UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI LEMAHIRENG 03 KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG

SEMESTER I1 TAHUN PELAJARAN2016/2017

Agustina Dwi Cahyani

Elvira Hoesein Radia

Program Studi S1 PGSD FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

 
ABSTRACT
This study aims to improve student learning outcomes by using model Two Stay Two Stray (TSTS) in the fourth grade elementary school Lemahireng 03 Bawen District of Semarang District. This type of research is the Classroom Action Research (CAR) conducted in two cycles, each cycle consisting of action planning, action, observation and reflection. Subjects in the study is the fourth grade students of SDN Lemahireng 03. Data were collected through interviews, data were analyzed with descriptive comparative techniques. The improvement seen from the results of student learning before action 14 students who achieve KKM amounted to (42.42%), in cycle 1 to 21 students who completed (63.64%) and in cycle 2 to 31 were completed (93.40%). Application of learning models Two Stay Two Stray (TSTS) that can improve student learning outcomes in science subjects fourth grade elementary school Lemahireng 03 Bawen.

Keywords: Science learning outcomes, learning science, Two Stay Two Stray (TSTS), energy

PENDAHULUAN

Pendidikan memegang peranan penting bagi kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan (Isjoni,2010). Salah satu upaya dalam meningkatkan dan menyempurnakan mutu pendidikan yaitu penggunaan strategi pengajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar. Sanjaya (2010), menjelaskan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran tercapai serta efektif dan efisien. Menurut Dimiyati dan Mudjiono (2006: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu tindakan belajar dan tindakan mengajar. Oleh karena itu hasil belajar bukan hanya dilihat dari pencapaian hasil belajar siswa melainkan tindakan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Sehingga pencapaian hasil belajar akan memperoleh hasil yang lebih baik apabila tindakan yang dilakukan guru dalam mengajar juga terlaksana dengan baik. Nilai rata-rata pelajaran IPA yaitu masih rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Dengan Ketuntasan Kriterian Minimal (KKM) yaitu 70 , terdapat 70% siswa masih dibawah KKM atau tidak tuntas dikarenakan siswa kurang memahami pembelajaran dan kurang minatnya siswa untuk belajar IPA dan hanya 30 % siswa yang tuntas. Dari hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan terhadap guru siswa kelas IV SD Negeri Lemahireng 03 Bawen terdapat beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran IPA, diantaranya ada guru yang masih menggunakan metode konvensional. Akibatnya hasil belajar siswa kurang memuaskan dan kurang maksimal, karena dari 33 siswa hanya terdapat 14 siswa yang mencapai KKM sedangkan 19 siswa masih dibawah KKM yang telah ditentukan. Sehingga perlu adanya upaya untuk meningkatkan hasil belajar yang dapat mencapai batas KKM. Menurut peneliti, model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Tujuan penelitian ini yaitu: 1)Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan penerapan Two Stay Two Stray pada siswa kelas IV SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Semester II tahun 2016/2017; 2) Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Semester II tahun 2016/2017.

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam kamus Fowler (1951), ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi. Pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan dalam fakta, konsep, prinsip, dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui sebuah serangkaian metode ilmiah. Dalam hal ini sejalan dengan Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa IPA berhubungan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga tidak hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga suatu proses penemuan.

Hasil Belajar

Secara umum menurut Deni Dharmawan dan Permasih(2011:140) hasil belajar IPA juga dipengaruhi oleh motivasi siswa baik yang internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis yang bersifat bawaan, faktor psikologis bersifat keturunan dan faktor kematangan fisik maupun psikis. Sedangkan faktor eksternal seperti faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, dan faktor spiritual.

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray

Model belajar mengajar Two Stay Two Stray pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990). Menurut (Miftahul, 2011:140), model ini dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatn umur. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Mengajak siswa untuk berperan secara aktif dalam mencari informasi bersama teman dalam satu kelompok. Meningkatkan semangat kerjasama siswa selama ini siswa kurang dalam bekerjasama sehingga tidak ada semangat siswa untuk belajar. Dalam model pembelajaran Two Stay Two Stray ini mengajak siswa untuk membagikan dan informasi kepada teman yang lain dalam kelompok yang berbeda sehingga dalam setiap kelompok akan mendapatkan materi yang berbeda kemudian akan di bagikan kepada teman yang lain. Mengajak siswa untuk lebih aktif dalam mendapatkan informasi baik dengan individu maupun dengan kerjasama dengan kelompok, bertanya jawab dengan teman, mencari jawaban, dan membagi hasil diskusi bahkan menyimak materi yang disampaikan oleh kelompok yang lain. Melatih siswa dalam tanggung jawab untuk mendapatkan informasi yang kemudian akan di sampaikan di akhir pembelajaran sehingga setiap individu akan mendapatkan tugas masing-masing dalam kelompok sehingga tidak ada siswa yang tidak bekerja.

Menurut Miftahul Huda (2011:141), langkah – langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray sebagai berikut:

1. Siswa bekerjasama dengan kelompok berempat sebagaimana mestinya

2. Guru memberikan subpokok bahasan pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama dengan anggota kelompok masing-masing

3. Setelah selesai, 2 anggota dari masing-masing kelompok diminta meninggalkan kelompoknya masing-masing untuk menjadi tamu dan 2 anggota lagi tetap berada dalam kelompoknya untuk menjadi tuan rumah

4. Dua orang yang tinggal dalam kelompok atau tuan rumah bertugas membagi informasi hasil diskusi ke tamu yang berkunjung

5. “Tamu” mohon diri dan kembali ke kelompk yang semula dan melaporkan apa saja yang mereka temukan dari kelompok lain

6. Kelomopok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka

7. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

Tahapan_Tahapan pembelajaran Two Stay Two Stray sebagai berikut:

1. Persiapan

Pada tahap ini hal yang dilakukan oleh guru yaitu membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa apa saja yang harus dikerjakan dan membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 anggota kelompok yang heterogen untuk menghindari kelompok yang pandai saja atau yang rendah saja.

2. Presentasi Guru

Pada tahap ini guru menjelaskan indikator yang akan di capai dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

3. Kegiatan Kelompok

Pada kegiatan pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tentang tugas-tugas yang akan didiskusikan oleh kelompok kecil yang terdiri dari 4 anggota kelompok. Setiap kelompok mendapatkan satu topik permasalahan kemudian akan di cari solusi bersama kelompoknya. Permasalahan yang didapatkan akan diselesaikan dengan cara sendiri dari masing-masing kelompok. Kemudian 2 anggota dari 4 siswa akan menjadi tamu dan 2 siswa akan menjadi tuan rumah. 2 siswa akan bertamu untuk mendapatkan informasi dari kelomok lain sedangkan yang menjadi tuan rumah akan membagi hasil diskusi . Setelah 2 siswa menjadi tamu mohon diri untuk kembali ke kelompok asal untuk melaporkan temuannya dan informasi yang didapatkan dari kelompok lain serta mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

4. Formalisasi

Setelah siswa belajar dalam kelompok untuk mencari informasi dari kelompok lain dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan salah satu kelompok akan mempresentasikan hasil dari diskusi kelompokknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lain. Kemudian guru akan membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.

5. Evaluasi Kelompok atau penghargaan

Tahapan evalusi ini untuk mengetahui seberapa kemampuan siswa dalam menerima materi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray . Masing-masing siswa akan diberi kuis dari pertanyaan-pertanyaan tentang apa saja yang telah dipelajari dari hasil pembelajaran dengan Two Stay Two Stray kemudian memberi penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor paling tinggi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reasearch) merupakan penelitian yang dilaksanakan sebagai upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran demi mencapai tujuan pendidikan. Model penelitian tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral Kemmis dan Mc Taggart dengan melalui empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan tindakan. Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reasearch) ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2016 / 2017 mulai dari bulan Januari hingga bulan April di SDN Lemahireng 03 Bawen. Subjek yang akan diteliti adalah siswa kelas IV SDN Lemahireng 03 yang berjumlah 33 siswa yang terdiri dari 17 siswa perempuan dan 16 laki-laki.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif learning tipe Two Stay Two Stray. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif dimana dalam penyajiannya siswa belajar untuk menyampaikan pendapat dan membagi informasi kepada kelompok lain.

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah teknik tes dan non tes.Teknik tes menggunakan instrument soal tes, sedangkan teknik non tes menggunakan lembar observasi. Instrumen Penelitian Data berupa instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar soal Postest pada siklus I dan siklus II.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Lemahireng 03 Bawen Kabupaten Semarang pada kelas IV yang berjumlah 33 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2.

Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada kelas IV SD Negeri Lemahireng 03 Bawen dengan jumlah 33 siswa pada mata pelajaran IPA belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Tabel Distribusi Ketuntasan Belajar Pra Siklus Siswa Kelas IV Semester II  SD Negeri Lemahireng 03 Bawen

No

Ketuntasan

Jumlah

Presentase

1

Tuntas (≥ KKM 70)

14

42,43

2

Belum Tuntas ( < KKM 70)

19

57,57

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat adanya perbandingan siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar (KKM ≥ 70) adalah sebanyak 14 siswa (42,43%) sedangkan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan belajar sebanyak 19 siswa (57,57%). Dengan nilai tertinggi adalah 85 sedangkan nilai terendah adalah 30.

Praktek siklus I dilaksanakan dengan materi energi dan penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan penelitian siklus I ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 Februari 2017 selanjutnya pada pertemuan kedua dilaksanakan hari Rabu tanggal 22 Februari 2017. Melalui tahap perencanaan, pelaksanaan dan observasi, dan refleksi sehingga mendapatkan hasil belajar sebagai berikut:

Tabel Distribusi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas IV Semester II SDN Lemahireng 03 Bawen Siklus I

No

Ketuntasan

Jumlah

Persentase

1

Tuntas ( ≥ KKM 70)

21

63,63%

2

Belum tuntas ( < KKM 70)

12

36,37%

Pada siklus 1 terdapat beberapa kekurangan yang akan disempurnakan pada siklus 2. Siklus 2 melalui beberapa tahap seperti siklus 1 yang dilaksanakan dalam 2 pertemuan. Berikut ini adalah Distribusi frekuensi ketutasan hasil belajar IPA siklus 2 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Distribusi Ketuntasan Belajar pada Posttest Siswa Kelas IV Semester II SDN Lemahireng 03 Bawen Siklus II

No

Ketuntasan

Jumlah

Persentase

1

Tuntas ( ≥ KKM 70)

31

93,93%

2

Belum tuntas ( < KKM 70)

2

6,06%

Berdasarkan observasi pada siklus II secara keseluruhan sudah terlaksana dengan baik dari siklus sebelumnya. Terjadi peningkatan yang lebih baik dari siswa dan guru. Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Lemahireng 03 Bawen melalui penerapan pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Rekapitulasi perbandingan hasil belajar IPA dari kondisi awal sampai siklus II sebagai berikut:

Tabel Perbandingan Rekaptulasi Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi awal, siklus I dan Siklus II

No

Perolehan Nilai

Prasiklus

Siklus 1

Siklus 2

1.

< 70

19

12

2

2.

≥ 70

14

21

31

Persentase Ketuntasan

42,42%

63,64%

93,40%

Rata-Rata

62

72

81

Nilai Tertinggi

85

95

100

Nilai Terendah

30

50

55

Terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang pada kondisi awal terdapat 14 dengan presentase 42,42% sedangkan siswa yang tuntas sedangkan 19 siswa dengan presentase 57,58% belum mencapai ketuntasan (KKM≥70). Dengan rata-rata klasikal 62, kemudian diberikan suatu tindakan dalam siklus yang terbagi menjadi 2 siklus setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Hasil belajar IPA meningkat setelah diberikan tindakan melalui siklus dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Siklus I mengalami peningkatan sebesar 21 siswa dengan presentase 63,64% yang mencapai batas ketuntasan sedangkan 12 siswa dengan presentase 36,36% belum mencapai ketuntasan. Nilai rata-rata pada siklus 1 meningkat menjadi 72 karena belum memenuhi target pencapaian hasil belajar siswa yaitu 80% maka dilanjutkan penelitian dengan siklus II, dimana pada siklus II ini siswa yang tuntas meningkat menjadi 31 siswa dengan presentase 93,40% sedangkan yang belum mencapai ketuntasan 2 siswa dengan presentase 6,60% dikarenakan beberapa faktor diantaranya faktor keluarga dan juga faktor dari siswa tersebut yang kurang belajar, mudah untuk terganggu konsentrasinya, serta daya tangkap yang rendah.

Peningkatan ketuntasan hasil belajar IPA siklus I dan siklus II sejalan dengan penelitian yang dilakukan Suci Risna Tykha (2015), Nikmah, Siti Maskiatun (2013), Wulantika, Nety Agustin (2011), Ulum, Miftachul (2011), Krisnawati, Diyan (2015), dan Hari Satrijono.

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar materi Energi dan Perubahannya dalam Kehidupan Sehari-hari siswa kelas IV SDN Lemahireng 03 Bawen tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini dibuktikan melalui peningkatan persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Peningkatan tersebut terjadi pada tiap siklusnya, mulai dari kondisi awal ketuntasan siswa sebelum tindakan yang cenderung masih rendah yaitu 42,42%. Pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 63,64% dan siklus II terjadi peningkatan ketuntasan menjadi 93,40%. Jadi, dalam penilitian ini peneliti berhasil melebihi batas bawah presentase ketuntasan belajar siswa yaitu sebesar 80%.

Hasil penelitian yang menerapkan penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray hendaknya: 1) memberikan kesempatan siswa untuk mencari informasi secara mandiri; 2) guru memberi pengarahan secara jelas; 3) memberikan waktu yang cukup untuk siswa berdiskusi dan mencari informasi.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineksa Cipta.

Djumadi. (2013). Perbandingan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Pembelajaran Two Stya Two Stray Dengan Think Pair Share Pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Kartasura Sukoharjo Tahun 2012/2013. Jurnal Biologi Universitas Sebelas Maret , Vol 10, No 1.

Huda, Miftahul. (2015). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

……………….. (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Idrus, I. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Sebagai Upaya Meningkatkan Aktifitas Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 22 Kota Bengkulu. Prosiding Biologi Universitas Sebelas Maret, Vol 11, No 1.

Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Ignatius. 2014. Penerapan Pembelajaran Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa. FKIP UNTAN

Krisnawati, Diyan. 2015. Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada Siswa Kelas III SDN Kolomayan 02 Kecamatan Wonodadi Kecamatan Blitar. Universitas Negeri Malang

Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning, Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Nikmah, Siti Maskiatun. 2013. Penerapan Model Pembelajaran TSTS ( Two Stay Two Stray) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Kelas V SDN NGembul 03 Kabupaten Blitar. Skripsi, Jurusan Kependidikan SEkolah Dasar dan Prasekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang.

Prihartini. (2013). Perbedaan Pengaruh Metode Pembelajaran Kooeratif Tipe Two Stay Two Stray Dan Metode Ceramah Terhadap Hasil Belajar PKn Pada siswa Kelas X SMA Negeri 1 Pabelan Kabupaten Semarang Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/2013. Satya Widya , Vol 29, No 2 .

Sanjaya, Wina. (2010). Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

. Satrijono, H. (2012). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) . JIPSD, 39

Slameto. 2015. Metodologi Penelitian dan Inovasi Pendidikan. Salatiga: Satya Wacana University Press.

Suci. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V MIN Mergayu Bandung Tulungagung. Fakultas Tarbiah IAIN Tulungagung.