Tingkat Kematangan Karir Siswa kelas VIII SMP Islam Sudirman Ambarawa
TINGKAT KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS VIII
SMP ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA
Devi Purnamasari, Setyorini dan Sumardjono Pm.
Program Studi Bimbingan dan Konseling
FKIP – Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRAK
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan karir dan mengidentifikasikan rincian mata-mata program bimbingan karir atas dasar tingkat kematangan karir siswa kelas VIII SMP Islam Sudirman Ambarawa. Subjek penelitian adalah 104 siswa kelas VIII A, B , C SMP Islam Sudirman Ambarawa. Alat ukur penelitian ini adalah inventori kematangan karir yang diadaptasi oleh Setyorini (2012) dari teori Super (dalam Sharf, 2006). Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif. Ditemukan kematangan karir siswa kelas VIII SMP Islam Sudirman Ambarawa berada pada kualifikasi kematangan karir yang rendah sehingga diperlukan bimbingan karir untuk meningkatkan kematangan karir siswa.
Kata Kunci: Program Bimbingan Karir, Kematangan Karir, Siswa Kelas VIII SMP Islam Sudirman Ambarawa
LATAR BELAKANG
Dewasa ini banyak SMA dengan predikat akreditasinya yang makin baik dan SMK dengan berbagai penjurusannya membuka penawaran penerimaan siswa baru. Program penjurusan studi di SMA dan SMK dapat dikatakan merupakan spesifikasi dari berbagai karir yang diprediksikan tersedia di masyarakat. Tiap program penjurusan studi memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lain, yang mana tiap karakteristik menuntut spesifika-si kompetensi yang diperlukan untuk mendukung penguasaan kemampuan dan keterampilan yang diperlukan di program tersebut. Ketepatan peserta didik dalam mempersiapan diri, mengkaji untuk memilah dan memilih program kelanjutan studi sesuai dengan minat dan kemampu-annya merupakan tuntutan yang perlu difasilitasi ketika siswa masih berada di SMP. Hal ini sejalan dengan tujuan umum layanan bimbingan dan konseling di seko-lah, yaitu melakukan upaya fasilitasi untuk memandirikan peserta didik dalam meng-ambil keputusan (Depdiknas, 2007).
Dalam bidang pendidikan, bimbing-an karir merupakan salah satu jenis layan-an dari program bimbingan dan konseling. Secara kelembagaan, bimbingan dan konseling merupakan bagian dari keselu-ruhan program pendidikan di sekolah, yang ditujukan untuk membantu siswa agar mencapai perkembangan diri yang optimal. Bimbingan karir adalah salah satu usaha untuk membantu memecahkan atau meng-hindarkan siswa dari masalah. Di sekolah, bimbingan karir membantu siswa agar memperoleh pemahaman diri, pemahaman lingkungan, dan agar siswa dapat meng-arahkan diri ke suatu bidang pekerjaan yang sesuai dan selaras dengan diri dan ke-butuhan masyarakat (Depdikbud, 1984).
Walgito (2005) menyatakan ada-nya kenyataan para siswa yang tamat SMA maupun SMP ada yang tidak melanjutkan pendidikannya, karena kemampuan yang kurang, biaya tidak ada, atau sebab-sebab yang lain. Untuk itu para siswa membu-tuhkan bimbingan yang baik, terutama yang berkaitan dengan pekerjaan. Para siswa yang melanjutkan pendidikan dari SMA ke perguruan tinggi, dari SMP ke SMA atau SMK pasti akan memilih jurusan. Pemilihan jurusan atau program studi yang tepat membutuhkan bantuan bimbingan dari guru pembimbing. Demikian pula para siswa yang akan langsung terjun ke dunia kerja atau yang akan melanjutkan pendi-dikannya memerlukan bimbingan karir secara bijaksana.
Super (1983) memandang kema-tangan karir juga dapat dilihat dari kesiap-an individu dalam membuat keputusan pendidikan atau vokasional. Super menga-takan kematangan karir sebagai landasan untuk menjelaskan dan menilai tahapan perkembangan karir, serta kesiapan sese-orang untuk membuat keputusan pendidik-an atau vokasional.
PROGRAM BIMBINGAN KARIR
Menurut Winkel dan Hastuti (2004), bimbingan karir adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja, dalam memilih lapangan kerja atau jabatan/ profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang dimasuki. Bimbingan karir juga dapat dipakai sebagai sarana peme-nuhan kebutuhan perkembangan peserta didik yang perlu dilihat sebagai bagaian integral dari program pendidikan yang diin-tegrasikan dalam setiap pengalaman bela-jar. Sedangkan program bimbingan karir (Winkel dan Hastuti, 2004) adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan karir atau bimbingan jabatan yang terencana, terror-ganisasi dan terkoordinasi selama periode satu tahun. Kegiatan bimbingan lebih difo-kuskan pada pelayanan yang diberikan kepada siswa, rekan, tenaga kependidikan dan kepada orang tua siswa.
Menurut Walgito (2005), tujuan bimbingan karir yaitu membantu para sis-wa agar:
1) Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri, terutama yang berkaitan de-ngan potensi yang ada dalam diri, mengenai kemampuan, minat, bakat, sikap, cita-citanya.
2) Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada dalam diri dan yang ada dalam masyarakat.
3) Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi yang ada dalam diri; mengetahui jenis-jenis pendidikan dan latihan yang di-perlukan bagi suatu bidang tertentu; memahami hubungan usaha diri yang sekarang dengan masa depannya.
4) Menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul yang disebabkan oleh diri sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
5) Para siswa dapat merencanakan masa depannya serta menemukan karir dan kehidupannya yang serasi dan yang sesuai.
KEMATANGAN KARIR
Super (1990) menyatakan bahwa kematangan karir adalah keberhasilan individu menyelesaikan tugas perkembang-an karir yang khas pada tahap perkem-bangan karir. Kematangan karir juga meru-pakan kesiapan afektif dan kognitif dari individu untuk menangani/memenuhi tu-gas-tugas perkembangan yang dihadapkan kepadanya, karena perkembangan biologis, sosial dan harapan dari masyarakat yang dikenakan pada tahap perkembangan tersebut. Kesiapan afektif terdiri dari perencanaan karir dan eksplorasi karir sementara kesiapan kognitif terdiri dari kemampuan mengambil keputusan dan memiliki wawasan mengenai dunia kerja.
Super (Sharf, 2006), menyatakan bahwa kematangan karir remaja dapat diu-kur dengan indikator-indikator sebagai berikut:
1) Perencanaan karir (career planning). Aspek perencanaan karir (Super, dalam Sharf, 2006), merupakan aktivitas pen-carian informasi dan seberapa besar keterlibatan individu dalam proses tersebut. Kondisi tersebut didukung oleh pengetahuan tentang macam-ma-cam unsur pada tiap pekerjaan. Indika-tor ini adalah menyadari wawasan dan persiapan karir, memahami pertim-bangan alternatif pilihan karir dan memiliki perencanaan karir di masa depan.
2) Eksplorasi karir (career exploration). Menurut Super (Sharf, 2006) eksplorasi karir merupakan kemampuan individu untuk melakukan pencarian informasi karir dari berbagai sumber karir, seperti menanyakan informasi kepada orang tua, saudara, kerabat, teman, guru bidang studi dan konselor sekolah. Aspek eksplorasi karir berhubungan dengan seberapa banyak informasi karir yang diperoleh siswa dari berbagai sumber tersebut. Indikator dari aspek ini adalah mengumpulkan informasi karir dari berbagai sumber dan memanfaatkan informasi karir yang telah diperoleh.
3) Pengetahuan tentang membuat kepu-tusan karir (decision making). Aspek ini menurut Super (Sharf, 2006) adalah kemampuan siswa dalam mengguna-kan pengetahuan dan pemikiran dalam membuat perencanaan karir. Konsep ini didasari pada tuntutan siswa untuk membuat keputusan karir, dengan asumsi apabila siswa mengetahui ba-gaimana orang lain membuat keputus-an karir maka diharapkan siswa juga mampu membuat keputusan karir yang tepat bagi dirinya.
4) Pengetahuan (informasi) tentang dunia kerja (world of work information). Aspek ini terdiri dari dua komponen (Super, dalam Sharf, 2006), yakni terkait dengan tugas perkembangan, yaitu individu perlu tahu minat dan kemampuan diri, mengetahui cara orang lain mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dan me-ngetahui alasan orang berganti peker-jaan. Komponen kedua adalah m-engetahui tugas-tugas pekerjaan dalam suatu jabatan dan perilaku-perilaku dalam bekerja.
5) Pengetahuan tentang kelompok peker-jaan yang lebih disukai (knowledge of preferred occupational groups). Aspek ini menurut Super (Sharf, 2006) adalah ketika siswa diberi kesempatan untuk memilih satu dari beberapa pilihan pekerjaan, kemudian siswa ditanyai mengenai hal- hal yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut, yaitu me-ngenai persyaratan, tugas-tugas, fak-tor-faktor dan alasan yang mempe-ngaruhi pilihan pekerjaan dan menge-tahui resiko-resiko dari pekerjaan yang dipilihnya. Indikator pada aspek ini adalah pemahaman siswa mengenai tugas dari pekerjaan yang diinginkan, memahami persyaratan dari pekerjaan yang diinginkan, mengetahui faktor dan alasan yang mempengaruhi pilihan pekerjaan yang diminati dan mampu mengidentifikasi resiko-resiko yang mungkin muncul dari pekerjaan yang diminati.
6) Realisasi keputusan karir (realization). Realisasi keputusan karir adalah per-bandingan antara kemampuan individu dengan pilihan karir dan pekerjaan secara realistis. Aspek ini menurut Super (Sharf, 2006), meliputi memiliki pemahaman yang baik tentang kekuatan dan kelemahan diri berhu-bungan dengan pekerjaan yang di-inginkan, mampu melihat faktor-faktor yang mendukung dan menghambat karir yang diinginkan, mampu meng-ambil manfaat dari membuat keputus-an karir yang realistik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan menggunakan inventori kematangan karir yang diadaptasi oleh Setyorini (2012) yang dibuat berdasarkan teori Super (dalam Sharf, 2006), yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan siswa SMP. Inventori kematangan karir terdiri dari 62 item pernyataan yang menggunakan kategori respon variasi jawaban, yaitu: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Banyaknya pilihan jawaban yaitu 4 dengan skor 1, 2, 3, 4. Skor terkecil diperoleh 62 (62 x 1) dan skor terbesar adalah 284 (62 x 4). Untuk mengukur tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kematangan karir digunakan 3 kualifikasi yaitu rendah, sedang, dan tinggi, sedangkan lebar interval dihitung dengan rumus sebagai berikut:
I =
I =
Berdasarkan perolehan skor kema-tangan karir siswa, akan dilakukan analisis deskriptif. Bertolak dari hasil analisis deskriptif akan diidentifikasikan rincian mata-mata program bimbingan karir atas dasar tingkat kematangan karir siswa untuk menjawab realitas perolehan skor secara empirik. Subjek penelitian yaitu siswa Kelas VIII SMP Islam Sudirman Ambarawa yang berjumlah 104 siswa yang duduk di kelas VIII A, B, C.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Analisis deskriptif kematangan karir siswa kelas VIII SMP Islam Sudirman Ambarawa dirangkum dalam Tabel berikut.
Tabel Kematangan Karir Siswa kelas VIII SMP Islam Sudirman Ambarawa
Per Sub Variabel
Sub Variabel |
Presentase |
|||
Sangat Tinggi |
Tinggi |
Rendah |
Sangat Rendah |
|
1. Perencanaan Karir (Career Planning) |
10% |
74% |
16% |
0% |
2. Eksplorasi Karir (Career Exploration) |
7% |
66% |
27% |
0% |
3. Membuat Keputusan (Decision Making) |
2% |
79% |
19% |
0% |
4. Informasi Dunia Kerja (World of Work Information) |
6% |
79% |
15% |
0% |
1) Perencanaan Karir
Terdapat 2 indikator dalam sub variabel perencanaan karir, yaitu, aktivitas perencanaan karir dan informasi penilaian diri. Sebanyak 10 siswa (10%) mendapat kualifikasi skor sangat tinggi, 77 siswa (74%) mendapat kualifikasi skor tinggi, dan terdapat 17 siswa (16%) yang mendapat kualifikasi skor rendah.
Hasil perhitungan ini menunjukkan 16% siswa yang belum mampu merenca-nakan karirnya dengan baik, seperti aktivitas perencanaan karir dan informasi penilaian diri. Siswa tersebut perlu diberikan bimbingan karir agar memiliki kemampuan dalam perencanaan karir. Hal ini sesuai dengan paket bimbingan karir terutama paket V yaitu merencanakan masa depan (Walgito, 2005). Langkah pertama dalam merencanakan masa depan adalah dengan menyusun informasi diri, yang merupakan tahap permulaan untuk merencanakan masa depan siswa. Guru pembimbing dapat memberikan informasi kepada siswa tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat dalam merencana-kan informasi mengenai perencanaan karir yang dilaksanakan dengan cara komunikasi langsung maupun tidak langsung. Dengan begitu siswa akan mampu menyusun informasi berkenaan dengan perencanaan karirnya di masa depan.
2) Eksplorasi Karir
Dalam eksplorasi karir terdapat 2 indikator yaitu indikator pertama penggu-naan sumber informasi yang termasuk di dalamnya kemauan untuk konnsultasi: dengan keluarga, teman, guru, konselor, lembaga, media seperti film, TV d internet. Indikator kedua yaitu kualitas konsultasi yang di dalamnya terdapat deskriptor tingkat kemanfaatan konsultasi yang diterima dari keluarga, teman, guru, konselor, lembaga, serta media seperti film, TV dan internet. Dalam sub variabel ini terdapat 7 siswa (7%) mendapat kualifikasi skor sangat tinggi, 69 siswa (66%) mendapat kualifikasi skor tinggi, 28 siswa (27%) mendapat kualifikasi skor rendah. Sesuai hasil perhitungan terdapat 28% siswa berada pada kualifikasi skor rendah yang berarti sebagian siswa belum mampu mengeksplorasi karir, baik dalam penggunaan sumber informasi seperti kemampuan berkonsultasi dengan keluar-ga, teman, guru mata pelajaran, dan guru bimbingan dan konseling. Aspek eksplorasi karir berhubungan dengan seberapa banyak informasi karir yang diperoleh siswa dari berbagai sumber (Super, dalam Sharf, 2006). Guru pembimbing diharapkan mampu menjadi tempat siswa dalam mencari informasi karir, guru pembimbing juga dapat melakukan kolaborasi dengan guru mata pelajaran dalam memberikan informasi kepada siswa, guru pembimbing juga dapat melakukan kolaborasi dengan orang tua, sehingga siswa dapat menentu-kan pilihan karirnya dengan baik setelah mendapatkan informasi dari berbagai sumber.
3) Membuat Keputusan
Terdapat sebanyak 3 siswa (2%) mendapat kualifikasi skor sangat tinggi, 81 siswa (79%) mendapat kualifikasi skor tinggi, 20 siswa (19%) mendapat kualifi-kasi skor rendah. Dari hasil perhitungan ini sebanyak 19% siswa di SMP Islam Sudirman Ambarawa belum mampu membuat keputusan. Dalam membuat keputusan terdapat beberapa indikator yang perlu dimengerti siswa, indikator pertama mendefinisikan dan menjalankan keputusan yang di dalamnya berisikan rencana studi, percaya diri, dan prosedur. Indikator kedua mengumpulkan informasi diri dan situasi, yaitu pertimbangan dan informasi diri. Indikator ketiga generalisasi dan analisis alternatif, yaitu evaluasi. Indikator keempat seleksi alternatif terbaik yang di dalamnya terdapat alternatif yang benar dan menyimpulkan informasi. Indikator kelima implementasi keputusan.
Masalah apapun yang dihadapi siswa perlu dapat diatasi. Dalam penyele-saian masalah hendaknya siswa dapat mempertimbangkan dan memperhitungkan dengan teliti, sehingga siswa dapat meng-ambil keputusan karir yang lebih mendekati ketepatan. Berdasarkan alternatif yang telah disusun Walgito (2005), guru pem-bimbing dapat membantu siswa dengan memberikan pengetahuan dasar bagaima-na berfikir dalam membuat keputusan karir, dengan asumsi apabila siswa menge-tahui cara orang lain membuat keputusan karir maka siswa akan mampu membuat keputusan karir yang tepat bagi dirinya. Guru juga dapat memberikan materi ten-tang alternatif dalam mengambil keputusan karir siswa.
4) Informasi Dunia Kerja
Sebanyak 6 siswa (6%) mendapat kualifikasi skor sangat tinggi, 82 siswa (79%) mendapat kualifikasi skor tinggi, dan 16 siswa (15%) mendapat kualifikasi skor rendah. Dari hasil perhitungan ini terdapat 15% siswa SMP Islam Sudirman Ambarawa belum mengetahui tentang informasi dunia kerja. Terdapat 2 indikator dalam informasi dunia kerja, yaitu indikator pertama adalah pengetahuan tugas per-kembangan karir termasuk di dalamnya kesadaran diri akan cita-cita, bakat, kecerdasan, minat, keterampilan, nilai-nilai hidup dan pilihan gaya hidup. Siswa perlu tahu minat dan kemampuan diri, mengeta-hui cara orang lain mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dan mengetahui alasan orang berganti pekerja-an. Indikator kedua adalah informasi pekerjaan yang termasuk di dalamnya jenis-jenis sekolah lanjutan, memilih sekolah lanjutan, gambaran tentang jenis pekerjaan, pengetahuan tentang struktur pekerjaan, persyaratan pendidikan, dan mengetahui tentang informasi kursus.
Siswa perlu mengetahui sekolah lanjutan yang diinginkan, persyaratan me-masuki sekolah lanjutan, siswa juga perlu mengetahui tugas pekerjaan dalam jabatan dan perilaku dalam bekerja. Guru pembim-bing dapat memberikan materi tentang kesadaran diri, dengan memberikan tes intelegensi, tes bakat minat, dan memberikan materi tentang nilai-nilai hidup atau pilihan gaya hidup yang dapat dipilih siswa. Guru juga dapat memberikan contoh sekolah lanjutan SMA/SMK di dalam kota maupun luar kota beserta persyaratan dan kelebihan serta kelemahan SMA/SMK yang dipilih. Memberikan informasi tentang du-nia pekerjaan serta memberikan bimbingan pribadi dan kelompok tentang dunia pekerjaan.
Atas dasar hasil perhitungan kema-tangan karir siswa kelas VIII SMP Islam Sudirman Ambarawa, diambil kesimpulan bahwa siswa menunjukkan kebutuhan untuk meningkatkan kematangan karirnya sebagai berikut:
1) Kebutuhan siswa akan perencanaan karir karena masih banyak siswa yang belum mampu merencanakan karirnya. Menyusun informasi merupakan tahap awal merencanakan masa depan siswa. Dalam tahap perencanaan karir khu-susnya dalam aktifitas mencari informasi siswa masih mengalami ken-dala, sehingga guru pembimbing diha-rapkan dapat membantu dengan memberikan materi tentang menyusun informasi diri dan mengelola informasi tersebut. Harapannya siswa dapat menyusun informasi diri yang dianggap penting.
2) Kebutuhan akan eksplorasi karir (career exploration). Siswa belum mampu melakukan pencarian informasi karir dari berbagai sumber karir, seperti kepada orang tua, saudara, kerabat, teman, guru bidang studi dan konselor sekolah. Siswa juga belum mampu mengeksplorasi karir yang berhubungan dengan seberapa banyak informasi karir yang telah diperoleh siswa dari berbagai sumber. Siswa juga belum mampu memanfaatkan informa-si karir yang telah diperoleh. Dalam eksplorasi karir ini siswa mengalami kendala dalam berkonsultasi maupun memanfaatkan adanya konselor sekolah. Di SMP Islam Sudirman Amba-rawa ini siswa masih belum bisa memaksimalkan peranan konselor se-kolah sehingga guru pembimbing diha-rapkan dapat memberikan pengertian tentang peranan konselor sekolah bagi siswa, sehingga siswa dapat memanfa-atkan tersedianya konselor di sekolah.
3) Kebutuhan siswa dalam membuat ke-putusan (decision making). Siswa masih mengalami kesulitan menguasai prosedur dalam mendefinisikan dan menjalankan keputusan, siswa juga mengalami kesulitan dalam memper-timbangkan informasi yang diperoleh. Selain itu juga siswa mengalami kenda-la dalam menyimpulkan informasi. Dalam membuat keputusan siswa diha-rapkan mampu menggunakan pengeta-huan dan pemikiran dalam membuat perencanaan karir. Diharapkan kenda-la-kendala yang terjadi pada siswa segera dapat diatasi. Guru pembimbing dapat membantu dengan memberikan materi tentang contoh bagaimana orang lain membuat keputusan karir, bagaimana orang lain mendefinisikan dan menjalankan keputusan yang telah diambil dan mempertimbangkan infor-masi dan situasi yang dihadapi, serta siswa diberikan gambaran tentang ba-gaimana seseorang menyimpulkan in-formasi dan menyeleksi banyaknya alternatif pilihan karir yang akan dipilih siswa.
4) Kebutuhan akan informasi dunia kerja. Banyak siswa yang belum mengetahui tugas perkembangan karir terutama tentang kesadaran diri, mengenai bakat, minat, cita-cita, kecerdasan, nilai-nilai hidup, serta pilihan gaya hidup. Siswa perlu tahu minat dan kemampuan diri, serta mengetahui cara orang lain mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan.
5) Kebutuhan akan informasi bidang studi di SMA/SMK serta persyaratannya; karena masih banyak siswa yang belum maksimal dalam menggali informasi yang relevan dengan karir yang diminati, seperti mencari infor-masi mengenai persyaratan masuk di SMA/SMK, informasi mengenai persya-ratan untuk memilih jurusan di SMA/ SMK, Guru pembimbing diharapkan dapat memberikan informasi yang lengkap mengenai SMA/SMK dan melatih siswa memanfaatkan informasi untuk perencanaan karir dan masa depannya, dan mengadakan kerjasama dengan SMK khususnya agar siswa menjadi lebih memahami prospek ke depan setelah lulus.
6) Dari keempat aspek dalam inventori kematangan karir terdapat satu aspek yang di dalamnya terdapat item yang paling banyak mendapatkan rata – rata rendah, yaitu informasi dan pengeta-huan tentang dunia kerja. Dapat dika-takan bahwa siswa belum mendapat-kan informasi dan pengetahuan secu-kupnya tentang dunia kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas RI. 2007. Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, diperbanyak oleh Jurdi PPB-FIP-UPI Bandung untuk Lingkungan Terbatas ABKIN. DepDikNas RI. Bandung: UPI.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1984. Bimbingan Karir, Merencanakan Masa Depan. Jakarta.
Sharf, Richard. 2006. Applying Career Development Theory to Counseling. Canada: Thomson.
Setyorini. 2012. Pengembangan Inventori Kematangan Karir Siswa SMA Negeri di Kota Malang. Tesis. Program Studi Bimbingan Konseling – Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang.
Super, D. 1983. Assessment in Career Guidance: Toward Truly Developmental Counseling. Personnel and Guidance Journal, 61, 555-556.
______. 1990. A Life Span, Life-Space Approach to Career Development. In D. Brown & L. Brooks. Eds., Career Choice and Development, 2nd ed. San Francisco, CA: Jossey-Bass.
Walgito, Bimo. 2005. Bimbingan dan konseling, studi dan karir. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Winkel, W. S dan Hastuti, Sri. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.