The Increasing Motivation Study By Think Pair Share Cooperative Method
THE INCREASING MOTIVATION STUDY
IN THE BAPTIZE SACRAMENT MATRIAL
BY THINK PAIR SHARE COOPERATIVE METHOD FOR STUDENTS
IN THE THIRD GRADE SECOND SEMESTER
SDK SANTA MARIA I 2017/2018 MADIUN
Yustina Suharsri
SDN 03 Madiun Lor
SDK Santa Maria I
ABSTRACT
The purpose of this teaching class is in order to increase students’ achievements especially in catholic religion, in the main topic baptize sacrament for third grade students, second semester, 2017/2018 in SDK Santa Maria 1 Madiun, using think pair share cooperative method.This research is movement class research. There are 3 steps and each step consist 4 roles, they are: planning, doing, observing, and reflecting. Acting as the subject research is 16 students in the third grade in SDK Santa Maria in 2017/2018. The data which is resulted is in form of formative test, observation score, studying and teaching activity.The result of this application can increase students achievement dan motivates students to study. It can be shown from student’s behavior whenever they receive the material from students. The result of the study increases from step I, II, and III. This case can be known from step I students get score 68,00 % means that 10 students from 16 undergo success studying. In the second step students get score average 75, 1 with the procentase 80% success. It means 13 from 16 students are success studying. In the III step, the result is 82,62 means that 15 students form 16 are success.Based on the analysis data from the result, so, the aplication of think pair share method can increase the motivation and achievement students in the process studying and teaching in the material babtice sacrament for students in the third grade SDK Santa Maria Madiun tahun pelajaran 2017/2018. This is proven by the increasing everage students score in every step.
Key words: motivation study of babtice sacrament,think pair share method.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan Agama Katolik bertujuan menanamkan pemahaman tentang Allah dan karya-Nya kepada peserta didik, sehingga mampu memahami dan menghayati karya Allah dalam pribadi manusia. Peserta didik dibimbing untuk memahami dan menghayati Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus dan karya-karya-Nya agar bertumbuh iman kepercayaanya. Untuk menumbuhkan iman percaya itu setiap peserta didik perlu diberikan pengajaran tentang sakramen yang diakui dalam gereja katolik yakni Sakramen Baptisan. Sakramen Baptisan Kudus salah satu sakramen yang diakui gereja Katolik, digunakan sebagai tanda/meterai pertobatan.
Penulis mengadakan wawancara dengan beberapa peserta didik kelas III yang belajar dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Dari hasil wawancara tersebut pemahaman peserta didik terhadap sakramen Baptis cukup rendah. Dari wawancara peserta didik kelas III dapat disimpulkan secara sederhana bahwa peserta didik belum memiliki pemahaman yang benar tentang Sakramen Baptis.
Penulis melakukan analisis dan refleksi awal melalui ulangan harian bahwa hasil pemahaman peserta didik tentang Sakramen Baptis sangat rendah masih di bawah batas minimal nilai yang harus dicapai. Memahami bahwa hanya Allah yang dapat mengampuni dan menyelamatkan manusia, dengan materi Sakramen Baptis. Hal ini disebabkan dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah secara konvensional tanpa adanya model pembelajaran.
Berdasarkan hasil koreksi ulangan harian nilai peserta didik kelas III yang beragama Katolik diketahui nilai terendah 60 dikonversi 1,67 predikat C-, nilai tertinggi 80 dikonversi 3,00 predikat B, dan nilai rata-rata kelas sebesar 71,67 dikonversi 2,67 predikat B- Sedangkan batas minimal yang ditentukan guru dan sekolah sebesar 71-75 dikonversi 2,67 predikat B-. Dengan demikian peserta yang memenuhi syarat batas nilai minimal berjumlah 9 atau 60%.
Disamping hasil nilai kognitif tersebut kurang menggembirakan, ternyata nilai sikap juga tergolong kurang memuaskan yaitu nilai terendah C yang berjumlah 7 peserta didik, nilai B berjumlah 8 peserta didik.
Sedangkan nilai aspek keterampilan juga kurang memuaskan, yaitu nilai terendah 73 dikonversi 2,67 predikat B-, nilai tertinggi 77 dikonversi 3,00 predikat B dan rata-rata klasikal 75,69 dikonversi 3,00 predikat B, sedangkan ketentuan nilai minimal aspek keterampilan ≥76.
Faktor yang menjadi kendala rendahnya keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran materi Sakramen Baptis dikategorikan dalam dua hal yakni: 1) faktor dari luar peserta didik yakni dari guru sepertinya kurangnya kemampuan dalam memilih model pembelajaran yang tepat; 2) faktor dalam diri peserta didik sepertinya kurangnya pemahaman peserta didik tentang materi Sakramen Baptis.
Pembelajaran merupakan aktivitas peserta didik yang dirancang para pendidik guna menanamkan / menyampaikan materi ajar. Pembelajaran itu sendiri pada dasarnya upaya pendidik membantu dan memfasilitasi peserta didik dalam melakukan aktivitas belajar baik di kelas maupun di luar kelas. Untuk itu, pendidik perlu memahami tujuan pembelajaran yakni mewujudkan efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didiknya (Isjoni, 2007:11).
Dalam proses belajar mengajar, guru dituntut mampu memilih dan menggunakan metode mengajar dan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi materi, peserta didik dan waktu yang tersedia. Pembelajaran kooperatif sesuai dengan kondisi manusia sebagai makhluk sosial yakni makhluk yang membutuhkan sesamanya. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki ketergantungan dengan orang lain, adanya rasa senasib, pembagian tugas, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama. Melalui belajar kelompok kooperatif, peserta didik dibimbing untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas dan tanggung jawab.
Model pembelajaran Think Pair Share salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Model pembelajaran Think Pair Share memberikan kesempatan kepada peserta didik bekerja sendiri serta bekerja dengan rekan didik lainnya. Pada model pembelajaran Think Pair Share mencoba mengoptimalisasikan partisipasi peserta didik. Model pembelajaran Think Pair Share memberikan kesempatan kepada peserta didik sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap peserta didik untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2005: 57). Apabila dibanding dengan model klasikal yang memungkinkan peserta didik sekali menyampaikan dan membagikan hasilnya kepada seluruh kelas.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dengan model pembelajaran Think Pair Share pada materi Sakramen Baptis adalah untuk: (1) Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam memahami materi Sakramen Baptis bagi peserta didik kelas III SDK Santa Maria I semester 1I Tahun 2017/2018. (2) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik Kelas III SDK Santa Maria I. (3) Meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas III SDK Santa Maria I semester II Tahun 2017/2018.
KAJIAN TEORI
Motivasi Belajar adalah Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2001:28).
Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu: (1). Motivasi Intrinsik, motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2001: 29). (2). Motivasi Ekstrinsik jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2001:29).
Sakramen Babtis
Sakramen Baptis merupakan salah satu sakramen yang diakui gereja Katolik, digunakan sebagai tanda/meterai pertobatan orang Katolik. Untuk itu, orang Katolik hendaknya mengerti, memahami dan menerima sakramen Baptis. Sebab dengan menerima Sakramen Baptisan maka orang Katolik akan senantiasa diingatkan akan kelahiran barunya sehingga orang akan senantiasa hidup seturut firman Tuhan. Pembelajaran dengan ceramah merupakan strategi yang paling sering digunakan dalam pembelajaran materi Sakramen Babtis. Guru mendominasi pembicaraan dan buku-buku konvensional masih merupakan sumber belajar yang primer. Dengan cara yang seperti ini tidak mengherankan kalau siswa cenderung secara umum apatis terhadap gejala sosial.
Metode Kooperatif Think Pair Share
Menurut (Ibrahim dkk, 2000: 26), model Think-Pair-Share (TPS). dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland. Pendekatan struktural “Think-Pair-Share” memberikan kepada siswa waktu untuk berfikir dan menjawab serta saling membantu satu sama lain. Dalam menerapkan pendekatan struktural “Think -Pair-Share” digunakan tahap-tahap sebagai berikut: Tahap-1: Think (berfikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran kemudian siswa diminta memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. Tahap -2: Pairing (berpasangan). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk perpasangan. Tahap -3: Sharing (berbagi). Pada tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Menurut Lie (2002: 56) bahwa, “Menggunakan metode pembelajaran kooperatif model ”Think-Pair-Share” ini, memberi siswa kesempatan un tuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari model ”Think Pair-Share” ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Pada metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagi hasilnya untuk seluruh kelas, Teknik Berpikir-Berpasangan -Berempat ini memberikan kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain”
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Katolik (SDK) Santa Maria I Madiun tepatnya Kelas III. Alasan pemilihan lokasi ini karena merupakan sekolah tempat peneliti mengajar, selain di sekolah induk sehingga peneliti cukup mengetahui karakteristik peserta didik yang ada di SDK Santa Maria I Madiun.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan secara bertahap sejak analisis awal hingga penyelesaian penulisan laporan dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2018.
Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas III SDK Santa Maria 1 Madiun Tahun Pelajaran 2017/ 2018 dengan jumlah siswa 16 peserta didik, sedangkan obyek penelitian motivasi pemahaman pembabtisan sakramen dan hasil belajar peserta didik.
Prosedur Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 16) dalam pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus yang tercakup empat kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengambilan data yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) Metode Dokumentasi. Arikunto (2002:231) mengemukakan bahwa metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. (2) Metode Observasi. Arikunto (2002:230) mengemukakan bahwa observasi atau disebut pula pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Observasi merupakan teknik pengumpulan data melalui pengamatan yang disertai dengan pencatatan terhadap kejadian atau perilaku obyek sasaran. (3) Wawancara. Moleong (2006:135) mengatakan wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun menggunakan telepon (Sugiyono, 2006: 157). Dalam wawancara, peneliti mengumpulkan bukti tingkat pemahaman materi sakramen Baptis. (4). Metode Tes. Metode ini digunakan untuk mengetahui dan mengumpulkan data mengenai sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Tes yang digunakan adalah tes tertulis yaitu tes yang dilakukan secara tertulis baik pertanyaan maupun jawabannya. Dalam penelitian ini penulis menilai proses belajar mengajar pada Kelas III SDK Santa Maria I Madiun dengan menggunakan tes formatif.Wawancara.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskripsi Hasil Siklus I
Berdasarkan hasil observasi aspek sikap peserta didik, diperoleh modus aspek sikap keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran yang mendapat nilai B mencapai 80%. Sedangkan aspek keterampilan sudah memenuhi target yang ditentukan tetapi indikator keterlibatan peserta didik masih dapat ditingkatkan lagi. Dengan demikian hasil tersebut di atas menunjukkan nilai aspek sikap maupun aspek keterampilan peserta didik masih perlu ditingkan. Rendahnya hasil tersebut menunjukkan aktivitas belajar peserta didik masih belum baik, sehingga perlu ditingkatkan pada pertemuan berikutnya.
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Sikus I
No | Uraian | Hasil Siklus I |
1 | Nilai rata-rata tes formatif | 68,10 |
2 | Jumlah siswa yang tuntas belajar | 5 |
3 | Persentase ketuntasan belajar | 68,00 |
Deskripsi Hasil Siklus II
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (1) Memotivasi siswa, (2) Membibing siswa merumuskan kesimpulan dan menemukan konsep tentang memahami dan menyadari bahwa dirinya adalah warga negara Indonesia dan warga dunia, (3) Pengelolaan waktu.
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain: (1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung, (2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya, (3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan / menemukan konsep, (4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, (5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Sikus II
No | Uraian | Hasil Siklus II |
1 | Nilai rata-rata tes formatif | 75,71 |
2 | Jumlah siswa yang tuntas belajar | 10 |
3 | Persentase ketuntasan belajar | 80,00 |
Deskripsi Hasil Siklus III
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan melalui metode kooperatif think pair sher. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. (2) Berdasarkan data hasil pengamtan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. (3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik, (4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Sikus III
No | Uraian | Hasil Siklus III |
1 | Nilai rata-rata tes formatif | 82,62 |
2 | Jumlah siswa yang tuntas belajar | 15 |
3 | Persentase ketuntasan belajar | 96,00 |
Pembahasan
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode kooperatif think pair sher memiliki dampak positif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi disampaikan guru (ketuntaan belajar meningkat dari siklus I, II dan III) yaitu masing-masing 68,00%, 80,00% dan 96,00%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
Hal ini dapat diketahui pada siklus I dengan menerapkan melalui metode kooperatif think pair sher diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa dalah 68,10 dan ketuntasan belajar mencapai 68,00% atau ada17 siswa dari 16 siswa sudah tuntas belajar.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 68,00%. Dan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 75,71 dan ketuntasan belajar mencapai 80,00% atau ada 13 siswa dari 16 siswa yang telah tuntas belajar. Serta pada Siklus III diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 82,62 dan dari 16 siswa yang telah tuntas sebanyak 15 siswa dan 1 siswa belum mencapai ketuntasan belajar.
Maka secara klasikal ketuntasan belajar ang telah tercapai sebesar 96,00% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini, berdasarkan analisa data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan gabungan metode ceramah dengan metode simulasi dalam setiap siklus mengalami peningaktan.
Hal ini bedampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Katholik dengan menerapka melalui metode kooperatif think pair sher yang paling dominan adalah bekerja dengan sesama siswa, mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah penerapan melalui metode kooperatif think pair sher dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Pembelajaran dengan penerapan melalui metode kooperatif think pair sher memiliki dampak positif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus I (68,00 %), Siklus II (80,00%), siklus III (96,00%). (2) Penerapan metode kooperatif think pair sher mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan penerapan metode kooperatif think pair sher sehingga mereka termotivasi untuk belajar. (3) Penerapan metode kooperatif think pair sher untuk meningkatkan motivasi belajar pada Materi Sakramen Babtis pada Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. (4) Hal ini dapat diketahui pada SIKLUS I dengan penerapan metode kooperatif think pair sher diperoleh nilai prestasi belajar siswa adalah 68,10 dan ketuntasan 68,00% atau ada 9 siswa dari 16 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 65 hanya sebesar 68,00%. Dan Pada SIKLUS II diperoleh rata-rata prestasi belajar siswa adalah 75,71 dan ketuntasan belajar mencapai 80,00% atau ada 13 dari16 siswa sudah tuntas belajar. Serta pada SIKLUS III diperoleh nilai rata-rata sebesar 82,62 dari 16 siswa yang telah tuntas sebanyak 15 siswa dan 1 siswa belum memcapai ketuntasan belajar.
Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 96,00% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada SIKLUS III ini mengalami peningkatan lebih baik dari SIKLUS II. Adanya peningkatan hasil belajar pada SIKLUS III ini. Berdasarkan analisis data, diperoleh aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan metode kooperatif think pair sher dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa.
Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar materi Sakramen Babtis Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti lebih efektif dan lebih memberi hasil yang obtimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: (1) Untuk melaksanakan penerapkan metode kooperatif think pair sher memerlukan persiapan yang cukup matang sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode kooperatif think pair sher proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. (2) Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendak lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode yang berbeda,walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah- masalah yang dihadapinya. (3) Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan kelas III semester Genap di SDK Santa Maria I Kota Madiun pada Tahun Pelajaran 2017/2018. (4) Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. (5) Kepada guru yang mengajarkan mata pembelajaran Pendidikan Agama Katholik, karena dirasa oleh para siswa Pembelajaran Pendidikan Agama Kahtolik itu sulit, maka selalu mengembangkan diri dan kreatif dalam melaksanakan pembelajaran dikelas.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1992. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek Pengembangan LPTK Depdikbud. Dirjen Dikti.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Pustaka.
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metode Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Slameto, 1998. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.