SEJARAH GONG PERDAMAIAN DUNIA

DI DESA PLAJAN KECAMATAN PAKIS AJI KABUPATEN JEPARA

Yemima Florentina

Emy Wuryani

Tri Widiarto

Program Studi S1 Pendidikan Sejarah FKIP UKSW Salatiga

 

ABSTRAK

Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki objek peninggalan-peninggalan masa lampau, yang memiliki arti tertentu. Di Desa Plajan masih terdapat sebuah peninggalan dari Kerajaan Demak yang mempunyai makna. Di dalam lingkaran Gong Perdamaian Dunia ini memilik beberapa lambang yang dimana setiap lambang itu memiliki makna tersendiri. Penelitian ini menggunakan metode Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi dan Historiografi. Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan bagaimana sejarah dari Gong Perdamaian Dunia dan makna yang terdapat didalam lingkaran Gong.

Kata Kunci: Sejarah, Makna, Metode Penelitian

ABSTRACT

History is a science that has objects from the past, which has a certain meaning. In the village of Plajan is still a relic of the Kingdom of Demak which has meaning. In the circle of World Peace Gong has several symbols, each of which has a special meaning. This study uses the Heuristic method, Source Criticism, Interpretation and Historiography. This study aims to describe how the history of World Peace Gong and the meaning that is in the Gong circle.

Keywords: History, Meaning, Research Methods

 

PENDAHULUAN

Gong Perdamaian Dunia adalah Gong keramat atau sakral yang berumur 450 tahun yang berada di Desa Plajan, Kecamatan Pakis Aji, Jepara. Gong keramat ini milik dari Ibu Musrini yang merupakan ahli waris dari pemilik gong generasi ketujuh. Ibu Musrini pada waktu itu tinggal di lereng Barat Gunung Muria. Gong keramat ini semula digunakan sebagai alat berdakwah, dalam rangka syair Islam di daerah pedalaman di pegunungan yang pada waktu itu masih hidup primitif, dan masih kental dalam kepercayaan animisme.

Ide pembuatan gong perdamaian ini berasal dari Djuyoto Suntani yang merupakan Presiden Dunia yang lahir di Indonesia. Ide pembuatan icon atau simbol perdamaian ini muncul setelah terjadinya peristiwa Bom Bali 1 yang terjadi pada tahun 2002. Gong Perdamaian Dunia sebagai lambang perdamaian ini pertama kali dibunyikan oleh Presiden dan Wakil Presiden RI pada tanggal 31 Desember 2002 di Bali untuk memperingati “ 2003 sebagai tahun Perdamaian Indonesia”.

Dari penelitian ini penulis berharap agar masyarakat Jepara khususnya masyarakat desa Plajan tahu lebih jelas tentang sejarah dan makna simbol yang terdapat pada lingkaran yang ada pada Gong Perdamaian Dunia dan penulis berharap setelah penelitian ini pengunjung dari Gong Perdamaian Dunia ini semakin bertambah agar pemilik Gong Perdamaian Dunia ini dapat melakukan renovasi pada bangunan yang semakin tua.

KAJIAN TEORI

Definisi Gong

Gong dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan canang besar, kadang-kadang dipukul sebagai tanda pembukaan acara, dsb. (Sartono, 2017: 157). Gong dalam seni musik jawa juga merupakan alat musik jawa tengah yang paling besar diperangkat alat musik Gamelan. Gamelan sendiri berasal dari kata “Gamel” yang berarti memukul atau menabuh, diikuti akhiran kata “an” yang menjadikan sebagai kata benda. Sedangkan istilah gamelan mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat musik yang dimainkan bersama antara lain Kendang, Bonang, Bonang penerus, Demung, Bonang, Bonang Penerus, Gong, dll. Gong disini berfungsi sebagai memanggil para Dewa. (Utama, 2014: 47)

Definisi Simbol

Simbol merupakan sebuah lambang. (Waskito, 2016: 398). Simbol juga mengandung kekuatan untuk membentuk wajah realitas. Kekuatan itu tersimpan dalam kategorisasi, penilaian, dan pemaksaan ide-ide tertentu kepada objek yang menafsirkan simbol. (Fashri, 2014: 21). Simbol juga mengandung kekuatan untuk membentuk wajah realitas. Kekuatan itu tersimpan dalam kategorisasi, penilaian, dan pemaksaan ide-ide tertentu kepada objek yang menafsirkan simbol. (Fashri, 2014: 21). Simbol juga mempunyai dan masih tetap mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Simbol adalah barang atau pola yang, apapun sebabnya, bekerja pada manusia, dan berpengaruh pada manusia, melampaui pengakuan semata-mata tentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk yang diberikan. (Dillistone, 2002: 19).

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Sejarah Kebudayaan. Bertujuan untuk mengetahui Sejarah Gong Perdamaian dan makna yang terkandung dalam setiap lambang yang ada dilingkaran Gong Perdamaian Duni

Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Semester Ganjil 2019-2020.

Subjek Penelitian

Subyek Penelitian adalah pegawai Gong Perdamaian Dunia.

Prosedur Penelitian

Heuristik

Heuristik merupakan tahapan awal dalam mengumpulkan sumber-sumber (sources) atau bukti-bukti (evidences) sejarah. (Daliman, 2012: 51). Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber sejarah yang direkam dan dilaporkan oleh pengamat atau partisipan yang benar sudah mengalami dan menyaksikan suatu peristiwa sejarah. (Daliman, 2012: 55). Sedangkan sumber sekunder disampaikan bukan oleh orang yang menyaksikan atau partisipan suatu peristiwa sejarah. (Daliman, 2012: 55). Sumber Primer diperoleh melalui Hasil Wawancara kepada Arifin sebagai pegawai di Gong Perdamaian Dunia, Dokumentasi berupa foto Gong Perdamaian Dunia, dan video berupa keadaan lingkungan sekitar Gong Perdamaian Dunia. Sumber sekunder diperoleh dari E-jurnal, Buku di Perpustakaan Pribadi, Buku di Perpustakaan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Kritik Sumber

Dalam tahapan ini penulis menggunakan kritik eksternal dan kritik internal dari sumber yang didapat. Kritik Eksternal ialah suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak. (Sjamsuddin, 2007: 144). Kritik Internal ini lebih menekankan aspek dalam yaitu isi dari sumber kesaksian (testimoni). (Sjamsuddin, 2007: 143). Dalam tahap ini penulis akan memeriksa apakah kesaksian yang sudah didapat benar-benar dapat diandalkan (reliable) atau tidak.

Interpretasi

Interpretasi berarti menafsirkan atau memberi makna kepada fakta-fakta (facts) atau bukti-bukti sejarah (evidences). (Daliman, 2012: 56). Interpretasi dapat disebut juga dengan analisis sejarah. (Abdurahman, 2007: 73). Dalam tahapan interpretasi ada dua metode yang digunakan yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan sedangkan sintesis berarti menyatukan. (Abdurahman, 2007: 73).

Historiografi

Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. (Abdurahman, 2007: 76). Penelitian ini merupakan Penulisan Sejarah (Historiografi) dengan menggunakan sumber yang telah didapat dari informan, sejarah tertulis atau studi pustaka, observasi, dan dokumen. Sehingga hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih jelas dari hasil penulisan sejarah yang dilakukan oleh peneliti.

PEMBAHASAN

Sejarah Asal Mula Dari Gong

Asal mula sejarah gong sebelum menjadi Gong Perdamaian Dunia ini berasal dari salah satu Kerajaan yang pada masa itu terkenal dengan sembilan walinya. Gong ini peninggalan dari Kerajaan Demak, Gong ini dibuat oleh salah seorang wali utama dari Kerajaan Demak, namun dari beberapa sumber yang ada tidak ada informasi lebih mengenai nama wali yang telah membuat gong ini. Gong ini pada masa itu digunakan oleh para wali songo Kerajaan Demak sebagai penyebaran agama islam.

 

 

Sejarah Gong Perdamaian Dunia

Gong Perdamaian Dunia “Word Peace Gong” merupakan satu-satunya sarana persaudaraan dan pemersatu Umat Manusia sedunia. Gong Perdamaian Dunia sudah berumur lebih dari 450 tahun. Awal mula Gong Perdamaian Dunia ini milik Ibu Musrini yang merupakan ahli waris pemilik gong generasi ketujuh. Menurut Bapak Arifin selaku pegawai Gong Perdamaian Dunia (GPD) dahulu merupakan sarana dakwah dalam rangka syiar Islam bagi masyarakat pedalaman di kawasan pegunungan Gunung Muria, yang pada waktu itu masih primitif, dan masih kental dalam menganut kepercayaan animisme. Pada waktu itu Gunung Muria dianggap sebagai gunung yang penuh mistis, sehingga menjadi perhatian para tokoh spiritual tingkat tinggi dunia dan menjadi bahan kajian para ilmuwan, cendekiawan, serta aktivis perdamaian dunia. Dari beberapa kajian yang dilakukan oleh para ilmuwan Gunung Muria secara tidak langsung mendapat predikat sebagai “Gunung Perdamaian” karena di Gunung Muria menjadi sumber-ilmu dan dipercaya dapat menjadi roh untuk mempersatukan seluruh umat manusia yang pada waktu itu menganut kepercayaan yang berbeda. Sehingga Gong Perdamaian Dunia dijadikan sebagai sarana untuk menyatukan umat manusia diseluruh muka bumi.

Gong Perdamaian Dunia mulai dicanangkan pasca musibah Bom Bali 1 akhir tahun 2002 oleh Presiden Komite Perdamaian Dunia, Djuyoto Suntani, bersama dengan Gde Sumarjaya Linggih (anggota DPR RI) didukung Edi Darnadi dan Heru Lelono. Gong Perdamaian Dunia ini dibunyikan pertama kali oleh Presiden dan Wakil Prem siden di Bali pada 31 Desember 2002 tepat pukul 00.00 WITA dihadapan seluruh tokoh bangsa, untuk memperingati “ 2003 sebagai tahun Perdamaian Indonesia”. Gong Perdamaian Dunia juga dibunyikan untuk membuka beberapa acara tertentu seperti “ Second Global Summit On World Peace” oleh Sekjen PBB di Geneva-Swiss (Eropa) pada 5 Februari 2003 yang diikuti oleh para tokoh dunia dari 179 negara, “PATA Conference” yang dibunyikan oleh Presiden RI pada 14 April 2003 di Bali, “Borobudur International Festival” yang juga dibunyikan oleh Presiden RI pada 14 Juni 2003 di Magelang Jawa Tengah, dan selanjutnya GPD juga dibawa keliling dunia guna menggemakan pesan tentang adanya perdamaian bagi umat manusia diseluruh muka Bumi. Maka dari itu GPD juga di bangun berbagai penjuru dunia.

Makna dari simbol-simbol yang terdapat di Gong Perdamaian Dunia.

Didalam lingkaran Gong Perdamaian Dunia terdapat beberapa simbol yang perlu diketahui:

  1. Pada Lingkaran Luar Gong Perdamaian Dunia

Pada lingkaran luar Gong terlihat banyak sekali bendera-bendera seluruh negara yang sudah merdeka yang ada di dunia. Bendera-bendera tersebut melambangkan sebuah jati diri suatu bangsa. Bendera yang terdapat diluar lingkaran gong juga tertata rapi, indah, harmonis, mempesona, dan memiliki nuansa perdamaian yang luar biasa. Dari bendera-bendera yang mempunyai warna-warni di lingkaran luar Gong kita dapat melihat semangat perdamaian dan kebahagian.

  1. Pada Lingkaran Tengah Gong Perdamaian Dunia

Pada lingkaran tengah terdapat tulisan “ World Peace Gong”, gambar bunga yang berada disamping kanan dan kiri, dan tulisan Gong Perdamaian Dunia. Tulisan dan bunga yang berada di lingkaran tengah merupakan sebuah peneguhan identitas diri dari Gong Perdamaian Dunia itu sendiri. Dan bahasa Inggris yang terdapat di lingkar tengah menandakan karena bahasa inggris merupakan sarana komunikasi internasional, dan bahasa indonesia sendiri merupakan sebuah lambang penegasan bahwa Gong tersebut berasal dari Indonesia. Sedangkan bunga yang berada di samping kanan dan kiri merupakan lambang keindahan, kebahagiaan, dan perdamaian. Dan posisi bunga yang berada di sebelah kanan dan kiri yang menjadi pemisah antara tulisan bahasa inggris dan indonesia memiliki arti bahwa harus ada keseimbangan.

  1. Pada Lingkaran Dalam Gong Perdamaian Dunia

Pada lingkaran dalam menunjukan beberapa lambang atau simbol agama besar yang ada di seluruh Dunia. Sembilan agama tersebut adalah Islam, Hindu, Budha, Kristen, Yahudi, Khonghuchu, Tao, Sikh, dan Shinto. Simbol dari beberapa agama ini menjadi lambang pemersatu umat manusia dalam segi agama.

  1. Pada Lingkaran Puncak Gong Perdamaian Dunia

Pada lingkaran puncak terdapat simbol Bola Dunia, Globe atau Planet Bumi. Lambang Bola dunia menandakan bahwa semua manusia berada tinggal, hidup, dan berpijak di bumi. Dan semua umat manusia didunia berasal dari satu keluarga yaitu keluarga Bumi atau warga Dunia. Dan sebagai satu keluarga kita harus menjalin hidup berdampingan secara damai, tolong menolong, dan menjaga atau merawat Bumi. Adanya Globalisasi dapat menyatukan dunia merupakan bukti manusia berasal dari satu keluarga. Melalui globalisasi ini manusia disatukan dalam satu kesatuan tanpa adanya jurang pemisah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sejarah Gong Perdamain Dunia ini berasal dari peninggalan Kerajaan Demak yang dibuat oleh salah seorang wali songo yang pada masa itu digunakan sebagai penyebaran agama islam. Salah satunya penyebaran agama dilakukan di desa Plajan yang merupakan daerah pegunungan dekat dengan Gunung Muria yang pada waktu itu masih menganut ajaran animisme dan dinamisme. Pada setiap lambang Gong Perdamaian Dunia juga terdapat sebuah makna yang dapat kita pelajari.

SARAN

  1. Bagi masyarakat Desa Plajan Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara. Agar selalu ikut berpartisipasi menjaga lingkungan Gong Perdamaian Dunia dan memahami setiap makna dari setiap lambang yang terdapat pada Gong Perdamaian Dunia,
  2. Bagi Pekerja Gong Perdamaian Dunia, agar memperhatikan lagi tempat berdirinya Gong Perdamaian Dunia karena dibagian atap yang melindungi Gong sudah mulai rusak, merawat lingkungan sekitar Gong Perdamaian Dunia, dll

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, D. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Daliman, A. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Dillistone, F. 2002. The Power Of Symbols. Yogyakarta: Kanisius.

Fashri, F. 2014. Pieerre Bourdieu Menyingkap Kuasa Simbol. Yogyakarta: Jalasutra.

Sartono. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Yogjakarta: Bright Publisher.

Sjamsuddin, H. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Utama, T. 2014. Ensikklopedia Alat Musik Tradisional. Bandung: CV Angkasa.

Waskito, A. A. 2016. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Wahyu Media.