UPAYA MENINGKATAN PRISTASI BELAJAR IPA MATERI ENERGI PANAS
UPAYA MENINGKATAN PRISTASI BELAJAR IPA
MATERI ENERGI PANAS MELALUI COOPERATIVE LEARNING
SISWA KELAS V SEMESTER I DI SDN TAMBAHREJO
KECAMATAN BLORA KABUPATEN BLORA
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Sugiyarti
SDN Tambahrejo Kecamatan Blora Kabupaten Blora
ABSTRAK
Pendidikan untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas kita sebagai guru untuk mengembangkan potensi secara optimal, pengembangan itu dimulai sejak sekarang yaitu pada usia dini sejak dari masih di bangku sekolah dasar. Kalangan guru sering mengatakan rendahnya mutu pendidikan termasuk di dalamnya mata pelajaran IPA. Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Meningkatkan prestasi belajar IPA dengan diterapkannya pembelajaran Cooperative Learning (b) Mengetahui pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran Cooperative Learning terhadap motivasi belajar Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Meningkatkan prestasi belajar IPA setelah diterapkannya pembelajaran Cooperative Learning. (b.) Mengetahui motivasi belajar IPA setelah diterapkan pembelajaran Cooperative Learning. (c) Memperbaiki proses pelaksanaan pembelajaran IPA. Penelitian ini menggunakan tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari 4 tahap, yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas V semester I di SDN Tambahrejo Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, observasi selama kegiatan belajar mengajar. hasil analisis didapatkan bahwa prestasi beljar siswa mengalami peningkatan dari siklus pra yaitu pra, siklus (38%), siklus I (66,%), siklus II (88,%).
Kata Kunci : IPA, Energi Panas Cooperative Learning
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas kita sebagai guru untuk mengembangkan potensi secara optimal, pengembangan itu dimulai sejak sekarang yaitu pada usia dini sejak dari masih di bangku sekolah dasar. Kalangan guru sering mengatakan rendahnya mutu pendidikan termasuk di dalamnya mata pelajaran IPA, diajarkan untuk membekali siswa agar mempunyai Pengetahuan dan Ketrampilan (cara mengerjakan) yang dapat membantu siswa untuk memahami gejala alam secara mendalam.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menekankan pada pemberian pengalaman belajar dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam memahami tentang materi melakukan percobaan/demonstrasi/permainan akan sangat bermakna bagi para siswa. Teori belajar mengatakan, bahkan belajar yang efektif harus melalui pengalaman. Belajar melalui pengalaman (learning by doing) dalam bentuk eksplorasi dan manipulasi akan menjadikan sesuatu yang dipelajari diingat untuk waktu lama (long term memory). Dalam penelitian ditemukan bahwa seseorang akan mengingat dan menggunakan kembali pengetahuan yang diperoleh, apabila pengetahuan tersebut dihasilkan dari upaya “mengonstruksi” sendiri (Mc. Namara & Helay, 1995).
Berdasarkan hasil penelitian hasil belajar pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas V semester I di SDN Tambahrejo , menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah dalam ulangan harian (nilai rata-rata pada semester I adalah 65 dengan ketuntasan 70%). Hasil penelitian ini diperoleh oleh penulis yang sekaligus sebagai guru kelas V di SDN Tambahrejo dan juga sebagai peneliti dalam laporan ini. Disamping hasil belajar siswa, pengamatan peneliti atau penulis menunjukkan bahwa kualitas proses belajar mengajar juga masih kurang memadai atau rendah.
Pembelajaran kooperatif learning merupakan model pembelajaran yang didalamnya siswa bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan khusus atau menyelesaikan sebuah tugas. Dalam pembelajaran ini nampaknya ada komponen-komponen utama dari pembelajaran kooperatif. Pertama, pembelajaran kooperatif learning mengajak siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas, memecahkan masalah, mereview kuis, mengerjakan aktivitas praktikum, melengkapi lembar kerja: kedua, pengetahuan siswa dalam kelompok kecil yang hetorogen menantang siswa untuk saling membantu, berbagi tugas dan mendukung belajar teman lainnya dalam kelompok. Ketiga, adanya saling ketergantungan positif diantara anggota kelompok. Keempat, penumbuhan rasa tanggung jawab untuk belajar dan bekerja sama. Kelima, terjadinya pemrosesan kelompok dalam belajar.
Rumusan Masalah
1. Apakah nelalui Cooperative Learning dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa kelas V semester I di SDN Tambahrejo Kecamatan Blora tahun pelajaran 2015/2016 ?
2. Apakah melalui Cooperative Learning dapat meningkatkan belajar mata pelajaran IPA tentang gaya siswa kelas V semester I di SDN Tambahrejo Kecamatan Blora tahun pelajaran 2015/2016 ?
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Teori
Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan menstrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan struktur kognitif yang sudah ada dan menyesuaikannya apabila tidak sesuai (Slavin, 1994). Bagi siswa agar benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuan, maka mereka harus memecahkan masalah, menemukan sendiri segala sesuatu untuk dirinya, dan berusaha dengan ide-idenya.
Salah satu prinsip yang paling penting dalam teori Konstruktivisme adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Peranan penting guru adalah menyediakan suatu suasana dimana siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya di dalam benaknya. Guru dapat memberikan tahap-tahap yang membawa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang menemukan atau mendapatkan catatan siswa sendiri yang menemukan atau mendaptkan pemahaman tersebut (Slavin, 1994).
Teori Mengajar
Mengajar, dapat diartikan sebagai penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi antara lain Kompetensi Dasar yang diinginkan atau dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang akan memainkan peran sertanya dalam hubungan sosial tertentu, bentuk kegiatan yang akan dilakukan, serta sarana dan prasarana yang tersedia. Komponen-komponen pada sistem ini saling mempengaruhi serta bervariasi sehingga setiap peristiwa belajar mengajar memiliki “profil” tertentu. Masing-masing profil sistem lingkungan belajar mengakibatkan tercapainya tujuan-tujuan belajar yang berbeda.
Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang bermuara pada pendekatan konstruktivisme. Model pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama, saling menumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu dan kelompok (Slavin, 1991). Model pembelajaran ini berpandangan bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan konsep-konsep tersebut dengan teman sebayanya (Slavin, 1994).
Partisipasi. Efek baik, maka guru harus memahami lima unsur dasar yang ada dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: a) Saling ketergantungan positif (positive interdependence). Siswa harus merasa mereka tergantung secara positif dan saling terikat antar sesama anggota kelompok; b) Interaksi langsung (face-to-face interaction) Hasil belajar yang terbaik dapat diperoleh dengan cara komunikasi belajar kooperatif siswa untuk berinteraksi langsung. c) pertangungjawaban individu (individual accountability). Agar supaya dapat menyumbang, mendukung, dan membantu satu sama lain, setiap siswa harus menguasai materi.Dengan cara ini prestasi setiap siswa dapat dimaksimalkan. Belajar kooperatif mirip dengan belajar tuntas maka guru perlu mengetahui kemampuan siswa secara individu; d) Ketrampilan berinteraksi antar individu dan kelompok. Ketrampilan sosial sangat penting dalam belajar kooperatif dan harus diajarkan kepada siswa; e) Keefektifan proses kelompok (group processing). Siswa belajar mereka dengan cara menjelaskan tindakan yang bisa dilanjutkan proses ini meliputi umpan balik, refleksi, dan peningkatan kualitas kerja.
Temuan Hasil Penelitian
Dari hasil pengamatan nilai ulangan harian dari 19 siswa kelas V SDN Tambahrejo , rata-rata nilai ulangan harian masih < 75. hal ini dikarenakan karena guru dan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang dalam mempersiapkan semua kelengkapan perangkat dalam pembelajaran baik itu sumber dan alat pembelajaran, metode, model dan sebagianya.
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian
1. Lokasi
Penelitian dilaksanakan di SDN Tambahrejo pada siswa kelas V yang berjumlah 19 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Juli 2015 sampai bulan Oktober 2015.
3. Subyek penelitian
Yang dijadikan subyek dalam penelitian adalah siswa kelas V semester I yang berjumlah 19 siswa ,dan sebagai obyek meningkatkan pristasi belajar IPA materi energy panas siswa siswa kelas V di SDN Tambahrejo.
4.. Karakteristik Siswa
Penelitian dilakukan siswa kelas V semester I dengan jumlah siswa dari 19 siswa dengan perbandingan 11 siswa putri dan 8 siswa putra dengan karakteristik mayoritas kehidupan dari kalangan yang berbeda dengan tingkat kemampuan ekonomi dan kepandaian siswa mempengaruhi tingkat kecerdasan berbeda..
Sumber Data
Data penelitian diperoleh atau dikumpulkan melalui guru kelas yaitu dan siswa V semester I di SDN Tambahrejo.
Jenis Data
Jenis data penelitian ini meliputi:
a. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang diambil dari hasil observasi tentang kegiatan pembelajaran guru dan keaktifan belajar siswa dalam mengikuti materi pembelajaran.
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang sifatnya terukur yang dinyatakan dengan angka-angka. Data diambil dari hasil belajar siswa yang berhubungan dengan materi energy panas pelajaan IPA.
Analisis Data
Data berupa kwantitatif berbentuk angka, hasil belajar dianalisis berupa deskriptif komparatif (membandingkan) dilanjutkan dengan refleksi. Deskriptif komparatif (membandingkan) nilai hasil belajar dari kondisi awal dibandingkan dengan nilai siklus I dan nilai siklus II.
Indikator Kinerja
Merupakan kondisi akhir/target yang hendak diharapkan atau dicapai. Berdasarkan pengalaman yang telah lalu dan hasil yang diperoleh dari soal pada saat melakukan penelitian tindakan kelas.
Prosedur Penelitian
Peneliti dalam mengadakan penelitian melalui penerapan pembelajaran kooperatif learning model Team Group Tournament (TGT) terhadap siswa kelas V semester I di SDN Tambahrejo.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Siswa yang mendapat nilai A sejumlah 0% atau tidak ada, yang mendapat nilai B sebanyak 9 siswa ( 47%), nilai C sebanyak 7 siswa ( 33%) , nilai D sebanyak 3 siswa ( 20%), nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 50.
Deskripsi Siklus I
Siswa yang mencapai nilai A (baik sekali) adalah 6 siswa (27%), siswa yang mendapat nilai B (baik) 8 siswa (40%), siswa yang mendapat nilai C (cukup) sebanyak 3 siswa (20%) sedangkan siswa yang mendapat nilai D (kurang) 2 siswa (13%) dari 19 siswa.
Deskripsi Siklus II
Siswa yang mendapat nilai sangat baik (A) adalah 8 siswa (40%), yang mendapat nilai baik (B) adalah 9 siswa (47%) yang mendapat nilai cukup (C) adalah 2 siswa (13%) dari 19 siswa.
Pembahasan tiap siklus
Pembahasan pra siklus
Nilai hasil pembelajaran kelas V masih rendah, yang jelas salah satunya disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan materi yang diajarkan dan kurangnya siswa membaca. Selain itu masih menggunakan model pembelajaran konvensional., sehingga dari 19 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal 9 siswa (47%), sedangkan yang belum tuntas 10 siswa (53%) dengan KKM 75. Sedangkan nilai tertinggi 80, nilai terendah 50 dan rata-rata kelas 71 dari 19 siswa.
Pembahasan Siklus I
Hasil tindakan pembelajaran pada siklus I berupa hasil tes dan non tes. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap pelaksanaan siklus I diperoleh keterangan sebagai berikut:
Berdasarkan ketuntasan belajar dari 19 siswa yang tuntas 14 siswa (67%), siswa yang belum tuntas 5 siswa (33%), sedangkan dari siklus I nilai tertinggi 90, nilai terendah 50 dan nilai rata-rata kelas 77. Dengan KKM 75.
Pembahasan Siklus II
Dari pelaksanaan tindakan siklus II diketahui siswa yang mendapat nilai A = 8 siswa (42%) siswa yang mendapat nilai B = 9 siswa (47%) sedangkan siswa yang mendapatkan nilai C = 2 siswa (11%). Hasil ketuntasan belajar, siswa yang tuntas 17 siswa (89%), yang belum tuntas 2 siswa (11%). Sedangkan nilai rata-rata kelas 83 dari 19 siswa , nilai tertiggi 90 dan nilai 70.
Dari tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil tes formatif siswa. pra siklus nilai rata-rata hanya 71 siklus I mengalami peningkatan menjadi 78 dan siklus II mengalami peningkatan menjadi 83 Ini menunjukkan hasil tes formatif yang maksimal. Demikian juga tingkat ketuntasan prestasi belajar dari pra siklus hanya 47%, Siklus I menjadi 67%% dan siklus II 89%. menunjukkan bahwa setelah diadakan perbaikan pembelajaran siswa semakin memahami materi yang disampaikan oleh guru, terbukti adanya peningkatan nilai hasil tes formatif, serta ketuntasan belajar siswa.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dari kegiatan pra siklus,siklus I dan siklus II, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif learning dapat meningkatkan kualitas dan pristasi belajar pelajaran IPA siswa kelas V semester I di SDN Tambahrejo.
2. Melalui pembelajaran kooperatif learning dapat meningkatkan kualitas dan pristasi hasil belajar siswa kelas V semester I di SDN Tambahrejo.
3. Kerja tkelompok dapat meningkatkan kerjasama menunbuhkan pemahaman siswa terhadap materi energy panas.
4..Guru melaksanakan proses belajar mengajar melalui kooperatif learning meningkatkan penguatan dan menumbuhkan percaya diri yang kuat bagi siswa..
Saran
Beberapa saran yang diajukan terkait dengan hasil pembelajaran (kesimpulan) diatas adalah:
1 Guru sebaiknya melaksanakan pembelajaran untuk meningkatkan kwalitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran yang cocok materi yang diajarkan. dengan materi yang disajikan sehingga bisa menumbuhkan minat belajar dan hasil belajar siswa.
2 Guru lebih kreatif dalam melaksanakan pembelajaran dengan memberikan lembar kerja banyak latihan setiap kegiatan belajar mengajar.
3…Dalam memberikan tugas penguatan, guru harus melihat situasi atau kondisi yang terjadi pada kegiatan belajar mengajar. sehingga dapat menumbuhkan kompetensi antar siswa khususnya dalam prestasi
4 Guru menumbuhkan kompetensi antar siswa dalam prestasi dengan materi yang disajikan sehingga timbul minat belajar yang tinggi pada siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Johson, D.W., dan Johnson, R.T., 1989. Cooperative and Competitive: Theory and Researc. Edina, WN: Interaction Book Co.
Lundgren, L., 1994. Cooperative Learning in the Science Classroom. New York: MC. Millan/MC. Graw – Hill.
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning. Masscochusets: Allyn and Bacon Publisher.
Sulistyorini, Sri. 1999. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran IPA. Lembaran Ilmu Pengetahuan. No. 1- tahun XXVIII-1999-11-19. Semarang: IKIP Semarang.
Winata Putra, Udin. S. [et.al]. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Harmani, Sri, 1998, Pengaruh Frekuensi Menonton TV Terhadap Aktivitas Belajar dan
Prestasi Belajar ,FPIPS IKIP PGRI Semarang.
Patera , Jos Damiel 1987, Linguistik Edukasional Pendekatan Konsep dan Teori
Pengajaran IPA , Erlangga Jakarta.
Seksi Kurikulum Subdin Pembinaan Dikdas, 2003, Pengelolaan Belajar Mengajar
Melalui Pendekatan Pakem, Kontektual, dan Kecakapan Hidup Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah Semarang.