TIPE-TIPE KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI SEGI EMPAT
TIPE-TIPE KESALAHAN SISWA
DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI SEGI EMPAT
Boby Zakaria
Novisita Ratu
FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan karena masih ditemukannya kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi segi empat. Tujuan penelitian untuk mengetahui tipe-tipe kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi segi empat. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VII D SMP Negeri 3 Salatiga, Tahun Ajaran 2011/2012. Jenis Penelitian adalah kualitatif deskriptif, dilakukan dengan memberikan tes berupa soal-soal cerita terkait materi segi empat. Analisis kesalahan siswa menggunakan tipe-tipe kesalahan menurut Newman yaitu kesalahan membaca, kesalahan memahami soal, kesalahan transformasi, kesalahan keterampilan proses, kesalahn notasi, kesalahan kecerobohan. Hasil penelitian menunjukan kesalahan paling banyak yang dilakukan siswa adalah Kesalahan keterampilan proses sebanyak 31,05% siswa. Kesalahan kedua adalah Kesalahan memahami soal sebanyak 26,48% siswa, selanjutnya kesalahan transformasi sebanyak 13,38% siswa. Kesalahan dalam membaca dilakukan sebanyak 10,59% siswa. Kesalahan notasi pada soal cerita sebanyak 8,67% siswa. Kesalahan yang paling sedikit dilakukan siswa adalah kesalahan kecerobohan sebanyak 5,47% siswa.
Kata kunci: Tipe-tipe kesalahan Newman, segiempat, soal cerita
PENDAHULUAN
Soal cerita mempunyai peranan penting dalam pembelajaran matematika karena siswa akan lebih mengetahui hakekat dari suatu permasalahan matema–tika ketika siswa dihadapkan pada soal cerita. Selain itu, soal cerita sangat bermanfaat untuk perkembangan proses berpikir siswa karena dalam menyelesaikan masalah yang terkandung dalam soal cerita diperlukan langkah-langkah penyele–saian yang membutuhkan pemahaman dan penalaran. Namun kenyataannya, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami arti kalimat-kalimat dalam soal cerita, kurangnya keterampilan siswa dalam menerjemahkan kalimat sehari-hari ke dalam kalimat matematika dan unsur mana yang harus dimisalkan dengan suatu variable. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil Monitoring dan Evaluasi (ME) PPPPTK (P4TK) Matematika 2007 dan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Guru (PPPG) Matematika menunjukkan bahwa lebih dari 50% guru menyatakan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita. Menurut Jailani (2001:21) sampai saat ini soal cerita matematika masih merupakan soal yang sulit baik dari sisi guru (bagaimana meng–ajarkannya) maupun bagi siswa (bagai–mana menyelesaikannya). Oleh karena itu perlu adanya suatu identifikasi kesalahan dalam mengerjakan soal cerita matema–tika.
Kesalahan yang dilakukan siswa tersebut dapat diteliti dan dikaji lebih lanjut mengenai sumber kesalahan siswa. Sumber kesalahan yang dilakukan siswa harus segera mendapat pemecahan yang tuntas. Pemecahan ini ditempuh dengan cara menganalisis akar permasalahan yang menjadi penyebab kesalahan yang dilakukan siswa. Selanjutnya diupayakan alternatif pemecahannya, sehingga kesa–lahan yang sama tidak akan terulang lagi di kemudian hari.
Menurut Soedjadi dan Masriyah (Suyitno: 2004) bahwa matematika memiliki objek kajian yang abstrak maka dalam hal ini seorang guru dituntut untuk mampu dalam menanamkan konsep matematika kepada siswanya dengan benar agar siswa mampu menanamkan penalaran matematika yaitu berpikir logis serta mampu membimbing siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Untuk membantu siswa dalam mengerja–kan soal-soal matematika perlu adanya identifikasi kesalahan dalam mengerjakan soal.
Dahar (dalam Abdusyisakir 2007: 14) mengatakan bahwa “Banyak murid tidak memberikan hasil yang baik dalam pelajarannya karena mereka tidak mengetahui cara-cara belajar yang efisien dan efektif, mereka kebanyakan hanya mencoba menghafal pelajaran dan memasukan ilmu tanpa ada penyaringan terlebih dahulu, sehingga tidak paham benar konsep urutannya”. Untuk itu perlu adanya evaluasi untuk mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga kesalahan tersebut tidak berlanjut menjadi suatu miskonsepsi (Sihite, 2008).
Pokok bahasan segi empat adalah salah satu pokok bahasan matematika yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama. Materi segi empat termasuk materi yang sulit karena dalam menye–lesaikan soal segi empat siswa harus benar-benar memahami konsep, prosedur serta keterampilan dalam memodelkan matematika sehingga masih banyak siswa yang melakukan kesalahan. Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru matematika kelas VII di SMP N 3 salatiga, menjelaskan bahwa siswa sering meng–alami kesalahan pada saat mengerjakan soal pada pokok bahasan segi empat. Padahal beliau sudah memberikan proporsi atau waktu yang lebih untuk mempelajari materi segi empat namun tetap saja masih banyak siswa yang mengalami kesalahan. Kesalahan yang sering dilakukan oleh siswa yaitu kesalahan karena kurang teliti dan kesalahan dalam keterampilan proses.
SOAL CERITA MATEMATIKA
Soal cerita merupakan modifikasi dari soal–soal hitungan yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa. Penyajian soal dalam bentuk cerita merupakan usaha menciptakan suatu cerita untuk menerapkan konsep yang se–dang dipelajari sesuai dengan pengalaman sehari-hari.
Biasanya siswa akan lebih tertarik untuk menyelesaikan masalah atau soal-soal yang ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan dapat menafsirkan kata-kata dalam soal, melakukan kalkulasi dan menggunakan prosedur-prosedur relevan yang telah dipelajarinya. Soal cerita melatih siswa berpikir secara analisis, melatih kemam–puan menggunakan tanda operasi hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian), serta prinsip-prinsip atau rumus-rumus dalam geometri yang telah dipelajari. Disamping itu juga memberikan latihan dalam menterjemahkan cerita-cerita tentang situasi kehidupan nyata ke dalam bahasa Indonesia.
Sejalan dengan yang dikemukakan Sugondo (Syamsuddin, 2003: 226) bahwa latihan memecahkan soal cerita penting bagi perkembangan proses secara mate–matis, menghargai matematika sebagai alat yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah, dan akhirnya anak akan dapat menyelesaikan masalah yang lebih rumit. Untuk sampai pada hasil yang diinginkan, dalam penyelesaian soal cerita siswa memerlukan kemampuan-kemampuan ter–tentu. Kemampuan tersebut terlihat pada “pemahaman soal” yakni kemampuan apa yang diketahui dari soal, apa yang ditanyakan dalam soal, apa saja informasi yang diperlukan, dan bagaimana akan menyalesaikan soal. Jadi sentral pembela–jaran matematika di sekolah menengah pertama adalah pemecahan masalah kare–na lebih mementingkan proses daripada hasil.
KESALAHAN-KESALAHAN DALAM MA–TEMATIKA
Banyak faktor penyebab kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matema–tika. Faktor-faktor tersebut bisa jadi berasal dari objek dasar matematika yang belum sepenuhnya dikuasai siswa. Ada empat objek dasar yang mempelajari dalam matematika (Soedjadi, 2000) yaitu fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Fakta berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol tertentu. Konsep merupa–kan ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengolongkan atau mengklasifika–sikan sekumpulan objek. Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan matematika lain. Sering kali operasi juga disebut dengan “skill”, bila yang ditekankan adalah ketrampilannya. Sedangkan prinsip adalah objek matemati–ka yang komplek, dapat terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi maupun opera–si. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika.
Sementra itu menurut Sigit (2011) penyebab-penyebab kesalahan yang dila–kukan oleh siswa dalam mengerjakan soal cerita matematika yaitu kesalahan yang berkaitan dengan bahasa, kesalahan dalam penguasaan konsep-konsep dan fakta-fakta dalam matematika, kesalahan dalam menggunakan rumus atau sifat-sifat.
Berdasarkan uraian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita matema–tika itu berasal dari siswanya itu sendiri yang belum sepenuhnya menguasai materi tertentu., dan belum menguasai konsep-konsepmya.
TIPE – TIPE KESALAHAN
Adapun tipe-tipe kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika menurut Sriati (1994) yaitu: Kesalahan terjemahan, kesalahan konsep, kesalahan strategi, kesalahan sistematik, kesalahan tanda, dan kesalahan hitung.
Kesalahn konsep adalah kesalahan mengubah informasi ke ungkapan mate–matika atau kesalahan dalam memberi makna suatu ungkapan matematika. Kesa–lahan konsep adalah kesalahan memahami gagasan abstrak atau kesalahan dalam da–lam membuat pernyataan yang tidak sesuia dengan kondisi itu. Kesalahan strategi adalah kesalahan yang terjadi jika siswa memilih jalan yang tidak tepat yang mengarah ke jalan buntu yang membuat siswa itu sendiri mangalami kesulitan dalam menyelesaikan soal.
Kesalahan sistematik adalah kesa–lahan yang berkenaan dengan pemilihan yang salah atas teknik ekstrapolasi. Kesalahan tanda adalah kesalahan dalam memberikan atau menulis tanda atau notasi matematika. Kesalahan hitung ada–lah kesalahan menghitung dalam operasi matematika.
Tipe-tipe kesalahan menurut New–man (Clement, 1980:1) yang sering dilaku–kan siswa yaitu: kesalahan membaca, kesalahan dalam memahami soal, kesalahan transformasi, kesalahan dalam keterampilan proses, kesalahan dalam penggunaan notasi, dan kesalahan karena kecerobohan atau kurang cermat.
Kesalahan yang pertama kesalah–an membaca yaitu siswa melakukan kesalahan dalam membaca kata-kata penting dalam pertanyaan (soal yang diberikan) atau siswa salah dalam membaca informasi utama, sehingga tidak menggunakan informasi tersebut untuk menyelesaikan soal. Sehingga ini kan membuat kesalahan selanjutnya.
Kesalahan kedua yaitu kesalahan dalam memahami soal adalah siswa sebenarnya sudah dapat memahami soal tetapi belum menangkap informasi yang terkandung dalam pertanyaan, sehingga siswa tidak dapat memproses lebih lanjut solusi dari permasalahan soal itu.kesalahan ketiga yaitu Kesalahan transformasi adalah siswa dalam memahami soal-soal untuk diubah ke dalam kalimat yang benar.
Kesalahan dalam keterampilan proses ialah siswa dalam menyelesaikan soal matematika seringkali terjadi kesa–lahan dalam proses penyelesaian. Kesalah–an dalam penggunaan notasi adalah dalam hal ini siswa melakukan kesalahan dalam penggunaan notasi yang benar. Dan kesalahan yang terakhir, kesalahan karena kecerobohan atau kurang cermat adalah siswa sebenarnya sudah benar dalam penggunaan aturan pengerjaan namun seringkali melakukan kesalahan dalam melakukan perhitungan.
Melihat dari beberapa pendapat para ahli mengenai jenis-jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menger–jakan soal, dalam penelitian ini mengguna-kan tipe-tipe kesalahan menurut Newman (Clement, 1980). Indikator tipe-tipe kesa-lahan menurut Newman (Clement,1980) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Tabel Indikator Kesalahan Menurut Newman (Clement, 1980)
Tipe Kesalahan |
Indikator |
Kesalahan membaca |
· Kesalahan dalam membaca kata-kata penting dalam pertanyaaan · Siswa salah dalam membaca informasi utama · Siswa tidak menggunakan informasi tersebut untuk menyelesaikan soal |
Kesalahan memahami soal |
· Siswa tidak memahami hal yang diketahui dalam soal · Siswa tidak mengetahui yang ditanyakan pada soal |
Kesalahan transformasi |
· Siswa gagal dalam mengubah ke dalam bentuk kalimat matematika yang benar |
Kesalahan keterampilan |
· Siswa dalam menggunakan kaidah atau aturan belum benar · Kesalahan dalam melakukan penghitungan atau komputasi |
Kesalahan notasi |
· Kesalahan dalam menggunakan notasi |
Kesalahan karena ceroboh |
· Kesalahan karena kecerobohan atau kurang cermat dalam penghitungan |
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMP NEGERI 3 Salatiga tahun ajaran 2011/ 2012. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP NEGERI 3 Salatiga kelas VII D, berjumlah 26 siswa. Tes dilakukan untuk mengumpulkan data tipe-tipe kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita segi empat. instrumen soal yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Instrumen penelitian
KD |
Indikator |
Instrumen |
Menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta menggunakannya dalam Pemecahan masalah |
· Menurunkan rumus keliling dan luas segi empat.
|
5. Sebidang tanah berbentuk trapesium sama kaki dengan keliling 48 m dan dua sisi yang sejajar panjangnya 8 m dan 20 m. Jika harga tanah Rp 75.000,00 tiap m2, maka harga seluruh tanah itu adalah . . . |
· Menghitung keliling dan luas segi empat.
|
1. Sebuah taman berbentuk persegi. Di sekeliling taman itu ditanami pohon cemara dengan jarak antar pohon adalah 10 meter. Apabila sisi taman 50 meter, berapa banyak pohon cemara di sekeliling taman itu? 1. Seorang petani mempunyai sebidang tanah berukuran panjang 24 m dan lebar 15 m. tanah tersebut akan dibuat sebuah kolam berbentuk belah ketupat denagn panjang diagonal-diagonalnya berturut-turut 9 m dan 12 m, sedangkan sisanya akan ditanami pohon pisang. Berapakah luas tanah yang ditanami pisang?
|
|
· Memecahkan masalah kehidupan sehari-hari menggunakan konsep keliling dan luas bangun segi empat. |
2. Pak Kardi memiliki kebun singkong berbentuk persegi panjang. Panjang kebun tersebut dua kali lebarnya dan kelilingnya 48 m. Jika kebun Pak Kardi menghasilkan 5 kg singkong untuk setiap , maka berapa kilogram singkong yang diperoleh Pak Kardi? 3. Seorang tukang batu akan memasang ubin berbentuk persegi dengan ukuran 20 cm x 20 cm pada lantai yang berbentuk persegi panjang dengan panjang 400 cm dan lebar 300 cm. Hitunglah banyaknya ubin yang dibutuhkan untuk menutup lantai tersebut? 4. Kerangka layang-layang dengan diagonal 21 cm dan 40 cm akan ditutup dengan kertas. Tersedia kertas berukuran 63 cm x 80 cm dengan harga Rp 3.000,00 / lembar. Harga kertas untuk tiap layang-layang adalah… 6. Sebuah halaman rumah bagian tengahnya berbentuk belah ketupat yang ukuran diagonalnya 16 m dan 24 m. Bagian tengah halaman rumah akan ditanami rumput. Jika harga rumput Rp 15.000,00/, hitunglah biaya yang diperlukan untuk menanami rumput tersebut? |
Dari hasil jawaban siswa selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data meliputi 3 kegiatan yaitu:
1. Mereduksi data
Dalam mereduksi data hal yang dapat dilakukan adalah sebagai jawaban siswa berdasarkan tipe-tipe kesalahan menurut Newman (Clement 1980:1). Menghitung prosentase ja–waban siswa berdasarkan tipe kesalah–an I (kesalahan Membaca), tipe kesa–lahan II (kesalahan Memahami Soal), tipe kesalahan III (kesalahan Trans–formasi) dan tipe kesalahan IV (kesa–lahan Keterampilan Proses) kesalahan V (Kesalahan Notasi), kesalahan VI (Ketrampilan Kecerobohan) akan diketahui berapa persen (%) tingkat kesalahan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi segi empat. Pada analisis data jawaban siswa tidak dikelompokkan atas jawaban yang benar dan salah, akan tetapi ditekankan pada letak kesalahan pemahaman konsep siswa yang terdiri dari 6 tipe tersebut. Data yang dida–patkan dari penelitian ini dianalisis menggunakan analisis kualitatif pro–sentase. Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian non hipotesis sehingga tidak perlu merumuskan hipotesis. Data yang dianalisis adalah data tentang kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyele–saikan soal cerita segi empat.
2. Penyajian data
Penyajian data adalah sekum–pulan informasi atau data yang ter–organisasi dan terkategori dituliskan kembali, sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan dari data tersebut.
3. Penarikan kesimpulan
Setelah data terkumpul maka dilakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi yaitu kegiatan merangkum data berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan penyajian data.
HASIL PENELITIAN
Setelah hasil test diteliti dan dikoreksi, ditemukan banyak kesalahan-kesalahan siswa yang dilakukan dalam menyelesaikan soal cerita pada materi segi empat. Hasil pengkoreksian hasil tes siswa dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Hasil pekerjaan siswa
No. Soal |
Keterangan |
Total |
||
Benar |
Salah |
Tidak Mengerjakan |
||
1 |
25 |
1 |
0 |
26 |
2 |
3 |
20 |
3 |
26 |
3 |
23 |
2 |
1 |
26 |
4 |
4 |
21 |
1 |
26 |
5 |
1 |
24 |
1 |
26 |
6 |
16 |
9 |
1 |
26 |
7 |
15 |
10 |
1 |
26 |
Dari soal- soal cerita yang diberikan, soal yang paling banyak salah dikerjakan siswa adalah soal cerita nomor 5, yaitu sebanyak 24 siswa dan hanya 1 siswa saja yang menjawab benar. Sedangkan soal cerita yang paling banyak dijawab siswa dengan benar adalah soal nomor 1 dengan jumlah 25 siswa. Untuk soal cerita yang paling banyak tidak dikerjakan siswa adalah soal nomor 2 sebanyak 3 siswa.
Grafik 1 Grafik Hasil Pekerjaan Siswa
Setelah memilah dan mengelom–pokkan hasil pekerjaan siswa yang salah dalam menyelesaikan soal cerita, siswa yang benar mengerjakan dan siswa yang tidak mengerjakan soal. Kesalahan – kesalahan siswa kemudian digolongkan menurut jenis-jenis kesalahannya. Jenis-jenis kesalahan siswa yang sudah digolongkan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 Tipe-tipe kesalahan siswa
Butir Soal |
Banyak Siswa yang Melakukan Kesalahan |
Total Kesalahan |
||||||
Tipe 1 |
Tipe 2 |
Tipe 3 |
Tipe 4 |
Tipe 5 |
Tipe 6 |
Tidak Mengerjakan |
|
|
1 |
– |
6 |
1 |
2 |
– |
– |
– |
9 |
2 |
17 |
18 |
16 |
20 |
– |
– |
3 |
74 |
3 |
1 |
4 |
1 |
1 |
– |
1 |
1 |
9 |
4 |
3 |
11 |
4 |
17 |
8 |
4 |
1 |
48 |
5 |
1 |
5 |
4 |
24 |
1 |
– |
1 |
36 |
6 |
1 |
7 |
2 |
1 |
4 |
3 |
1 |
19 |
7 |
1 |
7 |
2 |
3 |
6 |
4 |
1 |
24 |
Jumlah |
24 |
58 |
30 |
68 |
19 |
12 |
8 |
219 |
Prosentase |
10,59% |
26,48% |
13,88% |
31,05% |
8,67% |
5,47% |
3.65% |
|
Keterangan:
Tipe 1 : kesalahan membaca
Tipe 2 : kesalahan memahami soal
Tipe 3 : kesalahan transformasi
Tipe 4 : kesalahan dalam keterampilan proses
Tipe 5 : kesalahan dalam menggunakan notasi
Tipe 6 : kesalahan karena ceroboh
Kesalahan yang dilakukan siswa terdiri dari kesalahan membaca, kesalahan memahami soal, kesalahan transformasi, kesalahan dalam ketrampilan proses, kesalahan dalam mengguanakan notasi, dan kesalahan karena ceroboh.
Prosentase jumlah kesalahan yang dilakukan siswa kelas VII D SMP Negeri 3 Salatiga pada tipe kesalahan 1 (kesalahan membaca) yaitu sebesar 10,59%. Prosen–tase jumlah kesalahan yang dilakukan siswa pada tipe kesalahan 2 (kesalahan memahami soal ) sebesar 26,48%. Sedangkan prosentase jumlah kesalahan yang dilakukan siswa pada tipe kesalahan 3 (kesalahan transformasi) sebesar 13,88%. Prosentase jumlah kesalahan yang dilakukan siswa pada tipe kesalahan 4 (kesalahan dalam keterampilan soal) sebesar 31,05%. Prosentase jumlah kesalahan yang dilakukan siswa pada tipe kesalahan 5 (kesalahan dalam mengguna–kan notasi) ada 8,67%. Prosentase jumlah kesalahan yang dilakukan siswa pada tipe kesalahan 6 (kesalahan karena ceroboh) ada 5,47%. Dari keenam tipe-tipe kesalahan di atas prosentase tipe kesalah–an terbanyak yang dilakukan siswa pada saat menyelesaikan soal cerita dibanding–kan dengan kesalahan – kesalahan yang lain adalah kesalahan tipe 3 (kesalahan keterampilan proses) yaitu sebanyak 31,05% .
Grafik 2 Tipe-tipe Kesalahan Siswa
Pada tipe kesalahan pertama yaitu kesalahan membaca, siswa melakukan kesalahan dalam membaca kata-kata penting dalam pertanyaaan atau siswa salah dalam membaca informasi utama, masih ada siswa yang melakukan kesalahan membaca. Pada soal nomor 1 hanya ada satu siswa yang melakukan kesalahan membaca. Pada soal nomor 2, sebanyak 17 siswa melakukan kesalahan (7,76%). Soal nomor 3 hanya ada satu siswa melakukan kesalahan (0,45%). Soal nomor 4 sebanyak 3 siswa melakukan kesalahan (1,36%). Soal nomor 5 hanya ada satu siswa melakukan kesalahan (0,45%). Soal nomor 6 hanya ada satu siswa melakukan kesalahan (0,45%). Soal nomor 7 sebanyak 3 siswa melakukan kesalahan (1,36%).
Pada tipe kesalahan kedua yaitu kesalahan memahami soal, siswa melaku–kan kesalahan dalam memahami soal yaitu belum bisa menangkap informasi yang terkandung dalam pertanyaan yang diberikan. Pada soal nomor 1, sebanyak 6 siswa melakukan kesalahan memahami (2,73%). Sedangkan soal nomor 2 sebanyak 17 siswa melakukan kesalahan (7,76%). Pada soal nomor 3 sebanyak 4 siswa melakukan kesalahan ( 1,82%). Soal nomor 4 sebanyak 11 siswa melakukan kesalahan (5,02%). Pada soal nomor 5 sebanyak lima siswa melakukan kesalahan (2,28%). Soal nomor 6 sebanyak tujuh siswa melakukan kesalahan (3,19%). Soal nomor 7 sebanyak tujuh siswa melakukan kesalahan (3,19%).
Pada tipe kesalahan ketiga yaitu kesalahan transformasi yaitu kesalahan siswa dalam memahami soal untuk diubah ke dalam kalimat matematika yang benar. Pada soal cerita nomor 1 hanya satu siswa yang melakukan kesalahan transformasi (0,45%). Untuk soal cerita nomor 2 sebanyak 16 siswa melakukan kesalahan (7,3%). Pada soal cerita nomor 3 hanya ada seorang siswa yang melakukan kesalahan (0,45%). Pada soal cerita nomor 4 sebanyak empat siswa melakukan kesalahan (1,82%). Pada soal cerita nomor 5 sebanyak 15 siswa melakukan kesalahan (6,84%). Pada soal cerita nomor 6 sebanyak dua siswa melakukan kesalahan (0,91%). Pada soal cerita nomor 7 sebanyak dua siswa melakukan kesalahan (0,91%).
Pada kesalahan keempat adalah kesalahan keterampilan proses, yaitu siswa melakukan kesalahan dalam proses menyelesaikan soal. Soal cerita nomor 1 ada dua siswa melakukan kesalahan (0,91%). Pada soal cerita nomor sebanyak 20 siswa melakukan kesalahan (9,13%). Untuk soal cerita nomor 3 hanya satu siswa melakukan kesalahan (0,45%). Soal cerita nomor 4 sebanyak 2 siswa melakukan kesalahan (0,91%). Soal cerita nomor 4 sebanyak 17 siswa melakukan kesalahan (7,76%). Pada soal cerita nomor 5 sebanyak 24 siswa melakukan kesalahan (10,95%). Pada soal cerita nomor 6 hanya satu siswa melakukan kesalahan (0,45%). Soal cerita nomor 7 dari ada tiga siswa melakukan kesalahan (1,36%
Kesalahan kelima yaitu kesalahan notasi adalah siswa melakukan kesalahan dalam penggunaan notasi yang benar. Untuk soal cerita nomor 1, 2 dan 3 dari tidak ada siswa melakukan kesalahan. Pada soal cerita nomor 4 ada delapan siswa melakukan kesalahan (3,65%). Untuk soal cerita nomor 5 ada satu siswa melakukan kesalahan (0,45%). Untuk soal cerita nomor 6 ada empat siswa melakukan kesalahan (1,82%). Soal cerita nomor 7 ada enam siswa melakukan kesalahan (2,73%).
Kesalahan karena ceroboh adalah kesalahan yang terakhir yaitu siswa dalam penggunaan aturan dan pengerjaan sudah benar namun seringkali melakukan kesalahan dalam pengitungan. Pada soal cerita nomor 1 dan 2 kesalahan karena ceroboh tidak ada siswa yang melakukan. Untuk soal cerita nomor 3 hanya ada satu siswa melakukan kesalahan (0,45%). Pada soal cerita nomor 4 ada empat siswa melakukan kesalahan (1,82%). Untuk soal cerita nomor 5 tidak ada siswa yang melakukan kesalahan. Pada soal cerita nomor 6 ada tiga siswa melakukan kesalahan (1,36%). Pada soal cerita nomor 7 ada empat siswa melakukan kesalahan (1,82%).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:
1. Tipe-Tipe kesalahan-kesalahan sis–wa dalam menyelesaikan soal cerita materi Segi empat, sebagai berikut:
a. Kesalahan dalam membaca soal cerita dilakukan siswa sebanyak 10,59%.
b. Kesalahan memahami soal cerita dilakukan siswa seba–nyak 26,48%.
c. Kesalahan trasformasi pada soal cerita dilakukan siswa 13,38%.
d. Kesalahan ketrampilan proses dalam mengerjakan soal cerita dilakukan siswa sebanyak 31,05%.
e. Kesalahan notasi pada soal cerita sebanyak 8,67%.
f. Kesalahan karena ceroboh dalam mengerjakan soal cerita sebanyak 5,47%.
2. Kesalahan yang banyak dilakukan siswa yaitu kesalalahan keteram–pilan proses sebanyak 31,05%
DAFTAR PUSTAKA
Abdusysyakir. 2007. Ketika Kyai Mengajar Matematika. Malang: UIN Malang Press.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta.
Berg, Euwe Van Den. 1991. Miskonsepsi Fisika dan remidiasi. Salatiga: UKSW
Clement, M. N. 1980. Analyzing Children’s error on Mathematical Taks. Education studies in Mathematics. 11.1-21
Dahar, R. W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Depdikbud.1999. Kamus Umum bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Haryono, Slamet. (2010). Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Siswa Kelas VIII SMP Se-Kecamatan Mantrijeron Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Jailani. (2001). “Pendekatan Menulis Terstrukur dalam Pembelajaran Soal Cerita Matematika”. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran dan Pengembangan dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia 21 April 2001 Jurusan Pendidikan Matematika UNY”. Halaman 22
Jonassen, David H. (2004). Learning to Solve Problems. United States of America: John Wiley and Sons.Inc
Makmun, Syamsuddin . 2003. Psikologi Pendidikan. PT Rosda Karya Remaja, Bandung.
Malik, Noor Qomarudin. 2011. Analisis Kesalahan Siswa Kelas VII SMP $ Kudus Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Pokok Bahasan Segiempat Dengan Panduan Kriteria Polya. Kudus
Murdanu. (1992). Kesulitan Menyelesaikan Soal Cerita dalam Pelajaran Matematika Sekolah Dasar di Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Sadia, I. W. (2008). Model Pembelajaran Yang Efektif Untuk Meningkatkan Ketrampilan Berpikir Kritis (suatu Presepi Guru). Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA.
Sarjiman. 2003. Pembelajaran Soal Matematika Bentuk Cerita Dengan Pendekatan pemecahan Masalah Pada Siswa SD. Yogyakarta: UPP 1 PGSD UNY
Setiyawati, Indra. 2011. Identifikasi Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Pelajaran Segitiga dan Segiempat Siswa Kelas VII SMP N 5 Depok Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Sigit. 2011. Kesalahan-kesalahan Dalam penyelesaian Soal-soal Matematika.
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Refika Aditama. Bandung.
Sihite, R (2000). Food Produck (Dasar-dasar tata Boga). Jakarta: SIC
Sri, Arti. 1994. Kesulitan Belajar matematika Pada Siswa SMA: pengkajian Diagnosik Jurnal Kependidikan. Yogyakarta: lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta
Subhan. 2009. Analisis Miskonsepsi Siswa Dalam Menyelesaikan Soal uraian berbentuk Cerita Pada Bidang Studi Matematika. Skripsi STAIN Cirebon
Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.
Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang: Jurusan Pendidikan Matematika.
Novak, J. D and Bob Gowin. 1984. Learning How to learn. Cambridge university pres
Wayan Memes. 2000. Model Pembelajaran Fisika di SMP. Jakarta: PPGSM, Dirjen Dikti, Depdiknas.Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Pada http://sigit_rudyatwoko.blogspot.com. Diakses pada tanggal 26 maret 2012 Pada http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196005011985032-ADE_R OHAYATI/RINGKASAN_HASIL_PENELITIAN.pdf: Diakses pada tanggal 10 juli 2011