PENGARUH PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SD INPRES UPA

 

Alice Yeni Verawati Wote

Ngabdul Mujib

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

 

ABSTRAK

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh pemberian reward terhadap motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa. (2) pengaruh pemberian punishment terhadap motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa. (3) Untuk mengetahui pengaruh pemberian reward dan punishment secara bersama-samaterhadap motivasi belajar di SD Inpres Upa. Metode yang digunakan di penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan Subjek penelitiannya adalah seluruh siswa SD Inpres Upa.Dalam pengambilan sampel menggunakan Stratifild Ramdom Sampling didapatkan 67 sampel.Teknik pengumpulan data menggunakan angket.Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang Pemberian Reward, Pemberian Punishment dan Motivasi Belajar siswa.Uji validitas instrumen menggunakan rumus korelasi Product Moment dan uji reliabilitas menggunakn Croanbach’s Alpha.Uji prasyarat analisis data menggunakan uji normalitas, dan linieritas.Pengujian hipotesis pertama dan kedua menggunakan regresi linier sedangkan pengujian hipotesis ketiga menggunakan regresi ganda. Hasil penelitian menunjukan: (1) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan Pemberian Reward terhadap motivasi belajar siswa, bukti rx1y = 0,497, r2x1y = 0,247, thitung = 4,623 dengan ttabel sebesar 1,669. (2) terdapat pengaruh positif dan signifikan Pemberian punishment terhadap motivasi belajar siswa, bukti rx2y = 0, 479, r2x2y = 0,229, thitung = 4,399 dengan ttabel sebesar 1,669. (3) terdapat pengaruh positif dan signifikan pemberian reward dan punishment secara bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa, bukti Ry(1,2) = 0,578, R2y(1,2) = 0,334, Fhitung = 16,068 dengan Ftabel sebesar 3,140.

Kata kunci: Reward, Punishment, dan Motivasi belajar

 

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional). Oleh sebab itu untuk mecapai tujuan mulia itu, makaLembaga-lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah berlomba-lomba meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara meningkatkan kinerja guru, namun masih ditemukan hasil belajar siswa masih di bawah KKM, yaitu 6,5. Semua itu akibat dari motivasi belajar siswa yang masih rendah.Pada hal motivasi mempengaruhi tingkat keberhasilan atau kegagalan belajar, dan pada umumnya belajar tanpa motivasi akan sulit untuk berhasil. Oleh sebab itu, pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan , dorongan, motif, minat yang dimiliki siswa, penggunaan motivasi dalam mengajar bukan hanya melengkapi elemen pembelajaran, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pembelajaran yang efektif.

Memotivasi bukan sekedar mendorong atau memerintahkan seseorang untuk melakukan sesuatu, melainkan sebuah seni yang melibatkan berbagai kemampuan dalam mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain (Sani 2013: 49).Motivasi merupakan suatu energi dalam diri manusia yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu dengan tujuan tertentu (Sani 2013: 49). Sedangkan motivasi belajar menurut Yamin (2008:92) merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan, serta pengalaman.

Ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.Motivasi instrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang, misalnya peserta didik mempelajari ilmu pengetahuan alam karena menyenangi pelajaran tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi melakukan sesuatu karena pengaruh eksternal atau pengaruh dari luar peserta didik, misalnya: tuntutan, imbalan, atau hukuman (Sani 2013: 49).

Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Winkel dalam Yamin (2008: 109) diantaranya adalah ; (1) belajar demi memenuhi kewajiban; (2) Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan; (3) Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan; (4) Belajar demi gengsi; (5) Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru; (6) Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/ golongan administratif.

Motivasi kedua yaitu motivasi instrinsik.Motivasi instrinsik menurut Sani (2013: 49) merupakan motivasi internal dari dalam diri untuk melakukan sesuatu, misalnya peserta didik mempelajari ilmu pengetahuan alam karena dia menyenangi pelajaran tersebut. Bentuk lain dari motivasi instrinsik misalnya belajar karena ingin memecahkan suatu permasalahan, ingin mengetahui mekanisme sesuatu berdasarkan hukum dan rumus-rumus ingin menjadi seorang professor, atau ingin menjadi seseorang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu (Yamin 2008: 109).

Menurut Sardiman ( 2011: 83 ) motivasi dalam belajar memiliki indikator sebagai berikut:

a.     Tekun menghadapi tugas. Dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan tidak pernah berhenti sebelum selesai.

b.     Ulet menghadapi kesulitan ( tidak lekas putus asa ). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin atau tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapai.

c.     Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. Menunjukkan kesukaan kepada suatu hal ( pada anak misalnya masalah-masalah pada pelajaran yaitu soal-soal yang ada )

d.     Lebih senang bekerja sendiri. Tidak tergantung pada orang lain.

e.     Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin. Hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif.

f.      Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). Memiliki pendirian yang tetap

g.     Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini . Tidak mudah terpengaruh oleh orang lain .

h.      Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Selaian itu juga hadiah (reward) dan hukuman (punishment)dapat digunakan guru untuk memberi stimulus kepada siswa.Hadiah diberikan guru ketika peserta didik mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.Sedangkan hukuman diberikan saat siswa membuat kesalahan atau pelanggaran. Jadi pemberian hadiah (reward) dan hukuman (punishment) dapat dijadikan para guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

Di masyarakat terdapat sebuah pribahasa yang berbunyi “Diujung rotan ada emas”.Artinya hukuman memang sudah menjadi alat yang biasa digunakan untuk mendidik anak di masyarakat sekitar.Masyarakat berpikiran bahwa dengan hukuman dapat membuat siswa mau untuk belajar.

Tidak dipungkiri guru masih banyak memberikan hukuman kepada siswanya, baik menggunakan lisan maupun tindakan.Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di SD Inpres Upa peneliti melihat guru memberikan hukuman kepada siswa berupa pukulan karena melakukan kesalahan.Adapula guru yang memarahi siswanya karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Hal ini seperti sesuatu yang lumrah dan sering terjadi di sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Halmahera Utara.Selain itu peneliti juga temukan di SD Upa Kabupaten Halmahera Utarayaitu sikap subjektif atau memberi perlakuan khusus (Anak Emas) kepada siswa yang pandai di dalam kelas. Ini merupakan pemberian reward yang berlebihan kepada siswa.

Reward berasal dari bahasa inggris yang berarti hadiah atau penghargaan. menurut Hamid (2006: 3) reward adalah alat pendidikan refresif yang bersifat menyenangkan dan membangkitkan atau mendorong anak untuk berbuat sesuatu yang lebih baik terutama anak yang malas. Hal senada juga dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto (1990:182), bahwa:“hadiah adalah sesuatu yang diberikan kepada orang lain karena sudah bertingkah laku sesuai dengan yang dikehendaki yakni mengikuti peraturan sekolah dan tata tertib yang sudah ditentukan”.Jadi Reward atau hadiah adalah sesuatu yang menyenangkan yang diberikan karena telah berbuat baik atau mengikuti peraturan dengan baik.

Reward atau hadiah itu tidak selamanya berbentuk materi, melainkan bisa berupa bentuk verbal. Pujian dan apresiasi adalah bagian dari penghargaan. Menurut Sardiman (2002: 89) macam-macam reward antara lain: pemberian angka atau nilai, pemberian hadiah, pemberian pujian, dan pemberian penghargaan.

Selain itu Soejono (1980: 161) mennjelaskan bahwa pada garis besarnya ganjaran itu kepada empat macam, yaitu:

1.     Pujian

Pujian adalah suatu bentuk ganjaran yang paling mudah dilaksanakan. Pujian dapat berupa kata-kata seperti: baik, bagus sekali dan sebagainya, tetapi dapat juga berupa kata-kata yang bersifat sugestif. Disamping berupa kata-kata, pujian dapat pula berupa isyarat-isyarat atau pertanda-pertanda.Misalnya dengan menunjukan ibu jari (jempol), dengan menepuk bahu anak, dengan tepuk tangan dan sebagainya.

 

 

2.     Penghormatan

Ganjaran berupa penghormatan dapat berbentuk dua macam, yaitu: pertama, berbentuk semacam penobatan, yaitu anak yang mendapat penghormatan diumumkan dan ditampilkan dihadapan teman-temannya, dapat juga dihadapan teman-teman sekelas, teman-teman sekolah, atau mungkin dihadapan para teman dan orang tua murid; kedua, penghormatan berbentuk pemberian kekuasaan melakukan sesuatu, misalnya kepada anak yang berhasil menyelesaikan suatu soal yang sulit, disuruh mengerjakannya dipapan tulis untuk dicontoh teman-temannya. Anak-anak yang rajin diserahi wewenang/tugas untuk mengurusi perpustakaan sekolah.Anak-anak yang senang bekerja diberi tugas untuk membantu guru memelihara alat-alat pelajaran dan sebagainya.

3.     Hadiah

Hadiah disini adalah ganjaran yang berbentuk pemberian berupa barang.Ganjaran berbentuk ini disebut juga ganjaran materil.Ganjaran berupa pemberian barang ini sering mendatangkan pengaruh yang negatif pada belajar murid, yakni bahwa hadiah menjadi tujuan dari belajar anak.Anak belajar bukan karena ingin menambah pengetahuan, tetapi belajar karena ingin mendapatkan hadiah. Apabila tujuan untuk mendapatkan hadiah ini tidak bisa tercapai, maka anak akan mundur belajarnya. Oleh karena itu, pemberian hadiah berupa barang ini lebih baik jangan sering dilakukan.Berikan hadiah berupa barang jika dianggap memang perlu, dan pilihlah pada saat yang tepat.

4.     Tanda penghargaan

Jika hadiah merupakan ganjaran berupa barang, maka tanda penghargaan adalah kebalikannya.Tanda penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan kegunaan barang-barang tersebut seperti halnya hadiah, melainkan tanda penghargaan dinilai dari segi “kesan” atau “nilai kenangannya”.Oleh karena itu, ganjaran berupa tanda penghargaan disebut juga ganjaran symbolis. Ganjaran symbolis dapat berupa surat-surat tanda penghargaan, surat tanda jasa, sertifikat, piala dan sebagainya. Tanda penghargaan yang diperoleh anak akan merupakan sumber pendorong bagi prkembangan anak selanjutnya.

Selain itu dalam memberikan hadiah ada syarat yang harus guru ketahui. Soejono (1980:163) mengemukakan beberapa petunjuk dalam memberikan penghargaan, yaitu:

1.   Penghargaan dari pihak pendidik wajib makin berkurang dengan makin majunya perkembangan anak didik. Akhirnya, wajib dicapai tingkatan anak didik memperoleh penghargaan dari dirinya sendiri sesudah melaksanakan perbuatan yang luhur, yaitu kepuasan hati.Perlu diketahui, bahwa tingkatan perkembangan setinggi itu hanya dapat dicapai oleh pendidikan diri yang terus menerus, sehingga anak didik dalam masa dewasanya memandang bahwa berbuat luhur adalah tugas hidupnya.

2.   Penghargaan wajib diberikan secara adil, tanpa membedakan anak didik, asal padanya ada kerajinan, kesungguhan dan ketekunan berusaha. Ketidakadilan dalam pemberian penghargaan dapat menimbulkan perpecahan dalam lingkungan pendidikan.

3.   Penghargaan wajib diberikan sesuai dengan sifat dan watak anak didik. Anak didik yang memerlukannya, diberinya lebih dari pada yang lain. Misalnya pada anak kecil, anak kurang pembawaan lebih banyak diberi dari pada anak yang lebih besar, anak normal dan sebagainya, sebab sifat anak itu lebih memerlukan alat pendorong dari pada anak besar dan anak normal.

4.   Penghargaan wajib diberikan dengan bijaksana. Kadang-kadang ada anak yang dengan perbuatan kurang sportif bernafsu besar mendapatkan penghargaan.Anak semacam itu sebaiknya tak diberikan penghargaan, biarpun prestasinya baik.Apabila penghargaan menimbulkan sifat sombong, maka pemberian penghargaan wajib dihentikan.

5.   Pada anak didik dalam masa kanak-kanak bias diberikan penghargaan diberikan berupa makanan, gula-gula dan lain sebagainya.

Sedangkan hukuman adalahperbuatan, dimana kita secara sadar, dan sengaja menjatuhkan nestapa, baikdari segi kejasmanian maupun dari segi kerohanian kepada orang lain yang mempunyai kelemahan dibandingkan dengan diri kita, dan oleh karena itu maka kita mempunyai tanggung jawab untuk membimbing dan melindunginya. (Ahmadi & Uhbiyati 2001: 150). Jadi dapat disimpulkan bahwa hukuman adalah pemberian penderitaan kepada seseorang karena melakukan kesalahan atau pelanggaran. Bentuk dari hukuman antara lain fisik dan non fisik. Hukuman fisik seperti memukul, menjewer, mencubit dan sebagainya.Sedangkan hukuman non fisik seperti memarahi, membersihkan kelas dan lain sebagainya.

Menurut Ahmadi dan Uhbiyati (1991:156), ada beberapa jenis hukuman diantara lain:

1.       Hukuman membalas dendam: orang yang merasa tidak senang karena anak berbuat salah lalu dihukum.

2.       Hukuman badan/jasmani: hukuman ini memberi akibat yang merugikan anak, karena dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi anak.

3.       Hukuman jeruk manis (sinaas appel): menurut tokoh yang mengemukakan teori hukuman ini, anak yang nakal tidak perlu dihukum, tetapi didekati dan diambil hatinya.

4.       Hukuman alam: dari aliran Naturalisme berpendapat, kalau ada anak yang nakal, jangan dihukum, nati jera dengan sendirinya.

Selanjutnya syarat pemberian hukuman untuk menghindari adanya perbuatan sewenang-wenang dari pihak yang mengetrapkan hukuman terhadap siswa adalah sebagai berikut:

a.     Pengetrapan hukuman disesuaikan dengan besar kecilnya kesalahan.

b.     Pengetrapan hukuman disesuaikan dengan jenis, usia dan sifat anak.

c.     Pengetrapan hukuman dimulai dari yang ringan.

d.     Jangan lekas mengetrapkan hukuman sebelum diketahui sebab musababnya, karena mungkin penyebabnya terletak pada situasi atau pada peraturan atau pada pendidik.

e.     Jangan mengetrapkan hukuman dalam keadaan marah, emosi, atau sentiment.

f.      Jangan sering mengetrapkan hukuman.

g.     Sedapat mungkin jangan mempergunakan hukuman badan, melainkan pilihlah hukuman yang bernilai pedagogis.

h.     Perhitungkan skibat-akibat yang mungkin timbul dari hukuman itu.

i.      Berilah bimbingan kepada siterhukum agar menginsyafi atas kesalahannya (Ahmadi dan Uhbiyati, 2007: 156-157).

Berdasarkan uraian di atas memang banyak terjadi permasalahan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan baik kepala sekolah, guru atau pun siswa itu senidiri.Tapi yang menjadi permasalahan utama dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh pemberian reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa di SD INPRES Upa Kabupaten Halmahera Utara.Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif pemberian reward dan punishment dengan motivasi belajar siswa di SD INPRES Upa Kabupaten Halmahera Utara.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian reward dan punishment dengan motivasi belajar siswa di SD INPRES Upa Kabupaten Halmahera Utara.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres Upa Kecamatan Tobelo Tengah, Kabupaten Halmahera Utara.Waktu penelitian dan pelaksanaannya pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 yaitu bulan Maret s/d Mei 2015.Hakekat penelitian ini untuk mengetahuipengaruh pemberian Reward dan Punishment dengan motivasi belajar siswa di SD INPRES Upa Kabupaten Halmahera Utara.Pendekatan digunakan sehubungan dengan hakekat permasalahan adalah pendekatan kuantitatif, yakni untuk memperoleh dan menggunakan data yang bersifat kuantitatif.Mengacu pada hakekat dan tujuan permasalahan tersebut, maka jenis penelitian yang digunakan adalah regresi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif.Dengan sampel 67 orang siswa dengan menggunakan tehnik Stratifield random sampling yang diambil dari populasi yang berjumlah 201 orang siswa.

Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket).Instrumen penelitian sebelum digunakan dalam penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabiiltas instrumen.Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dan dianalisis dengan teknik statistik deskriptif dan statistik inferensial.Hal ini dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi.Namun sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu diadakan uji persyaratan analisis yakni uji normalitas dan uji linieritas.Sedangkan pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda.

Penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif.Pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang secara primer menggubakan paradigma postpositivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi kepada variable, hipotesis, pertanyaan spesifik, menggunakan pengukuran dan observasi, serta pengujian teori), menggunakan strategi survey yang memerlukan data statistik.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Hasil Penelitian

Bahwa pemberian reward yang berada pada tingkatan sangat baik adalah 9% dengan frekuensi 6.pemberianreward yang berada pada tingkatan baik adalah 72% dengan frekuensi 48. pemberianreward yang berada pada tingkatan cukup adalah 19% dengan frekuensi 13. Jadi dapat disimpulkan kecenderungan pemberian reward dalam kategori baik.

Pemberian punishment yang berada pada tingkatan sangat baik adalah 10,45% dengan frekuensi 7. Pemberian punishment yang berada pada tingkatan baik adalah 40,30% dengan frekuensi 27. Pemberian punishment yang berada pada tingkatan cukup adalah 47,76% dengan frekuensi 32. Pemberian punishment yang berada pada tingkatan kurang adalah 1,49% dengan frekuensi 1. Jadi dapat disimpulkan kecenderungan pemberian reward dalam kategori cukup baik.

Motivasi belajaryang berada pada tingkatan sangat baik adalah 14,93% dengan frekuensi 10. Motivasi belajaryang berada pada tingkatan baik adalah 77,61% dengan frekuensi 52. Motivasi belajaryang berada pada tingkatan cukup adalah 7,46% dengan frekuensi 5. Jadi dapat disimpulkan kecenderungan motivasi belajar dalam kategori baik.

Analisis Data

1.   Pengujian Normalitas

Berdasarkan analisis data dengan bantuan program IBM SPSS 20 dapat diketahui nilai signifikansi yang menunjukan normalitas data.Kriteria yang digunakan yaitu data dikatakan normal jika harga koefisien Asymp. Sig pada output Kolmogorof-Smirnov test ­lebih besar dari alpha yang ditentukan yaitu 5% (0,05).Nilai signifikansi variabel pemberian reward (0,134) variabel pemberian Punishment (0,261) dan variabel motivasi belajar siswa (0,533) lebih besar dari alpha (0,05). Dengan demikian berarti data variabel pemberian reward berdistribusi normal.

2.   Pengujian Linieritaas

Untuk mengetahui liniearitas hubungan dapat diketahui dengan menggunakan uji F. dalam IBM SPSS versi 20 untuk menguji linieritas menggunakan deviation from linearity dari uji F linear hubungan antara variabel bebas dan terikat linear apabila nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel.Hasil uji linieritas antara variabel pemberian reward terhadap motivasi belajar adalah nilai signifikasi adalah 0,64, lebih besar dari pada alpha (0,05). Dari uji F juga dapat dilihat bahwa Fhitung (1,430) lebih kecil dari Ftabel pada taraf signifikansi 5% dan df 17,48 maka diperoleh Ftabel sebesar 1,840. Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut linier.

Hasil uji linieritas antara variabel pemberian punishment terhadap motivasi belajar adalah nilai signifikansi 0,538 lebih besar dari alpha (0,05). Dari uji F juga dapat dilihat bahwa Fhitung (0,961) lebih kecil dari Ftabel pada taraf signifikansi 5% dan df 28,37 maka diperoleh Ftabel 1,781 Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua variabel linier.

C. Pengujian Hipotesis

1.     Pengujian Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama dalam penelitian ini menyatakan bahwa “terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pemberian reward terhadap motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa Kabupaten Halmahera Utara”.

H0: “Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pemberian reward terhadap motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa Kabupaten Halmahera Utara”.

H1: “Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pemberian reward terhadap motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa Kabupaten Halmahera Utara”.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS versi 20 korelasi antara “pemberian reward” terhadap “motivasi belajar” terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pemberian reward terhadap motivasi belajar siswa, hal tersebut ditunjukan dengan melihat harga rhitung (0,497) yang lebih besar dari pada rtabel ­(0,24).Koefisien determinasi rsquare sebesar 0,247 yang berarti 24,7% perubahan pada variabel motivasi siswa (Y) yang dipengaruhi oleh pemberian punishment dan faktor lain 75,3%. Dari uji t juga dapat dilihat bahwa diperoleh thitung sebesar 4,623.Jika dibandingkan dengan ttabel sebesar 1,669 pada taraf signifikasi 5%, jadi thitung > ttabel.Dari uji F dapat dilihat bahwa Fhitung sebesar 21,373 > Ftabel sebesar 3,988 (signifikansi 5%, df 1,65).

Persaman garis regresi pengaruh peran pemberian reward terhadap motivasi belajar siswa dapat dinyatakan dengan Ŷ=30,728+0,512X1. Peramaan tersebut menunjukan bahwa nilai koefisien X1 sebesar 0,512 yang berarti apabila pemberian reward (X1) meningkat 1 poin maka motivasi belajar siswa (Y) akan meningkat 0,512 poin. Dari penjelasan tersebut, maka hipotesis kerja (h1) diterima dan H0 ditolak, jadi “Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pemberian reward terhadap motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa Kabupaten Halmahera Utara”.

2.     Pengujian hipotesis kedua

Hipotesis kedua dalam penelitian ini menyatakan bahwa “terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pemberian punishment terhadap motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa Kabupaten Halmahera Utara”.

H0: “Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pemberian punishment terhadap motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa Kabupaten Halmahera Utara”.

H2: “Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pemberian punishment terhadap motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa Kabupaten Halmahera Utara”.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS versi 20 korelasi antara “pemberian punishment” terhadap “motivasi belajar” terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pemberian punishment terhadap motivasi belajar siswa, hal tersebut dtunjukan dengan melihat harga rhitung (0,479) yang lebih besar dari pada rtabel (0,24). Koefisien determinasi rsquare sebesar 0,229 yang berarti22,9% perubahan pada variabel motivasi siswa (Y) yang dipengaruhi oleh pemberian punishmentdan sisanya dipengaruhi faktor lain. Dari uji t juga dapat dilihat bahwa diperoleh thitung 4,399. Jika dibandingkan dengan ttabel sebesar 1,669 pada taraf signifikasi 5% maka thitung lebih besar dari ttabel.Dari uji F dapat dilihat bahwa Fhitung sebesar 19,347 > Ftabel sebesar 3,988 ( signifikansi 5%, df 1,65).

Persaman garis regresi pengaruh pemberian punishment terhadap motivasi belajar siswa dapat dinyatakan dengan Ŷ=40,437+0,316X2. Peramaan tersebut menunjukan bahwa nilai koefisien X2 sebesar 0,316 yang berarti apabila pemberian punishment (X2) meningkat 1 poin maka motivasi belajar siswa (Y) akan meningkat 0,316 poin. Dari penjelasan tersebut menunjukan bahwa hipotesis kerja (h2)diterima dan h0 ditolak, jadi “Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pemberian punishment terhadap motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa Kabupaten Halmahera Utara”.

3.     Pengujian Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini menyatakan bahwa “Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama antara pemberian reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa Kabupaten Halmahera Utara.”.

H0: “Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama antara pemberian reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa Kabupaten Halmahera Utara”.

H3: “Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama antara pemberian reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa Kabupaten Halmahera Utara”.

Uji hipotesis ketiga dilakukan dengan menggunakan analisis regresi ganda menggunakan bantuan IBM SPSS versi 20 yang hasilnya dapat dilihat pada tabel kedua hasil outputseperti berikut ini:

Tabel 1.4. Output kedua perhitungan regresi ganda

Model Summary

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.578a

.334

.313

4.156

a. Predictors: (Constant), pemberian punishment, pemberian reward

 

 

 

 

 

Berdasarkan tabel diatas Ry(1,2) sebesar 0,578, pemberian reward dan pemberian punishment secara bersama-sama memiliki pengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa. Koefisien determinasi R2y(1,2) sebesar 0,334 berarti bahwa pemberian reward dan pemberian punishment secara bersama-sama mampu mempengaruhi 33,4% perubahan pada variabel motivasi belajar (Y). hal ini menunjukan masih ada 66,6% faktor atau variabel lain yang mempengaruhi motivasi belajar siswa selain pemberian reward dan pemberian punishment.

Kemudian dilakukan pengujian secara simultan (Uji F) Pengujian simultan bertujuan untuk mengetahui secara bersama-sama pengaruh pemberian reward (X1) dan pemberian punishment (X2) terhadap motivasi belajar siswa, dan koefisien determinasi simultan untuk mengetahui besarnya kontribusi secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan bantuan progam IBM SPSS versi 20 hasilnya dapat dilihat pada tabel ke tiga hasil output seperti berikut ini:

Tabel 1.5. Output ketiga perhitungan regresi ganda

ANOVAa

Model

Sum of Squares

Df

Mean Square

F

Sig.

1

Regression

554.988

2

277.494

16.068

.000b

Residual

1105.280

64

17.270

 

 

Total

1660.269

66

 

 

 

 

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa hasil uji F diperoleh Fhitung sebesar 16,068. Jika dibandingkan dengan Ftabel dengan df 2;64 dan taraf signifikasi 5% sehingga diperoleh Ftabel sebesar 3,140, maka Fhitung lebih besar dari Ftabel.Selain itu harga signifikansinya kurang dari 0.05 yaitu 0,00, maka dapat diartikan bahwa hubungan pemberian reward dan pemberian punishment secara bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa adalah signifikan.

Kemudian dalam membuat persamaan garis regresi dapat melihat di tabel keempat hasil output progam IBM SPSS yang hasilnya seperti tabel berikut:

    Tabel 1.6. 0utput keempat perhitungan regresi ganda

    Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

28.454

4.641

 

6.132

.000

pemberian reward

.369

.116

.358

3.176

.002

pemberian punishment

.215

.074

.326

2.889

.005

a. Dependent Variable: motivasi belajar

 

Persamaan garis regresi pengaruh pemberian reward dan pemberian punishment secara bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa dapat dinyatakan dengan Ŷ=28,454 + 0,369(X1) + 0,215(X2). Persamaan tersebut menunjukan bahwa nilai koefisien X1 sebesar 0,369 yang berarti apabila pemberian reward (X1) naik 1 poin maka motivasi belajar siswa (Y) akan meningkat 0,369 poin dengan asumsi X­2 tetap. Koefisien X2 sebesar 0,215 yang berarti apabila pemberian punishment (X2) meningkat 1 poin maka motivasi belajar (Y) akan meningkat 0,305 dengan asumsi X­1 tetap.

Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis kerja (H3) yang diuji dalam penelitian ini yaitu “Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama antara pemberian reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa Kabupaten Halmahera Utara”, diterima

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.     Berdasarkan hipotesis pertama bahwa variabel pemberian reward berpengaruh secara positif dan signifikan dengan motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukan dengan hasil perhitungan thitung sebesar (0,497) lebih besar dari ttabel sebesar 0,24, maka dari itu hipotesis kerja (H1) diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pemberian reward terhadap motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa Kabupaten Halmahera Utara. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian ini mendukung terhadap teori-teori yang yang ada.

2.     Berdasarkan hipotesis kedua bahwa variabel pemberian punishment berpengaruh secara positif dan signifikan dengan motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukan dengan hasil perhitungan thitung sebesar (0,479) lebih besar dari ttabel sebesar 0,24, maka dari itu hipotesis kerja (H2) diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pemberian punishment terhadap motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa Kabupaten Halmahera Utara. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian ini mendukung terhadap teori-teori yang yang ada.

3.     Berdasarkan hipotesis ketiga bahwa variabel pemberian reward dan pemberian punishment berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukan dengan hasil perhitungan Fhitung sebesar (16,068) lebih besar dari Ftabel sebesar 3140, maka dari itu hipotesis kerja (H3) diterima. Hal ini menunjukan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pemberian reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa Kabupaten Halmahera Utara. Dari hasil analisis didapat persamaan regresi dua predictor Ŷ = 28,454 + 0,369X1 + 0,215X2. Koefisien determinasi (r2y1,2) sebesar 0,313 ini berarti bahwa secara bersama-sama pemberian reward dan punishment memberikan sumbangan efektif sebesar 31,3% terhadap peningkatan motivasi belajar siswa. Dengan demikian hipotesis terbukti kebenarannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa “Terdapat Pengaruh yang positif dan signifikan pemberian reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa di SD Inpres Upa Kabupaten Halmahera Utara”.

Saran

Berdasarkan pembahasan, kesimpulan diatas maka penulis membererikan saran sebagai berikut:

1.     Bagi guru

a.     Pemberian reward dan punishment hendaknya dapat diterapkan dengan baik oleh guru dalam pembelajaran yang disesuaikan dengan keadaan siswa.

b.     Pada saat guru memberikan reward dan punishment, guru hendaknya memberi pengarahan kepada siswa terlebih dahulu agar belajar tidak hanya untuk mendapatkan hadiah, ataupun belajar karena takut mendapatkan hukuman.

2.     Bagi siswa

a.     Siswa hendaknya lebih semangat dalam belajar, serta selalu menumbuhkan motivasi dari sendiri, karena bagaimanapun motivasi dari diri sendiri lebih baik.

b.     Siswa jangan belajar katena semata-mata mendapatkan hadiah ataupun karena takut mendapat hukuman, tetapi jadikan reward dan punishment itu sebagai motivasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan. Cet. 2.Jakarta: Rineka Cipta.

Ag.Soejono. 1980. Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum. Bandung: Ilmu.

Hamid, Rusdiana. 2006, Reward dan Punishment Dalam Perspektif Pendidikan Islam.Jurnalonline vol 4 nomor 5, april 2006 (http://www.academia.edu/1339973/reward_dan_punishment_dalam_perspektif_pendidikan_islam , diakses tanggal 27 November 2014)

Sardiman, A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sani, Ridwan Abdullah.2013.Inovasi Pembelajaran.Jakarta: Bumi Aksara.

Slameto.1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta:Rineka Cipta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono.2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2000. ManajemenPenelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Yamin, Martinis. 2005. Paradigma Pendidikan Kontruktivistik. Jakarta: Gaung Persada Press.