UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN GURU

DALAM KEHADIRAN MENGAJAR

MELALUI PENERAPAN BUDAYA SEKOLAH DI SD NEGERI SURUH 01 KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG

 

Endang Kusdiriningsih

Kepala Sekolah SD Negeri Suruh 01

 

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum semua guru disiplin dalam kehadiran mengajar di kelas sehingga tujuan pembelajaran belum maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran mengajar dikelas sehingga proses belajar mengajar terarah dan prestasi belajar meningkat.Sumber data berasal dari instrumen yang disampaikan kepada semua guru di Di SD Negeri Suruh 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan kualitatif, selanjutnya dikonsultasikan dengan kriteria keberhasilan untuk mengetahui apakah penerapan budaya sekolah dapat meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran mengajar di kelas.Terdapat peningkatan disiplin guru dalam kehairan mengajar di kelas sebelum ada penerapan budaya sekolah dan setelah dilaksanakan penerapan budaya sekolah yaitu dari kondisi awal 23,08% meningkat menjadi 46,15% pada siklus I, dan Meningkat lagi menjadi 84,62% pada siklus II. Berdasar hasil analisis data diatas ditarik kesimpulan bahwa: penerapan budaya sekolah dapat meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran mengajar di kelas.Saran-saran dalam penelitian ini adalah agar guru disiplin dalam kehadiran mengajar di kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

Kata Kunci: Penerapan Budaya Sekolah, Disiplin dalam Kehadiran Mengajar.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Usaha meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, di mana pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, dan ketrampilan.

Untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan mutu pendidikan maka diadakan proses belajar mengajar, guru merupakan figur sentral, di tangan gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu tugas dan peran guru bukan saja mendidik, mengajar dan melatih tetapi juga bagaimana guru dapat membaca situasi kelas dan kondisi dan kondisi siswanya dalam menerima pelajaran.

Untuk meningkatkan peranan guru dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa, maka guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan mampu mengelola kelas. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sementara pegawai dunia pendidikan merupakan bagian dari tenaga kependidikan, yaitu anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.

Dalam informasi tentang wawasan Wiyatamandala, kedisiplinan guru diartikan sebagai sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tangung jawab.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, kedisiplinan guru dan pegawai adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak didiknya. Karena bagaimana pun seorang guru atau tenaga kependidikan (pegawai), merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap atau teladan, dan sikap disiplin guru dan tenaga kependidikan (pegawai) akan memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik.

Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada beberapa faktor diantaranya adalah faktor guru. Guru sangat memegang peranan penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. Guru yang mempunyai kompetensi yang baik tentunya akan sangat mendukung keberhasilan proses pembelajaran.

Peranan guru selain sebagai seorang pengajar, guru juga berperan sebagai seorang pendidik. Pendidik adalah setiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi (Sutari Imam Barnado, 1989:44). Sehinggga sebagai pendidik, seorang guru harus memiliki kesadaran atau merasa mempunyai tugas dan kewajiban untuk mendidik. Tugas mendidik adalah tugas yang amat mulia atas dasar “panggilan” yang teramat suci. Sebagai komponen sentral dalam sistem pendidikan, pendidik mempunyai peran utama dalam membangun fondamen-fondamen hari depan corak kemanusiaan. Corak kemanusiaan yang dibangun dalam rangka pembangunan nasional kita adalah “manusia Indonesia seutuhnya”, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya diri disiplin, bermoral dan bertanggung jawab. Untuk mewujudkan hal itu, keteladanan dari seorang guru sebagai pendidik sangat dibutuhkan.

Keteladanan guru dapat dilihat dari perilaku guru sehari-hari baik didalam sekolah maupun diluar sekolah. Selain keteladanan guru, kedisiplinan guru juga menjadi salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh guru sebagai seorang pengajar dan pendidik.

Fakta dilapangan yang sering kita jumpai disekolah adalah kurang disiplinnya guru, terutama masalah disiplin guru masuk kedalam kelas pada saat kegiatan pembelajaran dikelas.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan sekolah dengan judul: ”Upaya Meningkatkan Disiplin Guru dalam Kehadiran Mengajar Melalui Penerapan Budaya Sekolah di SD Negeri Suruh 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.”

Rumusan Masalah

  1. Bagaimana disiplin awal para guru di SD Negeri Suruh 01 dalam Kehadiran mengajar?
  2. Bagaimana penerapan budaya sekolah dapat meningkatkan disiplin guru dalam Kehadiran mengajar?
  3. Bagaimana cara kepala sekolah menerapkan budaya sekolah agar semua guru bias disiplin dalam Kehadiran mengajar ?

Tujuan Penelitian

Dari hasil penelitian ini, peneliti mentargetkan tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.

Tujuan Umum

Meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Semarang pada umumnya dan di SD Negeri Suruh 01 pada khususnya.

Tujuan Khusus

  1. Mengetahui kemampuan awal guru dalam disiplin Kehadiran mengajar.
  2. Mengetahui kemampuan akhir guru dalam disiplin Kehadiran mengajar.
  3. Mengetahui sejauh mana peningkatan disiplinn guru dalam Kehadiran mengajar melalui penerapan budaya sekolah.

Manfaat Hasil Penelitian

Dari penelitian tindakan sekolah ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak.

Bagi Guru

  1. Dapat mengetahui secara jelas apa yang akan diajarkan serta dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah.
  2. Kedisiplinan guru dapat meningkat.

Bagi Siswa

  1. Memiliki kesiapan lebih baik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas sehingga menimbulkan antusiasme, kesungguhan, dan terfokus.
  2. Siswa mengikuti pembelajaran dengan rasa senang tanpa ada keraguan pada kemampuan guru, sehingga diharapkan prestasi belajar meningkat.

Bagi Peneliti

  1. Dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
  2. Dapat menambah koleksi laporan penelitian sehingga dapat digunakan untuk kenaikan jabatan yang akan datang serta untuk kepentingan yang lain.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Disiplin Guru dalam Kehadiran Mengajar

Di masa lalu, kepala sekolah yang berperan sebagai manajer yang efektif telah dianggap cukup. Di masa itu, kebanyakan kepala sekolah diharapkan mentaati ketentuan dan kebijakan Dinas Pendidikan, mengatasi isu-isu ketenagaan, pengadaan fasilitas dan infrastruktur, menyesuaikan anggaran, memelihara agar gedung sekolah nyaman dan aman, memelihara hubungan dengan masyarakat, memastikan kantin sekolah dan UKS berjalan lancar. Semua ini masih tetap harus dilakukan oleh kepala sekolah. Akan tetapi, sekarang kepala sekolah harus melakukan hal yang lebih dari semua itu.

Berbagai penelitian menunjukkan peran kunci yang dapat dilakukan kepala sekolah agar dapat meningkatkan belajar dan pembelajaran, jelas bahwa kepala sekolah harus berperan sebagai leaders for learning (The Institute for Educational Leadership, 2000). Para kepala sekolah harus mengetahui isi pelajaran dan teknikteknik pedagogis. Para kepala sekolah harus bekerja bersama guru untuk meningkatkan keterampilan. Kepala sekolah harus mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan data dengan cara-cara yang menumbuhkan keunggulan. Mereka harus berkumpul siswa, guru, orang tua, organisasi-organisasi layanan sosial dan kesehatan. Organisasi kepemudaan, dunia usaha, warga sekitar sekolah untuk meningkatkan kinerja siswa. Selanjutnya para kepala sekolah itu juga harus memiliki keterampilan dan pengetahuan kepemimpinan dalam rangka memanfaatkan kewenangannya untuk mencari strategi-strategi yang diperlukan.

Mereka seharusnya melakukan itu semua, akan tetapi sayang, sering dijumpai bahwa mereka tidak melakukannya. Meskipun masyarakat pada umumnya memberi sorotan kepada kepala sekolah ketika hasil Ujian Nasional siswa diumumkan dan mengajukan usul untuk memberi sanksi apabila sekolah tidak menunjukkan hasil sebagaimana diharapkan, para kepala sekolah di masa lalu tidak banyak melalukan persiapan atau melakukan pengembangan keprofesionalan berkelanjutan untuk membekali diri dalam rangka melaksanakan peran baru tersebut. Pihak pemerintah daerah, atau dinas pendidikan, selama ini juga lebih banyak mendorong kepala sekolah untuk sekedar mentaati peraturan yang ada, berusaha untuk mengelola tuntutan menjalankan kepala sekolah yang berlipat ganda di era meningkatnya harapan, kebutuhan siswa yang kompleks, akuntabilitas yang terus meningkat, peningkatan keberagaman, dan sabagainya.

Tidak ada alternatif lain, masyarakat di seluruh negeri ini harus “reinventthe principalship” untuk memampukan para kepala sekolah dalam meng hadapi tantangan abad 21, dan untuk menjamin para pemimpin bagi belajar siswa yang dibutuhkan untuk membimbing agar sekolah dan siswanya yang dipimpinnya mencapai keberhasilan.

Penerapan Budaya Sekolah

Budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah. (Akhmad Sudrajat, 2010).

Beberapa manfaat yang bisa diambil dari upaya pengembangan budaya sekolah, diantaranya: (1) menjamin kualitas kerja yang lebih baik; (2) membuka seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi vertikal maupun horisontal; (3) lebih terbuka dan transparan; (4) menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi; (4) meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan; (5) jika menemukan kesalahan akan segera dapat diperbaiki; dan (6) dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan IPTEK. Selain beberapa manfaat di atas, manfaat lain bagi individu (pribadi) dan kelompok adalah: (1) meningkatkan kepuasan kerja; (2) pergaulan lebih akrab; (3) disiplin meningkat; (4) pengawasan fungsional bisa lebih ringan; (5) muncul keinginan untuk selalu ingin berbuat proaktif; (6) belajar dan berprestasi terus serta; dan (7) selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri sendiri.

Kerangka Berfikir

Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh guru di SD Negeri Suruh 01, tindakan yang akan dilakukan adalah:

  1. Terlebih dahulu menginventarisir beberapa permasalahan yang dihadapi dan diambil prioritas permasalahan yang paling penting dari hasil penerapan budaya sekolah
  2. Kepala Sekolah memberikan angket kepada semua guru tentang disiplin dalam kehadiran mengajar (angket terlampir).
  3. Kepala Sekolah merencanakan kegiatan presentasi tentang rencana penerapan budaya sekolah sesuai hasil angket guru.
  4. Kepala Sekolah mempresentasikan persepsi mengenai disiplin dalam kehadiran mengajar yang akan dijadikan sasaran pembinaan.
  5. Setelah diperoleh permasalahan, kepala sekolah mengajukan alternatif pemecahan yaitu dengan diadakan penerapan budaya sekolah.

METODOLOGI PENELITIAN

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Guru di SD SD Negeri Suruh 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tempat peneliti bertugas sebagai kepala Sekolah tahun pelajaran 2019-2020.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah dengan menerapkan budaya sekolah.

Setting Penelitian

  1. PTS dilakukan pada SD Negeri Suruh 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2019-2020.
  2. Jumlah guru SD Negeri Suruh 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang yang diteliti terdiri dari 13 orang Guru.
  3. PTS dilakukan pada guru, pada saat proses pembelajaran berlangsung dalam kedisiplinan guru dalam kehadiran mengajar.

Rancangan Penelitian

  1. Tindakan dilaksanakan dalam 2 siklus
  2. Kegiatan dilaksanakan dalam semester Ganjil tahun pelajaran 2019-2020.
  3. Lama penelitian 6 pekan efektif dilaksanakan mulai bulan 5 Agustus s/d 14 September 2019.
  4. Dalam pelaksanaan tindakan, rancangan dilakukan dalam 2 siklus yang meliputi ; (a) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi.

Pada PTS di mana peneliti dan guru adalah orang yang berbeda, dalam tahap menyusun rancangan harus ada kesepakatan antara keduanya. Rancangan harus dilakukan bersama antara guru yang akan melakukan tindakan dengan peneliti yang akan mengamati proses jalannya tindakan. Hal tersebut untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan pengamatan yang dilakukan.

Tindakan

Pada tahap ini, rancangan tindakan tersebut tentu saja sebelumnya telah dilatih kepada si pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di dalam kelas sesuai dengan skenarionya. Skenario dari tindakan harus dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar.

Pengamatan atau observasi

Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

Pada tahap ini peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi / penilaian yang telah tersusun, termasuk juga pengmatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa.

Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.

Refleksi dalam PTS mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi (Hopkins, 1993).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal

Berdasarkan hasil pemantauan dan hasil dari penelitian eksplorasi di SD Negeri Suruh 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang masih ditemukan guru yang kehadiran mengajar belum maksimal, sebagai contoh guru masih dating setelah pukul 07.00 WIB, dan dalam masuk kekelas masing-masing juga belum maksimal.

Ada sebagian guru yang sudah dating tepat waktu, tetapi hamper semua guru kurang disiplin saat masuk kelas masing-masing. Baik itu saat awal pembelajaran maupun masuk kelas setelah istirahat, baik itu istirahat pertama maupun istirahat kedua.

Sebagai dampak dari tidak/belum disiplinya semua guru dalam disiplin kehadiran mengajar. Beberapa kerugian tercipta, baik itu bagi guru itu sendiri, bagi peserta didik, maupun bagi sekolah. Bagi guru sikap yang seperti itu bila dilakukan secara terus menerus akan menurunkan kompetensi dan kinerja guru. Sedangkan bagi peserta didik kerugian yang dialami adalah terganggunya proses pembelajaran, peserta didik merasa kurang nyaman, dan peserta didik meniru sikap dari guru tersebut. Bagi seklah kerugian yang dialami adalah nama baik sekolah yang tercemar karena beberapa sifat guru yang seperti itu. Hal itu sangat mempengaruhi terutama dalam hal penerimaan peserta didik baru.

Dari data tersebut diambil kesimpulan sebagai berikut: Dari 13 guru yang dijadikan obyek penelitian, 1 guru dalam displin baik atau 7,7%, 2 guru dalam disiplin cukup baik atau 15,38%, 3 guru dalam displin kurang baik atau 23,08%, dan 7 guru dalam displin tidak baik atau 53,84%. sehingga sangat perlu dilakukan penerapan budaya sekolah agar disiplin guru dalam kehadiran mengajar meningkat.

Deskripsi Siklus I

Dari data tersebut diambil kesimpulan sebagai berikut: Dari 13 guru yang dijadikan obyek penelitian, 2 guru dalam displin baik atau 15,38%, 4 guru dalam disiplin cukup baik atau 30,77%, 4 guru dalam displin kurang baik atau 30,77%, dan 3 guru dalam displin tidak baik atau 23,08%. Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan bahwa keberhasilan tindakan ini adalah 75%, atau bila 75% guru tidak terlambat lebih dari 10 menit. Pada siklus pertama ini guru yang tidak terlambat lebih dari 10 menit baru 46,15%, jadi peneliti berkesimpulan harus diadakan penelitian atau tindakan lagi pada siklus berikutnya atau siklus kedua.

Deskripsi Siklus II

Dari data tersebut diambil kesimpulan sebagai berikut: Dari 13 guru yang dijadikan obyek penelitian, 7 guru dalam displin baik atau 53,85%, 4 guru dalam disiplin cukup baik atau 30,77%, 2 guru dalam displin kurang baik atau 15,38%, dan 0 guru dalam displin tidak baik atau 0%. Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan bahwa keberhasilan tindakan ini adalah 75%, atau bila 75% guru tidak terlambat lebih dari 10 menit. Pada siklus kedua ini guru yang tidak terlambat lebih dari 10 menit baru 84,62%, jadi peneliti berkesimpulan sudah tidak perlu diadakan penelitian atau tindakan lagi pada siklus berikutnya.

Pembahasan

Dalam penelitian ini, peneliti memilih model penerapan budaya sekolah dengan harapan terjadi kontrak antara kepala sekolah dan guru, karena dalam pola penerapan budaya sekolah ada kedaulatan yang seimbang antara kepala sekolah dan guru, yang memiliki tanggung jawab masing-masing sama-sama sedang. Dalam penerapan budaya sekolah ini, perilaku pokok kepala sekolah mencakup: mendengarkan, mempresentasikan, memecahkan masalah dan negosiasi. Dalam pembahasan ini peneliti sampaikan langkah-langkah yang telah dilakukan dalam rangka Pembinaan disiplin guru dalam kehadiran mengajar.

Dengan mendengarkan semua kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru, yaitu tentang disiplin guru dalam kehadiran mengajar guru-guru merasa mendapatkan perhatian,dan kesulitannya didengar sehingga menjadi lebih terbuka untuk mengemukakan kesulitannya masing-masing. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru diinventarisir dan diolah, setelah itu kepala sekolah mempresentasikan tentang pentingnya disiplin guru agar tahu persis apa yang akan dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang tersedia. Dengan demikian guru menyadari kekeliruannya selama ini, dating telat saat proses pembelajaran.

Setelah guru menyadari kekeliruannya selama ini,mereka ingin mencoba meningkatkan disiplin dan bersedia untuk diadakan Pembinaan secara klasikal.

Data hasil penelitian ini diketahui bahwa disiplindalam kehadiran mengajar dilaksanakan melalui 2 siklus. Hasil penelitian tindakan sekolah yang dilakukan melalui penerapan budaya sekolah memiliki dampak positif dalam meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran mengajar. Dengan dilakukan revisi setiap siklus didapat prestasi yang lebih baik dari siklus sebelumnya. Adapun peningkatan / perbandingan hasil penerapan budaya sekolah terhadap guru dari siklus I dan siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut:

Perbandingan Disiplin Guru dalam Kehadiran Mengajar Pada Siklus Awal, Akhir siklus I dengan Setelah Siklus II

No Keterangan Siklus Awal Siklus I Siklus II
1 Rata-rata persen 23,08% 46,15% 84,62%
2 Rata-rata aspek Tidak Baik Kurang Baik Baik

 

Dari tabel 4.4 tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa: Melalui penerapan budaya sekolah dapat meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran mengajar yang pada kondisi awal rata-rata skor 23,08% atau aspek tidak baik, di akhir siklus I rata-rata skor 46,15% atau aspek kurang baik sedangkan di akhir siklus II rata-rata skor menjadi 84,62% atau aspek baik.

Dengan demikian dalam penelitian ini, dapat menjawab rumusan masalah yang dikemukakan oleh peneliti yaitu upaya yang digunakan oleh Kepala Sekolah agar guru-disiplin dalam kehadiran mengajar adalah dengan cara memberikan Pembinaan dan cara yang digunakan oleh kepala sekolah adalah cara penerapan budaya sekolah, karena antara kepala sekolah dan guru sama-sama memiliki tanggung jawab. Kepala sekolah memberikan motivasi agar disiplin dalam kehadiran mengajar sehingga pada pelaksanaan pembelajaran lebih percaya diri, terprogram dan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah serta sarana dan prasarana yang tersedia serta untuk memenuhi tuntutan kompetensi profesionalisme dan kompetensi pedagogik seorang pendidik,dengan demikian tujuan akhir adalah prestasi siswa baik.

Dari hasil penelitian ini diperoleh adanya peningkatan disiplin guru-guru dalam kehadiran mengajar meliputi kehadiran awal, kehadiran istirahat, dan kehadiran pulang setelah penerapan budaya sekolah oleh kepala sekolah.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan analisis data di atas penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

  1. Terdapat peningkatan disiplin guru dalam kehadiran mengajar sebelum ada penerapan budaya sekolah dan setelah dilaksanakan penerapan budaya sekolah yaitu pada kehadiran mengajar dari kondisi awal 23,08% meningkat menjadi 46,15% pada siklus I, dan Meningkat lagi menjadi 84,62% pada siklus II.
  2. Penerapan budaya sekolah (mendengarkan, mempresentasikan, memecahkan masalah dan negoisasi) sangat baik dalam upaya peningkatan disiplin guru dalam kehadiran mengajar guru di SD Negeri Suruh 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
  3. Dengan penerapan budaya sekolah semua guru di SD Negeri Suruh 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang meningkat disiplin dan etikanya dalam kehadiran mengajar.

Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:

  1. Kepada para guru agar selalu mengutamakan disiplin dalam kehadiran mengajar karena dengan pdisiplin yang matang maka pembelajaran akan maksimal.
  2. Kepada para kepala sekolah agar selalu melaksanakan perannya sebagai supervisor dengan melaksanakan kegiatan supervisi akademik agar dapat diketahui permasalahan dan kesulitan yang dihadapi guru.
  3. Kepada para pengawas agar selalu mengadakan pembinaan yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

__________________________ (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya.

Akhmad Sudrajat, (2010) Manfaat Prinsip dan Asas Pengembangan Budaya Sekolah. [On Line]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/03/04/manfaat-prinsip-dan-asas-pengembangan-budaya-sekolah/ [06 Oktober 2010]

Amstrong. Michael, (1991). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakrta:Ghalia Indonesia

Anwar Prabu Mangkunegara. (1994). Psikologi Perusahaan. Bandung:PT. Trigenda Karya

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. (2012). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Alfabeta

Badan Diklat Profesi Guru Sertifikasi Guru Rayon 11 DIY & Jateng, “Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)”.Tim PUDI Dikdasmen Lemlit UNY, Yogyakarta, 2012.

 

Badan Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang:”Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru”, Jakarta,2007.

Badan Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Bambang Nugroho. (2006). Reward dan Punishment. Bulletin CiptaKarya Departemen Pekerjaan Umum Edisi No. 6/IV/Juni 2006

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:Depdiknas

Hamalik, Oemar (2011), Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Angkasa.

Hidayat, Sucherli. (1986). Peningkatan Produktivitas Organisasi dan Pegawai Negeri Sipil: Kasus Indonesia, Jakarta:Prisma

Megawangi, Ratna. (2007). Membangun SDM Indonesia Melalui Pendidikan Holistik Berbasis Karakter. Jakarta:Indonesian Heritage Foundation

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Kencana Prenada Media Group

Subagio. (2010) Kompetensi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran [On Line]. Tersedia: http://subagio-subagio.blogspot.com/2010/03/kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-mutu.html

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:Alfabeta

Syamsul Hadi, (2009). Kepemimpinan Pembelajaran, Makalah Disampaikan pada Sosialisasi Akuntabilitas Kinerja Kepala Sekolah Dalam Inovasi Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Tenaga Kependidikan

Uno, Hamzah. B. (2010).Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara