UPAYA MENERAPKAN METODE PENUGASAN

MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

UNTUK MENINGKATKAN KREATIFITAS SISWA

DALAM MEMBACA PANTUN MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

KELAS IV SEMESTER II SDN WANTILGUNG KECAMATAN NGAWEN

KABUPATEN BLORA TAHUN AJARAN 2012/2013

Martatin

SDN Wantilgung Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora

ABSTRAK

Bahasa memiliki peran yang penting dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD merupakan pembelajaran yang paling utama, karena dengan bahasalah siswa dapat menimba ilmu, pengetahuan teknologi, seni, serta informasi yang ditularkan dari pendidik. Pada pembelajaran awal hasil tes formatif Bahasa Indonesia tentang menyusun karangan pada siswa Kelas IV SD Wantilgung menunjukkan hasil yang sangat rendah, nilai rata-rata kelas sebesar 74 hanya 12 dari 22 siswa yang telah mencapai ketuntasan penguasaan materi 75% keatas. Rendahnya nilai siswa menunjukkan bahwa siswa dalam menuangkan ide-ide atau gagasan dalam menyusun karangan juga masih terasa kurang. Pantun sering tidak sesuai dengan tema atau topik yang ditentukan. Hanya beberapa siswa yang mampu menyusun Pantun dengan kalimat-kalimat yang runtut, jelas dan sesuai dengan kaidah penyusunan Pantun. Dari hasil tes formatif mata pelajaran bahasa indonesia tentang pesusunan karangan, diketahui bahwa tingkat ketuntasan hanya 45%. Dari 22 siswa hanya 12 siswa yang sudah tuntas dan sisanya 10 siswa masih belum tuntas. Dari evaluasi proses pembelajaran diketahui bahwa selama pembelajaran jarang ada siswa yang bertanya atau menanggapi pertanyaan dari guru. Berdasarkan hal tersebut peneliti meminta bantuan pengamat untuk mengidentifikasikan kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Pra Siklus nilai rata-rata hanya 74 Siklus I mengalami peningkatan menjadi 84 dan Siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 92. Ini menunjukkan hasil tes formatif yang maksimal. Demikian juga tingkat ketuntasan prestasi belajar dari Pra Siklus hanya 45%, Siklus I menjadi 77%% dan Siklus II menjadi 100%.

Kata Kunci: Keterampilan Proses, Pantun


LATAR BELAKANG

Latar Belakang Masalah

Guru sebagai seorang pendidik menginginkan agar semua anak didiknya menjadi orang pandai dan selalu mengikuti perkembangan zaman, oleh karena itu dengan segala kemampuan guru berusaha untuk senantiasa melaksanakan pembelajaran yang sebaik-baiknya, sehingga siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Keinginan agar siswa menjadi pandai dan selalu mengikuti perkembangan zaman itulah yang mendorong peneliti memilih mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar menyusun karangan tentang topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra manusia Indonesia.

Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti menghadapi banyak kendala sehingga pencapaian prestasi siswa tidak optimal hal ini dapat dilihat dari nilai. Pada pembelajaran awal hasil tes formatif Bahasa Indonesia tentang menyusun karangan pada siswa Kelas IV SD Wantilgung menunjukkan hasil yang sangat rendah, nilai rata-rata kelas sebesar 74 hanya 12 dari 22 siswa yang telah mencapai ketuntasan penguasaan materi 75% keatas. Rendahnya nilai siswa menunjukkan bahwa siswa dalam menuangkan ide-ide atau gagasan dalam menyusun karangan juga masih terasa kurang. Pantun sering tidak sesuai dengan tema atau topik yang ditentukan. Hanya beberapa siswa yang mampu menyusun Pantun dengan kalimat-kalimat yang runtut, jelas dan sesuai dengan kaidah penyusunan Pantun.

Sebenarnya rendahnya prestasi siswa dalam menyusun karangan ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti kesalahan pola pembelajaran, kondisi sekolah, kondisi lingkungan, latar belakang orang tua dan kondisi keluarga siswa serta tingkat dukungan orang tua dalam memotivasi siswa belajar. Hubungan antara guru dan siswa juga berpengaruh. Pengalaman yang kurang menyenangkan dengan penelitpun dapat menimbulkan sikap yang negatif terhadap peneliti, misalnya guru yang suka memberikan hukuman tertentu tanpa alasan yang jelas akan membuat anak tidak suka pada gurunya.

Identifikasi Masalah

Dari hasil tes formatif mata pelajaran bahasa indonesia tentang pesusunan karangan, diketahui bahwa tingkat ketuntasan hanya 45%. Dari 22 siswa hanya 12 siswa yang sudah tuntas dan sisanya 10 siswa masih belum tuntas. Dari evaluasi proses pembelajaran diketahui bahwa selama pembelajaran jarang ada siswa yang bertanya atau menanggapi pertanyaan dari guru. Berdasarkan hal tersebut peneliti meminta bantuan pengamat untuk mengidentifikasikan kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan.

Dari hasil diskusi dengan pengamat dan dikonsultasikan dengan supervisor terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran. Berbagai masalah itu antara lain:

  1. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran kurang bahkan ada yang bersikap apatis.
  2. Ketika peneliti menyampaikan materi pelajaran siswa kurang antusias dan pasif dalam mengikuti pelajaran.
  3. Kurangnya kemampuan siswa dalam mendeskripsikan gambar.
  4. Rendahnya tingkat penguasaan siswa dalam menyusun beberapa kalimat menjadi Pantun.
  5. Pada waktu proses pembelajaran berlangsung guru kurang kreatif dan kurang inovatis.
  6. Penggunaan media dalam pembelajaran kurang optimal.
  7. Pada waktu proses pembelajaran guru kurang berupaya memotivasi siswa
  8. Peneliti kurang memanfaatkan media sebagai sumber belajar.

PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan hasil analisis masalah peneliti berkesimpulan bahwa selama proses pembelajaran komunikasi antara peneliti dan siswa sangat kurang sehingga tingkat pemahaman materi oleh siswa sangat kurang diketahui oleh peneliti. Oleh karena itu untuk memperbaiki pembelajaran, peneliti akan menerapkan metode penugasan.

Atas pertimbangan tersebut, maka yang peneliti jadikan fokus perbaikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar penyusunan karangan di Kelas IV (Empat) SD Wantilgung, Kecamatan Wantilgung Kabupaten Blora adalah:

1. “Bagaimana cara menerapkan metode penugasan melalui pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam Pembacaan Pantun?”

2. “Apakah melalui pendekatan keterampilan proses dengan metode penugasan dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam Pembacaan Pantun?”

TUJUAN PENELITIAN

Laporan perbaikan pembelajaran ini disusun selain untuk memenuhi persyaratan dalam Pembuatan Penelitian Tindakan Kelas Universitas Terbuka, juga dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dasar. Oleh karena itu perbaikan pembelajaran ini bertujuan:

1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran.

2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih menyusun kalimat.

3. Dirancang untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan ejaan yang baik dan benar dalam menyusun Pantun.

4. Menumbuhkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tertulis.

MANFAAT PENELITIAN

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, siswa, sekolah tempat penelitian dan bagi pembaca.

1. Manfaat PTK bagi peneliti dan guru yang lain adalah:

a. Memperbaiki pembelajaran yang dikelola di kelas.

b. Mengembangkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan.

c. Dapat memotivasi siswa untuk belajar.

d. Dapat berkembang secara profesional.

e. Dapat memilih dan menggunakan media pembelajaran yang tepat.

2. Manfaat PTK bagi siswa adalah:

a. Meningkatkan perhatian siswa pada materi pelajaran

b. Menumbuhkan motivasi belajar yang kuat.

c. Timbulnya keaktifan siswa dalam belajar berkurangnya sikap apatis siswa dalam proses pembelajaran.

d. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Manfaat PTK bagi sekolah adalah:

a. Perbaikan proses dan prestasi hasil belajar.

b. Memberikan sumbangan yang positif bagi kemajuan sekolah.

c. Membantu dalam mencapai visi dan misi sekolah.

d. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan.

4. Manfaat PTK bagi pembaca atau peneliti lain adalah:

a. Untuk menambah wawasan para pembaca tentang masalah yang diteliti

b. Sebagai acuan, masukan maupun perbandingan untuk mengambil tindakan.

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Bahasa memiliki peran yang penting dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD merupakan pembelajaran yang paling utama, karena dengan bahasalah siswa dapat menimba ilmu, pengetahuan teknologi, seni, serta informasi yang ditularkan dari pendidik.

Dalam merancang pembelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan ini, peneliti mencermati betul dari fungsi keempat aspek ketrampilan utama Bahasa Indonesia yaitu: mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis, karena melalui keempat aspek tersebut seorang siswa dapat menyampaikan hasil pikiran, ide-ide, penalarannya kepada orang lain melalui kemampuan berbicara secara lisan ataupun menulis (melalui berbagai bentuk tulisan atau cerita). Kemampuan itu dapat dilakukan jika siswa telah memiliki pengetahuan yang memadai tentang kebahasaan, kosakata yang cukup serta didukung oleh sikap positif terhadap bahasa dan sastra.

PEMBELAJARAN MEMBACA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

Menurut Gagne (1984:) membaca didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Toeti Soekamto (1992: 27) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut.

a. belajar adalah perubahan ting-kahlaku;

b. perubahan terjadi karena la-tihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan;

c. perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama.

Berbicara tentang membaca pada dasarnya berbicara tentang bagaimana tingkahlaku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman (Snelbeker 1974 dalam Toeti 1992:10) Dari pengertian di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar membaca atau terjadinya perubahan tingkahlaku sebelum kegiatan belajar mengajar dikelas seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada siswa dan pengalaman belajar membaca tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka guru harus merencanakan dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkahlaku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktifitas guru untuk menciptakan kondisi yang memung-kinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembe-lajaran. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai starategi pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal. Dalam pembelajaran proses belajar tersebut terjadi secara bertujuan (Arief Sukadi 1984:8) dan terkontrol.

Tujuan-tujuan pembelajaran telah dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku. Peran guru disini adalah sebagai pengelola proses belajar mengajar tersebut.

Dalam sistem pendidikan kita (UU. No. 2 Tahun 1989), seorang guru tidak saja dituntut sebagai pengajar yang bertugas menyampaikan materi pelajaran tertentu tetapi juga harus dapat berperan sebagai pendidik. Davies mengatakan untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik seorang guru perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman berbagai prinsip-prinsip belajar, khususnyai prinsip berikut:

a. Apapun yang dipelajari siswa, maka siswalah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu sis-walah yang harus bertindak aktif;

b. Setiap Peneliti akan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya;

c. Seorang siswa akan belajar lebih baik apabila mempengoreh pengu-atan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajarnya terjadi

d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan Peneliti akan membuat proses be-lajar lebih berarti; dan

e. Seorang siswa akan lebih mening-kat lagi motivasinya untuk belajar apabula ia diberi tangungjawab serta kepercayaan penuh atas belajarnya (Davies 1971).

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan.Yang dimaksud belajar yaitu perubahan murid dalam bidang material, formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada timgkahlaku yang lebih buruk. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari- hari, berminggu-minggu, berbulan- bulan atau bertahun- tahun. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, prose situ terjadi pada diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi proses terjadi secara internal di dalam diri indvidu dalam mengusahakan memperoleh hubungan- hubungan baru.

SUBJEK PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kelas IV semester II SD Wantilgung Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan tanggal 26 Januari 2013 dan Siklus II dilaksanakan tanggal 9 Februari 2013.

Pelaksanaan perbaikan dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan jadwal jam pelajaran.

1. Mata Pelajaran

Penelitian ini dilakukan pada waktu pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi pokok Pembacaan Pantun Kelas IV semester II di SD Wantilgung Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora tahun pelajaran 2012/2013.

2. Kelas dan Karakteristik Siswa

Penelitian dilakukan di Kelas IV dimana jumlah siswa terdiri dari 23 siswa dengan karakteristik 23 siswa mayoritas kehidupan dari kalangan Petani dengan tingkat kemampuan ekonomi rata-rata kurang mampu.

HASIL PENELITIAN

Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar tentang menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan ini dilakukan dalam tiga pembelajaran. Pada setiap pembelajaran, data-data yang diambil merupakan hasil otentik dari pengamatan aktifitas belajar siswa dan nilai evaluasi yang dilakukan pada tiap akhir pembelajaran. Adapun hasil-hasil penelitian secara rinci akan peneliti deskripsikan seperti berikut ini:

Pembelajaran Awal

Siswa memperhatikan penjelasan peneliti tentang cara menentukan gagasan pokok dan gagasan pengembang. Peneliti memasang gambar di papan tulis dengan dibimbing peneliti siswa mencoba mengidentifikasi gambar tersebut dan menentukan tema, gagasan pokok dan gagasan pengembangnya. Peneliti merangkai gagasan-gagasan tersebut menjadi sebuah Pantun yang baik dan benar. Siswa memperhatikan penjelasan guru. Siswa bersama teman sebangku mengerjakan Lembar Kerja Siswa. Hasil kerja kelompok dibahas secara klasikal dipimpin peneliti. Siswa mengerjakan tes formatif. Peneliti dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil pembelajaran.

Tabel: 1. ANALISA HASIL EVALUASI PRA SIKLUS

MATA PELAJARAN: BAHASA INDONESIA

No

Nama

Analisis Hasil Penilaian Ketuntasan Belajar

Nilai

T

B

 

1

Rama Suryanto

Ö

60

 

2

M. Imam Efendi

Ö

60

 

3

M. Komarudin

Ö

80

 

4

Siti Nur Kholifah

Ö

60

 

5

Sri Nuryani

Ö

80

 

6

A. Husen Rifai

Ö

70

 

7

Istiqomah

Ö

70

 

8

M. Burhanndin

Ö

80

 

9

M. Ibnu Said

Ö

80

 

10

M. Nenda A’la

Ö

80

 

11

M. Nur Faizin A

Ö

80

 

12

M. Nur Faizin B

Ö

80

 

13

M. Nur Sholikin

Ö

80

 

14

M. Rifai

Ö

60

 

15

M. Syarifudin

Ö

80

 

16

Nurul Qoniatul

Ö

80

 

17

Reni Suwanti

Ö

70

 

18

Sri Pratiwi

Ö

70

 

19

Siti Eny Fatimah

Ö

70

 

20

Tomy Andika

Ö

70

 

21

Ulil Armi

Ö

80

 

22

Very Setiawan

Ö

80

 

23

Winarni

Ö

80

 

24

Sutiono

Ö

80

 

Grafik 1. Grafik Nilai Pra Siklus

Siklus 1

Dikarenakan banyak terdapat kekurangan-kekurangan selama pelaksanaan proses pembelajaran awal, maka pada pelaksanaan siklus I peneliti akan melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut, diantaranya adalah dengan merumuskan tujuan perbaikan pembelajaran dan dengan membaut indiaktor keberhasilan yaitu berupa data penamatan tentang keterampilan proses belajar siswa.

a. Nilai hasil tes formatif Siklus I

Tabel: 2. ANALISIS HASIL PENILAIAN FORMATIF

No

Nama

Analisis Hasil Penilaian Ketuntasan Belajar

Nilai

T

B

 

1

Rama Suryanto

Ö

70

 

2

M. Imam Efendi

Ö

70

 

3

M. Komarudin

Ö

90

 

4

Siti Nur Kholifah

Ö

70

 

5

Sri Nuryani

Ö

90

 

6

A. Husen Rifai

Ö

70

 

7

Istiqomah

Ö

70

 

8

M. Burhanndin

Ö

90

 

9

M. Ibnu Said

Ö

90

 

10

M. Nenda A’la

Ö

90

 

11

M. Nur Faizin A

Ö

90

 

12

M. Nur Faizin B

Ö

100

 

13

M. Nur Sholikin

Ö

90

 

14

M. Rifai

Ö

90

 

15

M. Syarifudin

Ö

90

 

16

Nurul Qoniatul

Ö

90

 

17

Reni Suwanti

Ö

80

 

18

Sri Pratiwi

Ö

90

 

19

Siti Eny Fatimah

Ö

80

 

20

Tomy Andika

Ö

80

 

21

Ulil Armi

Ö

90

 

22

Very Setiawan

Ö

80

 

23

Winarni

Ö

90

 

24

Sutiono

Ö

80

 

Grafik 2. Grafik Hasil Nilai Siklus I

Siklus II

Siklus II dimulai dengan membuat skenario perbaikan pembelajaran dan berdiskusi dengan pengamat. Berdasarkan refleksi siklus I, maka untuk mengatasi kegagalan-kegagalan seperti yang disebutkan diatas, peneliti perlu melakukan berbagai upaya seperti berikut:

1. Untuk mengatasi kekurang mampuan siswa dalam menuangkan ide ke dalam bentuk informasi akan peneliti atas dengan cara meningkatkan dan mengefektifkan komponen keterampilan bertanya yaitu dengan pemindahan giliran dan penyebaran pertanyaan serta memotivasi siswa dengan pemberian penguatan dan pujian pada siswa yang menjawab pertanyaan.

2. Untuk mengatasi siswa yang belum mampu menyusun kalimat dan Pantun akan peneliti atasi dengan cara memancing ide atau agagsan siswa dengan bantuan alat peraga berupa gambar.

a. Lembar Nilai Tes Formatif Sik-lus II

Tabel: 3. ANALISA HASIL EVALUASI

MATA PELAJARAN: BAHASA INDONESIA

No

Nama

Analisis Hasil Penilaian Ketuntasan Belajar

Nilai

T

B

 

1

Rama Suryanto

Ö

80

 

2

M. Imam Efendi

Ö

80

 

3

M. Komarudin

Ö

80

 

4

Siti Nur Kholifah

Ö

80

 

5

Sri Nuryani

Ö

90

 

6

A. Husen Rifai

Ö

80

 

7

Istiqomah

Ö

90

 

8

M. Burhanndin

Ö

90

 

9

M. Ibnu Said

Ö

100

 

10

M. Nenda A’la

Ö

90

 

11

M. Nur Faizin A

Ö

100

 

12

M. Nur Faizin B

Ö

100

 

13

M. Nur Sholikin

Ö

90

 

14

M. Rifai

Ö

100

 

15

M. Syarifudin

Ö

100

 

16

Nurul Qoniatul

Ö

100

 

17

Reni Suwanti

Ö

90

 

18

Sri Pratiwi

Ö

100

 

19

Siti Eny Fatimah

Ö

90

 

20

Tomy Andika

Ö

90

 

21

Ulil Armi

Ö

100

 

22

Very Setiawan

Ö

100

 

23

Winarni

Ö

100

 

24

Sutiono

Ö

100

 

Grafik 3. Grafik Hasil Belajar Siklus II

Tabel 4 Analisis Peningkatan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

PRA SIKLUS

Siklus I

Siklus I I

Nilai rata- rata

Jumlah siswa

Persen tase

Nilai rata- rata

Jumlah siswa

Persen tase

Nilai rata-rata

Jumlah siswa

Persen tase

Tnts

Blm

Tnts

Blm

Tnts

Blm

74

14

10

58

84

19

5

77

92

24

0

100

Grafik 4. Perbandingan Belajar Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini dapat peneliti simpulkan bahwa:

  1. Langkah peneliti dengan meningkatkan dan mengefktifkan komponen keterampilan bertanya yaitu dengan pemberian acuan, pemindahan giliran dan penyebaran pertanyaan serta dengan memotifasi siswa dengan pemberian penguatan dan pujian pada siswa yang menjawab pertanyaan ternyata dapat mengatasi kekurangmampuan siswa dalam menjawab pertanyaan lisan.
  2. Langkah peneliti dalam memasang bermacam-macam gambar di papan tulis dengan maksud untuk memancing ide, inspirasi atau gagasan siswa ternyata dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun kalimat dan Pantun.

Saran

Berdasarkan simpulan-simpulan diatas dapat disarankan:

  1. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan lisan maka seorang guru hendaknya meningkatkan dan mengefektifkan komponen keterampilan bertanya yaitu dengan pemberian acuan, pemindahan giliran dan penyebaran pertanyaan serta dengan memotifasi siswa dengan pemberian penguatan dan pujian pada siswa yang menjawab pertanyaan.
  2. Untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun kalimat dan Pantun maka seorang guru dapat disarankan untuk memasang bermacam-macam gambar di papan tulis supaya dapat merangsang keluarnya ide, inspirasi atau gagasan siswa dalam pembelajaran penyusunan Pantun.

DAFTAR PUSTAKA

Gagne, 1984. Membaca didefinisikan sebagai suatu proses. www.apresiatif_membaca.co.id.

Toeti Soekamto, 1992. “Berbicara tentang membaca”. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Toeti, 1992. “Pembelajaran Proses Belajar”. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sistem Pendidikan Nasional. (UU. No. 2 Tahun 1989). “Motivasi Belajar”. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.

Yeti Mulyati, dkk. 2007. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta. Universitas Terbuka.

Baris, 1983. “Pendekatan proses dalam menulis”, Jakarta. Universitas Terbuka.

Guilford, 2007. “Kreativitas Merupakan Kemampuan atau Kecakapan”. Jakarta. Universtas Terbuka.

Imansjah Alipandie, 1984, “Didaktik Metodik Pendidikan Umum”. Jakarta, Universitas Terbuka.

Sumiati Side, 1984, “Prinsip utama belajar adalah pengulangan”. Universitas Terbuka. Jakarta.

Sri Anitah Wiryawan; 1990. “Cara tepat untuk menyesuaikan tugas dan memperkaya pengalaman disekolah melalui kegiatan diluar kelas”. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Sudirman, 1992, “Ilmu Pendidikan”. Jakarta. Universitas Terbuka.