pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta