UPAYA MENINGKATAN PEMBELAJARAN SISWA MELALUI PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA KELAS V SEMESTER II SDN JEJERUK KECAMATAN BLORA KABUPATEN BLORA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
UPAYA MENINGKATAN PEMBELAJARAN SISWA
MELALUI PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA
KELAS V SEMESTER II SDN JEJERUK
KECAMATAN BLORA KABUPATEN BLORA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Endang Supilih
SDN Jejeruk Kecamatan Blora Kabupaten Blora
ABSTRAK
Perjalanan yang berliku-liku dan penuh tantangan semenjak proses terbentuknya sampai pada keadaan sekarang yang menghantarkan IPA sebagai bahan kajian yang menarik. Apalagi akhir-akhir ini ada sekelompok orang yang meragukan eksistensi IPA. Karena banyaknya penyelewengan dan pengkhianatan Pancasila, sehingga pembangunan manusia seutuhnya menjadi terhambat. Dan ada pula yang mempertanyakan keberhasilan pengajaran IPA terhadap moral pelajar khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar IPA dengan diterapkannya pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD (b) Bagaimanakah pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran Cooperative Learning Tipe STAD terhadap motivasi belajar IPA. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Mengetahui peningkatan prestasi belajar IPA setelah diterapkannya pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD. (b.) Mengetahui pengaruh motivasi belajar IPA setelah diterapkan pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD. (c) Menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran IPA. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari 4 tahap, yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IV tahun pelajaran 2012/2013 Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi beljar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (38,8%), siklus II (66,7%), siklus III (88,8%). Simpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif dapat berepengaruh positif terhadap prestasi dam motivasi belajar siswa Kelas V serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran IPA.
Kata Kunci: IPA, Cooperative Learning Tipe STAD
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
IPA adalah Ilmu Pengetahuan yang mempelajari gejala alam, baik yang me–nyangkut makhluk hidup maupun benda mati. Pada prinsipnya, IPA diajarkan untuk membekali siswa agar mempunyai Penge–tahuan (mengetahui berbagai cara) dan Ketrampilan (cara mengerjakan) yang dapat membantu siswa untuk memahami gejala alam secara mendalam.
Berdasarkan hasil penelitian hasil belajar pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas V Semester II SDN Jejeruk Kecamatan Blora Kabupaten Blora, menun–jukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah dalam ulangan harian (nilai rata-rata pada semester I tahun pelajaran 2012/2013 adalah 65 dengan ketuntasan 70%). Hasil penelitian ini diperoleh oleh penulis yang sekaligus sebagai guru kelas V SDN Jejeruk dan juga sebagai peneliti dalam laporan ini. Disamping hasil belajar siswa, pengamatan peneliti atau penulis menunjukkan bahwa kualitas proses belajar mengajar juga masih kurang memadai atau rendah. Beberapa indikator yang menunjukkan rendahnya kualitas proses belajar mengajar antara lain:
- Masih kurang memadainya sarana dan prasana tempat belajar, khu–susnya meja-meja dan kursi kelas V untuk belajar diskusi kelompok.
- Masih terbatasnya alat-alat prak–tikum.
- Masih rendahnya partisipasi siswa-siswa dalam proses belajar meng–ajar yang ditandai dengan kurang aktifnya siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran.
- Motifasi siswa yang masih rendah, ditandai dengan masih banyaknya siswa yang masih terlambat, tidak mengerjakan tugas, bermain sen–diri dalam kelas.
Identifikasi Masalah
Dari hasil penelitian, dapat diidentifikasikan masalah yang dihadapi, yaitu:
1) Mengapa nilai ulangan harian siswa kelas V Semester II dalam mata pelajaran IPA pada materi gaya magnet kurang bagus?
2) Apakah saya sebagai guru sekali–gus peneliti sudah menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan materi gaya magnet kelas V semester II SDN Jejeruk ?
3) Mengapa siswa kurang aktif dalam mengikuti mata pelajaran IPA?
Analisis Masalah
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah terindetifikasi, maka ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut: Apakah penggunaan model pem–belajaran kooperatif (cooperatif learning) tipe STAD dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar IPA pada materi gaya magnet siswa kelas V Semester II SDN Jejeruk ?
Rumusan Masalah
Melihat rendahnya hasil belajar kelas V SDN Jejeruk dalam mata pelajran IPA materi gaya magnet, maka peneliti sekaligus sebagai guru kelas V mengambil tindakan kelas untuk memecahkan masalah ini dengan menerapkan model pembelajar–an kooperatif tipe STAD yang lebih menekankan pada kerja sama dalam kelompok kecil.
Pemecahan Masalah
Berdasarkan landasan teoritik di muka, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: dengan mengguna–kan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA tentang gaya magnet. Dalam hal ini ditunjukkan oleh 85,7% siswa telah belajar dengan tuntas. Dengan berlandaskan teori-teori yang sudah dipikir oleh penulis dari kerangka berpikir diatas, diduga melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar kelas V mata pelajaran IPA pada materi gaya magnet.
Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA bagi siswa SD pada umumnya.
2) Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan hasil belajar dan kualitas proses mata pela–jaran IPA pada materi gaya magnet bagi kelas V semester II SDN Jejeruk pada tahun 2012/2013.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat un–tuk meningkatkan kualitas pendidikan yang meliputi:
1) Manfaat untuk siswa adalah me–ningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Jejeruk pada mata pelajaran IPA materi gaya magnet.
2) Manfaat untuk guru adalah mem–perdalam pemahaman dan peng–gunaan tentang model pembelaja–ran kooperatif tipe STAD dan menguasai teknik dalam pelak–sanaanya.
3) Manfaat untuk sekolah adalah meningkatkan pembelajaran kare–na adanya inovasi model pem–belajaran dengan menggunakan kooperatif tipe STAD sehingga berdampak pada peningaktan kualitas out put dan out came sekolah.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TIN–DAKAN
STAD (Student Teams Achievement Division)
Ada empat tipe yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran kooperatif (Abdurrahman dan Bintoro, 2000 dalam Nurhadi, 2003), yakni salah satunya adalah tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Tipe STAD dikembangkan oleh Robert Stavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. Tipe ini dipandang yang paling sederhana dan paling langsung dari pendidikan pembelajaran kooperatif.
Langkah-langkah model pembela-jaran kooperatif tipe STAD adalah:
a. Para siswa dibagi menjadi bebera-pa kelompok, 6 kelompok masing-masing kelompok mempunyai anggota yang heterogen baik laki-laki dan perempuan.
b. Guru menyampaikan materi pela-jaran.
c. Guru membagikan materi pada masing-masing kelompok pada laki-laki dan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran melalui tanya jawab dan diskusi antar sesama anggota kelompok.
d. Selanjutnya masing-masing kelom-pok mempresentasikan kedepan kelas diwakili satu anak (pelapor)
e. Selanjutnya tanggapan dari masing-masing kelompok.
f. Selanjutnya guru memberi tang-gapan dan penegasan dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaan materi kepada siswa secara individu atau kelompok yang mendapat skor tertinggi di beri penghargaan.
g. Kesimpulan pelaksanaan tipe stad melalui tahapan sebagai berikut.
1). Penjelasan materi
2). Diskusi kerja kelompok
3). Validasi oleh guru
4). Evaluasi
5). Menentukan nilai individu dan kelompok
6). Penghargaan individu atau kelompok
Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang bermuara pada pendekatan konstruktivisme. Model pembe–lajaran kooperatif siswa belajar bersama, saling menumbangkan pikiran dan bertang–gung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu dan kelompok (Slavin, 1991). Model pembelajaran ini berpandangan bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami kon–sep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan konsep-konsep tersebut dengan teman sebayanya (Slavin, 1994).
Beberapa hal yang perlu diperhati–kan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah:
a. Bentuk kelompok (jumlah anggota kelompok, tingkat kemampuan anggota kelompok)
b. Konsep dan sub konsep yang akan diajarkan
c. Tugas yang harus dilakukan siswa (misalnya LKS)
d. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
e. Keterampilan dan strategi yang dilatihkan, dan
f. Metode evaluasi yang digunakan
Pada penerapan model pembela–jaran kooperatif siswa dibagi dalam kelompok-kelompok tertentu. Dalam model pembelajaran ini siswa diberi kesempatan bekerja sama untuk menyelesaikan masalah, untuk mencapai tujuan. Dalam model pembelajaran ini nampaknya ada komponen-komponen utama dari pembela–jaran kooperatif merupakan bagian intregal dari setiap model pembelajaran kooperatif. Pertama, pembelajaran kooperatif meng–ajak siswa bekerja sama untuk menye–lesaikan tugas-tugas, memecahkan mas–alah, menjawab pertanyaan, melengkapi lembar kerja. Kedua, pengaturan siswa untuk saling membantu, berbagi tugas, dan mendukung belajar teman lainnya dalam kelompok. Ketiga, adanya saling ketrgantungan positif diantara anggoa kelompok. Keempat, penumbuhan rasa tanggung jawab untuk belajar dan bekerja sama. Kelima, terjadinya pemrosesan kelompok dalam belajar.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan keefektifan kelompok dan menghambat keefektifan kerja kelompok. Menurut Brown, Collins, dan Duguid (1989), faktor-faktor penting yang mem–pengaruhi keberhasilan belajar kelompok adalah:
1) Pemecahan masalah kolektif
2) Peran-peran majemuk tampilan
3) Strategi konfontasi dan salah konsep, dan
4) Penyediaan ketrampilan-ketrampil–an kerja kolaboratif.
Pandangan-pandangan tersebut kadang-kadang menimbulkan salah konsep yang butuh untuk dikonfrontasikan. Namun, adanya pertentangan-pertentang–an tersebut dapat meningkatkan perkembangan kognitif (Forman, Coedle, Carr dan Geogoirus, 1991).
Berdasarkan ketiga tahapan yang telah diuraikan di atas, maka pelaksanaan pembelajaran kooperatif dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1. Pendahuluan: Menetapkan dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
a. Menjelaskan kepada siswa proses kooperatif yang akan digunakan, tujuan pembelajaran, dan meng–kaitkannya dengan pengetahuan awal siswa.
b. Menetapkan tingkah laku dan interaksi antara siswa yang diharapkan.
Langkah 2. Penyajian Informasi (Garis besar materi pelajaran)
a. Menyajikan informasi/konsep kunci secara verbal atau dalam bentuk hand out.
Langkah 3. Mengatur siswa ke dalam kelompok belajar
a. Mengatur kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen berdasarkan kemampu–an intelektual dan jenis kelamin. Dalam setiap kelompok harus ada siswa dengan tingakt intelektual tinggi, sedang dan rendah.
b. Mengatur peran setiap anggota kelompok dalam kelompoknya.
Langkah 4. Membantu siswa bekerja dan belajar dalam kelompok.
Langkah 5.Memberikan tes/kuis
a. Tes/Kuis diberikan secara individu dan tidak diperknankan untuk saling bekerja sama. Penilaian dilakukan oleh guru/fasilitator dan skor peningkatan kelompok di dasarkan atas skor individu.
Langkah 6. Memberikan penghargaan pada kelompok
a. Penghargaan untuk kleompok bisa berupa benda, status, sanjung–an/pujian dan sebagainya.
Kerangka Berpikir
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan (Suriasumantri, 1986). Kriteria pertama agar suatu pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis.
Kerangka berpikir yang digunakan peneliti antara lain memuat (1) Variabel-variavbel yang akan diteliti harus dijelaskan dan (2) diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan/hubungan antarvariabel yang diteliti dan ada teori yang mendasar. Contoh alur kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah:
Bagan Kerangka Berpikir
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELA-JARAN
Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas V semester II SDN Jejeruk Kecamatan Blora Kabupaten Blora tahun pelajaran 2012/ 2013. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan tanggal 2 Februari 2013 dan Siklus II dilaksanakan tanggal 23 Februari 2013. Penelitian ini dilakukan pada waktu pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan tema tentang Gaya Magnet kelas V semester II di SDN Jejeruk Kecamatan Blora Kabupaten Blora tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian dilakukan di Kelas IV dimana jumlah siswa terdiri dari 18 siswa dengan perbandingan 12 putri dan 6 putra dengan karakteristik siswa mayoritas kehidupan dari kalangan Petani dengan tingkat kemampuan ekonomi dan kepandaian siswa rata-rata kurang.
Sumber Data
Data Penelitian Tindakan Kelas ini diambil atau dikumpulkan melalui guru kelas yaitu peneliti sendiri dan siswa IV semester II tahun 2012/2013 SDN Jejeruk Kecamatan Blora Kabu–paten Blora.
Jenis Data
Jenis data penelitian ini meliputi:
a. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang diambil dari hasil observasi tentang kegiatan pembelajaran guru dan keaktifan belajar siswa dalam mengikuti materi pembelajaran.
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang sifatnya terukur yang dinyatakan dengan angka-angka. Data diambil dari hasil belajar siswa yang berhubungan dengan materi pembelajaran IPA.
Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui:
- Tes tertulis
Tes tertulis ini dilaksanakan pada setiap akhir kegiatan pembela-jaran. Pada setiap siklus. Nilai yang diperoleh pada ulangan inilah sebagai data yang akan dianalisis.
- Observasi
Observasi dilakukan oleh teman sejawat sesame pendidik yang mengampu mata pelajaran matematika dan kepala sekolah. Observer dan kepala sekolah ikut masuk dalam ruangan kelas, untuk mengamati langsung kegiatan pembelajaran pada setiap siklusnya, sehingga selama kegiatan pembelajaran berlangsung dapat diikuti terus menerus baik dari sisi pendidiknya maupun dari sisi peserta didik. Hal-hal yang diobservasi adalah sikap, ucapan , gerakan dan tingkah laku peserta didik maupun langkah-langkah yang diambil oleh peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Hasil observasi ini yang akan dijadikan bahan refleksi untuk perbaikan proses pembelajaran pada siklus berikutnya.
- Hasil refleksi
Refleksi dari teman sejawat sesama pendidik yang mengajar mata pelajaran matematika dan kepala sekolah dilksanakan setelah proses pembelajaran selesai pada setiap siklus. Kekurangan yang terjadi pada setiap siklus baik dari perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembe-lajaran didiskusikan untuk memperoleh perencanaan dan pelaksanaan yang lebih baik dari pada siklus sebelumnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBELA-JARAN
Pembelajaran Awal
a. Rencana
Pembelajaran sebelum pelak-sanaan tindakan kelas, guru mengajar secara konvensional. Guru cenderung menstranfer ilmu pada siswa, sehingga siswa pasif, kurang kreatif, bahkan anak cepat bosan. Disamping itu dalam menyampaikan materi guru tanpa menggunakan alat peraga.
Melihat kondisi pembelajaran yang monotun, suasana pembelajaran tampak kaku, berdampak pada nilai yang diperoleh siswa kelas V pada kompetensi dasar mendiskripsikan peristiwa rotasi bumi, revolusi bumi dan revolusi bulan sebelum siklus I (Pra siklus). Seperti pada tabel 2 banyak siswa belum mencapai ketuntasan belajar minimal dalam pembelajaran kompetensi dasar tersebut. Hal ini di indikasikan pada capaian nilai hasil belajar di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70.
b. Pelaksanaan
Tatap muka pada pembelajar-an awal dengan RPP tentang materi Gaya Magnet. Metode pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran penguasaan metode Cooperative Learning Tipe STAD dengan panduan Lembar Kerja Siswa (LKS) adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Guru secara klasikal menjelas-kan strategi pembelajaran yang harus dilaksanakan siswa.
2. Secara kelompok siswa ber-kompetensi membuat gambar bidang magnet, kelompok yang selesai lebih dahulu kemudian mengamatinya.
3. Secara kelompok siswa men-cari dan menemukan perbeda-annya bidang gambar magnet dengan panduan lembar kerja siswa (LKS).
4. Secara kelompok siswa berdis-kuis menyelesaikan LKS.
5. Secara kelompok siswa ber-tanya jawab antara kelompok untuk memperesntasikan hasil kerjanya.
6. Kelompok yang mendapatkan skor paling tinggi menapat hadiah.
7. Guru memberi umpan balik hasil pemahaman siswa terha-dap materi yang dipalajari dengan mengadakan evaluasi berupa tes.
8. Guru menilai hasil evaluasi
9. Guru memberikan tindak lan-jut.
Sekilas gambaran proses pem-belajaran awal, guru masih mentranfer materi pada siswa, tapi siswa secara aktif berkerja sama dalam kelompok untuk mencari materi serta mendiskuis-kannya. Siswa tampak aktif dan bergairah dalam pembelajaran. Dalam kegiatan ini mereka saling bekerja sama dan bertanggung jawab untuk berkompetensi dengan kelompok lain dalam menyelesaikan Lembar Kerja Siswa suasana pembelajaran lebih menyenangkan, nampak semua siswa bergairah dalam mengikuti pelajaran.
Tabel 1. Lembar analisis nilai tes formatif
No |
Nama Siswa |
Nilai |
Ketuntasan |
|
|
Tun-tas |
Belum Tuntas |
||||
1. |
Wisnu Risky Mei Sandi |
40 |
– |
Ö |
|
2. |
Edi Prasetyo |
60 |
– |
Ö |
|
3. |
Heriyanto |
60 |
– |
Ö |
|
4. |
Ananda Puguh Saputra |
90 |
Ö |
– |
|
5. |
Wisnu Mustabirin |
80 |
Ö |
– |
|
6. |
Agus Wibowo |
80 |
Ö |
– |
|
7. |
Salma Nur Anggraeni |
60 |
– |
Ö |
|
8. |
Dodik Firmansyah |
70 |
– |
Ö |
|
9. |
Soffiya Dewi H.S |
90 |
Ö |
– |
|
10 |
Andra Yudhatama |
70 |
– |
Ö |
|
11 |
Diana Pertiwi |
90 |
Ö |
– |
|
12 |
Yosea Arwan Kristanto |
60 |
– |
Ö |
|
13 |
Rudy Prasetiyo |
70 |
– |
Ö |
|
14 |
Fienska Chufina Alfatika |
50 |
– |
Ö |
|
15 |
Wisnu Dicky Ardianto |
80 |
Ö |
– |
|
16 |
Setiawan Diki Wahyudi |
90 |
Ö |
– |
|
17 |
Rahma Eka Septiana |
70 |
– |
Ö |
|
18 |
Irfan Edi Prasetiyo |
70 |
– |
Ö |
|
Jumlah Benar |
|
7 |
11 |
|
|
Jumlah Salah |
|
|
|||
Jumlah Total |
1.280 |
|
Gambar 1. Grafik Nilai Pra Siklus
Siklus I
- Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dalam siklus I dapat diuraikan sebagai beri-kut: Pemilihan materi dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar mendis-kripsikan peristiwa rotasi bumi, revolusi bumi dan revolusi bulan. Berdasarkan materi yang dipilih tersebut, kemudian disusun ke dalam Rencana Pelaksana-an Pembelajaran (RPP) Tema yang dipilih dalam siklus I tentang mende-monstrasikan dengan menggunakan model bentuk-bentuk Magnet Berda-sarkan tema yang telah diplih tersebut kemudian dilanjutkan dengan menyu-sun Rencana Pelaksanaan Pembelajar-an (RPP). Masing-masing RPP diberikan alokasi waktu sebanyak 2 x 35 menit, artinya setiap RPP disampaikan 1 pertemuan/1 kali tatap muka. Dengan demikian selama siklus I terjadi 2 kali tatap muka.
- Pelaksanaan Tindakan
a. Pelaksanaan Tatap Muka
Tatap muka I dan II dengan RP tentang materi Gaya magnet. Metode pembelajaran yang digunakan adalah pembela-jaran Cooperative Learning Tipe STAD dengan panduan Lembar Kerja Siswa (LKS) adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Guru secara klasikal men-jelaskan strategi pembe-lajaran yang harus dilaksa-nakan siswa.
2. Secara kelompok siswa berkompetensi memprak-tekkan bidang magnet dengan benda-benda di sekitar, kelompok yang selesai lebih dahulu kemu-dian mengamatinya.
3. Secara kelompok siswa mencari dan menemukan perbedaannya benda yang berpengaruh dengan mag-net dan yang tidak ada pengaruhnya dengan pan-duan lembar kerja siswa (LKS).
4. Secara kelompok siswa berdiskuis menyelesaikan LKS.
5. Secara kelompok siswa bertanya jawab antara kelompok untuk memper-sentasikan hasil kerjanya.
6. Kelompok yang mendapat-kan skor paling tinggi menapat hadiah.
7. Guru memberi umpan balik hasil pemahaman siswa terhadap materi yang dipalajri dengan mengada-kan evaluasi berupa tes.
8. Guru menilai hasil evaluasi
9. Guru memberikan tindak lanjut.
Sekilas gambaran proses pembelajaran pada siklus I, guru tidak lagi menstranfer materi pada siswa, tapi siswa secara aktif berkerja sama dalam kelompok untuk mencari materi serta men-diskuiskannya. Siswa tampak aktif dan bergairah dalam pembela-jaran. Dalam kegiatan ini mereka saling bekerja sama dan ber-tanggung jawab untuk berkompe-tensi dengan kelompok lain dalam menyelesaikan Lembar Kerja Siswa suasana pembelajaran lebih me-nyenangkan, nampak semua siswa bergairah dalam mengikuti pela-jaran.
b. Wawancara
Wawancara dilaksanakan pada saat kegiatan tatap muka setalah selesai diskusi. Kegiatan wawancara dilaksanakan oleh guru terhadap anggota kelompok. Wa-wancara diperlukan untuk menge-tahui sejauh mana perasaan siswa alam memahami materi matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya, dengan menggunakan alat peraga magnet. Hasil wawancara juga digunakan sebagai bahan refleksi.
Tabel 2. Nilai hasil tes formatif Siklus I
No |
Nama Siswa |
Nilai |
Ketuntasan |
|
|
Tun-tas |
Belum Tuntas |
||||
1. |
Wisnu Risky Mei Sandi |
40 |
– |
Ö |
|
2. |
Edi Prasetyo |
40 |
– |
Ö |
|
3. |
Heriyanto |
50 |
– |
Ö |
|
4. |
Ananda Puguh Saputra |
80 |
Ö |
– |
|
5. |
Wisnu Mustabirin |
80 |
Ö |
– |
|
6. |
Agus Wibowo |
90 |
Ö |
– |
|
7. |
Salma Nur Anggraeni |
60 |
– |
Ö |
|
8. |
Dodik Firmansyah |
80 |
Ö |
– |
|
9. |
Soffiya Dewi H.S |
80 |
Ö |
– |
|
10 |
Andra Yudhatama |
60 |
– |
Ö |
|
11 |
Diana Pertiwi |
80 |
Ö |
– |
|
12 |
Yosea Arwan Kristanto |
90 |
Ö |
– |
|
13 |
Rudy Prasetiyo |
80 |
Ö |
– |
|
14 |
Fienska Chufina Alfatika |
80 |
Ö |
– |
|
15 |
Wisnu Dicky Ardianto |
70 |
– |
Ö |
|
16 |
Setiawan Diki Wahyudi |
90 |
Ö |
– |
|
17 |
Rahma Eka Septiana |
100 |
Ö |
– |
|
18 |
Irfan Edi Prasetiyo |
90 |
Ö |
– |
|
Jumlah Benar |
|
12 |
6 |
|
|
Jumlah Salah |
|
|
|||
Jumlah Total |
1.340 |
|
Gambar 1. Grafik Hasil Nilai Siklus I
Siklus II
- Perencanaan Tindakan
a. Pemilihan materi dan penyu-sunan rencan apelaksanaan perbaikan atas kondisi siklus I, materi pelajaran pelajaran dalam siklus II adalah Gaya Magnet. Atas dasar materi pelajaran tersebut kemudian dilanjutkan dengan pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembe-lajaran (RPP). Alokasi Waktu yang dibutuhkan untuk kegiat-an tersebut adalah 2 x 35 menit dengan 2x tatap muka
b. Pembentukan Kelompok Siswa. Pada siklus II, strategi pem-belajaran yang digunakan adalah alat peraga magnet, yang dikemas dalam bentuk kuis yang dikompetisikan antar kelompok, sehingga siswa dibagi menjadi 4 kelompok. Untuk memperebutkan penem-patan letak kertas pada bola secara benar tepat dan cepat.
- Pelaksanaan Tindakan
a. Pelaksanaan Tatap Muka
Tatap muka I dan II de-ngan RPP tentang materi, metode pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran dengan alat peraga magnet. Adapun langkah-langkah sebagai berikut:
1. Guru memberikan evaluasi atas kegiatan pembelajar-an pada siklus I.
2. Guru memberikan motivasi pentingnya strategi meng-garis bawahi dalam mem-buktikan bahwa bumi itu bulat dengan mengguna-kan alat peraga magnet.
3. Guru melatih siswa untuk menerapkan stategi belajar menggunakan magnet atau membuktikan bahwa bumi itu berbentuk bulat.
4. Membimbing siswa untuk merangkum pelajaran
5. Guru memberikan evaluasi dengan tes
6. Guru menilai hasil evaluasi.
Pada Pelaksanaan Pembe-lajaran Siklus II siswa masih belajar kelompok, namun dalam kegiatan kelompok ini siswa ter-tantang untuk lebih mandiri dalam menguasai materi. Karena di samping belajar secara kelompok, mereka antar individu harus berkompetensi secara individual
b. Wawancara
Wawancara dilaksanakan pada saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran. Wawanca-ra diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami, memadukan dengan mata pelajaran lain. Di-samping itu wawancara digunakan untuk mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa. Hasil wawancara digunakan se-bagai hasil refleksi.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka, dalam hal ini obervasi dilakukan oleh 2 (dua) obervasi yaitu guru kelas VI SDN Jejeruk. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui aktivitas siswa secara langsung dalam proses pembe-lajaran. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi.
Tabel 3. Lembar Nilai Tes Formatif Siklus II
No |
Nama Siswa |
Nilai |
Ketuntasan |
|
|
Tun-tas |
Belum Tuntas |
||||
1. |
Wisnu Risky Mei Sandi |
80 |
Ö |
– |
|
2. |
Edi Prasetyo |
80 |
Ö |
– |
|
3. |
Heriyanto |
70 |
– |
Ö |
|
4. |
Ananda Puguh Saputra |
100 |
Ö |
– |
|
5. |
Wisnu Mustabirin |
100 |
Ö |
– |
|
6. |
Agus Wibowo |
90 |
Ö |
– |
|
7. |
Salma Nur Anggraeni |
70 |
– |
Ö |
|
8. |
Dodik Firmansyah |
90 |
Ö |
– |
|
9. |
Soffiya Dewi H.S |
100 |
Ö |
– |
|
10 |
Andra Yudhatama |
90 |
Ö |
– |
|
11 |
Diana Pertiwi |
80 |
Ö |
– |
|
12 |
Yosea Arwan Kristanto |
90 |
Ö |
– |
|
13 |
Rudy Prasetiyo |
80 |
Ö |
– |
|
14 |
Fienska Chufina Alfatika |
80 |
Ö |
– |
|
15 |
Wisnu Dicky Ardianto |
80 |
Ö |
– |
|
16 |
Setiawan Diki Wahyudi |
80 |
Ö |
– |
|
17 |
Rahma Eka Septiana |
100 |
Ö |
– |
|
18 |
Irfan Edi Prasetiyo |
80 |
Ö |
– |
|
Jumlah Benar |
– |
16 |
2 |
|
|
Jumlah Salah |
– |
|
|||
Jumlah Total |
1.540 |
|
Gambar 3. Grafik Hasil Belajar Siklus II
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat me–ningkatkan kualitas proses belajar mengajar pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 5 Blora.
Beberapa indikator terjadinya peningkatan kualitas proses belajar mengajar tersebut adalah:
a) Keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok maupun dis–kusi kelas.
b) Peningkatan kerja sama dalam kelompok dan tidak tampak sikap individual.
2. Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat me–ningkatkan kualitas hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 5 Blora.
3. Pemberian lembar kerja tiap ke–lompok ternyata dapat meningkat–kan pemahaman siswa terhadap konsep materi gaya magnet.
4. Pujian atau penguatan ternyata mampu meningkatkan hasil bela–jar.
Saran
Beberapa saran yang diajukan terkait dengan hasil pembelajaran (kesim–pulan) diatas adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian tindakan sejenis untuk materi/kosep mata pelajaran yang lain atau menerap–kan model pembelajaran yang lain atau menerapkan model pembela–jaran yang paling cocok untuk materi terkait.
2. Guru lebih kreatif dalam memberi–kan latihan-latihan pada lembar kerja pada setiap proses kegiatan belajar mengajar.
3. Dalam memberikan pujian atau penguatan, guru harus melihat situasi atau kondisi yang terjadi pada kegiatan belajar mengajar sehingga dapat menumbuhkan kompetensi antar siswa khususnya dalam prestasi.
DAFTAR PUSTAKA
Johson, D.W., dan Johnson, R.T., 1989. Cooperative and Competitive: Theory and Researc. Edina, WN: Interaction Book Co.
Lundgren, L., 1994. Cooperative Learning in the Science Classroom. New York: MC. Millan/MC. Graw – Hill.
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning. Masscochusets: Allyn and Bacon Publisher.
Sulistyorini, Sri. 1999. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran IPA. Lembaran Ilmu Pengetahuan. No. 1- tahun XXVIII-1999-11-19. Semarang: IKIP Semarang.
Winata Putra, Udin. S. [et.al]. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.