UPAYA GURU DALAM MEMBANTU

KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA

MELALUI BIMBINGAN BELAJAR

PADA SISWA KELAS II

DI SD NEGERI LEMAH IRENG

BAWEN �KABUPATEN SEMARANG

Heni Puji Astuti

Guru SD Negeri Lemah Ireng 03 Bawen-Kabupaten Semarang

ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan PTK dan bertujuan mengetahui upaya yang dilakukan guru dalam membantu kesulitan matematika siswa SD kelas II. Upaya-upaya guru membantu kesulitan belajar siswa SD kelas II adalah sebagai berikut: (1)Guru menerapkan penjumlahan dua angka dengan dua angka dengan tehnik satu kali menyimpan telah membuat siswa bersemangat belajar terutama dengan menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi. (2)Guru berupaya menciptakan suasana interaktif dengan memberi perhatian kepada semua siswa dan secara bergilir siswa menyelesaikan tugas di papan tulis berdasarkan materi yang dijelaskan. Sebagian besar siswa sudah kelihatan aktif dapat menyelesaikan tugas sesuai contoh yang telah diberikan guru. Hanya sebagian kecil yang masih ragu atau kurang merespon penjelasan guru.(3)Guru menggunakan alat peraga untuk menjelaskan sekaligus siswa bergantian menyelesaikan soal dipapan tulis, disaat itu keaktifan siswa mulai nampak. Dengan latihan berulang-ulang siswa memiliki sesuatu keterampilan dalam menjumlahkan.(4)guru menyanyikan sebuah lagu agar siswa bersemangat dalam suasana gembira. (5)Guru memberikan latihan-latihan awal untuk dapat dipecahkan sendiri oleh siswa tidak juga terlepas dari bimbingan guru.(6) Guru sekaligus meneliti kondisi kelas disaat pembelajaran matematika berlangsung dan pada saat pos tes. Ketika siswa diberikan pos tes peneliti memberikan instrumen berupa daftar pengamatan (observasi). Dalam mengatasi kesulitan pada pembelajaran matematika hendaknya tidak berhenti ketika PTK sudah selesai tetapi guru berusaha terus dalam pengalamannya melakukan PTK tetap membuka diri terhadap guru lainnya yang mengalami permasalahan pembelajaran.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Prestasi belajar adalah suatu usaha yang dicapai oleh siswa agar berprestasi semaksimal mungkin. Memang tidak segampang apa yang diinginkan untuk meraih hasil nilai yang meningkat, namun harus melalui proses yang begitu panjang sesuai dengan tingkatan kelasnya. Dalam belajar ada tingkah laku yang timbul atau berubah (tingkah laku jasmaniah atau rohaniah). Situasi tersebut terjadi karena pengalaman, lewat latihan/pendidikan.

Sesuai keadaan yang dialami seorang guru dilapangan khususnya pada kelas II SD Negeri Lemah Ireng 03 Bawen-Kabupaten Semarang, bahwa beberapa siswa yang berprestasi, ternyata memiliki nilai pelajaran matematika yang rendah. Pada umumnya di mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran sulit bagi siswa, sehingga nilai rerata matematika untuk kelas II SD Negeri Lemah Ireng 03 Bawen-Kabupaten Semarang menjadi rendah rata-rata 54. Guru bertanggung jawab penuh di dalam kelas agar seluruh siswa memiliki kemauan yang sungguh untuk belajar dalam rangka mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Berdasarkan paparan tersebut di atas maka perlu diadakan pengkajian masalah-masalah sesuai kenyataan yang dijumpai di sekolah. Siswa selalu enggan/tidak mau menghitung atau menjumlahkan bilangan-bilangan/tidak melakukan kewajibannya sebagai siswa atau anak pelajar. Siswa sering pendiam/murung, juga siswa yang berprestasi rendah selalu tinggalkan sekolah. Kehadiran siswa yang tidak menentu dapat membuat guru bertambah rumit dalam menangani hal tersebut.

Atas dasar itulah penulis tertarik untuk meneliti bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan belajar matematika siswa kelas II di SD Negeri Lemah Ireng 03 Bawen-Kabupaten Semarang.

Masalah

Upaya apakah yang dilakukan guru dalam pembelajaran matematika agar siswa kelas II SD Negeri Lemah Ireng 03 Bawen-Kabupaten Semarang dapat mengatasi kesulitan belajar semester II Tahun Ajaran 2012/2013.

Tujuan Penelitian

Mengetahui upaya yang dilakukan guru dalam menghadapi siswa kelas II SD Negeri Lemah Ireng 03 Bawen-Kabupaten Semarang yang mengalami kesulitan belajar matematika selama semester II Tahun Ajaran 2012/2013.

LANDASAN TEORITIS

Upaya peningkatan Prestasi Belajar

Hilgarder (1962) belajar merupakan suatu proses timbulnya tingkah laku melalui latihan/Pendidikan. Tingkah laku yang timbul atau berubah yaitu tingkah laku jasmaniah dan rohaniah. Perubahan tingkah laku yang bukan karena latihan (pendidikan) tidak digolongkan belajar misalnya tingkah lakunya berubah karena minum minuman keras atau ganja.

Cara-cara guru agar dapat menggiatkan siswa dalam belajar adalah:

1. Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan

2. Menata kelas yang rapi dan bersih

3. Menggunakan metode dan alat peraga yang tepat

4. Memajangkan gambar-gambar yang menarik yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan

5. Memberikan tugas PR serta guru harus rajin memeriksa sekaligus memberikan pemikiran dan umpan balik.

6. Menindaklanjuti terus tingkat pemahaman pemahaman siswa agar terus meningkat

7. Membimbing siswa secara pribadi maupun kelompok

8. Memberikan bantuan kepada siswa dengan cara menceritakan sesuatu yang baik yang dapat menjamin kehidupannya yang merupakan salah satu ide yang bagus

9. Memberikan kesempatan untuk berpendapat

10. Berkonsultasi dengan orang tua agar mencukupi kebutuhan sekolah siswa

Agar fenomena tersebut dapat teratasi membutuhkan kerja keras guru. Usaha-usaha guru dalam memberikan penguat-an kepada siswa yang kesulitan belajar yaitu:

1. Mempunyai perhatian khusus kepada siswa

2. Memberi pengertian kepada siswa tentang manfaat kehadirannya dalam kelas

3. Siswa tidak boleh ada rasa rendah diri terhadap teman-temannya

4. Memperlakukan yang sama terhadap siswa dalam kelas

5. Siswa dianggap sebagai anaknya sendiri

6. Siswa diberi pengertian agar belajar dengan sungguh tidak boleh menipu orang tua

7. Memberikan pujian kepada siswa yang menjawab setiap pertanyaan.

8. Memberikan jawaban langsung pada pertanyaan yang diminta oleh siswa

Memberi, mendorong dan memberikan penguatan kepada seorang siswa bukanlah hal yang sangat mudah, untuk itu membutuhkan ketabahan, kesabaran, kasih yang tulus. Keahlian dalam membimbing membutuhkan waktu yang lama, pengorbanan jasmani dan rohani serta kekuatan iman yang tangguh.

Masalah Kesulitan Belajar Matematika di SD

Siswa tidak tahu tujuan pendidikan sekolahnya sehingga tidak dapat menempatkan dimana fungsi suatu pelajaran dalam rangka tujuan pendidikan tersebut. Mungkin siswa hanya mengenal tentang apa dan siapa, tidak sampai pada mengapa dan bagimana. Misalnya: Siswa mengenal bilangan dan penjumlahan tetapi tidak tahu bagaimana cara menggabungkan kedua himpunan keterampilan dalam menjumlahkan dua bilangan dua anggka dengan tehnik satu kali menyimpan belum dimengerti betul, gunanya apa ia mempelajari tentang hal tersebut.

Siswa tidak menyiapkan alat pelajaran dan tidak mempelajari hal yang sebenarnya. Dengan mempelajari akan mempermudah penangkapan pelajaran. Siswa tidak berminat dan tidak perhatian.

Peranan Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

1. Bimbingan Belajar

Teori R. Bergius (1964) mengatakan belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi yang lain.

Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbing-an dan konseling membantu siswa SD mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan, serta menyiapkannya untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Bidang bimbingan ini memuat pokok-pokok materi berikut:

1. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan nara sumber lainnya, mengikuti pelajaran sehari-hari, mengerjakan tugas (PR) mengembangkan keterampilan belajar dan mendalami program penilaian.

2. Pengembangan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun kelompok.

3. Pemantapan dan pengembangan penguasaan materi pelajaran di SD.

4. Orientasi belajar pada tingkat kelas berikutnya.

Sebagai materi dalam bimbingan belajar adalah:

a. Upaya mengajukan materi pengayaan kepada siswa yang cepat belajar dalam mata pelajaran tertentu.

b. Upaya penyajian pelajaran perbaikan bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam mata pelajaran tertentu.

c. Upaya meningkatkan gairah belajar, misalnya dengan mengadakan alat bantu sempoa, biji-bijian, lidi-lidian atau yang lainnya dalam memotivasi siswa agar mau menghitung.

d. Upaya meniadakan faktor-faktor yang menyebabkan siswa-siswa lambat atau kurang gairah dalam belajar seperti suasana kelas kurang nyaman dan tidak menyenangkan, hubugan sosio emosional di rumah kurang menyenangkan, kemampuan fisik menurun karena tidak makan pagi atau kekurangan gizi.

Guru berusaha mengenal bagaimana siswa menerima kemungkinan-kemungkinan untuk transfer (diberikan pelajaran).

Langkah-langkah yang harus ditempuh guru dalam bimbingan belajar:

1. Guru menarik perhatian siswa, siswa dituntut mendengar, melihat dan berbuat. Materi pengajaran dan komponen-komponen fisik kelas, kegiatan-kegiatan dan aspek-aspek sosial dari situasi kelas diatur untuk membantu timbulnya perhatian.

2. Membantu siswa dalam menentukan tujuan dengan jalan mendiskusikan tujuan pengajaran, tugas-tugas yang harus dikerjakan dan sebagainya.

3. Menyediakan sumber-sumber pengajaran misalnya bahan-bahan dan perlengkapan dalm memberikan bimbingan pada siswa untuk menggunakan sumber tersebut

4. Mengerjakan latihan-latihan kerja baik secara individu maupun kelompok. Siswa dikelompokkan sesuai dengan tujuan yang mau dicapai berdasarkan sifat-sifat siswa tersebut.

5. Memberikan bimbingan kepada siswa dalam mem-peroleh pengetahuan dalam mengembangkan keca-kapannya yang lebih tinggi tingkatnya serta memperhatikan perbedaan individu siswa.

6. Memberi semangat kepada siswa agar tekun dalam mencapai tujuan.

7. Memicu kemajuan siswa, membetulkan kesalahan-kesalahan, memperkuat apa yang telah baik misalnya dengan memuji, memberikan persetujuan.

8. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk meng-adakan perbaikan dan latihan-latihan tambahan dimana perlu.

Singkatnya peranan guru dalam mengatasi kesulitan belajar yaitu: mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai, membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri.

Kerja sama guru dan orang tua dibutuhkan dalam mendidik atau memperhatikan anak sehingga orang tua turut berperan dalam mengasuh anak. Menanyakan anak tentang prestasi anak, PR, memuji kalau mendapat nilai yang baik, dan seterusnya.

2. Tujuan Layanan Bimbingan Belajar

Layanan bimbingan belajar sangat tergantung pada minat.

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri.

Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat.

Tanner (1975) disamping minat yang telah ada disarankan agar para pengajar berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Memberikan informasi kepada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan yag lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa dimasa kini dan akan datang.

Rooijakkers (1980) berpendapat pengajar dapat memakai insentif dalam usaha pencapaian tujuan pengajar-an.

Insentif merupakan alat yang dipakai untuk membu-juk seseorang atau siswa agar melakukan sesuatu yang tidak mau dilakukan atau yang tidak dilakukan dengan baik. Pemberian insentif akan membangkitkan motivasi siswa, dan mungkin minat terhadap bahan yag diajarkan akan muncul.

Pelajaran Matematika

1. Pengertian Matematika

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini telah berkembang amat pesat, baik materi maupun kegu-naannya. Dengan demikian maka setiap upaya penyusunan kembali atau penyempurnaan kurikulum matematika sekolah perlu selalu pertimbangan-pertimbangan tersebut, pengala-man masa lalu serta kemungkinan masa depan.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan dalam pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Matematika sekolah terse-but terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuh kembangkan kemampuan-kemampuan dan mem-bentuk pribadi siswa serta berpandu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan tenologi. Hal ini berarti bahwa matematika sekolah tidak dapat dipisahkan sama sekali dari ciri-ciri yang dimiliki matematika. Dua ciri penting dari matematika adalah (1) Memiliki objek kejadian yang abstrak dan (2) berpola pikir deduktif dan konsisten.

2. Fungsi

Fungsi matematika sekolah adalah sebagai salah satu unsur masukan instrumental, yang memiliki objek dasar abstrak dan berdasarkan kebenaran konsistensi, dalam sis-tem proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.

Kebenaran konsistensi adalah kebenaran (Suatu pernyataan tertentu) yang didasarkan pada kebenaran-kebenaran terdahulu yang telah diterima).

3. Tujuan

Sejalan dengan fungsi matematika sekolah, maka tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar adalah sebagai berikut.

Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif.

Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan se-hari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode PTK .

Subjek

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas II SD Negeri Lemah Ireng 03 Bawen-Kabupaten Semarang yang berprestasi rendah dalam mata pelajaran Matematika dengan jumlah 11 siswa.

Tehnik Pengumpulan data

Data tentang kesulitan belajar matematika digali melalui hasil test/latihan-latihan.

Rancangan Penelitian Tindakan Kelas

Rancangan penelitian tersebut mengikuti model sistem (lihat Gambar).

Gambar Tahap-tahap PTK dengan model sistem.

PEMBAHASAN HASIL-HASIL PENELITIAN

Pelaksanaan Proses Penelitian Putaran I

Dalam pelaksanaan penelitian putaran I peneliti menekankan perlunya pembelajaran yang harus menggunakan alat peraga sehingga pembelajaran matematika dalam penjumlahan dan menjumlahkan dua angka dengan dua angka dengan tehnik satu kali menyimpan.

1. Tahap Perencanaan penelitian putaran I

Selama persiapan peneliti memikirkan bersama dan mencari upaya secara optimal proses pembelajaran matema-tika pada penjumlahan dapat menarik perhatian bagi siswa serta menarik minat siswa. Dalam persiapan peneliti menen-tukan dan menggunakan alat peraga sesuai yang dibutuhkan (misalnya: Sempoa, biji-bijian/lidi-lidian atau yang lainnya). Peneliti menyusun alat evaluasi berupa tes tertulis, dan merancang proses pembelajaran yang akan dilakukan pada tahap persiapan tersebut.

2. Tahap Implementasi Tindakan Putaran I

Selama implementasi proses penelitian putaran I, guru berupaya melakukan proses pembelajaran sesuai de-ngan rancangan yang telah ditentukan. Awal pembelajaran guru memperkenalkan penjumlahan pada pelajaran matema-tika dan siswa menggunakan alat peraga dengan tepat dalam menjumlahkan penjumlahan. Kegiatan tersebut dilanjutkan terus, siswa secara bergantian menyelesaikan soal di papan tulis.

Dalam melontarkan pertanyaan guru memancing keberanian siswa untuk menjawabnya. Beberapa jawaban sejumlah siswa direspon oleh guru dengan memberi penjelasan yang lebih tepat.

Kegiatan berikutnya berupa penjelasan guru menge-nai penjumlahan yang telah dipersiapkan sebagai pokok bahasan �menjumlahkan dua bilangan dua angka dengan satu kali teknik menyimpan� secara bergilir siswa telah menyelesaikan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru di papan tulis di bawah pengawasan guru.

Pada akhirnya guru memberikan tes tertulis yang dikerjakan siswa secara klasikal setelah proses pembelajaran yang telah dilakukan.

3. Tahap monitoring Putaran I

Dalam kegiatan PTK ini, peneliti sebagai observer juga mengamati kondisi kelas pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung dengan menggunakan instrumen berupa Daftar Pengamatan (observasi).

Adapun hal-hal yang diamati selama proses pembela-jaran berlangsung sebagai berikut:

1. Apakah anak segera mengerjakan soal latihan?

2. Apakah anak menunjukkan kesiapan untuk memulai mengerjakan tugas latihan?

3. Apakah anak sunggu-sungguh mencoba memecah-kan soal?

4. Apakah anak mencoba cara lain memecahkan soal?

5. Apakah anak mencontoh model pemecahan dari gu-ru?

6. Apakah anak memecahkan soal dengan mengguna-kan alat bantu?

7. Apakah anak menggunakan alat bantu dengan tepat pada saat penyelesaian soal?

8. Apakah anak bersemangat belajar menggunakan alat bantu?

9. Apakah anak tepat waktu memecahkan soal?

10. Apakah anak tertib memecahkan soal dari pertama sampai selesai?

4. Tahap refleksi putaran I

Setelah pembelajaran dan observasi dilaksanakan, peneliti mengkaji tindakan yang telah dilakukan, memper-timbangkan dan menentukan tingkat keberhasilan tindakan serta dampak ringannya. Hasil pengamatan dari keseluruhan siswa merupakan hasil bahasan dari peneliti. Pengalaman dan apa saja yang telah dirasakan guru selama pembelajaran dijelaskan maka peneliti mengetahui ketabahan seorang guru. Kesemua kegiatan diatas disebut Tahap Refleksi.

Dalam tahap refleksi peneliti merancang perbaikan (tindakan baru) atas rencana awal dengan menekankan per-baikan dan penyempurnaannya. Selama pembelajaran tentu ada kekurangan dan kelebihan dalam perwujudannya dida-sarkan atas kesesuaian tujuan yang telah ditentukan pada proses penelitian putaran I.

Pelaksanaan Proses Penelitian Putaran II

Atas pengalaman proses penelitian putaran I maka dalam proses penelitian putaran II diupayakan dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada. Sedangkan kelebihan-kelebihan yang ada pada proses penelitian putaran II juga masih tetap dimanfaatkan.

1. Tahap perencanaan penelitian putaran II.

Dalam tahap perencanaan

2. Tahap implementasi tindakan penelitian putaran II

Pada saat awal pembelajaran guru menyanyikan sebuah lagu agar siswa bersemangat dan dalam suasana gembira.

Kegiatan berikutnya penjelasan ulang materi yang disampaikan sesuai pada proses penelitian putaran I. Penje-lasan tersebut diselingi dengan tanya jawab. Siswa Nampak-nya lebih aktif menjawab tanpa disuruh guru. Dengan menggunakan alat peraga siswa lebih cepat menemukan jawaban soal yang tugaskan.

Dengan terus-terusan memberikan latihan pada sis-wa yang berkesulitan belajar metematika dengan mengguna-kan alat peraga akhirnya mau menyelesaikan soal dibawah pengawasan guru.

Suara bergantian siswa yang kurang mampu diberi-kan latiahan-latihan awal untuk dapat dipecahkan sendiri oleh siswa tidak juga terlepas dari bimbingan guru.

Pada akhir pembelajaran siswa diberikan pos tes tertulis untuk mengetahui respos siswa dalam proses pembe-lajaran yang telah dilakukan.

3. Tahap Monitoring penelitian putaran II

Guru sekaligus meneliti kondisi kelas di saat pembe-lajaran matematika berlangsung dan pada saat pos tes. Ketika siswa diberikan pos tes peneliti memberikan instrumen berupa Daftar Pengamatan (Observasi).

Hal-hal yang diamati selama berlangsungnya pos tes:

1. Apakah seluruh siswa segera mengerjakan soal?

2. Apakah siswa menunjukkan kesiapan untuk memulai mengerjakan tugas?

3. Apakah siswa sungguh-sungguh mencoba memecah-kan soal?

4. Apakah anak mencoba cara lain memecahkan soal?

5. Apakah anak mencontoh model pemecahan dari gu-ru?

6. Apakah anak memecahkan soal dengan meng-gunakan alat bantu?

7. Apakah anak menggunakan alat bantu dengan tepat pada saat penyelesaian soal?

8. Apakah anak bersemangat belajar menggunakan alat bantu?

9. Apakah anak tepat waktu memecahkan soal?

10. Apakah anak tertib memecahkan soal dari pertama sampai selesai?

4. Tahap monitoring Penelitian Putaran II

Dalam tahap refeleksi ini peneliti mengkaji tindakan yang telah dilakukan dan menentukan tingkat keberhasilan yang cukup memadai. Tujuan PTK yang ingin dicapai sudah tercapai tapi sayangnya bagi siswa yang belum sama sekali mampu menghitung karena kondisi fisiknya yang tidak menunjang anak tersebut selalu sakit-sakit, oleh sebab itu guru berusaha mengatasi kesulitan belajar matematika khususnya pada penjumlahan.

Mengingat seorang siswa yang ketinggalan belajar maka diusahakan untuk adakan proses penelitian putaran III (melakukan penelitian berikutnya).

Pelaksanaan Proses Penelitian Putaran III

Berdasarkan pengalaman proses penelitian putaran I, II dan selanjutnya putaran III, maka dalam proses penelitian ini diupayakan pada siswa yang ketinggalan belajar perlu mendapat perhatian khusus dari guru agar dapat maju bersama-sama teman lainnya. Cara pembelajarannya sama pada proses peneliti-an I, II dan kelebihan-kelebihan yang ada terus ditingkatkan.

Melalui tahap-tahap yang sudah dilakukan pada proses-proses sebelumnya, tetap dilaksanakan pada proses penelitian putaran III.

1. Tahap perencanaan penelitian putaran III.

Guru membuat persiapan dan menyiapkan alat peraga serta menyusun tes (yaitu sebagai post tes)

2. Tahap Implementasi

Pada saat pembelajaran penjelasan ulang tentang materi secara klasikal dan pada akhirnya diberikan pos tes.

Materi sama pada putaran I dan putaran II, untuk lebih jelasnya dan tidak dapat dilupakan oleh siswa yang lain diadakan tes untuk seluruh siswa.

3. Tahap Monitoring Penelitian putaran III

4. Tahap Refleksi proses penelitian putaran III.

Mengkaji tindakan yang telah dilakukan dan menen-tukan tingkat keberhasilan PTK yang ingin dicapai sudah tercapai dan hasil pengamatan pun keseluruhan siswa SD Negeri Lemah Ireng 03 Bawen-Kabupaten Semarang sudah berbakat dan berminat dalam menjumlahkan penjumlahan dua angka dengan dua angka dengan teknik satu kali menyimpan serta sejauh pengalaman sangat dirasakan guru, karena untuk tercapainya sesuatu yang diinginkan adalah hal yang tidak mudah.

5. Evaluasi Penelitian putaran III.

Berdasarkan hasil penelitian putaran III terbukti adanya perubahan yang berarti dalam mengikuti pembela-jaran dalam menggunakan PTK. Pada pelaksanaan PTK untuk putaran I tanggal 20 April 2013. Putaran II tanggal 04 Mei 2013, putaran III tanggal 08 Juni 2013. Jelas tiap putaran ada peningkatan dari putaran II lebih baik dari putaran I dan selanjutnya putaran III sangatlah lebih baik lagi dari putaran I, II. Rinciannya sebagai berikut:

a. Pembelajaran matematika dengan PTK putaran I hasilnya 45%

b. Pembelajaran matematika dengan PTK putaran I hasilnya 45%

c. Pembelajaran matematika dengan PTK putaran I hasilnya 45%

d. Bila dibandingkan pembelajaran matematika antara PTK putaran I dengan PTK putaran II ada peningkatan sebesar 45%.

Di setiap akhir pembelajaran guru memberi pos tes dengan tujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan dengan PTK.

Hasil perubahan dari pos tes 1, pos tes 2, pos tes 3 dapat dilihat pada tabel 4 (lihat pada halaman berikut ini).

Tabel.4.4.Hasil Pos Tes Pembelajaran Matematika Selama PTK Putaran I,II dan III

No

Nama Siswa

Nilai Putaran I

Nilai Putaran II

Nilai Putaran III

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Apriyanti

Esy

Kristofel

Debora

Alfred

Melani

Yulia

Alex

Fitri

Elsy

Iyan

Endro

Rein

Febi

Srimiati

Rambu Ita

Prety

Reni

Melda

Andrean

10

0

0

50

50

100

50

100

0

0

50

10

100

100

90

100

100

100

90

50

90

20

60

80

80

90

90

100

60

70

90

90

100

100

90

90

90

100

90

90

100

80

90

80

90

100

100

100

100

80

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

PENUTUP

Kesimpulan

Sesuai hasil penelitian tentang uapaya guru dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika di kelas II SD Negeri Lemah Ireng 03 Bawen-Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut:

1. � Siklus I

a. Guru menerapkan penjumlahan dua angka dengan dua angka dengan tehnik satu kali menyimpan telah membuat siswa bersemangat belajar terutama de-ngan menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi.

b. Guru berupaya menciptakan suasana interaktif dengan memberi perhatian kepada semua siswa dan secara bergilir siswa menyelesaikan tugas di papan tulis berdasarkan materi yang dijelaskan. Sebagian besar siswa sudah kelihatan aktif dapat menyele-saikan tugas sesuai contoh yang telah diberikan guru. Hanya sebagian kecil yang masih ragu atau kurang merespon penjelasan guru.

c. Guru menggunakan alat peraga untuk menjelaskan sekaligus siswa bergantian menyelesaikan soal dipa-pan tulis, disaat itu keaktifan siswa mulai nampak. Dengan latihan berulang-ulang siswa memiliki sesuatu keterampilan dalam menjumlahkan.

2. � Siklus II

a. Pada saat awal pembelajaran guru menyanyikan sebuah lagu agar siswa bersemangat dalam suasana gembira.

b. Guru memberikan latihan-latihan awal untuk dapat dipecahkan sendiri oleh siswa tidak juga terlepas dari bimbingan guru.

c. Tahap monitoring penelitian putaran II.

Guru sekaligus meneliti kondisi kelas disaat pembelajaran matematika berlangsung dan pada saat pos tes. Ketika siswa diberikan pos tes peneliti memberikan instrumen berupa daftar pengamatan (observasi).

3. � Siklus III

Guru memberi pos tes dengan tujuan untuk meng-ukur tingkat pemahaman siswa dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan dengan PTK.

Selama pelaksanaan pembelajaran matematika dengan PTK telah menampakkan hasil sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini yaitu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam belajar matematika. Dalam mengantisipasi masalah motivasi siswa dalam pembelajaran matematika lebih tepat dilakukan dengan PTK model sistim karena dalam penelitian ini terfokuskan pada topik motovasi dengan tiga putaran dalam proses penelitian. Batasan putaran dalam PTK ini tidak ditentukan dengan pergantian pokok bahasan dalam pembelajaran tetapi lebih ditekankan pada saat telah tercapainya motivasi belajar siswa yang tinggi.

Saran

1. � Pada siswa

Disarankan agar siswa meningkatkan minat dan perhatiannya pada pelajaran matematika.

2. � Pada Orang Tua

Disarankan agar orang tua senantiasa mendorong dan memfasilitas anaknya dalam belajar matematika di rumah.

3. � Pada Guru

Dalam mengatasi kesulitan pada pembelajaran matematika hendaknya tidak berhenti ketika PTK sudah selesai tetapi guru berusaha terus dalam pengalamannya melakukan PTK tetap membuka diri terhadap guru lainnya yang mengalami permasalahan pembelajaran, khususnya tentang masalah motivasi belajar siswa.

Dalam pelaksanaan PTK diperlukan peran keterbukaan guru dalam mencermati dan mengantisipasi kelemahan-kelemahan pembelajaran matematika sehingga mendukung keerhasilan pelaksanaan PTK.

DAFTAR PUSTAKA

Soedarsono Fx 1997 Pedoman pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) Bagian Kedua, Rencana Desain Impelemntasi Yokyakarta: Dirjendikti Depdikbud PPTA BP3GSD.UP3SD di IKIP Yogyakarta.

Sumarno 1997�� Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Bagian Ketiga, Pemantauan dan Evaluasi, Yogyakarta Dirjendikti Depdikbud PPTA BP3GSD.UP3SD.UKMPSD di IKIP Yogyakarta.

Suyanto 1997���� Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Bagian Kesatu, Pengenalan Penelitian Kelas (PTL), Yogyakarta Dirjendikti Depdikbud PPTA BP3GSD.UP3SD.UKMPSD di IKIP Yogyakarta.

Hilgarder 1962�� Intoduction to Psychology Harcourt Brace and World Inc. New York and Burlingame.

Hanalik, Oemar� Metode belajar dan kesulitan-kesulitan belajar, Tarsito, Bandung, 1975

R. Bergius (1964) Belajar Produktif (Productif Learning) Belajar dengan transfer yang maksimum.?

�

Totok Santoso (1988)���� Bimbingan Belajar di Sekolah. Salatiga: PPB FKIP Satya Wacana.