Teknik Tutor Sebaya
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERMAKNA DENGAN TEKNIK TUTOR SEBAYA
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PERPANGKATAN DUA
BAGI SISWA KELAS V A SEMESTER I
SD NEGERI 03 KEBONDALEM
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Wiwik Indriyati
Guru/Kepala SD Negeri 03 Kebondalem Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang
ABSTRAK
Hasil belajar matematika perpangkatan dua siswa kelas V A semester 1 SD Negeri 03 Kebondalem Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang tahun pelajaran 2011/2012 masih rendah. Fakta rendahnya hasil belajar tersebut dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian sebesar 53,17 dengan tingkat ketuntasan 48,78%. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V A tersebut, peneliti menerapkan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika menafsirkan data bagi siswa kelas V A. Metode penelitian menggunakan alur penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dari tanggal 8-20 November 2011. Diharapkan melalui penerapan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya mampu meningkatkan hasil belajar matematika menafsirkan sajian data siswa kelas V A. Indikator kinerja penelitian adalah meningkatnya nilai rata-rata menjadi 72 dan ketuntasan mencapai 75%.
Hasil tes siklus I menunjukkan peningkatan nilai rata-rata 61,46 dan ketuntasan mencapai 63,41%. Sementara pada siklus II menunjukkan hasil yang lebih signifikan di mana nilai rata-rata 78,54 dan ketuntasan mencapai 82,93%. Berdasarkan fakta empirik tersebut disimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika perpangkatan dua siswa kelas V A semester I SD Negeri 03 Kebondalem tahun pelajaran 2011/2012.
Kata kunci: advance organizer, diferensiasi progresif, belajar superordinat, penyesuaian integratif, tutor sebaya
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kondisi awal hasil belajar matematika perpangkatan dua siswa kelas V A semester I SD Negeri 03 Kebondalem Kecamatan Pemalang tahun pelajaran 2011/2012 masih rendah. Nilai rata-rata ulangan harian hanya mencapai 53,17 dengan tingkat ketuntasan sebesar 48,78%. Rendahnya Hasil belajar siswa kelas V A tersebut dikarenakan dalam mengelola pembelajaran guru belum menerapkan model pembelajaran yang tepat serta tidak melibatkan aktivitas belajar siswa secara penuh.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru/peneliti melakukan upaya melalui penerapan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya. Adapun permasalahan yang diangkat adalah ”Apakah melalui penerapan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika perpangkatan dua bagi siswa kelas V A semester I SD Negeri 03 Kebondalem Kecamatan Pemalang tahun pelajaran 2011/2012?”
Setelah siswa diberi serangkaian tindakan melalui penerapan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya diharapkan hasil belajarnya meningkat. Nilai rata-rata yang masih rendah meningkat memenuhi KKM 72. Tingkat ketuntasan yang rendah dapat mencapai tingkat ketuntasan ideal 75%. Guru menerapkan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya.
Antara kenyataa dan harapan terjadi kesenjangan yang cukup dalam yaitu: hasil belajar matematika perpangkatan dua yang masih rendah diharapkan meningkat memenuhi KKM 72, ketuntasan yang belum mencapai standar ideal harapannya meningkat mencapai standar ketuntasan ideal 75%, guru yang tidak menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan harapannya menerapkan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya yang menyenangkan.
Pembatasan Masalah
Untuk menghindari pengertian ganda perlu pembatasan masalah sebagai definisi operasional.
1. Penerapan berarti proses, cara, pemasangan, pemanfa-atan, perihal mempraktikan. Jadi yang dimaksud penerapan disini adalah perihal mempraktikkan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya dalam pembelajaran matematika materi perpangkatan dua.
2. Pembelajaran bermakna. Hera Lestari Mikarsa, dkk (2007:6.13-15) mengemukakan bahwa belajar bermakna merupakan proses mengaitkan informasi atau materi baru dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa.
3. Tutor sebaya adalah salah seorang siswa dalam kelompok belajar yang dipandang mampu memberi pe-ngertian dan pemahaman tentang materi yang dipelajari kepada kelompoknya.
4. Hasil belajar adalah hasil belajar matematika materi perpangkatan dua.
5. Perpangkatan dua meliputi mengurutkan data, menjum-lahkan data, menentukan nilai rata-rata (mean), menen-tukan nilai tengah (median), dan menentukan nilai yang sering muncul (modus).
6. Siswa kelas V A adalah siswa kelas V A semester 1 SD Negeri 03 Kebondalem Kecamatan Pemalang tahun pelajaran 2011/2012 sejumlah 41 siswa terdiri 24 laki-laki dan 17 perempuan.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui penerapan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika perpangkatan dua bagi siswa kelas V A semester I SD Negeri 03 Kebondalem Kecamatan Pemalang tahun pelajaran 2011/2012?”
Cara Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalah rendahnya hasil belajar matematika perpangkatan dua siswa kelas V A melalui penerapan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya. Proses pembelajaran bermakna yang dikembangkan melalui beberapa implikasi, yaitu advance organizer, diferensiasi progresif, belajar superordinat, dan penyesuaian integrative. Dalam pembelajaran bermakna yang dikembangkan memanfaatkan salah satu siswa yang dipandang mampu untuk menjadi tutor sebaya bagi kelompoknya. Pembelajaran dirancang menarik dan menyenang-kan dalam dua siklus penelitian.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian untuk meningkatkan hasil belajar matematika SD Negeri 03 Kebondalem. Tujuan khusus penelitian untuk meningkatkan hasil belajar matematika perpang-katan dua bagi siswa kelas V A semester I SD Negeri 03 Kebondalem tahun pelajaran 2011/2012.
Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan hasil penelitian tindakan ini dapat memberi manfaat yang nyata bagi dunia pendidikan baik manfaat teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian tindakan lainnya yang relevan.
2. Manfaat Praktis bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar matematika perpangkatan dua. Bagi guru dapat mengembangkan pembelajaran matematika yang menarik dan menyenangkan. Bagi sekolah dapat dijadi-kan sebagai salah satu pertimbangan untuk menentukan kebijakan lebih lanjut. Bagi perpustakaan sekolah dapat menambah referensi buku yang perlu dan bermanfaat.
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Pengertian Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempenga-ruhinya
Banyak ahli yang memberi pengertian tentang belajar yang berbeda-beda. Prof. Dr. Oemar Hamalik (2003:27) memberikan penjelasan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu prestasi atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Ada pula tafsiran lain tentang belajar yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Pengertian belajar yang cukup konprehensif diberikan oleh Bell-Gredler dalam Udin S Winataputra (2007:1.5) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kompetensi, keteram-pilan, dan sikap. Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Oemar Hamalik (2003:32) meliputi kegiatan, penggunaan dan ulangan, latihan, suasana yang menyenangkan, asosiasi, pengalaman masa lampau, kesiapan, minat dan usaha, fisiologis, serta intelegensi.
Hasil Belajar
Benyamin S Bloom dalam W Gulo (2004: 50) mengklasifi-kasi hasil belajar menjadi tiga yaitu: kognitif (berhubungan dengan pengetahuan, pengenalan, keterampilan, serta kemampuan intelektual), afektif (berhubungan dengan sikap, nilai, perkembangan moral, dan keyakinan), psikomotor (berhubungan dengan keterampilan motorik).
Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Belajar matematika menurut Bruner dalam Karso (2007:1.12-13) melalui tiga tahap yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Untuk memudahkan pemahaman dan keberhasilan siswa pada pembelajaran matematika dilakukan secara bertahap. Dalam hubungan pembelajaran matematika di SD, Brownell (Karso:2007:1.23) mengemukakan teori yang disebut meaning theory (teori makna) sebagai alternatif dari drill theory (teori latihan). Teori ini mendasari pada teori belajar asosiasi yang lebih dikenal dengan teori belajar stimulus-respon yang dikembangkan oleh Edward L Thorndike. Menurut hukum ini belajar matematika akan lebih berhasil apabila respon siswa terhadap stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan. Jean Piaget dalam S Nasution (2000:7-8) mengklasifikasikan perkembangan intelek-tual siswa dalam tiga fase yaitu fase pra operasional, fase operasi konkret, dan fase operasi formal.
Penelitian Tindakan Kelas
Pemberian tindakan merupakan eksyen guru di dalam kelas dan dijadikan sebagai penelitian tindakan kelas. Menurut IGK Wardhani (2007:1.4) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. Selanjutnya IGK Wardhani (2007:1.5-1.7) menyebutkan ciri-ciri PTK yang membedakan dengan jenis penelitian lain yaitu (1) munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang harus diselesaikan, (2) penelitian melalui refleksi diri, (3) dilakukan di dalam kelas, dan (4) bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran.
Pembelajaran Bermakna
Belajar bermakna dikembangkan oleh David Ausubel sekitar tahun 60-an. David Ausubel dalam Hera Lestari Mikarsa, dkk (2007:6.13-15) mengemukakan bahwa belajar bermakna merupakan proses mengaitkan informasi atau materi baru dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Dalam pembelajaran bermakna informasi atau materi pembelajaran baru diasimilasikan dengan subsumer-subsumer yang relevan dengan struktur kognitif yang sudah terbangun. Proses pembelajaran bermakna yang dikembangkan Ausubel melalui beberapa implikasi, yaitu advance organizer, diferensiasi progresif, belajar superordinat, dan penyesuaian integrative. Jika siswa menghubungkan informasi atau materi baru dengan konsep-konsep atau hal lainnya yang telah ada dalam struktur kognitifnya maka terjadilah yang disebut dengan belajar bermakna.
Kerangka Berpikir Pendidikan
Kenyataan hasil belajar matematika perpangkatan dua siswa kelas V A masih rendah. Penulis merasa perlu mengambil tindakan untuk memperbaikinya. Berangkat dari keinginan itu, penulis menyusun kerangka berpikir yang digambarkan dalam bagan berikut.
KONDISI AWAL |
Belum menerapkan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya |
Hasil belajar rendah |
RENCANA TINDAKAN |
KONDISI AKHIR |
Siklus 1 Hasil belajar meningkat |
Siklus 2 Hasil belajar melampaui indikator kinerja |
Menerapkan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya
|
Diduga melalui penerapan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa
|
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas penulis mengajukan hipotesis tindakan bahwa diduga melalui penerapan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika perpangkatan dua bagi siswa kelas V A semester 1 SD Negeri 03 Kebondalem tahun pelajaran 2011/2012.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2011/2012 dari tanggal 8-20 November 2011. Alasan pengambilan waktu penelitian pada semester I antara lain: materi perpangkatan dua dialokasikan pada semester I, dan untuk mempersiapkan siswa kelas V A menghadapi ulangan akhir semester I. Penelitian tindakan kelas ini mengambil lokasi di SD Negeri 03 Kebondalem Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang karena penulis bertugas di SD Negeri 03 Kebondalem sehingga lebih mengenal lokasi dan potensi yang dimiliki, lebih mudah mengkoordinir siswa.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas V A semester I SD Negeri 03 Kebondalem tahun pelajaran 2011/2012 sejumlah 41 siswa terdiri dari 24 laki-laki dan 17 perempuan.
Sumber Data
Data yang diperoleh berasal dari sumber data primer dan sekunder. Data primer berupa nilai siswa baik nilai ulangan harian maupun nilai tes tindakan serta data dari hasil pengamatan, sedangkan data sekunder berupa daftar siswa dari dokumen kelas yang ada.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Alat pengumpulan data berupa butir-butir soal tes, sedangkan yang berhubungan dengan teknik non tes (pengamat-an) menggunakan alat pengumpulan data berupa lembar pengamatan.
Analisis Data
Penelitian tindakan ini merupakan ragam penelitian kuantitatif. Analisis data yang dipakai juga analisis data kuantitatif yang sering disebut sebagai analisis data deskriptif kuantitatif. Analisis data deskriptif kuantitatif diperlukan untuk mencari nilai rata-rata dan tingkat ketuntasan. Dari nilai rata-rata inilah dapat diketahui perkembangan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diberi tindakan.
Indikator Kinerja
Guna mengetahui keberhasilan dari pelaksanaan penelitian tindakan ini perlu ditetapkan indikator kinerjanya. Adapun indikator kinerja penelitian ini penulis tetapkan sebagai berikut: meningkatnya nilai siswa secara perorangan, meningkatnya nilai rata-rata dari 53,17 menjadi minimal 72, meningkatnya tingkat ketuntasan dari 48,78% menjadi minimal 75%.
Prosedur Penelitian
PLANNING |
ACTING |
OBSERVING |
REFLECTING |
PLANNING |
ACTING |
OBSERVING |
REFLECTING |
Secara prosedural penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas yang direncanakan dalam dua siklus. Secara keseluruhan pelaksanaan penelitian berlangsung dalam dua minggu efektif yaitu tanggal 8-20 November 2011.
Tahapan setiap siklusnya meliputi:
1. Perencanaan
Dalam kegiatan perencanaan ini, penulis membuat persiapan sebelum melaksanakan tindakan. Persiapan yang dilakukan meliputi: menyusun RPP, membuat alat peraga, membuat lembar pengamatan, menyusun soal tes tindakan, dan membuat format penilaian
2. Tindakan
Tindakan yang diberikan kepada siswa terintegrasi dalam pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya. Proses pembelajaran bermakna yang dikembangkan Ausubel melalui beberapa implikasi, yaitu advance organizer, diferensiasi progresif, belajar superordinat, dan penyesuaian integratif. Jika siswa menghubungkan informasi atau materi baru dengan konsep-konsep atau hal lainnya yang telah ada dalam struktur kognitifnya maka terjadilah yang disebut dengan belajar bermakna.
1. Implikasi advance organizer merupakan proses penggalian pengalaman masa lalu yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa yang relevan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Advance organizer dianggap sebagai pertolongan mental kepada siswa sebelum materi pokok disampaikan.
2. Implikasi diferensiasi progresif merupakan implikasi pengembangan dan elaborasi konsep-konsep yang tersubsumsi dengan cara mengembangkan konsep-konsep yang lebih umum terlebih dahulu kemudian memberikan konsep-konsep yang lebih mendetail dan khusus sampai pada contoh-contoh.
3. Implikasi belajar superordinat terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas dan lebih inklusif.
4. Implikasi penyesuaian integratif sebagai upaya untuk mengatasi atau mengurangi pertentangan kognitif seperti munculnya permasalahan dwifungsi yang dapat membingungkan siswa.
Pembelajaran tiap siklus diatur dalam 4 x 35 menit. Tes tindakan dilaksanakan untuk mengukur tingkat perkem-bangan belajar siswa.
3. Observasi/Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan guru kolaborator dikandung maksud agar di dalam melakukan pengamatan lebih fokus pada subjek dan aspek-aspek yang diamati. Adapun subjek yang diamati adalah siswa dan guru peneliti. Aspek yang diamati untuk siswa meliputi aktif diskusi, kontribusi, kerjasama, dan menghargai pendapat. Sedangkan aspek untuk guru peneliti meliputi penguasaan materi, penguasaan teknik, penguasaan metode, penguasaan kelas, penguasaan alat evaluasi, penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian bahasa pengantar, penyajian materi pembelajaran, dan pengelolaan pembelajaran.
4. Refleksi
Dalam hal kegiatan penelitian tindakan, refleksi diperlukan untuk memberi gambaran keadaan selama dan setelah berlangsungnya tindakan. Sehingga dapat diketahui kelebihan, kekurangan, kekuatan, dan kelemahan yang ada. Kelebihan dan kekuatan untuk diperteguh dan dimantapkan, sedangkan kekurangan dan kelemahan untuk diperbaiki.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil belajar matematika perpangkatan dua siswa kelas V A semester I masih rendah dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian 53,17 ketuntasan mencapai 48,78%. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa adalah guru tidak menerapkan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Penulis sajikan tabel nilai ulangan harian siswa kelas V A di bawah ini.
No |
Uraian Nilai |
Kenyataan |
Ket |
1. |
Tertinggi |
80 |
|
2. |
Terendah |
20 |
|
3. |
Rata-rata |
53,17 |
|
4. |
Ketuntasan |
48,78% |
|
Deskripsi Hasil Siklus I
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, penulis menerapkan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya. Pembelajaran bermakna memberi nuansa belajar siswa yang menyenangkan. Teknik tutor sebaya menumbuhkan semangat kerjasama yang tinggi. Kolaborator membantu penulis dalam hal melakukan pengamatan yang direkam pada lembar pengamatan. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan, penulis melaksanakan tes. Hasil tes dianalisis menurut prosedur analisis deskriptif kuantitatif. Soal tes berbentuk objektif sebanyak 20 butir waktu 30 menit KKM 72. Hasil tes disajikan dalam bentuk tabel berikut.
No |
Uraian Nilai |
Kenyataan |
Ket |
1. |
Tertinggi |
100 |
|
2. |
Terendah |
30 |
|
3. |
Rata-rata |
61,46 |
|
4. |
Ketuntasan |
63,41% |
|
Hasil pengamatan kolaborator terhadap kegiatan siswa memperoleh data sebagai berikut:
Kategori |
Aktif Diskusi |
Kontribusi |
Kerjasama |
Menghargai pendapat |
T (Tinggi) |
23 |
25 |
27 |
27 |
S (Sedang) |
9 |
8 |
9 |
12 |
R (Rendah) |
9 |
8 |
5 |
2 |
Sedangkan pengamatan terhadap guru peneliti menunjukkan bahwa tingkat penguasaan materi, teknik, metode, bahasa, kelas dan alat evaluasi adalah tinggi, penyampaian tujuan pembelajaran ada dan jelas, penyampaian bahasa pengantar mudah dipahami, penyajian materi pembelajaran jelas dan runtut, pengelolaan pembelajaran terarah dan sesuai tujuan.
Pelaksanaan siklus I merefleksikan hal-hal sebagai berikut:
1. Penerapan pembelajaran bermakna memberi nuansa menyenangkan.
2. Teknik tutor sebaya menumbuhkan semangat belajar yang tinggi.
3. Hasil belajar siswa meningkat namun belum memenuhi ketetapan indikator kinerja dilihat dari tingkat ketuntasan.
4. Masih ada sebagian siswa yang aktivitas belajarnya rendah.
Perubahan tingkah laku yang terjadi selama siklus I adalah:
1. Siswa lebih bergairah dan bersemangat belajarnya, saling memberi kontribusi yang positif, mampu bekerja sama, mau menghargai pendapat teman, dapat berinteraksi dengan teman dan guru, berani bertanya.
2. Guru merasa senang dengan perkembangan belajar siswa.
3. Suasana kelas menyenangkan, lebih dinamis dengan adanya interaksi dua arah antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru.
Deskripsi Hasil Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, penulis menyusun perencanaan tindakan siklus II. Setting pembelajaran menerap-kan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya. Pemanfaatan tutor sebaya lebih diintensifkan secara optimal. Penulis member porsi latihan yang beragam. Akhir pembelajaran diadakan tes. Soal tes berbentuk objektif sebanyak 20 butir dengan waktu mengerjakan 30 menit. Hasil tes disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini.
No |
Uraian Nilai |
Kenyataan |
Ket |
1. |
Tertinggi |
100 |
Meningkat |
2. |
Terendah |
40 |
Meningkat |
3. |
Rata-rata |
78,54 |
Meningkat |
4. |
Ketuntasan |
82,93% |
Meningkat |
Secara implisit hasil tes sudah memenuhi ketentuan indikator kinerja penelitian yang ditetapkan. Nilai rata-rata 78,54 melampaui ketetapan indikator kinerja sebesar 72. Tingkat ketuntasan 82,93% juga melampaui ketetapan indikator kinerja sebesar 75%.
Hasil pengamatan kolaborator terhadap kegiatan siswa memperoleh data sebagai berikut:
Kategori |
Aktif Diskusi |
Kontribusi |
Kerjasama |
Menghargai pendapat |
T (Tinggi) |
37 |
34 |
38 |
39 |
S (Sedang) |
4 |
7 |
3 |
2 |
R (Rendah) |
0 |
0 |
0 |
0 |
Sedangkan pengamatan terhadap guru peneliti menunjukkan bahwa tingkat penguasaan materi, teknik, metode, bahasa, kelas dan alat evaluasi adalah tinggi, penyampaian tujuan pembelajaran ada dan jelas, penyampaian bahasa pengantar mudah dipahami, penyajian materi pembelajaran jelas dan runtut, pengelolaan pembelajaran terarah dan sesuai tujuan.
Pelaksanaan siklus II merefleksikan hal-hal sebagai berikut:
1. Penerapan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya memberi pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa.
2. Tidak ada siswa yang aktivitas belajarnya rendah.
3. Nilai rata-rata dan ketuntasan sudah memenuhi ketetap-an indikator kinerja.
4. Secara faktual membuktikan pelaksanaan penelitian berhasil mencapai tujuannya.
Pelaksanaan kegiatan siklus II juga membawa perubahan yang cukup mencolok pada diri siswa, guru, dan kondisi kelas yang ada.
1. Siswa motivasi belajarnya tinggi, berani tampil di depan kelas, dapat menyelesaikan tugas dengan baik, dan gembira mengikuti pembelajaran.
2. Guru termotivasi untuk selalu berkarya dan berinovasi.
3. Suasana kelas tidak membosankan, aktif dan dinamis.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
1. Pembahasan tiap siklus
a. Kondisi awal
Hasil belajar siswa masih rendah dilihat dari nilai rata-rata dan tingkat ketuntasan. Hasil ulangan harian dengan KKM 72 menunjukkan nilai siswa masih rendah, nilai tertinggi 80 nilai terendah 20 nilai rata-rata 53,17 dan tingkat ketuntasan sebesar 48,78%. Hasil belajar siswa harus ditingkatkan.
b. Kondisi siklus I
Perkembangan belajar siswa setelah diberi tindakan mengalami peningkatan. Hasil tes dengan KKM 72 menunjukkan nilai siswa secara perorangan meningkat nilai tertinggi 100 nilai terendah 30 nilai rata-rata 61,46 dan tingkat ketuntasan sebesar 63,41%. Walaupun sudah mengalami peningkatan namun belum mencapai ketetapan indikator kinerja. Hasil pengamatan kolaborator terhadap kegiatan siswa untuk kategori tinggi aspek aktif diskusi 23 siswa, member kontribusi 25 siswa kerjasama 27 siswa dan menghargai pendapat 27 siswa.
c. Kondisi diklus II
Perkembangan belajar siswa setelah diberi tindakan mengalami kemajuan pesat. Hasil tes dengan KKM 72 menunjukkan nilai siswa perorangan meningkat, nilai tertinggi 100, nilai terendah 40, nilai rata-rata 78,54 dan tingkat ketuntasan sebesar 82,93%. Dilihat dari nilai rata-rata dan ketuntasan sudah memenuhi ketetapan indikator kinerja. Hasil pengamatan kolaborator terhadap kegiatan siswa untuk kategori tinggi aspek aktif diskusi 37 siswa, memberi kontribusi 34 siswa, kerjasama 38 siswa dan menghargai pendapat 39 siswa.
2. Pembahasan antar siklus
Untuk memperoleh gambaran lengkap terhadap perkembangan kemajuan belajar siswa disajikan tabel komparasi berikut.
No. |
Uraian |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Siklus II |
Ket |
1 |
Nilai tertinggi |
80 |
100 |
100 |
Meningkat |
2 |
Nilai terendah |
20 |
30 |
40 |
Meningkat |
3 |
Nilai rata-rata |
53,17 |
61,46 |
78,54 |
Meningkat |
4 |
Ketuntasan |
48,78% |
63,41% |
82,93% |
Meningkat |
Sedangkan pengamatan kolaborator terhadap aktivitas belajar siswa (untuk kategori tinggi) siklus I dan siklus II disajikan dalam tabel perbandingan berikut:
Siklus |
Aktif Diskusi |
Kontribusi |
Kerjasama |
Menghargai pendapat |
I |
23 |
25 |
27 |
27 |
II |
37 |
34 |
38 |
39 |
Keterangan |
Meningkat |
Meningkat |
Meningkat |
Meningkat |
Hasil Penelitian
Memperhatikan hasil analisis data yang sudah diuraikan di atas menunjukkan fakta empirik bahwa ketercapaian indikator kinerja penelitian sudah terpenuhi. Ketercapaian indikator kinerja dilihat dari:
1. Nilai rata-rata 78,54 melampaui ketetapan indikator kinerja minimal 72,
2. Ketuntasan 82,93% melampaui ketetapan indikator kinerja sebesar 75%.
Berdasarkan pertimbangan segi ketercapaian indikator kinerja penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika perpangkatan dua bagi siswa kelas V A semester I SD Negeri 03 Kebondalem tahun pelajaran 2011/2012. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas ini berhasil mencapai tujuan seperti yang diharapkan.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data serta memperhatikan hasil penelitian seperti yang sudah diuraikan pada bab sebelumnya di mana diperoleh fakta empirik bahwa ketercapaian indikator kinerja terpenuhi dilihat dari aspek:
1. Nilai rata-rata 778,54 melampaui ketetapan indikator kinerja minimal 72,
2. Ketuntasan 82,93% melampaui ketetapan indikator kinerja sebesar 75%,
Dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika perpangkatan dua bagi siswa kelas V A semester I SD Negeri 03 Kebondalem tahun pelajaran 2011/2012.
Implikasi/Rekomendasi
Hasil penelitian tindakan kelas ini membuktikan suatu hubungan implikasi yang positif antara penerapan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya dengan peningkatan hasil belajar matematika perpangkatan dua siswa kelas V A. Implikasi penerapan pembelajaran bermakna dengan teknik tutor sebaya adalah meningkatnya hasil belajar matematika perpangkatan dua bagi siswa kelas V A.
Saran
Sebagai bentuk kepedulian terhadap dunia pendidikan, melalui laporan hasil penelitian tindakan kelas ini penulis memberi saran kepada:
1. Diri penulis sendiri, agar senantiasa meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Rekan guru hendaknya dapat memanfaatkan kesempatan yang ada untuk secara terus menerus dan berkesinam-bungan berkarya dan berkreasi demi pengembangan profesionalitasnya, menciptakan inovasi pembelajaran yang menyenangkan, mendayagunakan sumber daya yang ada untuk meningkatkan mutu pendidikan.
3. Para siswa hendaknya tekun belajar dengan menggali sumber belajar yang ada baik di sekolah maupun lingkungan, karena hanya dengan ketekunan dapat mencapai keberhasilan.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006 Standar Isi. Jakarta: BSNP
Hera Lestari Mikarsa, dkk. 2007. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: UT
IGAK Wardhani dan Kuswaya Wihardit. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: UT
Karso, dkk. 2007. Pendidikan Matematika 1. Jakarta: UT
Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Max Darsono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press
S Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Suharsimi Arikunto. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
W Gulo. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Winarno Surakhmad. 1965. Metodologi Pengajaran Nasional. Jakarta: Jemmars
Udin S Winataputra. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UT