PENGAJARAN DENGAN METODE PENDEKATAN

KETRAMPILAN PROSES DI TK SATYAWACANA

DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN

YANG BERMUTU DAN BERMARTABAT

Elizabeth Lanny Wijayaningsih

FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

ABSTRACT

Upaya-upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan Mutu Pendidikan di Indonesia telah banyak dilakukan dengan perubahan-perubahan kurikulum, ditingkatkannya standar nilai kelulusan serta diterbitkannya Undang-Undang Sisdiknas tentang gurudan dosen, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas output pendidikan. Kompetensi output peserta didik merupakan sesuatu yang penting dalam menghadapi perkembangan teknologi yang begitu pesat, terlebih untuk memasuki perdagangan bebas AFTA di era globalisasi. Perubahan pembelajaran mutlak diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya dengan melibatkan semua unsur praktisi pendidikan dari jajaran tingkat tertinggi sampai yang terendah, pada pendidikan anak usia dini. Metode Pendekatan Ketrampilan Proses merupakan salah satu alternatif untuk di terapkan pada pengajaran di pendidikan anak usia dini khususnya di TK Satya Wacana , yang diharapkan akan terjadi perubahan pola pikir dan belajar siswa.  Manfaat pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses ini adalah sikap positif terhadap belajar dengan pemahaman yang mendalam serta pembiasaan cara belajar dengan bekerja dan bermain sehingga mendapat kebebasan bereksploitasi yang akan menumbuhkan kecerdasan interpersonal dan intrapersonal, untuk dapat menciptakan pendidikan yang bermutu dan bermanfaat bagi anak usia dini, Educate the head, the heart and the hand.


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, banyak upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, salah satunya upaya dapat dirasakan secara nasional adalah perubahan kurikulum sejak tahun 1980 hingga tahun 2000 ini, namun patut diakui bahwa hasil-hasil pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan. (http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedia/n/nurcholishmajid/biografi/04.html)

Hal tersebut nampak pada standart kelulusan tingkat SMU yang ditetapkan oleh Pemerintah yang baru bisa mentargetkan 5,5. Selain itu masih banyak lulusan perguruan-perguruan tinggi yang tidak dapat mengaplisikan keilmuanya di kehidupan nyata. (http://www.benta8. com/news.php?cat=5&ide=21459)

Artinya kompetisi peserta didik sebagai produk pembelajaran sangat menentukan arah dan kemajuan bangsa dan negara ini.

Kompetisi output peserta didik merupakan sesuatu yang penting dalam menghadapi perkembangan teknologi yang begitu pesat, lebih-lebih dalam era globalisasi ini, dimana perdagangan bebas AFTA yang akan segera memecahkan dan mengatasi permasalahan kehidupan yang dihadapi dengan cara yang lebih baik, lebih cepat, adaptif, lentur dan versatile.

Atas dasar pemikiran tersebut maka perlu adanya perubahan-perubahan pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru di sekolah yang melibatkan semua unsur praktisi dari jajaran tingkat tertinggi sampai yang terendah untuk bekerja sama dengan para teoritisi pendidikan.

Perubahan pembelajaran akan lebih bermakna dan efektif apabila dimulai pada tatanan pendidikan anak usia dini. Dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara eksplisit menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Selain itu UU PA No.23 tahun 2002 dengan tegas menyatakan bahwa Pendidikan adalah Hak Dasar anak sehingga pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak anak tersebut.

Usia 0 – 6 tahun merupakan “Golden Age” (periode emas) adalah saat yang tepat untuk memberikan rangsangan pendidikan sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan dari perkembangan anak dengan pemberian kurikulum yang tepat dan sesuai bagi anak usia dini. Bila saat ini kurikulum dilaksanakan (KTSP) memberikan tekanan pada standart isi dan standart kompetensi kelulusan, hal ini sesungguhnya dimaksudkan untuk mempertegas pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Sehingga kurikulum KTSP tetap memfokuskan pada perkembangan kompetensi siswa.

Perkembangan kompetensi Anak Usia Dini yang mengarah pada aspek = moral/nilai: agama, sosial, emosional, kemandirian, bahasa kognitif, fisik/motorik dan seni perlu mendapat perhatian utama dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-Kanak.

Perkembangan kompetensi kognitif pada anak usia dini masih berada pada tahap operasi konkrit. Sehingga masih memperlukan contoh nyata untuk dapat memahami konsep yang abstrak dan rumit. Mereka perlu mempraktekkan sendiri upaya menemukan konsep itu. Hal itu sesuai dengan salah satu prinsip metode PKP yang dilandasi oleh gerakan dan perbuatan. “Jean Peaget” mengemukakan untuk mengetahui sesuatu obyek harus memperlakukanya. Karena essensi pengetahuan adalah aktivitas, baik fisik maupun mental/intelektual. Tugas guru adalah menyiapkan suatu lingkungan belajar yang menggiring murid untuk bertanya, mengamati, mengadakan percobaan untuk menemukan fakta, konsep, prinsip-prinsip sehingga siswa mulai belajar seperti seorang ilmuwan.

Maka Metode Pendekatan ketrampilan proses merupakan pilihan yang tepat untuk diterapkan dalam mengatasi berbagai permasalahan pendidikan seperti merosotnya mutu pendidikan dan kurangnya kompetesi output pendidikan.

Hal itulah yang melatarbelakangi di ujicobakannya pengajaran KTSP dengan metode pendekatan ketrampilan proses (PKP) di TK Kristen Satya Wacana.

Rumusan Masalah

Apakah metode pendekatan ketrampilan proses memungkinkan dilakukan pada pengajaran di Taman Kanak-Kanak Satya Wacana ini.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh metode pendekatan ketrampilan proses terhadap perubahan pola pikir dan belajar siswa.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat diasumsikan sebagai berikut:

1. Bagi guru/pendidik

Guru akan lebih menyadari penggunaan metode yang sesuai untuk peserta didik (khususnya anak usia dini).

2. Bagi siswa

Siswa akan lebih bersemangat dalam belajar karena ada unsur keaktifan siswa.

3. Bagi Lembaga

Lembaga akan mendapatkan nilai lebih dari pelayanan di bidang pendidikan.

4. Bagi masyarakat

Dihasilkanya output/produk siswa yang berkompeten dan lebih berkualitas.

PEMBAHASAN

Landasan Teori

Di abad pengetahuan ini, isu mengenai paradigma pendidikan telah gencar didengungkan, baik yang menyangkut content maupun pedagogiknya. Perubahan tersebut meliputi kurikulum, pembelajaran, penilaian komprehensif (Krulik & Rudnidi) dalam bukunya The New Sources Book For Teaching mengatakan perubahan tersebut merekomendasian model reasoning and problem solving sebagai alternatif pembelajaran yang konstruktif sehingga merupakan ketrampilan utama yang harus dimiliki siswa ketika mereka memasuki dan melakukan aktivitas di dunia nyata nantinya.

Reasoning merupakan bagian berpikir yang meliputi: basic thinking, critical thingking dan creative thinking.

Basic thingking adalah kemampuan memahami konsep-konsep critical thinking adalah kemampuan meguji, menghubungkan, mengevaluasi aspek- aspek pada permasalahan. Sedangkan creative thinking adalah kemampuan menghasilkan produk orisinil.

Pemikiran itulah yang mendasari alasan Rasional penerapan PKP dalam pembelajaran yang menekankan penggunaan ketrampilan memproseskan perolehan dalam pembelajaran. (Conny Semiawan, dkk, 1985: Mudjiono dan Moh Dimyati, 1992) sebagai berikut:

1. Percepatan perkembangan ilmu pengetahuan yang tidak memungkinkan bagi guru untuk mengajarkan semua fakta/konsep sehingga perlu di kembangkan pelatihan untuk menemukan fakta/konsep itu sendiri.

2. Perkembangan kognitif siswa yang masih berada pada tahap operasi konkrit memerlukan contoh nyata untuk dapat memahaminya. Sehingga tugas guru adalah menyiapkan suatu lingkungan belajar yang menggiring siswa untuk: bertanya, mengamati, mengukur dan mengadakan percobaan-percobaan.

(Dimyati & Mudjiono) mengungkapkan bahwa pendekatan ketrampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada di luar jangkauan peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki peserta didik.

Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan adalah: Siswa hendaknya aktif (Learning by doing) dan belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik, serta kegiatan belajarnya hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa berhubungan dengan dunia nyata.

Secara filosofis tujuan pembelajaran adalah untuk memfasilitasi siswa menjadi pemikir kritis, humanis, adaptif, berorientasi kekinian, sederhana, mudah dilakukan serta mencapai tujuan yang hendak disasar.

Pergeseran pola pikir yang berimplikasi pada penetapan tatanan tertentu atas pembelajaran mendasarkan diri pada hakekat tuntunan perkembangan IPTEK yang menempatkan 4 pilar pendidikan UNESCO: Learning to know, learning to do, learning to be, learning to life together. Pergeseran orientasi dari teacher centered ke arah student centered, content based curriculum ke arah competency based curriculum serta perubahan pendekatan teoristis menuju kontektual dan paradigma pembelajaran dari standarization menjadi customization serta evaluasi paper and pencil test yang hanya mengukur Converger (memusat) thinking menuju open – ended question performance assesment, dan portofolio assesment yang dapat mengukur divergen (memencar) thinking.

Landasan-landasan keilmuan yang mendasari pentingnya pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses dinyatakan oleh:

· J.Piaget mengemukakan tentang anak belajar melakukan interaksi dari lingkunganya, sehingga anak mampu melakukan penelitian dan percobaan sendiri dengan difasilitasi oleh pendidik.

· Vigotsky meyakini bahwa pengalaman interaksi sosial merupakan hal penting bagi perkembangan proses berpikir anak, aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.

· Howard Gadner menyatakan tentang kecerdasan jamak (multiple intelleging) dalam perkembangan manusia dijabarkan menjadi kecerdasan bodily, kinestetik, intrapersonal, interpersonal, naturalistik, logika, matematika, visual, spasial, musik.

· Daniel Coleman menyatakan kecerdasan intra dan interpersonal merupakan kecerdasan emosional.

Daniel Coleman (1997) menandaskan bahwa ada beberapa prinsip pendidikan yang seharusnya di terapkan pada pengajaran pendidikan anak usia dini antara lain:

1. Berorientasi pada kebutuhan anak yaitu mencakup intelektual, bahasa, motorik emosional, fisik dan psikisnya.

2. Belajar melalui bermain dengan aktivitas: berekplorasi, menemukan, memanfaatkan, mengambil kesimpulan, mengenal benda- benda di sekitar.

3. Menciptakan lingkungan yang kondusif: menarik, nyaman, aman.

4. Menggunakan pembelajaran terpadu: melalui tema, konsektual, membangkitkan minat anak.

5. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup dengan proses pembiasaan, mandiri, tanggung jawab, disiplin.

6. Melaksanakan pola belajar bertahap dan berulang ulang.

Moedjiono (1985) mengemukakan bahwa pendidikan anak usia dini perlu memahami karakteristik anak usia dini antara lain:

1. Mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh anak dan yang bermanfaat bagi perkembangan hidupnya.

2. Mengetahui tugas-tugas perkembangan dengan baik (kepekaan sensoris, bahasa, koordinasi, logika) sehingga dapat memberikan stimulasi kepada anak agar dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik.

3. Mengetahui bagaimana membimbing proses belajar anak pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhan.

4. Mengembangkan potensi anak secara optimal sesuai dengan keadaan kemampuan.

KH Dewantara memaparkan pendidikan yang berpola asah, asih, asuh dalam situasi damai dan harmoni sehingga peran guru sebaiknya 80% aktivitas dan 20% aktivitas yang di arahkan melalui kegiatan-kegiatan yang mendorong anak untuk memikirkan tentang hubungan dengan orang lain sehingga melatih anak menjalankan hubungan sosial melalui interaksi yang bebas.

John Lock (1932) adalah seorang pedagogik, ia mengajarkan dengan melatih indera anak, bermain dan pengamatan akan lebih bermanfaat dalam pembelajaran. Sedangkan pendapat Piaget dan Vigotsky menyatakan perlunya diakomodasikan untuk saling melengkapi rancangan kegiatan dengan memberi kesempatan menemukan dan membangun pemahamannya (Discovery Learning).

Berdasarkan landasan-landasan teori itu maka penelitian ini memilih pengajaran dengan Metode Pendekatan Ketrampilan proses yang mengakomodasikan berbagai karakteristik anak usia dini serta prinsip-prinsip pendidikan untuk anak usia dini.

Menurut Conny Semiawan, dkk (1985: vii) inti pendidikan yang bertujuan pengembangan seluruh kepribadian adalah kreativitas dan pengembangan kreativitas itu dapat terlaksana jika diterapkan pendekatan ketrampilan proses (PKP). Penerapan metode PKP dalam pembelajaran akan memberi peluang tumbuh kembangnya kepribadian siswa secara optimal.

Pendekatan ketrampilan proses adalah pendekatan yang menekankan penggunaan ketrampilan yang memproseskan perolehan dalam pembelajaran yang dikembangkan sebagai konsep terlaksananya cara belajar siswa aktif.

Pengertian pendekatan ketrampilan proses (PKP) dalam penerapannya pada pembelajaran memberi penekanan agar siswa dilatihkan ketrampilan-ketrampilan mendasar yang biasa digunakan oleh para ilmuwan, dalam menghasilkan penemuan-penemuan besar di bidang ilmu pengetahuan.

Ketrampilan-ketramplan mendasar yang di kuasai para ilmuwan itu pada prinsipnya telah juga terdapat dalam diri anak, hanya saja masih sangat sederhana, belum berkembang dan terbatas, padahal di dalam diri seorang anak mempunyai dorongan hasrat keinginan yang besar untuk menyelidiki sesuatu.

Ketrampilan proses menghendaki suatu landasan teoriristis seperti yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam merumuskan suatu masalah. Secara terarah dan sistematis dengan pola melakukan beberapa kegiatan antara lain: membuat hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan data menginterpretasikan data dan merumuskan masalah.

Penerapan ketrampilan proses dalam rencana pelaksanaan pembelajaran memerlukan kegiatan sebelum mulai merancang pembelajaran dengan:

· Memahami tentang kurikulum yang didalamnya ada kompetisi dasar, indikator, materi pokok.

· Memahami tentang kemampuan siswa

· Memfasilitasi pembelajaran dengan sumber belajar, media, alat dan bahan.

Keterlibatan pembelajar dalam proses pendekatan ketrampilan proses meliputi:

· Keterlibatan fisik yaitu melakukan pengukuran/penghitungan, pengumpulan data dan mengklasifikasikan.

· Keterlibatan mental yaitu keterlibatan intelektual yang berbentuk mendengar informasi, berdiskusi, pengamatan.

· Keterlibatan emosional yaitu berbentuk penghayatan terhadap perasaan & nilai/sikap dalam ranah afektif.

Pembelajaran semestinya secara dini meumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan proses yang akan mampu menemukan sendiri fakta, konsep atau prnsip sehingga pembelajaran itu berangsur tapi berkelanjutan akan mengembangkan sikap dan nilai pada siswa yang relevan seperti cermat, teliti, jujur. Seluruh kegiatan dalam proses belajar mengajar yang menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif inilah sebenarnya yang dimaksud dengan “Pendekatan Proses”.

Pendekatan Proses itu akan mengembangkan kreativitas murid yang nantinya akan menjadi landasan untuk pengembangan kepribadianya secara keseluruhan.

Beberapa jenis ketrampilan proses yang dilakukan dalam pembelajaran adalah:

1. Observasi adalah penggunaan semua indra (melihat, mendengar, meraba, mencium, mengecap) dengan teliti untuk mendapat suatu informasi tertentu.

2. Penghitungan dan pengukuran merupakan ketrampilan mendasar yang banyak sekali kegunaanya untuk dijadikan data- data yang akan dianalisa.

3. Klasifikasi yaitu ketrampilan mengelompokan sesuatu dengan melihat perbedaan dan persamaan jenisnya.

4. Pengenalan ruang dan waktu yaitu ketrampilan dengan bentuk-bentuk ruang serta pengenalan arah yang di gunakan untuk pengamatan.

5. Hipotesis adalah suatu perkiraan ilmiah tentang memecahkan suatu masalah.

6. Penelitian (eksperimen) adalah percobaan yang di lakukan untuk menguji hipotesis.

7. Pengendalian variabel adalah faktor yang berpengaruh dalam penelitian yang dapat berupa variabel bebas dan variabel tergantung.

8. Interpretasi data adalah menafsirkan data yang dapat berupa tabel, grafik, diagram.

9. Kesimpulan sementara (inferensi) yaitu kesimpulan sementara yang akan diuji selanjutnya.

10. Peramalan adalah perkiraan yang didapatkan pada fakta, data yang dikumpulkan melalui observasi, pengukuran, eksperimen.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Pendekatan Ketrampilan Proses (PKP).

Obyek penelitian adalah siswa kelas TK B di TK Satya Wacana dengan jumlah 53 siswa terbagi dalam 2 kelompok yaitu TK B1 dan TK B2.

Pelaksanaan pengajaran dengan metode pendekatan ketrampilan proses ini dilakukan secra berahap dengan durasi waktu untuk setiap tahapnya 30 menit dengan materi: pengamatan, pengukuran, perbandingan, dan pengelompokan. Kegiatan-kegiatan tersebut nantinya akan digunakan untuk melakukan ketrampilan dasar dalam suatu penelitian.

Jenis- jenis ketrampilan proses pada pembelajaran yang dilakukan pada penelitian ini hanya memusatkan pada 4 ketrampilan dari keseluruhan jenis ketrampilan dalam PKP.

1. Observasi (pengamatan)

yaitu pemusatan perhatian, ketelitian, dan kecermatan dalam melihat, mendengar, dsb. Sehingga dalam memilahkan yang penting dari yang lainnya. Siswa seharusnya dilatih melalui pembelajaran untuk melakukan observasi atau pengamatan dengan cermat dan terarah, dan tidak sekedar melihat/mendengar sesuatu itu sepintas lalu.

2. Penghitungan

Menghitung merupakan ketrampilan mendasar yang banyak sekali di pergunakan dalam matematika maupun ilmu pengetahuan alam, IPS, bahasa. Hasil penghitungan dapat dilaporkan dengan membuat tabel, grafik, histogram.

3. Pengukuran

Ketrampilan pengukuran dilatih mulai dari yang sederhana ke tingkat yang lebih kompleks dengan menggunakan centimeter, meter, gram, liter disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan murid.

4. Klasifikasi

Ketrampilan klasifikasi atau menggolong-golongkan sesuatu merupakan hal penting untuk menentukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan sesuatu benda. Kegiatan mengklasifikasikan ini dimulai dari yang sederhana.

Teknis Pelaksanaan

Teknis pelaksanaan dalam pengajaran metode pendekatan ketrampilan proses (PKP) dilakukan seperti proses pembelajaran lainya dengan kegiatan: pra pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir dan kegiatan pasca pembelajaran.

1. Ketrampilan Observasi atau Pengamatan

Materi Pokok: Hewan Peliharaan

1. Kegiatan Pra Pembelajaran

· Guru menyiapkan gambar-gambar hewan peliharaan dan hewan-hewan lain yang bukan termasuk hewan peliharaan.

· (bisa berupa VCD atau boneka-boneka tiruan)

2. Kegiatan Awal: (membuka pelajaran)

· Tanya jawab singkat tentang bermacam-macam jenis binatang

· Memperlihatkan gambar-gambar binatang

3. Kegiatan inti (melakukan kegiatan observasi)

· Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil (4 siswa tiap kelompok)

· Guru membagikan gambar-gambar kecil hewan-hewan yang berbeda untuk setiap kelompok.

· Guru menyuruh siswa mengamati gambar hewan peliharaan yang bisa dipelihara.

4. Kegiatan Akhir (menutup pembelajaran)

· Guru memberikan kertas, lem, pensil warna

· Siswa disuruh menempelkan jenis hewan-hewan peliharaan, mewarnai.

· Guru menyimpan hasil portofolio tersebut dalam map.

2. Ketrampilan Penghitungan

Materi Pokok: biji-bijian (kacang merah, kacang tanah, jagung)

1. Kegiatan Pra Pembelajaran

· Guru menyiapkan sejumlah biji-bijian kacang merah, kacang tanah, jagung dan tabung-tabung tempat obat yang sama ukurannya (kecil).

2. Kegiatan Awal (membuka pelajaran)

· Tanya jawab tentang jenis biji-bijian

· Menerangkan kegiatan yang harus dilakukan siswa

3. Kegiatan Inti (melaksanakan kegiatan penghitungan)

· Guru membagi siswa dalam kelompok (3 siswa)

· Siswa melakukan penghitungan dengan memasukkan biji-bijian ke dalam 3 tabung obat untuk masing-masing jenis biji-bijian.

4. Kegiatan Akhir:

· Guru bertanya kepada masing-masing kelompok berapa jumlah biji kacang hijau, kedelai, jagung yang dimasukkan ke tabung.

· Siswa melaporkan kegiatan menghitung biji-bijian.

5. Kegiatan pasca pembelajaran

· Guru memberikan gambar lingkaran-lingkaran sebanyak jumlah biji-bijian yang dihitung siswa untuk masing-masing biji-bijian (3 warna lingkaran).

· Siswa menempelkan lingkaran-lingkaran berderet ke atas untuk tiap-tiap warna lingkaran sehingga dapat membentuk histogram.

· Guru menyimpan hasil histogram pada map atau menempelkan pada rak display kelas.

3. Ketrampilan Pengukuran

Materi Pokok: Bagian tubuh – jari tangan

1. Kegiatan pra pembelajaran:

· Guru menyiapkan pengukuran/alat pengukuran dengan karton yang berisi skala 1-10.

2. Kegiatan awal:

· Guru menanyakan bagian-bagian tubuh pada manusia

· Guru menerangkan kegiatan pengukuran jari-jari tangan masing-masing

3. Kegiatan inti:

· Guru membagikan alat pengukur pada masing-masing siswa

· Siswa mengukur masing-masing jari tangan

· Guru membagikan kertas untuk digambar tangan siswa

· Siswa menuliskan ukuran pada masing-masing jari tangan

4. Kegiatan akhir:

· Siswa menggunting gambar tangan dan dibelakangnya ditempelkan sedotan

5. Kegiatan pasca pembelajaran

· Guru mendisplaykan karya siswa pada sudut kelas

4. Ketrampilan Klasifikasi

Materi pokok: alat transportasi darat, laut, udara

1. Kegiatan pra pembelajaran

· Guru menyiapkan gambar-gambar alat transportasi

2. Kegiatan awal

· Guru bertanya apa saja jenis alat-alat transportasi

· Siswa mengamati jenis-jenis alat transportasi dan kegunaannya

3. Kegiatan inti

· Guru menjelaskan masing-masing alat transportasi

· Guru memberikan kertas untuk menempelkan gambar alat transportasi sesuai dengan klasifikasi (darat, laut, udara)

4. Kegiatan akhir

· Guru menanyakan kesimpulan dari kegiatan mengelompokkan dan menyimpan hasil kerja siswa

5. Kegiatan pasca pembelajaran: siswa melihat VCD tentang transportasi.

Hasil Penelitian

Dalam penelitian dengan 4 ketrampilan yaitu ketrampilan observasi, penghitungan, pengukuran, dan klasifikasi pada masing-masing kegiatan yang dimulai dari kegiatan pra pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir dan kegiatan pasca pembelajaran terdapat beberapa infevensi (kesimpulan sementara) dari hasil pengamatan antara lain:

Tabel I TK B1

No

Jenis Ketrampilan

Emosional

Respon/Keaktifan

Tingkat Kesulitan

Antusias

Acuh

Baik

Kurang

Mudah

Sulit

1

Observasi

21 (75%)

6 (25%)

23 (85%)

4 (15%)

25 (90%)

2 (10%)

2

Penghitungan

22 (80%)

5 (20%)

25 (90%)

2 (10%)

19 (70%)

8 (30%)

3

Pengukuran

22 (80%)

5 (20%)

22 (80%)

5 (20%)

23 (85%)

4 (15%)

4

Klasifikasi

19 (70%)

8 (30%)

21 (75%)

6 (25%)

25 (90%)

2 (10%)

Pengamatan diambil dari siswa TK B1 yang berjumlah 27 siswa dengan 15 anak perempuan dan 12 anak laki-laki.

Tabel 2 TK B2

No

Jenis Ketrampilan

Emosional

Respon/Keaktifan

Tingkat Kesulitan

Antusias

Acuh

Baik

Kurang

Mudah

Sulit

1

Observasi

24 (90%)

2 (10%)

23 (85%)

4 (15%)

24 (90%)

2 (10%)

2

Penghitungan

24 (90%)

2 (10%)

25 (90%)

2 (10%)

19 (70%)

8 (30%)

3

Pengukuran

21 (80%)

5 (20%)

21 (80%)

5 (20%)

20 (75%)

6 (25%)

4

Klasifikasi

20 (75%)

6 (25%)

19 (70%)

7 (30%)

24 (90%)

2 (10%)

Pengamatan diambil dari siswa TK B2 yang berjumlah 26 siswa dengan 14 anak perempuan dan 12 anak laki-laki.

Hasil pengamatan dari tabel 1 dan tabel 2 dapat dirumuskan bahwa:

1. Jenis ketrampilan observasi pada aspek emosional anak yang antusias menunjukkan presentasi yang lebih tinggi dibandingkan anak yang acuh. Sedangkan pada aspek respon, keaktifan siswa menunjukkan respon siswa yang aktif lebih mendominasi dibandingkan yang kurang aktif. Pada aspek tingkat kesulitan menunjukkan siswa mampu melakukan tugas-tugasnya dengan baik.

2. Jenis ketrampilan penghitungan pada aspek emosional anak yang antusias menunjukkan presentasi yang lebih tinggi dibandingkan anak yang acuh. Sedangkan pada aspek respon menunjukkan siswa sangat aktif dengan presentasi sangat tinggi dibanding siswa yang kurang aktif. Pada aspek tingkat kesulitan, menunjukkan siswa yang mampu melakukan tugas menghitung, aspek tingkat kesulitan, siswa lebih banyak yang mengalami kesulitan dibanding jenis ketrampilan lainnya.

3. Jenis ketrampilan pengukuran pada aspek eosional anak yang antusias juga menunjukkan prosentasi yang lebih tinggi dibandingkan anak yang acuh. Sedangkan pada aspek respon, keaktifan siswa menunjukkan respon siswa yang aktif lebh dominan dibandingkan siswa yang kurang aktif. Pada aspek tingkat kesulitan menujukkan siswa mampu melakukan tugas-tugas lebih tinggi daripada siswa yang kesulitan, namun jenis ketrampilan pengukuran pada aspek tingkat kesulitan, siswa lebih banyak mengalami kesulitan dibanding jenis ketrampilan lainnya.

4. Jenis ketrampilan Klasifikasi pada aspek emosional anak yang antusias lebih besar dari pada anak yang acuh, meskipun demikian terlihat bahwa prosentasi antusias anak menurun dibanding jenis ketrampilan lainnya, sedangkan pada aspek respon siswa yang aktif masih lebih banyak dibanding yang kurang aktif. Pada aspek tingkat kesulitan, siswa lebih mudah melakukan tugas-tugasnya dan hanya sedikit yang mengalami kesulitan.

Dalam penelitian ini, empat jenis ketrampilan: ketrampilan observasi, penghitungan, pengukuran, klasifikasi dapat dilakukan siswa TK Kristen Satya Wacana dengan antusias yang tinggi, respon yang baik sehingga kegiatan belajar- mengajar di kelas sangat menyenagkan. Maka penelitian ini dapat digunakan untuk menjawab pada rumusan permasalahan pada makalah ini bahwa metode pendekatan ketrampilan proses dapat dilakukan pada Pendidikan Taman Kanak Kanak Satya Wacana.

Selain itu ke-4 (empat) jenis ketrampilan tersebut dapat mengembangkan keingintahuan siswa (curiousity) untuk ditindaklanjuti dalam eksperimen pada tahap selanjutnya, sehingga diharapkan melalui jenis ketrampilan yang dilatih tersebut diatas, siswa mampu berpikir dan bersikap ilmiah seperti seorang “ilmuwan”.

PENUTUP

Para ilmuwan menggunakan sejumlah ketrampilan proses dalam penemuan penting di bidang ilmu pengetahuan, oleh karena itu pembelajaran haruslah mengembangkan ketrampilan proses dengan: observasi, penghitungan, pengukuran, klasifikasi, pengenalan ruang dan waktu, hipotesis, eksperimen, interpretasi data, kesimpulan sementara, peramalan, penerapan, dan komunikasi. Penerapan Pendkatan Ketrampilan Proses (PKP) bukan hanya membekali siswa dengan ketrampilan proses, tetapi juga akan mengembangkan kepribadian siswa seutuhnya karena siswa belajar bagaimana belajar (how to learn) yang memiliki nilai yang lebih penting dibandingkan dengan apa yang dipelajari (what to learn). Alternatif pencapaian how to learn adalah dengan melatihkan ketrampilan berpikir siswa sejak dini, sehingga siswa akan mampu menemukan sendiri fakta, konsep, prinsip untuk pemahaman suatu pengetahuan.

Dalam pembelajaran dari metode ini adalah sikap positif terhadap belajar dengan pemahaman secara mendalam, serta pengenalan jati diri, kebiasaan belajar dengan bekerja, perubahan paradigma belajar, kebebasan bereksplorasi serta menumbuhkan kecerdasan inter dan intra personal

Manfaat yang dapat di capai dengan menerapkan pendekatan ketrampilan proses dalam pembelajaran ini adalah: (Moedjiono dan Moh Dimyati 1992/ 1993)

1. Siswa akan memperoleh pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan.

2. Dengan penerapan PKP berarti murid bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan.

3. Siswa secara serentak belajar tentang proses dan produk ilmu pengetahuan.

4. Siswa dapat berperan sebagai produsen bukan sekedar penerima ilmu pengetahuan.

Paradigma pendidikan dan Pemberdayaan Manusia seutuhnya memperlakukan anak sebagai subyek yang merupakan penghargaan terhadap anak sebagai manusia yang utuh, yang memiliki hak untuk mengaktualisasikan dirinya secara maksimal dalam aspek kecerdasan intelektual, spiritual, sosial.

Anak tidak lagi merasa dipaksakan untuk menuruti keinginan orang tua, pendidik. Sebaliknya orang tua dan pendidik hanya sebagai fasilitator untuk membantu anak menemukan bakat dan minatnya, serta guru dapat membantu memaksimalkan potensi yang ada pada diri anak sehingga dapat bertumbuh dengan wajar dan mampu mengintegrasikan pengetahuan yang dimilikinya. Guru bukan hanya memberikan pengajaran yang dibutuhkan melainkan juga memberikan teladan hidup dan mengembangkan kreativitas peserta didiknya.

Paradigma ini merupakan fondasi dari pendidikan kreatif yang diidamkan peserta didik menjadi subyek bukan objek pembelajaran untuk dapat mandiri, bertanggung jawab, kreatif, inovatif dan berkewirausahaan.

Kajian penelitian ini merupakan Pra-penelitian yang masih memerlukan tindak lanjut dan dikembangkan secara lebih mendalam sehingga memperoleh manfaat untuk kemajuan pengajaran, dengan menciptakan pendidikan yang bermartabat bagi anak usia dini. “Educate the head, the heart and the hand”.

DAFTAR PUSTAKA

Krulik & Rudnidi.1985. The New Sources Book For Teaching.Ed. Engle Wood Chiffs. N, J. Prentice Hall Inc

Conny Semiawan. 1992. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta: PT. Gramedia

Dimyati. 1993. Strategi Belajar-Mengajar.Jakarta: Grasindo

Moedjiono.1993. Pendekatan Pembelajaran: Acuhan Konseptual Pengelolaan Kegiatan Belajar-Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia

Dewey. 1980. Current Strategies for Teacher: A Resource for personalizing instruction Pacific Palisades: California: Pub.Co

Cagne, Robert M. 1984. The Condition of Learning.New York, Chicago: Prentice Hall Inc

John Lock. 1932. Educational Psychology theory and Practice. Boston L. Hill Book Co

Daniel Coelman. 1997. Effective Teaching, Effective Learning.New Jersey: Prentice Hall Inc

Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Jakarta: Depdiknas

BSNP Depdiknas. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP Depdiknas

Depdiknas. 2002. Pengembangan Silabus Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta, Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas

http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedia/n/nurcholishmajid/biografi/04.html