UPAYA MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR IPS TERPADU

MATERI MEMAHAMI LEMBAGA KEUANGAN DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IXB

SMP ISLAM UNGARAN KABUPATEN SEMARANG SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Sediansih

SMP Islam Ungaran Kabupaten Semarang

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS dan memenuhi KKM (70) melalui model pembelajaran make a match pada siswa SMP Islam Ungaran Semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/2014. Subjek penelitian ini siswa kelas IXB SMP Islam Ungaran Kabupaten Semarang. Siswa kelas IXB berjumlah 23 orang terdiri dari 13 siswa laki- laki dan 10 siswa perempuan yang mempunyai karakteristik pada hasil UH semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/2014 belum semua siswa tuntas dalam mata pelajaran IPS KKM (70). Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1)Setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penerapan model Make a Match, pemahaman siswa pada materi mata pelajaran IPS mengalami peningkatan.Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata rata klasikal pada prasiklus 69,13 (tanpa pembelajaran model Make a Match) menjadi 72,61 (siklus I) dan 79,74 (siklusII) setelah menggunakan model pembelajaran Make a Match (2) Inovasi pembelajaran model Make a Match yang diterapkan pada mata pelajaran IPS menjadikan siswa lebih kreatif dan merasa menyenangkan hingga mencapai 95,65% akan tetapi masih ada 4,35 % siswa yang kurang memahami pelajaran dan memerlukan penjelasan guru.(3) Ketuntasan klasikal juga mencapai kesempurnaan. Hasil belajar meningkat dan siswa tuntas 95,65 % sesuai KKM (70). Saran dari penelitian ini sebagai berikut: (1) Bagi guru, dapat menerapkan model pembelajaran Make a Match dalam kegiatan pembelajaran IPS. (2) Bagi siswa, dapat mengembangkan potensi diri dengan cara belajar melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match sehingga dapat menumbuhkan minat belajar IPS pada diri siswa. (3) Bagi peneliti lain, dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian yang baru.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Make a Match, Hasil Belajar

PENDAHULUAN

Pemerintah senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan dikeluarkannya Undang-Undang tentang otonomi daerah yang secara langsung berpengaruh terhadap perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pendidikan. Jika sebelumnya pengelolaan pendidikan sepenuhnya merupakan wewenang pusat, maka dengan berlakunya Undang-Undang otonomi daerah sebagian besar wewenangnya dilimpahkan kepada pemerintah daerah dan kabupaten dan kota. Oleh karena itu,visi dan misi dan strategi kantor Dinas Pendidikan Nasional pada tingkat kabupaten serta kota harus dapat mempertimbangkan dengan kebijaksana kondisi nyata organisasi maupun lingkungannya. Di samping itu, harus mendukung misi pendidikan Nasional, serta memelihara garis kebijaksanaan dan birokrasi yang lebih tinggi. Dalam hal ini, disentralisasi yang kuat harus didukung oleh sentralisasi yang kuat pula sehingga ada pembagian tugas dan kewenangan yang jelas antara pusat dan daerah. Demikian pula dalam upaya peningkatan mutu pendidikan harus mempertimbangkan beberapa aspek baik lokal, nasional, maupun global termasuk beberapa faktor yang mempengaruhinya.

Pendidikan adalah kunci semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi diri harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Sebagaimana disebutkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Depdiknas, 2003:5).

Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada,pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran senantiasa harus diupayakan dan dilaksanakan dengan jalan meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran siswa akan semakin termotivasi dan belajar, daya kreatifnya akan semakin meningkat, bersikap lebih positif, bertambah pengetahuan dan ketrampilanya, semakin memahami yang dipelajari. Banyak cara yang ditempuh oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dan mudah dipahami oleh peserta didik secara maksimal.        Salah satu mata pelajaran yang dipelajari di SMP Islam Ungaran Kabupaten Semarang adalah mata pelajaran IPS. Pengajaran IPS memiliki tujuan dalam menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran Nasionalisme. Dengan mengetahui sejarahnya, suatu bangsa akan mengenal dan memiliki identitas (Sartono K., 1992:247). Dari uraian di atas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran IPS mempunyai nilai strategis dan penting dalam mempersiapkan generasi bangsa yang baik dan bermoral.

Hambatan dalam pembelajaran IPS selama ini, disebabkan karena kurang dikemasnya pembelajaran IPS dengan menggunakan metode yang menarik dan menyenangkan. Para guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih secara konvensional, yaitu penyampaian materi pelajaran yang didominasi dengan metode ceramah, pemberian tugas yang membosankan dan kurang menarik siswa. Pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center) ini berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah, partisipasi siswa dalam pembelajaran kurang aktif, pembelajaran bersifat monoton, siswa menjadi kurang kreatif.

Pengamatan awal terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IXB SMP Islam Ungaran Kabupaten Semarang semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/2014, menunjukkan bahwa belum semua siswa mencapai kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 70. Dari 23 Siswa kelas IXB, baru 82,61 % yang mencapai KKM dan 17,39 % belum mencapai KKM. Hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh guru yang belum memperdayakan seluruh potensinya dirinya dan siswa yang kurang terlibat secara aktif dalam mengikuti pelajaran.

Mengingat pentingya keterlibatan siswa dalam hasil belajar, maka guru diharapkan dapat menciptakan situasi pembelajaran yang lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dari paparan di atas, untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS maka perlu dilakukan penelitian tindakan dengan model pembelajaran make a match agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IXB SMP Islam Ungaran Tahun Pelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran IPS.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah.” Bagaimanakah pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar Materi Kondisi perkembangan negara di dunia pada siswa kelas IX SMP Islam Ungaran Kabupaten Semarang semester Gasal Tahun Pelajaran 2013//2014 pada mata pelajaran IPS?

KAJIAN PUSTAKA

Belajar

Wina Sanjaya (2006: 108) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses yang terus menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal itu berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang kehidupanya, manusia akan selalu dihadapkan masalah atau tujuan yang ingin dicapainya. Melalui kemampuan belajar, manusia akan dapat memecahkan setiap rintangan yang dihadapi sampai akhir hayatnya.Lebih lanjut Wina Sanjaya (2006:110) mengungkapkan “belajar itu adalah suatu proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan, baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan sekitar. Sedangkan Oemar Hamalik (2004:36) mendefinisikan belajar sebagai suatu pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.

Beberapa pendapat tersebut di atas menyiratkan bahwa padadasarnya siswa memiliki modal untuk belajar, sehingga siswa memilikimkemampuan untuk membangun pengetahuan sendiri berdasarkan pengalaman dan interaksinya dengan lingkungannya.

Konstruktivisme (Indrawati dan Wawan, 2009:9) merupakan suatu pandangan bagaimana seseorang belajar, yaitu menjelaskan bagaimana manusia membangun pemahaman dan pengetahuanya mengenai dunia sekitarnya melalui pengenalan terhadap benda-benda disekitarnya yang direfleksikan melalui pengalamannya.

Peran penting guru dalam pembelajaran kontruktivisme adalah sebagai scaffolding dan coaching. Scaffolding adalah memberikan dukungan dan bantuan kepada peserta didik yang sedang pada awal belajar kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah peserta didik mampu memecahkan problem dari tugas yang dihadapi. Sedangkan Coaching adalah proses memberi dorongan kepada siswa dalam menganalisis performanya dan membentuk umpan balik tentang kinerja mereka.

Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (1990:22), Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Howard Kingsley (Nana Sudjana, 1990:22) membagi tiga macam hasil belajar yakni: (a) Ketrampilan dan kebiasaan (b), pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu: kognitif, afektif dan psikomotori.

Keberhasilan Pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Oleh sebab itu perlu dilakukan penilaian terhadap pembelajaran. Tujuan penilaian proses pembalajaran mengajar seperti dikemukakan oleh Nana Sudjana (1990:65) pada hakikatnya adalah mengetahui kegiatan belajar mengajar terutama efisiensi, keefektifan dan produktivitasnya dalam mencapai tujuan pengajaran.

Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Evektif dan Menyenangkan (PAILKEM)

Sejalan dengan perkembangan filsafat konstruktivisme dalam pendidikan selama ini, muncul pemikiran kritis untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas, organis, dinamis, dan kontruktif. Pemikiran kritis itu adalah pembelajaran aktif, inovatif, langsung, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAILKEM) (Hamzah B. Uno dan Nurdin M. 2011:11).

Wina Sanjaya (2010:135) mengemukakan bahwa pembelajaran dalam standar proses pendidikan didesain untuk membelajarkan siswa. Sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subyek belajar, artinya pembelajaran ditekankan atau berorientasi.

PAILKEM yang akronimnya aktif, inovatif, lingkungan, kreatif, efektif, dan menyenangkan ini merupakan improvisasi dari PAIKEM (Sofan dan Ahmadi, 2010:19) yang adalah suatu metode pembelajaran berbasis lingkungan. Penerapan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) dalam proses pembelajaran harus dipraktekkan dengan benar.

Praktik PAILKEM membutuhkan kemampuan teoritik dan praktik. Kemampuan teoritik meliputi arti belajar, dukungan teoritis, model pembelajaran, dan pembelajaran konstektual. Kemampuan praktik adalah mempraktikkan metode-metode PAILKEM.

Berdasarkan uraian materi yang telah dipaparkan diatas diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif, inovatif, lingkungan, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAILKEM) adalah proses pembelajaran di mana guru harus menciptakan suasana pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa aktif mengemukakan gagasan, kreatif, kritis dan mencurahkan perhatiannya secara penuh dalam belajar serta suasana pembelajaran yang menimbulkan kenyamanan bagi siswa untuk belajar.

Metode Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar diskusi, saling membantu dan mengajak teman satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling member dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan masalah dalam materi belajar. Menurut Ibrahim metode pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang membantu ssiwa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial.

Metode pembelajatran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori kontroktivitis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotsky, bahwa interaksi sosial dengan orang lain penting, terlebih yang mempunyai pengetahuan yang lebih baik dan system cultural telah berkembang dengan baik. Implikasi dari teori Vygotsky dikehendakinya suasana kelas berbentuk kooperatif (Slamet Soewardi, dkk. 2005:79).

Hal senada juga dikemukakan oleh (Ibrahim, dkk, 2000:7), bahwa Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-­tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotsky, yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran, Vigotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam diskusi atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana pebelajar yang memiliki tingkat kemampuan berbeda belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran yang diberikan.

Seorang guru yang professional akan dapat memilih dan memodifikasi sendiri model-model pembelajaran tersebut, agar sesuai dengan situasi kelas sehingga murid belajar dengan menyenangkan tampa ada rasa beban. Dari beberapa model pembelajaran maka peneliti memilih model pembelajaran make a match untuk dijadikan penelitian.

Model Pembelajaran Make a Match.

Pembelajaran make a match (mencari pasangan) merupakan model pembelajaran aktif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) yaitu pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang mengutamakan kerjasama dan kecepatan diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran ini memiliki ciri-ciri yaitu untuk mentutaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok atau bersama siswa lain.Model pembelajaran make a match (mencari pasangan) merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh Lorna Curran (Depdiknas,2005)

Metode pembelajaran make a match merupakan strategi yang cukup menyenagkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian materi barupun tetap bisa diajarkan menggunakan model pembelajaran make a match, dengan catatan pesrta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan (Hisyam Zain, 2008:32)

Berdasarkan proses belajar mengajar, siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu jawaban dan kartu soal. Dengan metode mencari kartu ini, siswa dapat mengindentifikasi permasalahan yang terdapat didalam kartu yang ditemukan dan menceritakan dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama

PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan metode kooperatif adalah skripsi yang ditulis oleh Joko Winarno (Skripsi pada Progdi Pendidikan Sejarah, FKIP-UKW) berjudul “Meningkatkan hasil belajar IPS Melalui Kolaborasi Metode Quantum Teaching dan Snow ball Throwing siswa kelas VI Semester I SDN Kutowinangun 12 Salatiga Tahun Pelajaran 2009 /2010”. Dalam penelitiannya, Joko Winarno menunjukkan bahwa kolaborasi pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Negara-Negara Asia Tenggara pada Siswa kelas VI SD Kutowinangun 12 Salatiga Tahun Ajaran 2009/2010. Hasil penelitiannya memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar yang signifikan, yaitu kondisi awal sebelum penelitian tindakan kelas rata-rata nilai pelajaran IPS dalam Rapor 66. Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas ini pada siklus I menjadi 69,50 dan siklus II Meningkat menjadi 77,70.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Henny Ambarwati (Progdi Pendidikan Sejarah FKIP-UKSW) yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Make A Match dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Siswa SMA Satya Wacana Salatiga Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa penerapan model make a match dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Pada siklus I nilai rata-rata klasikal 77,5. Pada siklus II rata- rata klasikal mengalami peningkatan menjadi 95,09.

HIPOTESA TINDAKAN

Dari kajian pustaka, penelitian yang relevan dan kerangka pikir di atas hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah, “Hasil belajar siswa kelas IXB SMP Islam Ungaran Kabupten Semarang Semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/2014 akan meningkat melalui penerapan model pembelajaran make a match.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di IXB SMP Islam Ungaran Kabupaten Semarang Semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus,untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran make a match. Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan Siklus I pada tanggal 20 Nopember dan Siklus II tanggal 25 Nopember 2013.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini siswa kelas IXB SMP Islam Ungaran Kabupaten Semarang. Siswa kelas IXB berjumlah 23 orang terdiri dari 13 siswa laki- laki dan 10 siswa perempuan yang mempunyai karakteristik pada hasil UH semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/2014 belum semua siswa tuntas dalam mata pelajaran IPS KKM (70).

Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif. Yaitu penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti yang berkaloborasi dengan guru mata pelajaran IPS. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan guru mata pelajaran IPS bertindak sebagai observer.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dapat diperoleh dari:

1. Siswa

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa, yang sekaligus sebagai sumber data untuk diketahui hasil belajarnya, terhadap model pembelajaran make a match yang diterapkan pada saat proses belajar mengajar mata pelajaran IPS.

2. Guru

Dalam penelitian tindakan kelas ini yang bertindak sebagai guru adalah peneliti sendiri. Data yang dapat diperoleh dari guru adalah aktivitas guru dalam mengimplemantasikan model pembelajaran make a match pada mata pelajaran IPS.

3. Kolabolator sebagai Observer

Bertindak sebagai observer dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kolabolator yaitu guru mata pelajaran IPS SMP Islam Ungaran Kabupaten Semarang. Observer mencatat semua kejadian yang ada dalam proses pembelajaran dalam lembar pengamatan (observasi) yang nanti akan digunakan sebagai bahan refleksi. Data yang dapat diperoleh dari observer yakni hasil pengamatan dari aktivitas siswa dan guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan penerapan model pembelajaran make a match.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:

1. Tes

Bentuk tes yang peneliti pilih untuk pengumpulan data adalah tes tertulis bentuk uraian (easy test) dan pilihan ganda. Tes bentuk uraian (easy test) merupakan tes dengan kegiatan menguraikan jawaban pertanyaan secara jelas dan lengkap. Sedangkan, tes bentuk pilihan ganda merupakan bentuk soal yang jawabannya dapat dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.

2. Observasi (Pengamatan)

Observasi dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan setiap siklus. Observasi merupakan suatu pengamatan lansung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya (Slameto, 1986: 108). Lembar pengamatan guru digunakan oleh observer pada waktu guru melaksanakan proses pembelajaran.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang silabus mata pelajaran IPS, nilai rata-rata mata pelajaran IPS siswa kelas IXB pada ulangan harian Tahun Pelajaran 2013/2014, buku atau materi pelajaran IPS dan daftar siswa kelas.

Foto digunakan untuk mendokumentasikan data tentang peristiwa yang terjadi dalam proses pembelajaran (Zainal Aqib, 2011:157). Setiap kegiatan yang terjadi di kelas baik yang dilakukan oleh guru, siswa, maupun observer didokumentasikan dengan foto. Alat elektronik ini dapat membantu peneliti dalam mendeskripsiskan kegiatan selama penelitian tindakan kelas.

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas (classroom action research) ini merujuk pada model Kemmis dan Mc Taggart, yang pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observing), refleksi (reflecting) yang keempatnya merupakan salah salah satu siklus (Tukiran dkk, 2010:24, Adaptasi Depdiknas,1999:21).

Peneliti melaksanakan dua siklus sebagai dasar dalam penelitian tindakan kelas dan tiap siklus telah dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Metode pembelajaran yang menarik dan mengasyikkan akan membuat siswa antusias dan aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Metode pembelajaran yang digunakan sangat mempengaruhi minat belajar siswa, pembelajaran pasif akan menghambat kratifitas pola pikir siswa dalam memahami suatu konsep.Kondisi awal hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas IXB masih terdapat 4 siswa yang belum tuntas, dikarenakan guru dalam menyampaikan pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja,serta belum memanfaatkan media pembelajaran. Cara mengajar seperti ini akan menjenuhkan dan membosankan bagi siswa sehingga berpengaruh pada hasil belajarnya.

Kondisi awal ini belum menggunakan model pembelajaran make a match, yang mengakibatkan kemampuan siswa dalam memahami dan mempelajari IPS kurang maksimal. Dari tabel di atas dapat diperoleh data bahwa siswa yang tuntas sesuai KKM (70) pada Ulangan Harian berjumlah 23 orang, sedangkan yang belum tuntas ada 4 orang. perolehan hasil belajar siswa kelas IXB pada mata pelajaran IPS dengan nilai rata-rata klasikal sebesar 69,13 nilai terendah 60 nilai tertinggi 78 dan ketuntasan klasikal 82,61.

B. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus I dengan Materi Kondisi perkembangan negara di dunia yang diajarkan dengan model pembelajaran make a match, hasil belajarnya menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Diperoleh hasil untuk nilai terendah 66 dengan peningkatan 6 rata-rata klasikal 72,61 terdapat peningkatan 3,48 dan ketuntasan klasikal 86,96% dengan peningkatan 4,35%. untuk rata-rata klasikal Prasiklus adalah 69,13 dan 72,61 pada Siklus I. Nilai terendah Prasiklus sebesar 60 dan 66 pada Siklus I. Sedangkan nilai tertinggi Pra Siklus adalah 78 menjadi 86 pada siklus I, dan ketuntasan klasikal Prasiklus 82,61 meningkat menjadi 86,96%.

Pada saat yang sama, observer (kolaborator) melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan, meliputi: lembar pengamatan kegiatan siswa (aktivitas siswa) dan lembar pengamatan kegiatan guru dalam menerapkan model pembelajaran make a match. guru dalam memberikan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran make a match pada mata pelajaran IPS, membagi siswa dalam kelompok belajar, mengawasi jalannya permainan, memberikan bantuan kepada siswa yang kesulitan dalam belajar, dan melibatkan siswa dalam menyimpulkan materi, yang diakhiri dengan menutup pelajaran dan memberikan tes sudah baik dengan nilai rata-rata 2,75. Namun, guru dalam menjelaskan materi masih cukup dengan nilai rata-rata 0,16. Guru juga belum mengelola waktu dengan efektif dikarenakan waktu pelajaran yang singkat sehingga kurang signifikan dengan penerapan model make a match.

Pada siklus I terdapat peningkatan dan kemampuan belajar siswa,namun peneliti belum merasa berhasil karena nilai rata-rata klasikal belum mencapai indikator (> 90). Oleh karena itu peneliti perlu melaksanakan siklus II dengan memperbaiki strategi pembelajaran.

C. Deskripsi Penelitian Siklus II

Oleh karena indikator yang telah ditetapkan belum tercapai, maka dilanjutkan pada siklus II ini. Siswa diberi peluang lebih banyak untuk aktif belajar bersama teman-temannya. Bentuk kelompok belajar baru dengan formasi lingkaran yang mempermudah siswa untuk saling berdiskusi memperkaya pengetahuan dan pemahamannya saat belajar bersama teman, sedangkan guru memfokuskan dalam peningkatan pembelajaran dan berperan sebagai pembimbing siswa. Materi siklus II mengenai Perdagangan internasionl dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia. Hasil belajar siswa pada siklus II tampak lebih meningkat dibandingkan dengan siklus I. Siswa yang mengikuti proses belajar mengajar dan evaluasi pada siklus II berjumlah sama dengan siklus I yaitu berjumlah 23 orang dari keseluruhan siswa kelas IX SMP Islam Ungaran Kabupaten Semarang. Dari siklus II ini diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai terendah 68 sehingga terdapat peningkatan 2 nilai tertinggi 90 dengan peningkatan 4 rata-rata klasikal 79,74 yang berarti terdapat peningkatan 7,13 dan ketuntasan klasikal 95,65 % dengan peningkatan 8,69 rata-rata klasikal pada siklus II mengalami peningkatan Siklus I rata-rata klasikalnya adalah 72,61 meningkat menjadi 79,74 pada siklus II. Nilai terendah pada siklus I 66 meningkat menjadi 68 pada siklus II. Begitu juga dengan nilai tertinggi sebesar 86 pada siklus I meningkat menjadi 90 pada siklus II dan ketuntasan klasikal pada siklus I 86,96% meningkat menjadi 95,65%,pada siklus II.

Pengamatan terhadap kegiatan guru pada siklus II dilaksanakan oleh observer dengan mencatat semua kegiatan guru pada lembar observasi yang sudah disediakan. guru telah menunjukkan peningkatan dalam mengelola kelas. Guru dapat berinteraksi dengan siswa sehingga mampu memberikan motivasi untuk menumbuhkan partisipasi siswa dalam permainan dengan baik dan mencapai nilai rata-rata 3. Guru juga sudah mampu mengatur waktu pembelajaran dengan baik sehingga proses belajar-mengajar berjalan dengan efektif. Rata-rata nilai kegiatan atau aktivitas guru pada siklus I untuk kriteria baik sebesar 2,75 meningkat 3 pada siklus II. Sedangan untuk kriteria cukup sebesar 0,3 pada siklus I menurun menjadi 0 pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan guru dalam menerpkan pembelajaran model make a match semakin baik.

Pembahasan Hasil Penelitian

1. Rata-Rata Klasikal Ketuntasan Belajar Siswa

Hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran make a match telah mengalami peningkatan. terjadi peningkatan rata-rata klasikal pada Prasiklus yaitu 69,13 menjadi 72,61 pada siklus I. Pada siklus II rata-rata klasikal meningkat menjadi 79,74. Nilai terendah pada Prasiklus sebesar 60 meningkat menjadi 66 pada siklus I. Pada siklus II meningkat lagi menjadi 68. Begitu juga untuk perolehan nilai tertinggi, pada prasiklus sebesar 78 menjadi 86 pada siklus I. Pada siklus II meningkat secara signifikan sebesar 90 dengan peningkatan 8,69 %. Peningkatan rata-rata pada siklus I yang masih relatif kecil disebabkan siswa belum terbiasa belajar dengan model make a match. Dilihat dari prosentase ketuntasan klasikal pada Prasiklus sebesar 82,61 % meningkat menjadi 86,96 % pada siklus I dengan peningkatan presentase 4,35 % dan sebesar 95,65% pada siklus II dengan peningkatan presentase 8,69 %. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dengan model make a match dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

2. Aktivitas Guru

Observasi yang dilakukan oleh guru pengampu mata pelajaran IPS SMP Islam Ungaran Kabupaten Semarang yang bertindak sebagai observer, menyatakan bahwa aktivitas atau kegiatan guru selama pembelajaran pada siklus I dan siklus II ini dinilai baik. Hal ini dipandang sesuai dengan kenyataan, di mana aktivitas guru banyak berfungsi sebagai fasilitator yang membimbing para siswa dalam memahami konsep pembelajaran.

3. Kendala yang Ditemukan

Pada siklus I kendala yang dijumpai adalah ada beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan diluar materi yang disampaikan sehingga guru harus menjelaskan terlebih dahulu. Sedangkan pada siklus II kendala yang dihadapi adalah kerepotan mengubah tempat duduk membentuk lingkaran untuk mempermudah menemukan pasangan kartu dan saling berdiskusi tentang materi yang diperolehnya setelah selesai menyusun materi yang utuh kemudian presentasi secara individu.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penerapan model Make a Match, pemahaman siswa pada materi mata pelajaran IPS mengalami peningkatan.Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata rata klasikal pada prasiklus 69,13 (tanpa pembelajaran model Make a Match) menjadi 72,61 (siklus I) dan 79,74 (siklusII) setelah menggunakan model pembelajaran Make a Match

2. Inovasi pembelajaran model Make a Match yang diterapkan pada mata pelajaran IPS menjadikan siswa lebih kreatif dan merasa menyenangkan hingga mencapai 95,65% akan tetapi masih ada 4,35 % siswa yang kurang memahami pelajaran dan memerlukan penjelasan guru.

3. Ketuntasan klasikal juga mencapai kesempurnaan. Hasil belajar meningkat dan siswa tuntas 95,65 % sesuai KKM (70).

B. Saran

Saran dari penelitian ini dikemukakan sebagai berikut:

  1. Bagi guru, dapat menerapakan model pembelajaran Make a Match dalam  kegiatan pembelajaran IPS.
  2. Bagi siswa, dapat mengembangkan potensi diri dengan cara belajar melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match sehingga dapat menumbuhkan minat belajar IPS pada diri siswa.
  3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian yang baru.

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku- Buku

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Leraning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Agus Suharmanto. 2008. Perencanaan dan Pembelajaran Inovatif. Semarang: UNNES.

Etty Indriati. 2001. Menulis Karya Ilmiah Artikel, Skripsi, Tesis dan Disertasi.

Jakarta: PT.SUN.

Hamzah.B.Uno. 2008. Model pembelajaran menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah B. Uno, Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara

H.C. Witherington dan LEE J.Cronnbach. 1982. Belajar dan Mengajar. Bandung: Jemmars.

Henny Ambarwati. Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Siswa SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Salatiga; FKIP Universitas Kristen Satya Wacana.

Hisyam Zaini, Bermawy Muthe dan Sekar Ayu Aryani. 2004. Strategi pembelajaran aktif. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga.

Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Indrawati dan Wawan Setiawan.2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan: untuk Guru SD. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (untuk Program bermutu).

Julia Jasmine. 2007. Mengajar Berbasis Multiple Intelegences. Bandung: Nuansa.

Joko Winarno. 2009. Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Kolaborasi Metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing Siswa kelas VI Semester I SDN Kutowinangun Salatiga Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Salatiga: FKIP Universitas Kristen Satya Wacana.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang- Ruang Kelas, Jakarta: PT Grasindo.

Martinus Yamin. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Cipayung: Gaung Persada Press.

Mel Silberman. 2010. 101 Cara Pelatihan dan Pembelajaran aktif. Jakarta: PT.Indeks.

Mohammad Ali,R. 1963. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Djakarta: Bhatara.

Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992/1993. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Debdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Pendidikan.

Mulyasa. 2010. Meningkatkan Produktivitas Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Nana Supriatna. 2007. “Pembelajaran Sejarah Dalam KTSP” dalam Makalah Semiloka Guru-Guru Sejarah MGMP Sejarah. Bandungka: Remaja Roesdakarya.

Nana Sudjana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar Mengajar. Bandug Sinar Baru

Oemar Hamalik. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Cipta.

Rochiati Wiriaatmadja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas:Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Roestiyah. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Sardi. 2009. Peningkatan Prestasi Belajar IPS dengan menggunakan metode

Contextual Teaching and Learning Siswa Kelas II SMK PGRI Salatiga

Semester I Tahun 2009/2010.Skripsi.Salatiga:FKIP Universita Kristen Satya   Wacana.

Sardiman, A. M. (2004). Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Jakarta: Rajawali.

Sarwiji Suwardi.2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka.

Slamet Soewardi, dkk.2005. Perpektif Pembelajaran Berbagai Bidang Studi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Slameto. 1986. Evaluasi Pendidikan. Salatiga: FKIP Universitas Kristen Satya Wacana.

Slamet Soewardi, dkk. 2005. Perpektif Pembelajaran Berbagai Bidang Studi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Sofan Amri dan Lif Khoirul Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas; Metode, Landasan, Teoritis- Praktisdan Penerapannya. Jakarta: Prestasi Pustakarya

Sumadi Suryabrata. 1984. Psikologi Pendidikan Jakarta: CV. Rajawali.

Sunardi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas untuk Ilmu Pengetahua Sosial.Salatiga:Widya Sari Press.

Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar dalam Pengajaran IPS. Jakarta; Depdikbud Proyek Pengembangan Lembaga Tenaga Kependidikan.

Tukiran Taniredja, Irma Pujianti, Nyata. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru: Praktik, Praktis, dan Mudah. Bandung: Alfabeta.

Trianto. 2010. Model pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam kurikulum Tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.

Tri Widiarto dan Ester Arianti. 2007. Pengembangan Bahan Pengajaran dalam konteks kurikulum berbasis kompetensi (Bidang Sejarah).Salatiga: Widya Sari.

Widi Raharja. 2002. Sekitar Strategi Belajar Mengajar dan Ketrampilan Mengajar. Salatiga: FKIP UKSW.

Wina Sanjaya: 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Anwar Holil. 2010. Pendidikan Inovatif (http//.Pembelajaran Inovatif, Blogspot.com) update 6 Febuari 2012 at 15:45.

Tarmizi Ramadhan. 2007. Kompetisi Guru Nasional Inovatif. Inovatif.(http://www. Kompetisi Guru Nasional Inovatif.html).update 6 Febuari 2012 at 15:55.