Praktik Padat Dan Praktik Terdistribusi Dalam Belajar Gerak
PRAKTIK PADAT DAN PRAKTIK TERDISTRIBUSI
DALAM BELAJAR GERAK
Rosi Fidansyah
SMP Negeri 2 Sukoharjo
ABSTRAK
Strategi pembelajaran gerak adalah semua daya upaya untuk menyiasati proses belajar gerak agar berlangsung dengan baik dan dapat mencapai tujuan belajar. Adapun tujuan akhir dari pembelajaran gerak adalah “kemampuan penguasaan keterampilanâ€. Salah contoh untuk meningkatkan hasil proses pembelajaran di SMP, khususnya dalam pembelajaran teknik keterampilan bermain bola voli praktik padat dan praktik terdistribusi dapat diterapkan kedalam pendekatan pembelajaran pasing bawah bola voli.praktik padat dan praktik terdistribusi merupakan strategi dalam pembelajaran gerak. Pada praktik padat gerakan keterampilan dilakukan secara terus-menerus tanpa istirahat, sedangkan praktik terdistribusi gerakan keterampilan dilakukan dengan diselang-seling antara melakukan gerakan dan waktu istirahat. Untuk menguasai keterampilan gerak, pada umumnya praktik terdistribusi lebih efektif dibanding praktik padat.
Kata kunci: praktik padat, praktik terdistribusi, dan belajar gerak.
Pendahuluan
Strategi pembelajaran gerak adalah semua daya upaya untuk menyiasati proses belajar gerak agar berlangsung dengan baik dan dapat mencapai tujuan belajar. Adapun tujuan akhir dari pembelajaran gerak adalah “kemampuan penguasaan keterampilanâ€. Keterampilan seseorang dalam tugas gerak tertentu akan menentukan seberapa besar kemampuan orang itu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan dengan derajat keberhasilan yang tinggi. Untuk sampai pada tujuan akhir tersebut diperlukan daya upaya yang dapat dilakukan, dan beberapa yang paling penting adalah dalam bentuk: (1) pengaturan urutan materi belajar, (2) pengaturan waktu belajar, (3) pengaturan lingkungan belajar, (30, dan (4) pemilihan metode pembelajaran atau latihan.
Pemanfaatan waktu belajar yang baik akan meningkatkan efisiensi pencapaian tujuan. Oleh karena itu pemanfaatan waktu harus diatur dengan baik. Dalam belajar, waktu perlu diatur penggunaannya secara tepat untuk empat macam kondisi eksternal dalam belajar gerak yaitu sajian instruksi verbal (penjelasan), sajian instruksi visual (pemberian contoh), kegiatan praktik atau kesempatan praktik, dan penyampaian umpan balik. Porsi terbesar waktu belajar harus digunakan untuk praktik. Praktik adalah salah satu kondisi eksternal dalam belajar gerak yang berbentuk melakukan gerakan-gerakan yang dipelajari. Gerakan yang dipelajari dilakukan berulang-ulang. Dengan melakukan berulang-ulang, Penguasaan gerakan keterampilan bisa meningkat. Meningkatnya penguasaan gerak keterampilan tampak dalam penampilan gerakan yang semakin lancar, semakin terkendali atau semakin sesuai dengan yang dikehendaki, semakin jarang melakukan kesalahan, dan penampilan terbaiknya bisa dicapai lebih ajeg atau naik-turunnya prestasi tidak begitu tampak.
Agar peningkatan penguasaan gerakan bisa baik dan mencapai tingkatan yang optimal, kondisi praktik perlu diatur sebaik-baiknya. Praktik secara asal-asalan tanpa memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan yang benar tidak akan menghasilkan peningkatan yang optimal. Praktik juga harus memperhatikan faktor kelelahan. Dalam hal ini perlu diatur waktu aktif dan waktu waktu istirahat yang proporsional yaitu praktik padat dan praktik terdistribusi. Adakah perbedaan pengaruh metode praktik padat dan praktek terdistribusi terhadap keterampilan passing bawah bola voli?
Hakikat Keterampilan
Menurut Schmidt (1991) definisi keterampilan adalah “kemampuan untuk membuat hasil akhir dengan kepastian yang maksimum dengan pengeluaran energy dan waktu yang minimumâ€. Singer (1980) keterampilan adalah “derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efesien dan efektifâ€. HW. Johnson dalam Singer (1980) Memberikan ciri-ciri keterampilan kedalam 4 aspek variabel, yakni kecepatan, akurasi, bentuk dan kesesuaian. (1) bahwa keterampilan itu dapat ditentukan dengan waktu yang cepat. Artinya semakin cepat semakin baik. (2) keterampilan itu harus memiliki tingkat akurasi yang tinggi sesuai dengan target yang ditetapkan. (3) keterampilan itu harus dapat dilaksanakan dengan hanya sedikit energi yang dikeluarkan, dan (4) keterampilan itu harus dapat diadaptasikan dengan berbagai situasi dan kondisi yang berbeda-beda.
Keterampilan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Hal ini untuk memudahkan para pendidik dan para peneliti untuk mempelajarinya. Ada 3 sistem dikaitkan dengan : (1) Stabilitas lingkungan (2) Jelas tidaknya titik awal serta titik akhir gerakan, (3) Ketepatan gerakan.
Berdasarkan stabilitas lingkungan, keterampilan dapat dibedakan menjadi keterampilan terbuka dan tertutup.
Menurut Schmidt (1991) “keterampilan terbuka adalah “keterampilan yang ketika dilakukan dilingkungan yang berkaitan dengan bervariasi dan tidak dapat di dugaâ€. Sama dengan Magill (1985) menyebutkan keterampilan terbuka adalah “beberapa keterampilan yang melibatkan lingkungan yang selalu berubah dan tidak bisa diperkirakanâ€. Contohnya Keterampilan memukul bola tenis atau softball pada saat mau memukul bola yang datang dari lawan tidak dapat diduga sebelumnya tentang arah dan kecepatannya. Dalam hal ini menurut Gentile (1972) menganjurkan bahwa “….pelaku harus bertindak atas rangsangan yang datangâ€. Jadi jelasnya pelaku tidak bisa berdiam saja tetapi harus banyak bergerak guna mengantisipasi datangnya bola dari arah lawan.
Keterampilan tertutup. Menunjukkan jenis keterampilan yang sebaliknya. Schmidt dan Magill sama mendifinisikan keterampilan tertutup sebagai jenis keterampilan yang dapat dilakukan dalam lingkungan yang relative stabil dan dapat diduga. Contonhnya bowling, golf, panahan, senam dan renang. Semua keterampilan dalam olahraga di atas merupakan keterampilan yang ditentukan oleh si pelaku itu sendiri tanpa harus ditentukan oleh lingkungan sekitarnya.
Keterampilan diskrit. Menurut Schmidt (1991) suatu jenis “keterampilan yang dapat ditentukan dengan mudah awal dan akhir gerakannya, yang lebih sering berlangsung dalam waktu yang singkat.†Contohnya melempar, menendang bola, senam artistic dan menembak.
Hakikat Belajar Gerak
Pengertian belajar motorik/gerak pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan pengertian belajar secara umum. Berikut adalah beberapa penjelasan belajar motorik menurut para ahli: (1) Schmidt (1991) menjelaskan bahwa pembelajaran gerak adalah serangkaian proses yang dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan-perubahan yang relative permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan- gerakan yang terampil, (2) Oxendine (1984) menjelaskan bahwa belajar motorik adalah suatu proses perubahan perilaku gerak yang relatif permanen sebagai hasil dari latihan dan pengalaman, (3) Rahantoknam (1988) menjelaskan bahwa belajar motorik adalah proses peningkatan suatu keterampilan motorik yang disebabkan oleh kondisi latihan atau diperoleh dari pengalaman, bukan karena kondisi maturasi atau motivasi temporer dan fluktuasi fisiologis.
Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa belajar gerak adalah suatu rangkaian proses perubahan perilaku gerak yang relatif permanen yang diperoleh dari hasil pengalaman dan latihan untuk menampilkan gerakan yang terampil dan benar.
Berdasarkan pengertian belajar motorik tersebut, maka diidentifikasi unsur- unsur dalam belajar motorik adalah sebagai berikut: (1) Belajar motorik adalah suatu proses. Belajar motorik adalah proses internal yang terjadi pada siswa/ atlet, karena adanya faktor eksternal (keadaan di luar diri siswa yang member pengaruh pada perkembangan motoriknya) dan faktor internal (karakteristik siswa : kecerdasan, tipe tubuh, kemampuan motorik, dll) itu sendiri. Berdasar teori belajar information processing (Singer, 1980 ), belajar motorik terjadi karena adanya informasi yang masuk kemudian diolah dan diaktualisasikan dalam bentuk gerak. Seperti dalam Hipotesis Diagram Blok Sistem Sensori Manusia: Sene Organ persepsi penyimpanan jangka pendek pemindahan persepsi ke gerak pengendalian respon efektor. (2) Hasil dari belajar merupakan kemampuan merespon yang diaktualisasikan dalam bentuk gerakan. Hasil akhir yang diharapkan adalah siswa dapat menguasai faktor – faktor internal dari suatu keterampilan dan dilakukan secara teratur serta tepat waktunya. Kualitasnya diukur dari kinerja saat melakukan gerakan dan hasil gerakannya (responnya). (3) Kemampuan atau gerakan yang dihasilkan relatif permanen. Keterampilan motorik yang dikuasai dan dipelajari oleh siswa/ atlet dapat melekat pada diri dalam waktu yang relatif lama. Namun berdasarkan Theory Of Retention And Forgetting ( Singer, 1980; Schmidt, 1988 ) bahwa kemampuan manusia untuk mengingat sangat terbatas, makin lama makin berkurang bahkan bisa hilang atau lupa sama sekali. (4) Keterampilan gerak sebagai akibat dari latihan dan pengalaman. Keterampilan motorik bukan karena pertumbuhan, perkembangan dan kematangan, tetapi hasil latihan. Seperti dijelaskan Rahantoknam ( 1988 ) di atas. (5) Perubahan dapat kearah negatif maupun positif. Atlet berlatih setiap hari pada hakikatnya ingin meningkatkan keterampilan motorik yang telah dikuasai dan mempertahankan prestasi yang telah dicapai. Tetapi hasil belajar/ latihan tidak selalu mengarah pada peningkatan secara terus menerus, karena banyak faktor yang memperngaruhi peningkatan hasil latihan.
Manfaat dari belajar motorik diantaranya adalah sebagai berikut: (1) agar siswa/ atlet dapat memperoleh kemampuan keterampilan kemudian berlatih untuk meningkatkan kemampuan tersebut, (2) memberikan perubahan yang permanen di dalam perilaku untuk melakukan gerakan dengan benar sebagai hasil dari belajar motorik, (3) dapat memberikan umpan balik yang berhubungan dengan perasaan dari pergerakan yang berkelanjutan yang telah ada dari hasil latihan di dalam system saraf yang telah disimpan oleh memori untuk melakukan automatisasi gerak, (4) meningkatkan koordinasi antara persepsi dan tindakan secara baik dan benar dan automatisasi gerakan dari keterampilan gerak, dan (5) dapat mengambil keuntungan dari mekanika sistem musculoskeletal untuk mengoptimalkan serta efisiensi dari konsistensi pergerakan.
Hakikat Praktik Padat dan Praktik Terdistribusi
Praktek padat adalah mempraktikkan gerakan keterampilan dilakukan secara terus-menerus tanpa istirahat. Cara ini disebut massed conditions.dengan cara ini pelajar melakukan gerakan berulang-ulang terus menerus selama waktu latihan, tanpa ada pengaturan kapan harus melakukan gerakan dan kapan harus beristirahat. Pokoknya pelajar terus melakukan gerakan sampai lelah, kemudian latihan diakhiri.
Praktik terdistribusi adalah mempraktikkan gerakan keterampilan dengan diselang-seling antara melakukan gerakan dan waktu istirahat. Cara ini disebut distributed conditions. Dengan cara ini ada pengaturan giliran melakukan gerakan beberapa kali, kemudian diseling istirahat dan setelah itu melakukan gerakan lagi. Waktu istirahat yang diberikan tidak perlu menunggu sampai pelajar mencapai kelelahan, tetapi juga jangan terlalu sering. Yang penting adalah mengatur agar rangsangan terhadap system-sistem yang menghasilkan gerakan tubuh diberikan secara cukup, atau tidak kurang dan tidak berlebihan.
Implementasi Praktik Padat dan Praktik Terdistribusi Dalam Belajar Gerak
Salah contoh untuk meningkatkan hasil proses pembelajaran di SMP, khususnya dalam pembelajaran teknik keterampilan bermain bola voli praktik padat dan praktik terdistribusi dapat diterapkan kedalam pendekatan pembelajaran pasing bawah bola voli. Pada pembelajaran passing bawah bola voli dengan pendekatan Massed Practice pelaksanaan pembelajaran passing bawah bola voli dimana seorang siswa harus melakukan pengulangan gerakan dengan frekuensi yang sebanyak-banyaknya sampai batas waktu yang telah ditentukan. Pengaturan giliran praktik dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan penguasaan gerakan keterampilan passing bawah bola voli. Dengan keterampilan yang telah dimilikinya menjadi lebih baik dan otomatis. Oleh karena itu seorang pengajar harus cermat dan tepat dalam menerapkan pendekatan pembelajaran. Berikut ini disajikan batasan pendekatan pembelajaran massed practice yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Drowatzky (1981:243) pendekatan massed practice adalah suatu pembelajaran yang dilakukan dalam satu sesi yang lama, dimana pembelajaran dilakukan secara terus menerus dengan tanpa ada tempo untuk istirahat. Menurut Singer (1980:419) pendekatan massed practice didefinisikan sebagai praktek yang lebih luas tanpa istirahat. Seperti yang dikemukakan Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifudin (1996:142) Metode terus menerus meningkatkan self control siswa pada waktu melakukan usaha-usaha atau pelatihan yang melelahkan, dan kemampuan untuk merangsang kelompok otot yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan cabang olahraga. Schmidt (1988:384) mengemukakan massed practice didefinisikan sebagai praktek yang lebih luas dimana jumlah praktek dalam sebuah perlakuan lebih besar dari pada jumlah istirahat didalam proses pembelajaran. Semakin sering atau semakin banyak mengulang-ulang gerakan yang dipelajari maka akan terjadi otomatisasi gerakan yang efektif dan efisien.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dirumuskan bahwa, pendekatan pembelajaran massed practice merupakan pembelajaran keterampilan passing bawah bola voli yang dilakukan secara terus menerus tanpa diselingi istirahat. Dalam hal ini siswa melakukan gerakan sesuai dengan instruksi dari guru sampai batas waktu yang telah ditentukan habis. Pembelajaran pasing bawah bola voli dengan pendekatan pembelajaran massed practice yaitu siswa diinstruksikan melakukan keterampilan passing bawah bola voli secara berulang–ulang dan terus menerus, siswa tidak diberi kesempatan untuk istirahat sampai batas waktu yang telah ditentukan oleh guru. Dengan melakukan gerakan yang berulang–ulang dan terus menerus maka dengan sendirinya akan terjadi perbaikan kualitas sistem syaraf, yang mengarah pada perbaikan pola gerakan keterampilan passing bawah bola voli. Pendekatan pembelajaran massed practice yaitu siswa diintruksikan melakukan keterampilan passing bawah bola voli secara berulang–ulang dan terus menerus. Siswa tidak diberi kesempatan untuk istirahat sampai batas waktu yang telah ditentukan. Dalam hal ini Rusli (1988:170) berpendapat bahwa : Tujuan pembelajaran dalam olahraga ialah untuk menguasai keterampilan secara efisien dan keterampilan itu melekat selama waktutu rtentu. Hal ini erat kaitannya dengan konsep memori jangka panjang, karena dalam banyak hal pengembangan memori jangka panjang merupakan tujuan akhir dari proses mengajar atau belajar dalam keterampilan motorik. Dalam keadaan informasi itu melekat, maka pada suatu ketika bisa terjadi memori itu melemah yang berarti informasi dalam jangka panjang itu semakin hilang. Selain itu, dengan pengulangan maka semakin meningkat jumlah asosiasi dalam informasi yang telah dipelajari. Demikian halnya dengan pendekatan pembelajaran massed practice, Menurut Schmidt (1988:384) Pembatasan istirahat disela-sela percobaan dalam pendekatan pembelajaran massed practice cenderung mengurangi penampilan jika dibandingkan dengan distributed practice yang istirahatnya lebih banyak. Pembelajaran passing bawah bola voli akan dilaksanakan dengan teknik berpasangan, disini siswa di berikan kesempatan untuk melakukan gerakan passing bawah sebayak-bayaknya sampai batas waktu. Pembelajaran passing bawah bola voli dengan pendekatan distributed practice. Pendekatan pembelajaran distributed practice merupakan bentuk pembelajaran yang diselingi istirahat diantara waktu peraktik. Berikut ini disajikan batasan pendekatan pembelajaran distributed practice yang dikemukakan beberapa ahli. Menurut Drowatzky (1981:243) Distributed practice adalah suatu metode pembelajaran dengan memakai prinsip pengaturan pembelajaran berselang yang dilakukan dalam beberapa sesi yang pendek diselingi waktu istirahat. Schmidt (1988:384) mengemukakan distributed practice didefinisikan sebagai praktek yang dilakukan secara berperiode yaitu terbagi dalam interval istirahat atau interval dari pembelajaran. Magill (1985:428) mengemukakan distibuted practice sebagai praktek dimana jumlah istirahat antara penelitian atau kelompok dari penelitian itu relatif lebih banyak. Periode pembelajaran merupakan faktor penting dan harus diperhitungkan dalam latihan. Waktu istirahat diantara waktu latihan bertujuan untuk recovery atau pemulihan. Peggunaan waktu istirahat secara memadai bukan merupakan pemborosan waktu, tetapi merupakan bagian penting di dalam proses belajar gerak, Pendekatan pembelajaran distributed practice merupakan bentuk pembelajaran yang diselingi dengan waktu istirahat. Di dalam pelaksanaannya, yaitu siswa melakukan gerakan keterampilan passing bawah bola voli sesuai instruksi dari pengajar dan pada saat-saat tertentu siswa diberi kesempatan untuk istirahat. Istirahat yang diberikan tersebut dapat digunakan untuk relaksasi atau diberikan koreksi dari pengajar. Dengan demikian kondisi siswa akan pulih, selain itu dapat mengenali atau mencermati kesalahan pada saat melakukan passing bawah bola voli, sehingga pada kesempatan berikutnya kesalahan tersebut tidak diulangi lagi. Ditinjau dari proses informasi dan sistem memori, pelaksanaan pembelajaran passing bawah bola voli dengan pendekatan pembelajaran distributed practice termasuk sistem memori jangka pendek atau short term memory. Short term memory merupakan suatu pemrosesan informasi yang diterima dalam waktu singkat dan dapat hilang dengan cepat pula karena lamanya waktu. Menurut hasil penafsiran Sperling yang dikutip Rusli (1988:164) bahwa: (1) Penyimpanan sensori jangka pendek mampu untuk menyimpan semua informasi yang dihadirkan ke dalamnya (karena subjek dapat mengingatkan kembali huruf jika suara dibunyikan dengan segera). (2) Penyimpanan sensori jangka pendek itu kehilangan informasi dengan cepat seiring dengan lamanya waktu. Pelaksanaan pembelajaran passing bawah akan dilakukan oleh siswa dengan cara berpasang-pasangan dan dalam jangka waktu tertentu siswa akan diberikan kesempatan untuk beristirahat. Pada saat istirahat tersebut akan dilakukan evaluasi untuk pengoreksian kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa untuk memperoleh keterampilan passing bawah bola voli yang diinginkan.
Kesimpulan
Berdasarkan implementasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa praktik padat dan praktik terdistribusi merupakan strategi dalam pembelajaran gerak. Pada praktik padat gerakan keterampilan dilakukan secara terus-menerus tanpa istirahat, sedangkan praktik terdistribusi gerakan keterampilan dilakukan dengan diselang-seling antara melakukan gerakan dan waktu istirahat. Untuk menguasai keterampilan gerak, pada umumnya praktik terdistribusi lebih efektif dibanding praktik padat.
Daftar Pustaka
Sugiyanto, Dr. 2003. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Schmidt, Richard A. 1991. Motor Learning and performance from Principle into Practice. Human Kinetics. Champaign, IL.
Singer, Robert N. 1980. Motor learning and Human Performance : An Application to Motor Skills and Movement Behaviors. Macmillan Pub. New York.
Syarifuddin, A & Muhadi. 1992. Pendidikan jasmani dan kesehatan. Jakarta. Depdikbut Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek pembinaan Tenaga Kependidikan.