Sejarah Makanan Enting-Enting Gepuk Cap “Klenteng dan 2 Hooloâ€
SEJARAH MAKANAN ENTING-ENTING GEPUK
CAP “KLENTENG DAN 2 HOOLOâ€
Aulia Dwi Nugraheni
Emy Wuryani
Tri Widiarto
Program Studi S1 Pendidikan Sejarah FKIP UKSW
ABSTRAK
Indonesia memiliki berbagai jenis makanan tradisional dengan cita rasa dan keunikan yang berbeda-beda, salah satunya adalah enting-enting gepuk yang berasal dari salatiga. enting-enting gepuk yang paling legendaris dari Salatiga adalah enting-enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hooloâ€. Namun akhir-akhir ini makanan tradisional tersebut mulai kehilangan penikmat, dikhawatirkan mulai hilang dan ditinggalkan. Untuk itu maka perlu dilakukan penelitian untuk mengali lebih dalam mengenai sejarah makanan tersebut dengan harapan generasi mendatang tetap dapat mengetahui tentang makanan tradisional ini. Untuk itu penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: heuristik, kritik sumber, interpretasi, penulisan sejarah. Dari penelitian ini diketahui bahwa enting-enting awalnya merupakan makanan yang dijadikan suguhan bagi para pengunjung klenteng, namun kemudian mulai 1930-an mulai dikomersilkan. Selanjutnya pada tahun 1967, secara resmi enting-enting dijual dengan merek dagang “Klenteng dan 2 Hooloâ€
Kata Kunci: Enting-enting, Makanan tradisional, Sejarah Makanan
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak keberagaman, mulai dari budaya, suku, agama, maupun ras. Salah satunya adalah keberagaman dalam hal makanan. Makanan bisa menjadi petunjuk tentang kehadiran umat manusia dan kebudayaannya (Maryoto, 2009:4). Setiap daerah memiliki makanan khas yang membedakan antara satu daerah dengan daerah lain. Tak heran jika Indonesia memiliki berbagai jenis makanan tradisional yang memiliki cita rasa dan keunikan yang berbeda beda. Salah satunya yaitu makanan khas dari daerah Salatiga yang dikenal dengan Enting – Enting Gepuk. Enting – enting gepuk merupakan salah satu oleh – oleh khas dari Salatiga. Enting – enting gepuk di Salatiga memiliki beragam variasi dan merek.
Enting enting gepuk yang paling legendaris di Salatiga adalah enting – enting gepuk cap “ Klenteng dan 2 Holooâ€. Enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Holoo†merupakan pemprakarsa munculnya enting – enting gepuk merek lain. Enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hoolo†bukan satu – satunya merek enting – enting yang ada di Salatiga, namun ada merek – merek lainnya. Enting – enting gepuk memiliki cita rasa yang unik, dimana perpaduan antara kacang tanah yang ditumbuk dengan campuran gula merah yang menciptakan rasa manis dan gurih ketika dimakan. Keunikan dari rasa inilah yang membuat masyarakat atau pelancong mencari enting – enting gepuk ketika singgah di Salatiga untuk dijadikan sebagai oleh – oleh.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, enting – enting gepuk mulai kalah bersaing dengan produk – produk atau olahan cepat saji. Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa makanan tradisional merupakan makanan yang ketinggalan zaman. Terlebih lagi bagi anak – anak muda pada masa sekarang lebih memilih makanan instant atau cepat saji, dimana mereka menganggap bahwa makanan cepat saji lebih enak dan menarik daripada makanan tradisional. Dilihat dari proses pembuatannya, makanan cepat saji lebih mudah diolah dibandingkan dengan membuat makanan tradisional yang membutuhkan bahan, waktu, dan tenaga yang lebih banyak.
Sedangkan dalam pemasarannya, enting – enting gepuk tidak hanya dipasarkan di toko oleh – oleh di Salatiga dan sekitarnya, namun sudah memasuki wilayah lain. Bahkan di era yang serba digital ini segala sesuatu dapat dengan mudah didapatkan hanya dengan menggunakan telefon pintar atau smart phone. Banyak toko – toko online yang menyediakan enting – enting gepuk dalam penjualan produknya. Hal ini memunculkan pemikiran bahwa enting – enting gepuk merupakan oleh – oleh yang tidak hanya bisa didapatkan di Salatiga saja, namun dimanapun orang berada dapat dengan mudah didapatkan.
Kebanyakan masyarakat pada masa sekarang ini, biasanya tahu macam – macam makanan tradisional, namun secara khusus mereka tidak mengetahui sejarah makanan yang mereka nikmati. Penjelasan sejarah tiap – tiap makanan tradisional sangat membantu masyarakat memahami makna dan cara pembuatan makanan tradisional tersebut. Penanaman pemahaman ini dapat membuat masyarakat lebih antusias mendalami sejarah makanan atau kuliner Indonesia. Pada era sekarang ini minat masyarakat tentang sejarah makanan sangat kurang diminati.
Akhir – akhir ini sedang maraknya kasus pengklaiman yang dilakukan oleh Negara tetangga terhadap kebudayaan – kebudayaan yang ada di Indonesia termasuk salah satunya tentang makanan tradisional sebagai produk dari negaranya. Dengan mengetahui sejarah tiap masing – masing makanan, maka secara tidak langsung sudah melakukan pencegahan terhadap pengklaiman dari Negara lain, contohnya sejarah enting – enting gepuk. Untuk itu maka penelitian tentang sejarah enting – enting gepuk Salatiga. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: bagaimana sejarah enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hoolo?â€. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang sejarah enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hooloâ€. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan Sejarah Lokal tentang makanan tradisional.
KAJIAN TEORI
Pengertian Sejarah
Sejarah adalah gambar tentang peristiwa – peristiwa masa lampau yang dialami oleh manusia, disusun secara ilmiah, meliputi ukuran waktu, diberi tafsiran dan analisa kritis, sehingga mudah dimengerti dan dipahami (Hugiono dan Poerwanto 1992: 9). Sedangkan menurut Abd Rahman Hamid dan Muh. Saleh Madjid (2011:10) sejarah adalah bidang kajian yang memahami manusia dan tindakannya yang selalu berubah dalam ruang dan waktu sejarahnya.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sejarah merupakan cerita perubahan – perubahan, peristiwa atau kejadian – kejadian masa lampau yang telah diberi tafsir atau alasan yang dan dikaitkan sehingga membentuk suatu pengertian yang lengkap.
Pengertian Makanan
Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan dimanapun keberadaannya. Tanpa adanya makanan dan minuman, manusia tidak bisa menjalankan kehidupannya. Dalam Kamaus Besar Bahasa Indonesia (1999:617) menyebutkan bahwa makanan memiliki definisi (1) segala apa yang boleh dimakan, (2) segala bahan yang kita makan atau masuk ke dalam tubuh yang membentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberikan tenaga, atau mengatur semua proses ditubuh
Perkembangan berupa perubahan dan kemunculan jenis – jenis makanan baru berikut kebiasaan makannya adalah ekspresi dari berbagai macam hal yang menghasilkan rasa sebagai suatu hal paling halus dibalik makna makan dan makanan (Rahman, 2016:13)
Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia (1997:57) menyebutkan bahwa, makanan adalah unsur penting kebutuhan makhluk hidup, meliputi banyak macam. Manusia adalah makhluk pemakan segala termasuk tumbuhan maupun hewan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian tentang sejarah makanan enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hooloâ€. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari 4 tahapan yaitu: (1) mengumpulkan sumber, (2) verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber), (3) interpretasi: analisis sintesis, dan (4) penulisan. (Kuntowijoyo, 1999:89)
Tahapan Heuristik, dalam tahap ini dilakukan pengumpulan sumber berupa studi pustaka terhadap sumber – sumber primer seperti dokumen,foto, artefak dan sumber sekunder berupa buku – buku referensi, jurnal, dan artikel yang terkait dengan topik penelitian. Pengumpulan sumber di lakukan dibeberapa tempat, yaitu: Perpustakaan UKSW, Perpustakaan Daerah Salatiga, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga, Pabrik Enting – enting Gepuk cap “Klenteng dan 2 Hoolo†di Salatiga. Sumber – sumber Primer berupa wawancara dengan informan – informan yang terkait dengan penelitian, yaitu pemilik pabrik enting – enting gepuk yang bernama Hertono dan Dwi Agustin.
tahapan Kritik Sumber. Dalam penelitian ini kritik eksternal meliputi keaslian dari sumber – sumber sekunder seperti melakukan perbandingan terhadap perubahan peralatan yang digunakan dalam proses produksi enting – enting. Kritik eksternal terhadap informan, informan harus memiliki kemampuan untuk memberikan keterangan yang sebenarnya. Hal itu dapat dilihat dari keterlibatannya atas suatu peristiwa. Sedangkan kritik Internal meliputi kredibilitasan terhadap hasil wawancara, apakah hasil wawancara dari narasumber dapat dipertanggungjawakan dan sesuai dengan data yang ada. Kekredibilitasan sumber dapat diperoleh dengan cara membandingkan hasil wawancara antara narasumber yang satu dengan yang lainnya.
Setelah dilakukan kritik sumber, dilakukan tahap interpretasi. Dalam tahap ini peneliti melakukan analisis terhadap bukti maupun sumber – sumber yang menjelaskan awal mula dari pembuatan enting – enting gepuk, melakukan perbandingan dari proses pembuatan enting enting gepuk dan perubahan dari alat – alat atau media yang digunakan. Analisis terhadap proses perekonomian yang menghasilkan deskripsi tentang kegiatan konsumsi dan produksi yang dihasilkan oleh produk enting – enting gepuk. Analisis selanjutnya yaitu mengenai simbol yang digunakan dalam produk enting enting gepuk sehingga menghasilkan makna atau deskripsi dari cap “Klenteng dan 2 Holooâ€. Setelah itu melakukan sintesis terhadap fakta – fakta atau bukti – bukti untuk mengambil kesimpulan untuk menghasilkan sejarah enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hooloâ€.
Setelah tahap – tahap sebelumnya selesai, peneliti melakukan penulisan hasil penelitian kedalam sebuah karya tulis ilmiah yang disebut historiografi. Penulisan dilakukan sesuai sistematika penulisan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah Enting – enting Gepuk Cap “Klenteng dan 2 Hooloâ€
Enting – enting merupakan makanan khas yang berasal dari Tionghoa, yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia baik sebagai oleh – oleh, cemilan, maupun penganan untuk menjamu tamu. Olahan enting – enting gepuk yang banyak dicari dan diburu oleh masyarakat adalah enting – enting gepuk cap “ Klenteng dan 2 Hooloâ€. Enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hoolo†merupakan enting – enting yang berasal dari Salatiga, sehingga enting – enting ini dijadikan sebagai buah tangan khas dari Salatiga.
Enting – enting dibuat pertama kali oleh seorang juru kunci klenteng Hok Tek Bio di Salatiga, bernama Khoe Tjong Hook. Khoe Tjong Hook berasal dari Fukkian, China. Dari China, ia melakukan migrasi ke Indonesia lebih tepatnya ke wilayah Parakan. Di Parakan ia menikah dengan warga asli Parakan bernama Suminah. Setelah lama menetap di Parakan, Khoe Tjong Hook melakukan perjalanan ke wilayah Semarang. Pada tahun 1920, Khoe Tjong Hook melakukan perjalanan dari Semarang menuju Klenteng Hok Tek Bio yang terletak di Jalan Letnan Jenderal Sukowati no. 13, Salatiga. Awal mula Khoe Tjong Hook pergi ke Salatiga bukan untuk berdagang ataupun mencari pekerjaan, namun menjadi penjaga Klenteng. Setibanya di Salatiga, Khoe Tjong Hook menjadi penjaga Klenteng Hok Tek Bio. Pada tahun 1929 enting – enting mulai diproduksi. Awal mula pembuatannya, enting – enting yang diproduksi bukan sebagai makanan yang dijual, namun hanya dijadikan sebagai suguhan para tamu yang mengunjungi klenteng.
Baru pada tahun 1930 enting – enting diproduksi untuk dijual. Dalam proses produksinya atau pembuatannya, enting – enting tidak boleh dibuat didalam klenteng sehingga proses pembuatan enting – enting berada diluar klenteng. Pada mulanya enting – enting berbentuk bulat dan dibungkus dengan daun bambu yang dikeringkan dan belum memiliki cap khusus.
Seiring dengan berjalannya waktu, enting – enting menjadi kudapan yang digemari oleh banyak orang sehingga produksi enting – enting dilakukan dengan skala besar. Ketika diperjualbelikan, peminat enting – enting gepuk berasal dari bangsa asing, yaitu orang – orang Belanda. Tidak semua orang dapat mengkonsumsi olahan enting – enting ini, karena enting – enting merupakan penganan dengan harga relatif mahal untuk masyarakat pribumi maupun orang – orang China sendiri.
Enting – enting mulai mendapatkan merek dan terjadi perubahan dari segi kemasan dimana yang awal mulanya enting – enting dikemas dengan daun bambu yang dikeringkan dan pada tahun 1965 enting – enting mengalami perubahan kemasan dengan menggunakan kertas. Selain terjadi perubahan dalam hal pengemasan, enting – enting gepuk juga mengalami perubahan dalam segi bentuk. Enting – enting yang mulanya berbentuk bulat, kemudian berubah menjadi segitiga. Perubahan bentuk dari bulat menjadi segitiga karena bentuk segitiga dianggap lebih mudah dalam pengemasan. Pada tahun itu putri dari Khoe Tjong Hook yang bernama Khoe Tang Nio memberi nama pada enting – enting buatan ayahnya dengan merek enting – enting gepuk cap Klenteng.
Sedangkan cap 2 Hoolo merupakan cap enting – enting yang diberi nama oleh anak lain dari Khoe Tjong Hook. Pada tahun 1965 kedua anak Khoe Tjong Hook menggabungkan kedua merek dari enting – enting tersebut menjadi enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hooloâ€. Khoe Tang Nio merupakan warga Negara asing, maka perijinan untuk menghakpatenkan menjadi sulit. Perijinan hanya diberikan kepada warga Negara Indonesia.
Enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hoolo†mendapatkan ijin sebagai nama produk yang dipatenkan pada tahun 1967. sehingga pada tahun 1967 enting – enting resmi diberi nama enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hoolo†yang berlatarkan gambar klenteng dan 2 Hoolo pada kertas pembungkus makanan tersebut. Dari segi pemasaran, enting – enting dipasarkan di perkampungan dan pasar – pasar tradisional di sekitar wilayah Salatiga. Selain itu, Khoe Tjong Hook memiliki kios khusus yang menjual enting – enting gepuk yang bernama toko Klenteng. Pada tahun 1971 kepemilikan toko klenteng diteruskan oleh Khoe Tang Nio.
PROSES PEMBUATAN ENTING-ENTING
Proses Penyiapan Kacang
Proses pertama dalam pembuatan enting – enting gepuk adalah mencuci kacang tanah dengan mengunakan air bersih. Pencucian ini selain untuk membersihkan kacang juga berfungsi untuk memisahkan kacang yang baik dengan kacang yang memiliki kualitas kurang baik. Setelah melalui proses pembersihan, proses kedua yaitu pengayakan. Pengayakan bertujuan untuk pemisahan antara kacang dengan kulit ari. Limbah kulit ari tidak serta merta dibuang begitu saja, namun limbah dikumpulkan untuk dijual kepada pengepul.
Setelah melalui proses pengayakan, proses ketiga yang perlu diperhatikan adalah proses penyangrai kacang. Penyangraian kacang bertujuan untuk mengurangi kadar minyak yang terkandung didalam kacang. Proses ini terbilang memerlukan perhatian khusus, karena antara suhu api dengan kacang harus tepat. Jika terlalu besar api yang digunakan, maka kacang yang disangrai akan cepat gosong, sedangkan jika api yang digunakan terlalu kecil maka akan menghasilkan kacang yang matangnya tidak merata. Selain suhu api, hal lain yang perlu diperhatikan adalah ketika membalik kacang yang sedang disangrai. Kacang yang disangrai harus dibalik dengan tepat. Ketepatan sangat diperlukan karena berhubungan dengan proses pematangan yang sempurna.
Setelah matang sempurna, kacang kemudian didinginkan dan dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama kacang digunakan untuk bagian kulit enting – enting yang akan melalui proses penggepukan. Sedangkan bagian yang kedua, kacang akan dijadikan sebagai bahan isian enting – enting.
Proses Pembuatan Karamel
Bahan berikutnya yang perlu dipersiapkan adalah bahan campuran untuk membuat kulit enting – enting. Langkah pertama adalah mencampurkan gula pasir dan air kedalam wajan, kemudian panaskan campuran gula pasir dan air diatas tungku kompor. Masak hingga adonan berubah warna menjadi kekuningan. Waktu yang diperlukan kurang lebih 30 menit. Setelah adonan berubah warna menjadi kekuningan, maka adonan siap untuk didinginkan. Sedangkan untuk isian, yang perlu dipersiapkan adalah sangraian kacang yang telah dipisahkan. Kacang yang telah disangrai lalu dicampurkan dengan gula yang telah dimasak.
Proses Penggepukan
Adonan kacang dan Karamel kemudian digepuk di atas landasan berbentuk empat persegi panjang setebal 15 sentimeter dari bahan batu. Alat yang digunakan untuk menggepuk adonan dari bahan kayu sawo yang berbentuk silinder, memiliki berat 3-4 kilogram. Dalam penggepukan kacang ada hal yang penting diperhatikan. Jika penggepukan kurang keras, maka kacang yang dihasilkan tidak akan halus merata. Namun jika penggepukan terlalu keras, maka kacang yang telah disangrai akan mengeluarkan minyak dan minyak tersebut akan mengeluarkan bau tidak sedap.
Proses Pencetakan
Setelah pembuatan isian selesai, proses selanjutnya adalah mencetak enting – enting gepuk. Perbandingan antara kulit dan isian adalah 50:50 atau 12 kilogram kulit enting enting dengan 50 gram isian. Setelah melakukan pencampuran, kemudian enting – enting dicetak dalam bentuk segitiga dengan panjang 1 meter. Kemudian dipotong kecil – kecil ukuran 3-4 cm perpotong.
Pengemasan
Pada awal mula pengemasannya, enting – enting gepuk dikemas dengan menggunakan daun bambu yang dikeringkan dan belum memiliki cap resmi. Bentuk dari enting – enting gepuk juga masih berbentuk bulat. Penggunaan daun bambu yang dikeringkan, dijadikan sebagai pembungkus enting – enting dengan tujuan agar enting – enting tidak mudah berjamur. Selain agar tidak mudah berjamur, daun bambu kering juga dapat menjaga kualitas enting – enting gepuk. Terjaganya kualitas akan mempengaruhi tingkat keawetan dari enting – enting gepuk.
Pada tahun 1965, enting – enting gepuk mulai mengalami perubahan dari sisi pengemasan dan bentuk. Dari bentuknya, enting – enting gepuk awal mula terciptanya memiliki bentuk bulat, sedangkan pada tahun 1965 enting – enting berubah bentuk menjadi segitiga. Alasan perubahan bentuk enting menjadi segitiga karena, bentuk segitiga dianggap lebih mudah dalam segi pengemasannya. Jika berbentuk bulat, dalam pengemasannya akan terlihat tidak menarik dan lebih sulit dalam pengemasannya.
Sedangkan dari segi pengemasaannya yang semula dibungkus menggunakan daun bambu yang dikeringkan, kini menggunakan bungkus kertas roti. Hal ini karena daun bambu sulit didapatkan, sehingga kertas roti dianggap lebih mudah dalam pencetakan cap yang akan ditempelkan pada kemasan enting – enting gepuk.
KESIMPULAN
Enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hoolo†merupakan olahan legendaris yang memprakarsai pembuatan enting – enting gepuk merek lain yang ada di Salatiga. Enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hoolo†pertama kali dibuat oleh seorang penjaga Klenteng yang bernama Khoe Tjong Hook. Awal mula pembuatannya, enting – enting diproduksi bukan sebagai makanan yang dijual, namun hanya dijadikan sebagai suguhan para tamu yang mengunjungi Klenteng. Pada mulanya enting – enting berbentuk bulan dan dibungkus dengan daun bambu yang dikeringkan dan belum memiliki cap. Seiring dengan berjalannya waktu, enting – enting menjadi kudapan yang digemari oleh banyak orang sehingga produksi enting – enting dilakukan dengan skala besar. Pada tahun 1965 enting – enting mengalami perubahan kemasan yang awalnya menggunakan daun bambu berganti dengan kertas. Selain dari segi pengemasan, enting – enting mengalami perubahan bentuk dari bentuk bulat kemudian berubah menjadi segitiga. Pada tahun 1967, enting – enting resmi diberi nama enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hoolo†yang berlatarkan gambar Klenteng dan 2 Hoolo pada kertas pembungkus makanan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Abd Rahman. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Hugiono dan Poerwanto. 1992. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Rineka Cipta
Kuntowijoyo. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya
Maryoto, Andreas. 2009. Jejak Pangan:Sejarah, Silang Budaya, Dan Masa Depan. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara
Masduki, Aam. 2012. Makanan Tradisional Di Kabupaten Ciamis. Patanjala. Vol. 4, No. 2. Juni 2012
Rahman, Fadly. 2016. Jejak Rasa Nusantara:Sejarah Makanan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Tim Penyusun. 1997. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT Delta Pamungkas
Tim Redaksi. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Tyas, Agnes Siwi Purwaning. Identifikasi Kuliner Lokal Indonesia dalam Pembelajaran Bahasa Inggris. Jurnal Pariwisata Terapan, Vol. 1, No. 1. Maret 2017