UPAYA MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR

DAN KEAKTIFAN PESERTA DIDIK

DENGAN METODE MAKE A MATCH

PADA PELAJARAN IPS

MATERI KEBUTUHAN MANUSIA

DAN KELANGKAAN SUMBER DAYA

KELAS VIII A SMP IT DARUL FIKRI BAWEN

SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Sriyatun

SMP IT Darul Fikri Bawen Kab. Semarang

ABSTRAK

Rendahnya hasil pembelajaran IPS di SMP IT darul Fikri Bawen karena dalam penyajian kurang dikemasnya pembelajaran IPS dengan menggunakan metode yang menarik dan menyenangkan. Para guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih secara konvensional, yaitu penyampaian materi pelajaran yang didominasi dengan metode ceramah, pemberian tugas yang membosankan dan kurang menarik siswa. Pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center) ini berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah, partisipasi siswa dalam pembelajaran kurang aktif, pembelajaran bersifat monoton, siswa menjadi kurang kreatif.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi kebutuhan manusia dan kelangkaan sumber daya melalui usaha perbaikan pembelajaran dengan menerapkan metode Make a Match dalam pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran Make a Match merupakan metode belajar yang meliputi langkah-langkah guru membuat kartu soal dan kartu jawaban, dan guru membagi kartu soal dan kartu jawaban kepada peserta didik guru berkeliling untuk memberikan bimbingan kepada peserta didik yang belum paham, peserta didik yang sudah mendapatkan pasangannya menunjukkan kepada guru, peserta didik menempelkan hasil karyanya di papan pajang, guru secara acak meminta anak untuk mempresentasikan hasilnya, anak yang cepat memperoleh pasangan diberi aplaus, bagi siswa yang belum dapat pasangan sampai waktu habis/ jawaban salah memperoleh point negatif.Penelitian dirancang dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri dari: (1) Perencanaan, untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran serta menyusun instrumen penelitian; (2) Pelaksanaan, yaitu melaksanakan pembelajaran IPS metode make a match pembelajaran kooperatif guru menjelaskan teknik permainan; (3) Pengamatan, yaitu pengambilan data melalui tes, lembar observasi siswa, lembar observasi guru; (4) Refleksi, yaitu menganalisis hasil pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode Make a match pada materi kebutuhan manusia dan kelangkaan sumber daya, hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada masing-masing siklus. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dari masing-masing siklus, yaitu pada siklus I sebesar 77 dengan ketuntasan klasikal sebesar 75%; pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 80, 25 dengan ketuntasan klasikal 93, 75%. Dari hasil pengamatan aktivitas siswa pada saat pembelajaran siklus I diperoleh skor 26 dengan kategori baik rata- rata 3, 7, sedangkan pada siklus II diperoleh skor 28 dengan kategori sangat baik rata- rta 4. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode make a match dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII A SMP IT darul Fikri Bawen. Saran yang dapat dikemukakan adalah hendaknya metode ini dapat dijadikan alternatif pembelajaran bagi guru sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa dan diharapkan perlu kajian-kajian penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan penelitian ini, sehingga lebih bermanfaat bagi peningkatan hasil belajar siswa dan kita selalu berinovasi dalam melakukan pembelajaran untuk memperoleh hasil yang optimal.

Kata Kunci:   Hasil Belajar, Keaktifan Peserta Didik, Metode Make a match, Pembelajaran Kooperatif.

PENDAHULUAN

Perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran senantiasa harus diupayakan dan dilaksanakan dengan jalan meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran siswa akan semakin termotivasi dan belajar, daya kreatifnya akan semakin meningkat, bersikap lebih positif, bertambah pengetahu-an dan ketrampilanya, semakin memahami yang dipelajari. Banyak cara yang ditempuh oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dan mudah dipahami oleh peserta didik secara maksimal. Salah satu mata pelajaran yang dipelajari di SMP adalah mata pelajaran IPS. Pengajaran IPS memiliki tujuan dalam menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran Nasionalisme. Dengan mengetahui sejarahnya, suatu bangsa akan mengenal dan memiliki identitas (Sartono K., 1992:247). Dari uraian di atas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran IPS mempunyai nilai strategis dan penting dalam mempersiapkan generasi bangsa yang baik dan bermoral.

Hambatan dalam pembelajaran IPS selama ini, disebab-kan karena kurang dikemasnya pembelajaran IPS dengan meng-gunakan metode yang menarik dan menyenangkan. Para guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih secara konven-sional, yaitu penyampaian materi pelajaran yang didominasi de-ngan metode ceramah, pemberian tugas yang membosankan dan kurang menarik siswa. Pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center) ini berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah, partisipasi siswa dalam pembelajaran kurang aktif, pembelajaran bersifat monoton, siswa menjadi kurang kreatif.Sehingga ketuntasan belajarnya belum optimal.Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemam-puan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran (Solihatin dan Raharjo, 2007: 1).

Tujuan penelitian ini adalah mengenalkan peserta didik tentang pembelajaran IPS dengan metode Make a Match dalam pembelajaran kooperatif dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan keaktifan peserta didik kelas VIIIA SMP IT Darul Fikri Bawen Kabupaten Semarang pada mata pelajaran IPS materi kebutuhan manusia dan kelangkaan sumber daya semester satu tahun pelajaran 2013/2014.

Belajar

Belajar adalah suatu proses yang terus menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas ungkap Wina Sanjaya (2006: 108).Hal itu berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang kehidupanya, manusia akan selalu dihadapkan masalah atau tujuan yang ingin dicapainya. Melalui kemampuan belajar, manusia akan dapat memecahkan setiap rintangan yang dihadapi sampai akhir hayatnya. Wina Sanjaya (2006:110) selanjutnya mengungkapkan “belajar itu adalah suatu proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan, baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan sekitar”. Menurut R Gagne dalam Slameto (2003:13) memberikan dua definisi mengenai belajar: Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.Belajar adalah penguasaan pengeta-huan atau ketrampilan yang diperoleh melalui interaksi.

Slameto (2003:2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Beberapa pendapat tersebut di atas menyiratkan bahwa pada dasarnya siswa memiliki modal untuk belajar, sehingga siswa memiliki kemampuan untuk membangun pengetahuan sendiri berdasarkan pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan-nya.

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar menurut taksonomi Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai yaitu: kognitif, afektif dan psikomotori. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:aktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran. (Ekstrinsik) Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, social ekonomi, faktor fisik dan psikis. (Intrinsik)

Metode Make a Match

Model pembelajaran ini memiliki ciri-ciri yaitu untuk mentutaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok atau bersama siswa lain.Model pembelajaran make a match (mencari pasangan) merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh Lorna Curran (Depdiknas, 2005) mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaiknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban, setiap siswa mendapat satu buah kartu, tiap siswa memikirkan jawaban/ soal dari kartu yang dipegangnya, setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok            dengan kartunya (soal/jawaban), setiap siswa yang dapat mencocokkan hasilnya sebelum batas waktu diberi point dan aplaus, Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda sebelumnya, Demikian seterusnya, Mengambil kesimpulan.

Model ini dapat diterapkan untuk materi baru maupun materi yang sudah kita berikan.Dengan metode mencari kartu ini, siswa dapat mengindentifikasi permasalahan yang terdapat didalam kartu yang ditemukan dan menceritakan dengan seder-hana dan jelas secara bersama-sama.

Dengn model ini peserta didik mampu meningktkan kerjasama, keaktifan, keberanian mengungkapkan pendapat, menghargai pendapat menghargai pendapat orang lain.

Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasar-kan teori kontruktivitis. Menurut teori Vygotsky, bahwa interaksi sosial dengan orang lain penting, terlebih yang mempunyai pengetahuan yang lebih baik dan sistem kultural telah berkembang dengan baik.Penerapan dari teori Vygotsky dikehendakinya suasana kelas berbentuk kooperatif (Slamet Soewardi, dkk. 2005:79). Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana pembelajar yang memiliki tingkat kemampuan berbeda belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran yang diberikan.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-­tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim, dkk (2000:7‑8) sebagai berikut: 1) bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas‑tugas akademik dan hasil belajar. 2) Pembelajaran kooperatif memberi-kan peluang kepada siswa yang berbeda latarbelakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas­-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghar-gaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. 3)Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi dalam ketrampilan sosial.

Keuntungan dalam pembelajaran Kooperatif: meningkat-kan kepekaan dan kesetiakawanan social, memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan – pandangan, memudahkan siswa melakukan penyesuaian social, memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen, menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois, membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa, Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktek-kan, Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbeda-an kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas (Sugiyanto, 2008: 41-42).

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP IT Darul Fikri Bawen yang beralamatkan di Jalan Gatot Subroto 15 Bawen Kabupaten Semarang. Peneliti memilih SMP IT Darul Fikri Bawen sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa sekolah tersebut merupakan tempat peneliti mengajar, sehingga peneliti mengetahui secara pasti kondisi belajar siswa dan dapat terlibat secara langsung dalam penelitian. Penelitian dilaksanakan secara kolaborasi dengan melibatkan seorang rekan guru.

Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII A SMP Darul Fikri Bawen Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah peserta didik 16 orang, 16 peserta didik putri. Pertimbangan peneliti memilih peserta didik kelas VIII A sebagai subjek penelitian karena hasil belajar IPS pada kelas tersebut masih rendah. Selain pertimbangan tersebut, peneliti juga mempertimbangkan masih rendahnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran IPS. Terdapat empat fokus dalam penelitian ini, sebagai berikut. (1) Pengembangan kegiatan pembelajaran IPS pada materi Kebutuhan manusia dan kelangkaan sumber daya menggunakan metode Make a Match dengan pembelajaran kooperatif, meliputi persiapan, pelaksanaan pengajaran, dan evaluasi yang dilakukan oleh guru. Aspek yang diamati adalah kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran, dan kemampuan guru mengelola kegiatan belajar mengajar, dan melakukan kegiatan menutup pelajaran. Pengamatan dilakukan oleh observer dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir. (2) Keaktifan peserta didik secara menyeluruh selama proses pembelajaran IPS pada materi Kebutuhan manusi dan kelangkaan sumber daya menggunakan metode Make a Match dengan pembelajaran kooperatif berlangsung. Keaktifan peserta didik diamati oleh observer dalam lembar pengamatan. (3) Respon peserta didik dan observer setelah dilaksanakan pembelajaran IPS. (4) Pemahaman peserta didik terhadap materi Sistem metode Make a Match dengan pembelajaran kooperatif, yang ditunjukkan oleh hasil tes evaluasi di tiap siklus.

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dan dilakukan dengan menggunakan teknik: (1) observasi;(2) tes (3) dokumentasi. Observasi dilakukan untuk merekam latar belakang, aktivitas, dan partisipasi kelas dalam pembelajaran. Observasi dilakukan oleh rekan kerja yang bertindak sebagai observer. Sedangkan tes dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa setelah mengalami pembelajaran IPS dengan metode Make a Match dalam pembelajaran kooperatif materi Kebutuhan dan kelangkaan sumber daya. Tes dilaksanakan dua kali yaitu pada materi macam – macam kebutuhan manusia dan materi macam –macam kelangkan sumber daya, dokumentasi berupa hasil UH, rata-rata UH siswa, bahan ajar, silabus dan foto – foto kegiatan.

Kegiatan pokok dalam setiap siklus pada penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Langkah pada setiap siklus secara garis besar adalah sama. Hasil refleksi pada siklus I digunakan untuk menyempurnakan tindakan pada siklus II. Uraian langkah pada setiap siklus pada penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

Perencanaan

Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan          Kompetensi dasar dalam silabus. Menyiapkan instrument (lembar pengamatan siswa dan guru). Merancang format evaluasi (post tes) dan kunci jawabanya.Menyiapkan materi pembelajaran dan media pembelajaran yang diperlukan (kartu soal dan kartu jawaban yang berbeda). Merancang pembelajaran dengan membentuk dua kelompok belajar siswa, tiap anggota beranggotakan 8 siswa yang saling berpasangan dan berhadapan.

Pelaksanaan tindakan

Kegiatan Awal melakukan apersepsi, menyiapkan kartu-katu yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Mengadakan Tanya jawab yang mengarah pada materi pembela-jaran. Siswa diberi penjelasan mengenai prosedur pelaksanaan pembelajaran make a match.

Kegiatan Inti Dengan metode ceramah bervariasi, guru menjelaskan materi pelajaran mengenai macam – macam kebutuhan manusia, guru membagi kelas dalam dua kelompok belajar siswa(kelompok A untuk soal dan kelompok B untuk jawaban) secara heterogen yang saling   berpasangan dan berha-dap-hadapan, siswa dibagikan kartu soal dan satu kartu jawaban, dari tiap siswa harus mencocokkan antara kartu soal yang sesuai dengan kartu jawaban, begitu sebaliknya dengan batasan waktu, Guru berkeliling untuk memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap siswa yang belum memahami pembelajaran, siswa yang sudah mendapat pasangan melaporkan hasilnya kepada guru, kemudian siswa saling duduk berdekatan, Siswa diberikan konfirmasi tentang kebenaran pasangan kartu tersebut dengan menuliskan kunci jawabanya dipapan tulis, Secara acak satu pasangan siswa yang mendapat jawaban yang benar ditunjuk oleh guru untuk mempresentasikan materi kedepan, guru memberikan aplaus sebagai penghargaan bagi siswa yang telah melakukan presentasi, siswa memajang hasil karyanya dipapan pajang, siswa dengan dibimbing guru membuat kesimpulan hasil belajar pada materi tersebut.

Kegiatan Penutup Guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran membuat kesimpulan, memberikan post tes, dan memberikan tugas di rumah serta menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

Pengamatan atau Obsevasi

Tahap ini dapat berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini observer dan peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Tujuan observasi ini adalah untuk mengamati kinerja peserta didik dan guru dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.

Refleksi

Pada tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam penelitian tindakan kelas mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang hingga permasalahan dapat teratasi (Hopkins dalam Suhardjono, 2006: 80).

Instrumen dalam penelitian ini meliputi: (1) Lembar observasi aktivitas peserta didik; (2) Lembar observasi aktivitas guru; (3) Soal postest. Teknik analisa data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu analisa data untuk data berjenis kuantitatif, berupa angka hasil belajar siswa yang diperoleh selama siklus I dan 2, dan analisa data untuk data kualitatif, berupa kalimat yang menggambarkan hasil pengamatan observer terhadap pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus 1 dan 2.

HASIL PENELITIAN

Pembelajaran dengan menggunakan metode Make a Match dalam pembelajaran kooperatif pada siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa 77 dengan persentase ketuntasan belajar secara klasikal adalah 75%. Sedangkan pada siklus II, rerata nilai siswa mencapai 80, 25 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 93, 75%. Data hasil observasi aktivitas siswa dengan pembelajaran menggunakan metode make a match dalam pembelajaran kooperatif pada siklus I diperoleh skor rata –rata sebesar 3, 43. Pada siklus II, aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami kenaikan, dengan diperolehnya skor rata-rata sebesar 4 (kriteria sangat baik). Data hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus I diperoleh skor 38 prosentasi 79, 16% (kriteria baik). Sedangkan pada siklus II, penilaian aktivitas guru dalam pembelajaran meningkat dengan skor 42 dengan prosentasi 87, 5% (baik).

PEMBAHASAN

Peserta didik dalam menerima pelajaran IPS belum keseluruhannya tuntas sesuai KKM, hal ini mendorong guru bidang studi berupaya untuk merubah cara mengajar dengan harapan adanya peningkatan hasil belajar. Hal tersebut dapat diketahui dari nilai rata-rata ulangan harian siswa yaitu 70 dengan ketuntasan belajar siswa secara klasikal hanya sebesar 62, 5%. Bertolak dari kondisi awal tersebut, maka diterapkan strategi atau pendekatan pembelajaran make a match yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Pembelajaran dilakukan dalam bentuk tindakan kelas yang terdiri dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Kegiatan pokok setiap siklus dilaksanakan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Dengan metode make a match ternyata adanya peningkatan yang signifikan di hasil belajar dan keaktifan siswa. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata klasikal pada Prasiklus yaitu 70 menjadi 77 pada siklus I. Pada siklus II rata-rata klasikal meningkat menjadi 80, 25. Nilai terendah pada Pra siklus sebesar 50 meningkat menjadi 68 pada siklus I. Pada siklus II meningkat lagi menjadi 71. Begitu juga untuk perolehan nilai tertinggi, pada Prasiklus sebesar 81 menjadi 92 pada siklus I. Pada siklus II meningkat secara signifikan sebesar 98 dengan peningkatan 6, 5

Aktivitas siswa saat melakukan pembelajaran dengan metode make a match dalam pembelajaran kooperatif di siklus I meskipun termasuk pada kriteria baik, tetapi masih ada kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki yaitu siswa ada yang belum paham tentang teknik mancari pasangan. Pada siklus II kendala tersebut sudah tidak ada dan keaktifan siswa semakin optimal.

Kinerja guru pada siklus I juga masih tampak adanya kekurangan, dalam memberikan tes kurang memperhatikan alokasi waktu dengan jumlah soal yang harus dikerjakan peserta didik.Pada siklus II guru sudah mengalokasikan waktu pengerjaan soal yang proposional pada materi kebutuhan dan kelangkaan sumber daya.

Hambatan

Selama pelaksanaan penelitian terdapat beberapa hambatan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian sebagai berikut. (1) Cakupan materi pada pokok bahasan kebutuhan dan kelangkaan sumber daya yang banyak (2) Adanya keterbatasan bahan ajar, yaitu kurang tersedianya buku paket satu buku untuk dua siswa dan penunjang lain yang mendukung buku paket sekolah belum memadahi. Peserta didik pada siklus satu belum sepenuhnya memahi teknik make a match, untuk pelaksanaan peserta didik perlu pindah ruangan sehingga memotong alokasi waktu untuk pembelajaran.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penerapan model Make a Match, pemahaman siswa pada materi mata pelajaran IPS mengalami peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata rata klasikal pada pra siklus 70 (tanpa pembelajaran model Make a Match) menjadi 77 (siklus I) dan 80,25 (siklusII) setelah menggunakan model pembelajaran Make a Match, Penerapan pembelajaran model Make a Match dapat meningkatkan aktivitas dalam proses belajar mengajar. Selama pembelajaran terjadi interaksi yang positif di antara para siswa, dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa, pada siklus 1 kriteria baik sekali hanya 3,43 menjadi 4 pada siklus II.Inovasi pembelajaran model Make a Match yang diterapkan pada mata pelajaran IPS menjadikan siswa lebih kreatif dan merasa menyenangkan hingga mencapai 93,75% akan tetapi masih ada 5,25 % siswa yang kurang memahami pelajaran dan memerlukan penjelasan guru.Siswa dapat membangun sendiri pengetahuanya, menemukan langkah langkah dalam mencari penyelesaian dari suatu materi yang harus di kuasai baik secara individu maupun kelompok.

Saran dari penelitian ini dikemukakan sebagai berikut: bagi sekolah memberikan peluang dan kebebasan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran yang inovatif dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi. Bagi guru, dapat menerapakan model pembela-jaran Make a Match dalam kegiatan pembelajaran IPS atau pembelajaran yang lain. Bagi siswa, dapat mengembangkan potensi diri dengan cara belajar melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match sehingga dapat menumbuhkan minat belajar IPS pada diri siswa, rasa percaya diri dan kemampuan untuk mengemukakan pendapat dan memupuk jiwa kerjasama diantara teman, Bagi peneliti lain, dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian yang baru.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Leraning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Agus Suharmanto. 2008. Perencanaan dan Pembelajaran Inovatif. Semarang: UNNES.

Etty Indriati. 2001. Menulis Karya Ilmiah Artikel, Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta: PT.SUN.

Hamzah.B.Uno. 2008. Model pembelajaran menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah B. Uno, Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara

H.C. Witherington dan LEE J.Cronnbach. 1982. Belajar dan Mengajar. Bandung: Jemmars.

Henny Ambarwati. Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Siswa SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Salatiga; FKIP Universitas Kristen Satya Wacana.

Hisyam Zaini, Bermawy Muthe dan Sekar Ayu Aryani. 2004. Strategi pembelajaran aktif. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga.

Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Indrawati dan Wawan Setiawan.2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan: untuk Guru SD. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (untuk Program bermutu).

Julia Jasmine. 2007. Mengajar Berbasis Multiple Intelegences. Bandung: Nuansa.

 

Joko Winarno. 2009. Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Kolaborasi Metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing Siswa kelas VI Semester I SDN Kutowinangun Salatiga Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Salatiga: FKIP Universitas Kristen Satya Wacana.