UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IX A MELALUI METODE INKUIRI PADA MATA PELAJARAN

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

DI SMP NEGERI 4 AMPEL SATAP BOYOLALI JAWA TENGAH SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Niken Budianingsih

SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa kelas IX A melalui metode inkuiri pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali Semester 1 Tahun pelajaran 2018/2019 yaitu dimulai tanggal 1 Agustus 2018 sampai dengan tanggal 5 September 2018, penelitian ini terdiri dari 3 siklus masing-masing 2 kali pertemuan dengan subjek penelitian siswa kelas IX A yang berjumlah 25 orang. Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa yang terlihat dari peningkatan persentase aktifitas belajar siswa dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Aktivitas belajar siswa yang diamati yaitu perolehan nilai rata-rata aktivitas siswa yang bermain-main pada siklus I sebesar (27,95%), pada siklus II menjadi baik sebesar (13,2%), dan pada siklus III semakin baik yaitu (2,9%). Aktivitas siswa yang keluar masuk kelas pada siklus I sebesar (25%), pada siklus II menjadi baik sebesar (10,3%), dan pada siklus III semakin baik yaitu (2,9%). Aktivitas siswa yang bertanya pada guru pada siklus I sebesar (22,05%), pada siklus II meningkat menjadi (54,4%), dan pada siklus III semakin meningkat menjadi (85,3%). Aktivitas siswa yang menjawab pertanyaan teman pada siklus I sebesar (44,1%), pada siklus II meningkat menjadi (66,15%), dan pada siklus III semakin meningkat menjadi (85,25%). Aktivitas siswa yang menyimpulkan hasil diskusi pada siklus I sebesar (36,75%), pada siklus II meningkat menjadi (61,75%), dan pada siklus III semakin meningkat menjadi (86,75%). Ini berarti hipotesis diterima bahwa penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IX A pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali Jawa Tengah.

Kata kunci: metode inkuiri, aktivitas belajar, hasil belajar IPS

 

PENDAHULUAN

Dalam Kurikulum 2013 yang dirancang untuk menyongsong model pembelajaran Abad 21, didalamnya terdapat pergeseran dari siswa diberitahu menjadi siswa mencari tahu dari berbagai sumber belajar yang melampaui batas pendidik dan satuan pendidikan. Pendekatan pembelajaran dianjurkan untuk menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Approach). Melalui pendekatan ini guru sebagai fasilitator pendidikan diwajibikan untuk lebih kreatif dalam memilih model-model pembelajaran sehingga siswa tidak jenuh untuk mengikuti pembelajaran.

Penerapan pendekatan Student Centered Approach memang cukup beralasan, karena melaluli pembelajaran konvensional seperti ceramah, dan tanya jawab terbukti membosankan siswa, dan kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktiv. Guru lebih banyak mendominasi aktivitas pembelajaran sehingga penyerapan materi pembalajaran yang disampaikan oleh guru sangat minim. Walaupun guru memberikan tugas secara kelompok, namum karena siswa telah terbiasa tergantung pada aktivitas guru, saat mengerjakan tugas kelompokpun siswa semua siswa ikut berpartisipasi aktif dalam mengerjakan tugas tersebut.

Kenyataan tersebut terbukti saat kegiatan pembelajaran IPS di Kelas IX A, di SMP Negeri 4 Ampel Atap Boyolali pada semester I Tahun pelajaran 2018/2019 dengan menerapkan metode ceramah, dan penugasan kelompok terbukti dari 25 (duapuluh lima) siswa, siswa yang aktiv mengikuti pembelajaran sebanyak 8 (delapan) atau 32%, dan yang kurang aktiv sebanyak 17 (tujuh belas) atau 68%. Setelah dilakukan ulangan harian, dengan berpedoman pada nilai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75, jumlah siswa yang dapat mencapai ketuntasan minimal sebanyak 11 (sebelas) siswa atau 44%, dan siswa yang belum tuntas sebanyak 14 (empat belas) siswa atau 56%, dengan nilai rata-rata sebesar 71,76, nilai tertinggi 81, nilai terendah 62.

Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar dan hasil belajar siswa tersebut membuktikan bahwa melalui pembelajaran dengan menerapkan metode ceramah, hasil belajar masih rendah. Rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan saat guru menjelaskan materi pembelajaran, siswa banyak yang kurang memperhatikan, siswa ngobrol dengan teman lain, mengerjakan tugas lain, atau mengantuk, dan saat ditugaskan untuk mengerjakan tugas secara kelompok, siswa kebingungan dan hanya sebagian siswa yang mau mengerjakan.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran IPS di kelas IX A, SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali masih terdapat permasalahan. Permasalahan di kelas tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan, karena permasalahan rendahnya aktivitas belajar dan hasil belajar tersebut disebabkan oleh penerapan model pembelajaran yang kurang tepat, maka upaya untuk memperbaikinya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk berpartisipasi aktiv dalam pembelajaran, yaitu melalui pembelajaran inkuiri.

Pembelajaran inkuiri merupakan model atau pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan salah satu bentuk pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Approach). Ciri utama yang dimiliki oleh pendekatan inkuiri yaitu menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan (menempatkan siswa sebagai subjek belajar), seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (Self Belief) serta mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental (Wina Sanjaya, 2009: 196-197).

Melalui pembelajaran inkuiri tersebut siswa dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran baik secara individu maupun kelompok. Dengan aktifnya siswa dalam pembajaran tersebut siswa memperoleh pengalaman langsung dari proses pembelajaran, sehingga pemahaman terhadap materi pembelajaran akan semakin baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran inkuiri yang akan diterapkan pada pembelajaran IPS di kelas IX A SMP 4 Ampel Satap Boyolali tersebut merupakan upaya untuk memperbaiki kondisi kelas terkait dengan rencahnya aktivitas siswa dalam belajar dan hasil belajar IPS, sehingga sangat tepat jika tindakan perbaikan ini dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK) dan sekaligus sebagai kegiatan pengembangan profesioanlisme guru.

Sesuai dengan permasahan, upaya yang akan dilakukan waktu dan tempat penelitian, maka PTK ini mengambil judul: “Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas IX A Melalui Metode Inkuiri Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali Jawa Tengah Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bagi siswa kelas IX A SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali semester I Tahun pelajaran 2018/2019?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis peningkatan aktivitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melaluli penerapan metode inkuiri bagi siswa kelas IX A SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali semester I Tahun pelajaran 2018/2019.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran IPS

Pengertian pembelajaran dikemukakan oleh Sukirman (2008: 6) pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara berbagai unsur pembelajaran, unsur-unsur yang terlibat dalam proses tersebut pada intinya adalah siswa dengan lingkungannya, baik itu dengan guru, teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan atau sumber-sumber belajar yang lain.

Menurut Sardjiyo (2009: 26) IPS merupakan bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau berbagai aspek dalam kehidupan. Pembelajaran IPS di sekolah dasar yaitu agar siswa memiliki kemampuan antara lain: mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, mempunyai rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional dan global (Depdiknas, 2006: 575).

Metode Inkuiri

Metode inkuiri adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa, 2005: 234). Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inkuiri menuntut siswa berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut siswa memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini siswa dibiasakan untuk produktif, analitis, dan kritis.

Metode inkuiri menurut Roestiyah (2001:75) merupakan suatu metode atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar didepan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil diskusi kelompok mereka selesai, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan dipresentasikan didepan kelas, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang presentasi kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Dari kesimpulan yang terakhir, guru membantu siswa untuk menyempurnakan kesimpulan yang telah didapat pada saat persentasi yang sudah dilakukan tadi.

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Dengan demikian kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku yang merupakan proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku disebut hasil belajar. Hasil belajar (achievement) merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar (Sukmadinata, 2010: 102).

Menurut Sudjana (2010: 3) bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang telah terjadi melalui proses pembelajaran. Perubahan tingkah laku tersebut berupa kemampuan-kemapuan siswa setelah aktifitas belajar yang menjadi hasil perolehan belajar. Dengan demikian hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami pembelajaran.

Aktivitas Belajar

Menurut Hartono (1991:5) “Aktivitas adalah suatu kesibukan dalam kelas secara terstruktur dan terbimbing oleh guru guna meningkatkan pemahaman murid terhadap pelajaran yang disajikan”. Setiap reaksi yang diberikan dalam proses belajar mengajar mengandung aktivitas sehingga makin banyak aktivitas yang dilakukan maka dalam kita menguasai segala sesuatu semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh. Hasil belajar tidak akan dapat dikuasai hanya dengan mendengarkan atau membaca saja, tetapi masih diperlukan kegiatan lain seperti membuat rangkuman, mengadakan tanya jawab, diskusi, melakukan percobaan, memecahkan soal, mengambil keputusan dan sebagainya.

Menurut Lufri (2006:133) mengatakan kreatifitas melahirkan aktivitas atau kreatifitas ditunjukkan oleh adanya aktivitas. Orang yang mempunyai kreatifitas tinggi biasanya menghasilkan berbagai aktivitas. Pembelajaran berbasis aktivitas (active learning) akan menuntut kreatifitas berfikir lebih banyak dari pembelajaran biasa. Aktivitas yaitu keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri sehingga memperoleh pengetahuan, pemahaman dan keterampilan serta perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (1983:3) cara belajar yang efisien artinya cara belajar yang tepat, praktis, ekonomis, terarah, sesuai dengan situasi dan tuntutan yang ada guna mencapai tujuan belajar.

Kerangka Berfikir

Pembelajaran akan lebih bermakna saat pembelajaran itu dapat mudah diingat dan dipahami oleh siswa, salah satu alternatif penerapan pembelajaran yang dapat diterapkan untuk tujuan mudah diingat dan dipahami oleh siswa dengan metode inkuiri. Keterampilan-keterampilan yang dapat dinilai dalam pembelajaran merupakan keterampilan yang bersifat ilmiah dan membentuk pola pikir analisis pada siswa, yaitu mengamati, menafsirkan, mendiskusikan, menganalisis, mengaplikasikan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Oleh karena itu guru harus berupaya menciptakan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan melatih siswa belajar memahami secara mandiri maupun berkelompok serta mampu menyelesaikan tugas-tugas.

Penerapan kurikulum 2013 dengan metode inkuiri akan berdampak pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal tersebut disebabkan dalam kegiatan pembelajaran ini siswa diberi kebebasan mengeksplorasi kemampuan fisik dan mentalnya secara maksimal dan didukung oleh sistem penilaian yang tidak hanya beracu pada hasil tes saja melainkan beracuan juga pada hasil dan aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran. Pengalaman-pengalaman tersebut akan mudah diingat dibandingkan bila siswa hanya membaca buku atau mencatat saja, daya ingat siswa tersebut sangat penting sebagai modal pengetahuan siswa dan tentunya akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diungkapkan di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah”Penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bagi siswa kelas IX A di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali Jawa Tengah semester I Tahun Pelajaran 2018/2019.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan pada kelas IX A di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2018/2019. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun 2018/2019 selama 6 (enam) bulan, mulai bulan Juli 2018 sampai dengan bulan Desember 2018.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas IX B di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali yang berjumlah 25 siswa. Nama-nama subjek penelitian seperti terlampir.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau claas Action yaitu suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap kondisi dimana teori pembelajaran dilakukan. Maksud dari penelitian ini dilakukan peneliti adalah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan prestasi belajar IPS siswa kelas IX B SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018 melalui penerapan metode inkuiri.

Teknik Analisis Data

Ketuntasan belajar ditinjau dari aspek aktivitas siswa secara klasikal, peneliti melakukan penjumlahan skor yang diperoleh seluruh siswa, data yang terkumpul di lapangan diolah dengan teknik presentase menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2013: 214).

Ketuntasan belajar ditinjau dari hasil kerja kelompok, peneliti melakukan penjumlahan skor yang diperoleh seluruh kelompok dalam bentuk persentase.

Untuk mengetahui tingkat ketuntasan hasil belajar siswa, siswa dapat dinyatakan tuntas belajar apabila siswa tersebut telah mencapai nilai sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas IX B yang ditetapkan oleh sekolah. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali adalah 75. Jadi siswa dapat dinyatakan tuntas belajar apabila telah mencapai skor ≥ 75.

Indikator Keberhasilan

Penelitian dinyatakan berhasil apabila Sebagian besar siswa minimal 85% telah menunjukkan keaktivan dalam mengikuti pembelajaran dengan kategori aktif dan sangat aktif. Sebagian besar siswa minimal 18 siswa atau 85% dari seluruh telah dapat mencapai ketuntasan belajar, dan nilai rata-rata kelas minimal melabihi nilai KKM yaitu 75 (≥ 75).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Prasiklus

Pada kegiatan prasiklus, aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS cenderung masih sangat kurang. Hasil pengamatan keaktivan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS masih rendah, yaitu rata-rata siswa yang aktif dalam belajar klasikal sebanyak 11,6 siswa (46,5%), dan siswa yang sangat aktiv dalam belajar kelompok sebanyak tidak ada, siswa yang aktiv sebanyak 7 siswa atau 28,0% dan yang kurang aktif sebanyak 18 siswa atau 72,0%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran klasikal maupun belajar kelompok.

Saat dilakukan ulangan harian, siswa yang tuntas baru mencapai 11 siswa (44%) dari jumlah siswa keseluruhan yaitu 25 siswa. Artinya masih ada 14 siswa atau 56% siswa yang belum tuntas, sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa masih belum dapat mencapai kreteria ketuntasan belajar, nilai rata-rata kelas sebesar 71,76. Hal ini dapat dikemukakan bahwa pembelajaran dengan metode ceramah tidak mampu meningkatkan partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan belum mampu memberikan pemahaman yang baik kepada siswa.

Kondisi Siklus I

Setelah dilakukan tindakan perbaikan dengan menerapkan metode inkuiri terjadi perubahan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, dimana siswa yang aktiv dalam mengikuti pembelajaran meningkat menjadi 18,5 siswa (74,0%). Demikian pula dengan hasil belajar siswa berdasarkan ulangan harian, terbukti jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat menjadi 18 siswa atau sebesar 72% sedangkan siswa yang belum tuntas turun menjadi 7 siswa (28,0%), dan siswa yang sangat aktiv dalam belajar kelompok sebanyak 6 siswa atau 24,0%, yang sangat aktiv sebanyak 19 siswa atau 76,0%, siswa yang kurang aktiv sebanyak tidak ada. Hal ini membuktikan bahwa melalui metode inkuiri, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran klasikal maupun kelompok.

Kondisi Siklus II

Setelah tindakan dilanjutkan siklus II, yaitu dengan menerapkan metode yang sama seperti siklus I dengan materi yang berbeda, keaktifan siswa semakin meningkat yaitu menjadi 22,8 siswa atau 91,0%). Artinya siswa yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran semakin banyak. Demikian pula dengan hasil belajar siswa berdasarkan ulangan harian yang dilakukan setelah pertemuan pertama dan kedua, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar terbukti meningkat menjadi 25 siswa (100%) dan siswa yang tidak tuntas menjadi 0, sedangkan rata-rata kelas meningkat menjadi 82,24, dan siswa yang sangat aktiv dalam belajar kelompok sebanyak 23 siswa atau 92,0%, yang sangat aktiv sebanyak 2 siswa atau 8,0%, siswa yang kurang sudah tidak ada. Hal ini membuktikan bahwa melalui metode inkuiri, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran klasikal maupun kelompok dengan maksimal.

Perbandingan Hasil pengamatan Aktivitas belajar

Perbandingan aktivitas siswa dalam belajar IPS di bedakan menjadi 2 (dua) yaitu aktivitas siswa belajar IPS saat pembelajaran dilaksanakan secara klasikal dan saat siswa melaksanakan pembelajaran kelompok. Perbandingan aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran secara klasikal dapat diketahui bahwa setelah dilakukan kegiatan pada siklus I, aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 74,0% (peningkatan sebesar 27,5% dari 46,5% pada prasiklus). Perbandingan aktivitas belajar kelompok siswa dapat diketahui bahwa setelah dilakukan tindakan pada siklus I, aktivitas siswa dalam belajar kelompok siswa meningkat menjadi 26,7%, yaitu dari prasiklus sebesar 49,3% meningkat menjadi 76,0%.

Perbandingan aktivitas siswa dalam belajar klasikal dapat diketahui bahwa setelah dilakukan kegiatan pada siklus II, aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 91,0% (peningkatan sebesar 17,0% dari 74,0% pada siklus I). Perbandingan aktivitas belajar kelompok siswa dapat diketahui bahwa setelah dilakukan tindakan pada siklus II, aktivitas siswa dalam belajar kelompok siswa meningkat menjadi 13,8%, yaitu dari prasiklus sebesar 76,0% meningkat menjadi 89,8%.

Perbandingan aktivitas belajar IPS secara klasikal prasiklus dengan siklus II dapat diketahui bahwa setelah dilakukan kegiatan pada siklus II, aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 91,0% (peningkatan sebesar 44,5% dari 46,5% pada prasiklus). Perbandingan aktivitas belajar kelompok siswa prasiklus dengan siklus II dapat diketahui bahwa setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II, aktivitas siswa dalam belajar kelompok siswa meningkat menjadi 40,4%, yaitu dari prasiklus sebesar 49,3% meningkat menjadi 89,8%.

Perbandingan Hasil Belajar IPS

Perbandingan hasil belajar IPS dari pra siklus ke siklus I dapat diketahui bahwa melalui metode inkuiri pada siklus I dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata dari 71,76 menjadi 77,12, meningkatnya nilai tertinggi dari 81,00 menjadi 84,00, meningkatnya jumlah ketuntasan belajar dari 11 siswa menjadi 18 siswa dan menurunnya jumlah siswa yang belum tuntas dari 14 siswa menjadi 7 siswa.

Perbandingan hasil belajar IPS dari siklus I ke siklus II dapat diketahui bahwa dengan menggunakan inkuiri siklus II dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata dari 77,12 menjadi 82,24, meningkatnya nilai tertinggi dari 84 menjadi 86, meningkatnya jumlah ketuntasan belajar dari 18 siswa menjadi 25 siswa dan menurunnya jumlah siswa yang belum tuntas dari 7 siswa menjadi tidak ada.

Perbandingan hasil belajar IPS dari prasiklus ke siklus II dapat diketahui bahwa dengan menggunakan metode inkuiri peningkatan hasil belajar siswa dari kegiatan prasiklus ke siklus II dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata dari 71,76 menjadi 82,24, meningkatnya nilai tertinggi dari 81,00 menjadi 86,00, meningkatnya jumlah ketuntasan belajar dari 11 siswa menjadi 25 siswa dan menurunnya jumlah siswa yang belum tuntas dari 14 siswa menjadi tidak ada.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa melalui metode inkuiri, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran baik pembelajaran yang dilaksanakan secara klasikal maupun pembelajaran yang dilaksanakan secara kelompok. Selain itu melalui pembelajaran inkuiri terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPS aspek pengetahuan bagi siswa kelas IX A SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali. Peningkatan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran secara klasikal tercermin dari hasil pengamatan prasiklus rata-rata siswa sebanyak 46,5%, setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan metode inkuiri meningkat menjadi 74,0%, dengan demikian setelelah dilakukan tindakan perbaikan siklus I keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat sebesar 27,5%. Setelah dilakukan tindakan siklus II, keaktifan siswa meningkat lagi menjadi 91,0% (peningkatan sebanyak 17%). Dengan demikian setelah dilakukan tindakan siklus I dan siklus II, keaktifan siswa secara keseluruhan meningkat sebesar 44,5%. Hasil pengamatan tentang aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran kelompok membuktikan adanya peningkatan dari prasiklus sebesar 49,3% meningkat menjadi 76% atau terjadi peningkatan sebesar 25,7%, dari siklus I ke siklus II meningkat lagi menjadi 89,8% atau terjadi peningkatan sebesar 13,8%, dengan demikian aktivitas belajar kelompok siswa dari prasiklus ke siklus II terhadi peningkatan sebesar 40,4%, yaitu dari prasiklus sebesar 49,3%, setelah dilakukan tindakan siklus II meningkat menjadi 89,8%.

Nilai rata-rata hasil belajar IPS aspek pengetahuan bagi siswa kelas IX A di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali pada kegiatan prasiklus sebesar 71,76 dengan jumlah ketuntasan sebanyak 11 siswa (44,0%). Setelah dilakukan tindakan I, nilai rata-rata pada siklus I meningkat menjadi 77,12 dengan jumlah ketuntasan meningkat menjadi 18 siswa (72,0%) dengan demikian setelah dilakukan tindakan siklus I, terjadi kenaikan nilai rata-rata sebesar 5,36. Pada siklus II ditunjukkan dengan nilai rata-rata adalah 82,24 dan jumlah ketuntasan sebanyak 25 siswa (100,00%).

 

Saran-Saran

Untuk Kepala Sekolah

Sebaiknya kepala sekolah merekomendasikan metode inkuiri ini untuk diterapkan pada fokus pembelajaran selain IPS maupun pelajaran lainya.

Untuk Guru lain

Karena pembelajaran inkuiri terbukti dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, maka sebaiknya metode ini dapat digunakan sebagai alternatif pilihan dalam pembelajaran, selain itu sebaiknya guru berani mencoba untuk menerapkan model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang sesuai dengan materi pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara

Hartono, Jogiyanto. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman. BPFE. Yogyakarta.

Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi Teori, Praktek dan Penelitian. Padang: UNP Press.

Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Sanjaya, Wina, 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada

Sardjiyo. 2009. Tinjauan Pustaka. Repository.upi.edu/operator/upload/s-pgsd-0802684-chapter2.pdf

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sukirman, Dadang. 2008. Pembelajaran Mikro. Bandung: UPI Press.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.