Peningkatan Motivasi dan Keterampilan Dalam Menyusun Soal Hots Melalui Pembinaan Intensif
PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN
DALAM MENYUSUN SOAL HOTS MELALUI PEMBINAAN INTENSIF PADA GURU SD NEGERI COKROWATI SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Hartuti
SD Negeri Cokrowati Kecamatan Todanan Kabupaten Blora
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan guru dalam membuat soal HOTS masih rendah. Penyebab dari permasalahan tersebut adalah kurangnya pemahaman guru terhadap pembelajaran berbasis HOTS serta banyak guru yang malas dalam menyusun soal. Rendahnya motivasi dan keterampilan guru akan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah sehingga akan berpengaruh juga terhadap kualitas pendidikan di sekolah. Cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan pembinaan intensif yang dilakukan terhadap masing-masing guru. Setelah dilakukan pembinaan intensif menunjukkan hasil yang baik terhadap motivasi dan keterampilan guru dalam menyusun soal HOTS. Rata-rata skor motivasi guru pada siklus I sebesar 2,95 dengan kategori baik sedangkan rata-rata skor pada siklus II naik menjadi sebesar 3,57 dengan kategori sangat baik. Pada kondisi awal ketuntasan keterampilan guru dalam menyusun soal HOTS sebanyak 1 guru (11,1%) dan belum tuntas sebanyak 8 guru (88,9%). Pada siklus I ketuntasan guru naik menjadi 7 guru (77,8%) dan belum tuntas sebanyak 2 guru (22,2%). Selanjutnya pada siklus II terjadi peningkatan yang signifikan yaitu ketuntasan guru dalam menyusun soal sudah mencapai 100%. Selain itu rata-rata keterampilan guru dalam menyusun soal HOTS awalnya sebesar 59,1 pada kondisi awal, setelah itu naik menjadi 77,1 pada siklus I, dan naik lagi menjadi 89,5 pada siklus II. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembinaan intensif dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan menyusun soal HOTS pada guru SD Negeri Cokrowati semester II tahun pelajaran 2018/2019.
Kata kunci: motivasi, keterampilan guru, pembinaan intensif
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu contoh supervisi yang dilakukan kepala sekolah adalah melihat sejauh mana profesionalisme guru dalam sekolah telah terpenuhi. Profesionalisme guru dapat terlihat dari hasil pembelajaran yang dilakukan yaitu berasal dari hasil belajar siswa dalam sekolah tersebut. Jika hasil belajar siswa baik maka prosesionalisme guru tersebut sudah baik dan sebaliknya jika hasil belajar tidak baik maka profesionalisme guru tersebut masih rendah. Setelah melakukan supervisi yang dilakukan pada guru SDN Cokrowati saat pembelajaran berlangsung, diketahui bahwa kemampuan guru dalam membuat soal berbasis HOTS masih rendah. Soal yang diberikan kepada siswa rata-rata hanya seputar materi yang diajarkan dan cenderung hanya mengingat atau menghafalkan materi. Soal tersebut masih sederhana sehingga siswa tidak membutuhkan kemampuan untuk menganalisis terlebih dahulu.
Terdapat banyak faktor yang melatarbelakangi rendahnya kemampuan guru dalam membuat soal HOTS. Salah satu faktor yang paling dominan adalah kurangnya pemahaman dan pengetahuan guru tentang soal berbasis HOTS. Hal tersebut dikarenakan minimnya kegiatan diklat atau pelatihan yang diberikan sekolah terkait dengan anggaran yang terbatas. Penyebab dari rendahnya kemampuan guru dalam membuat soal HOTS adalah faktor usia karena rata-rata guru di sekolah kami kebanyakan sudah mendekati purna sehingga mempengaruhi kemampuan dan kinerja yang sudah menurun. Faktor selanjutnya adalah dari lingkungan kerja yang tidak mendukung yaitu tidak adanya kerjasama antar guru dalam menyelesaikan masalah sehingga mempengaruhi motivasi guru masih rendah.
Berdasarkan kondisi tersebut maka peneliti selaku kepala sekolah akan mencarikan cara yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan pembinaan masing-masing guru guna mencari kekurangan-kekurangan selama pembuatan soal. Penelitian yang akan dilaksanakan berjudul “Peningkatan Motivasi dan Keterampilan Dalam Menyusun Soal HOTS Melalui Pembinaan Intensif Pada Guru SD Negeri Cokrowai Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019”. Dengan penelitian tersebut diharapkan akan memperbaiki kemampuan dan kinerja guru.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan digunakan pada penelitian ini adalah: (1) bagaimanakah peningkatan motivasi guru dalam menyusun soal HOTS melalui pembinaan intensif pada guru SD Negeri Cokrowati semester II tahun pelajaran 2018/2019?; (2) bagaimanakah peningkatan keterampilan guru dalam menyusun soal HOTS melalui pembinaan intensif pada guru SD Negeri Cokrowati semester II tahun pelajaran 2018/2019?.
Tujuan Penelitian
Tujuan pada penelitian ini antara lain: (1) meningkatkan motivasi guru dalam menyusun soal HOTS melalui pembinaan intensif pada guru SD Negeri Cokrowati semester II tahun pelajaran 2018/2019; (2) meningkatkan keterampilan guru dalam menyusun soal HOTS melalui pembinaan intensif pada guru SD Negeri Cokrowati semester II tahun pelajaran 2018/2019.
Manfaat Penelitian
Manfaat dai penelitian ini dapat dirasakan bagi siswa, guru, peneliti, maupun sekolah. Manfaat penelitian secara umum adalah dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan guru dalam menyusun soal HOTS di SD Negeri Cokrowati Kecamatan Todanan Kabupaten Blora semester II tahun pelajaran 2018/2019. Sedangkan manfaat penelitian secara detail adalah sebagai berikut:
Bagi Siswa: (1) kemampuan siswa dalam menganalisis soal lebih meningkat; (2) menumbuhkan daya pikir siswa melalui kemampuan berpikir tingkat tinggi; (3) lebih mendapatkan banyak referensi soal sehingga siswa terbiasa mengerjakan soal dengan level tinggi.
Bagi Guru: (1) dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun soal HOTS; (2) dapat meningkatkan motivasi guru dalam menyusun soal HOTS; (3) guru dapat mengetahui langkah-langkah menyusun soal HOTS yang benar; (4) menumbuhkan kreativitas guru dalam membuat soal HOTS yang baik.
Bagi Peneliti: (1) dapat meningkatkan motivasi guru SD Negeri Cokrowati dalam menyusun soal HOTS melalui pembinaan intensif; (2) dapat meningkatkan kemampuan guru SD Negeri Cokrowati dalam menyusun soal HOTS melalui pembinaan intensif; (3) mendorong untuk melakukan penelitian lainnya yang bermanfaat untuk kemajuan sekolah.
Bagi Sekolah: (1) meningkatkan kualitas pendidikan di SD Negeri Cokrowati melalui pembelajaran yang berorientasi HOTS; (2) sebagai tempat untuk melakukan penelitian bagi guru demi terwujudnya pendidikan yang berkualitas bagi peserta didik.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kajian Teori
Motivasi Guru
Motivasi sangat dibutuhkan dalam setiap pekerjaan supaya target yang diinginkan dapat dicapai. Menurut Sardiman (2011:73) motivasi berpangkal dari kata motif yang artinya daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Menurut Hamzah B.Uno (2008:1) mendefinisikan motivasi sebagai kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Sementara itu Malayu S.P.Hasibuan (2008:1) menyatakan bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar meraka mau bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
Sudarwan Danim (2011:121) menyatakan bahwa istilah motivasi guru paling tidak memuat enam unsur yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran, spirit atau obsesi pribadi untuk mencapai tujuan, kemauan tiada henti untuk mewujudkan cita-cita dan harapan atas capaian tingkat tinggi, ketiadaan putus asa atau berhenti sebelum tujuannya tercapai, spirit untuk mengembangkan diri, aneka proses kreatif, inovasi, dan alternatif.
Dari pengertian dari para ahli dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru merupakan dorongan bagi seseorang guru yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan dan mengerjakan sejumlah aktivias atau kegiatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Keterampilan Menyusun Soal HOTS
Isitilah terampil biasanya digunakan untuk menggambarkan tingkat kemampuan seseorang yang bervariasi. Keterampilan adalah kcakapan atau keahlian untuk melakukan suatu pekerjaan yang hanya diperoleh dalam praktik (Bambang Wahyudi,2002:33). Sedangkan menurut Hari Amirullah (2003:17) terampil juga diartikan sebagai suatu perbuatan atau tugas dan sebagai indikator dari suatu tingkat kemahiran.
Menurut Saputra (2016:91) Higher Order Thinking Skills merupakan proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving, taksonomi bloom dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian. Higher order thinking skills ini meliputi di dalamnya kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, kemampuan berargumen, dan kemampuan mengambil keputusan.
Sedangkan menurut Gunawan (2012:171) kemampuan berpikir tingkat tinggi/Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah proses berpikir yang mengharuskan murid untuk memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka pengertian dan implikasi baru. Berpikir tingkat tinggi melibatkan berpikir tingkat tinggi melibatkan berpikir kritis dan kreatif yang dipandu oleh ide-ide kebenaran yang masing-masing mempunyai makna.
Dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan (Kemdikbud,2017:17). Adapun langkah-langkah menyyusun soal HOTS antara lain: (1) menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS; (2) menyusun kisi-kisi soal; (3) memilih stimulus yang tepat dan konstekstual; (4) menulis pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal; (5) membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru dalam menyun soal HOTS dapat diartikan sebagai upaya guru dalam menuangkan ide atau gagasan untuk membuat dan menyusun soal yang berbasis HOTS sesuai dengan kaidah penulisan yang benar.
Pembinaan Intensif
Pembinaan terhadap guru yang kurang baik kinerjanya sangat dibutuhkan dalam berlangsungnya ingkungan kerja yang kondusif. Pembinaan merupakan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi (Mathis,2002:112). Oleh karena itu, proses ini terkait dengan berbagai tujuan organisasi, pembinaan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Sedangkan menurut Ivancevich (2008:46) mendefinisikan pembinaan sebagai usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya searang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera. Selanjutnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia intensif merupakan secara sunguh-sungguh dan terus-menerus dalam mengerjakan sesuatu hingga memperoleh hasil yang optimal. Intensif merupakan suatu proses secara berulang-ulang dalam waktu berkala sehingga ada peningkatan setiap tahapannya.
Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa pembinaan intensif adalah suatu usaha yang dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan untuk membantu seseorang dalam memperbaiki kinerjanya yang sudah menurun.
Kerangka Berpikir
Kemampuan guru SD Negeri Cokrowati dalam membuat soal yang berbasis HOTS masih rendah dikarenakan kurangnya pemahaman guru dalam mengenal tentang soal HOTS. Salah satu cara untuk mengatasinya diperlukan sebuah pembinaan yang khusus pada masing-masing guru secara berkelanjutan. Pembinaan intensif dilakukan untuk perbaikan atas motivasi dan keterampilan guru dalam menyusun soal HOTS yang masih rendah. Pembinaan ini dilakukan pada siklus I dan II sebagai perbaikan atas refleksi dari kegiatan sebelumnya.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah pembinaan intensif diduga dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan guru SD Negeri Cokrowati dalam menyusun soal HOTS pada semester II tahun pelajaran 2018/2019.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di SD Negeri Cokrowati Kecamatan Todanan Kabupaten Blora pada semester II tahun pelajaran 2018/2019. SD Negeri Cokrowati merupakan tempat kerja peneliti dan sekaligus objek yang dijadikan penelitian. Penelitian dilakukan selama 3 bulan dimulai dari bulan Februari sampai April 2019. Subjek yang digunakan dalam penelitian adalah guru SD Negeri Cokrowati meliputi guru kelas, guru Penjasorkes, guru PAI, dan guru mapel lainnya. Jumlah guru yang akan dijadikan subjek penelitian sebanyak 9 guru. Penelitian ini diadakan sebanyak 2 siklus masing-masing siklusnya terdiri dari 3 pertemuan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan, tes praktik, dan wawancara. Dalam pengamatan peneliti dibantu oleh teman sejawat yang berasal dari sekolah lain. Teknik yang digunaan dalam mengumpulkan data adalah lembar observasi, soal praktik pembuatan soal, dan analisis nilai keterampilan guru dalam menyusun soal. Selanjutnya validasi data dilakukan supaya data yang diperoleh bisa valid. Analisis data dilakukan dengan menggunakan deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil nilai kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Sedangkan analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan motivasi dari hasil pengamatan. Target yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: (1) motivasi guru minimal dengan kategori baik; (2) skor ketuntasan keterampilan guru minimal 70; dan (3) keterampilan guru dalam menyusun soal HOTS minimal mencapai ketuntasan 80%. Jika penelitian belum mencapai target yang diharapkan maka akan dilanjunkan pada perbaikan penelitian selanjutnya sedangkan hasilnya telah memenuhi target maka penelitian akan dihentikan dan dapat disimpulkan telah berhasil. Penelitian ini dilakukan sebanyak 4 tahap yaitu tahap perancanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refeksi. Tahap tersebut masing-masing digunakan pada penelitian siklus I dan siklus II.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Siklus I
Pelaksanaan penelitian pada siklus I menerapkan pembinaan intensif terhadap semua guru. Pembinaan ini dilakukan secara bergantian dan berkelanjutan dari masing-masing guru sehingga diperoleh hasil yang semakin baik. Motivasi guru pada siklus I mengalami kenaikan dibandingkan dengan kondisi awal guru sebelum menggunakan pembinaan intensif. Hal tersebut terlihat dari rata-rata motivasi guru dalam siklus ini mencapai 2,95 dengan kategori baik. Menurut hasil tersebut maka motivasi guru pada siklus I telah mencapai target yang diinginkan. Sedangkan keterampilan guru dalam menyusun soal HOTS pada siklus I juga mengalami kenaikan yaitu sebanyak 7 guru atau 77,8% telah tuntas sedangkan masih ada 2 guru atau 22,2% yang belum tuntas. Selain itu rata-rata keterampilan guru dalam menyusun soal HOTS mencapai 77,1. Dari pernyataan tersebut bahwa ketuntasan keterampilan guru dalam menyusun soal HOTS belum memenuhi target sehingga penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
Siklus II
Penelitian yang dilakukan pada siklus II tidak jauh beda dengan siklus I yaitu dengan menerapkan pembinaan intensif pada masing-masing guru. Hasil dari penelitian pada siklus ini juga mengalami kenaikan lagi dibandingkan siklus sebelumnya baik motivasi guru mapun keterampilan guru dalam menyusun soal HOTS. Rata-rata motivasi guru dalam siklus ini mencapai 3,57 dengan kategori sangat baik dan rata-rata motivasi tersebut melebihi target yang telah diinginkan. Pada siklus ini semua guru telah terampil dalam menyusun soal HOTS yaitu mencapai 100% sedangkan rata-rata keterampilan guru mencapai 89,5. Dari pernyataan tersebut motivasi dan keterampilan guru telah mencapai target yang telah diinginkan.
Pembahasan
Motivasi guru dalam menyusun soal HOTS dari kondisi awal sebelum melakukan pembinaan intensif sampai siklus I dan II mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata skor motivasi yang selalu mengalami peningkatan yaitu pada siklus I mencapai skor 2,95 dengan kategori baik sedangkan pada siklus II mencapai skor 3,57 dengan kategori sangat baik. Keterampilan guru dalam menyusun soal HOTS juga mengalami kenaikan yaitu pada siklus I guru yang tuntas sebesar 77,8% (7 orang) dan yang belum tuntas sebesar 22,2% (2 orang) sedangkan pada siklus II semua guru dinyatakan tuntas 100% (9 guru). Rata-rata keterampilan guru juga mengalami kenaikan yaitu pada siklus I sebesar 77,1 sedangkan pada siklus II sebesar 89,5.
PENUTUP
Kesimpulan
Pembinaan intensif sangat efektif dalam meningkatkan motivasi dan keterampilan guru dalam menyusun soal HOTS di SD Negeri Cokrowati. Sebelum diakan pembinaan guru sangat malas jika membuat soal apalagi berbasis HOTS. Selain itu keterampilan guru dalam menyusun soal HOTS juga masih rendah. Banyak guru yang tidak membuat kisi-kisi soal sebelum membuat soal sehingga soal yang dibuat tidak beraturan. Selah dilakukan pembinaan intensif, motivasi guru semakin meningkat yaitu pada siklus I rata-rata skor mencapai 2,95 (kategori baik) dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 3,57 (kategori sangat baik). Keterampilan guru juga ikut naik setiap siklusnya yaitu dari kondisi awal ketuntasan guru hanya 11,1% dilanjutkan pada siklus I ketuntasan guru dalam menyusun soal HOTS naik menjadi 77,8% sedangkan pada siklus II naik mencapai 100%.
Saran
Pembinaan intensif sangat dianjurkan bagi kepala sekolah yang akan membantu guru dalam mengatasi permasalahan dalam mengajar. Pembinaan tersebut dapat dilakukan secara tatap muka atau berhadapan langsung maupun secara daring. Saat melakukan pembinaan intensif dianjurkan untuk memilih salah satu permasalahan yang menjadi kesulitan semua guru sehingga akan memudahkan kepala sekolah dalam menselaraskan pembinaan yang dilakukan. Selain itu kepala sekolah dianjutkan untuk membuat jadwal dalam melakukan pembinaan intensif terhadap masing-masing guru supaya tertib dan tidak berebutan.
DAFTAR PUSTAKA
A.M.Sardiman.2011.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:Rajawali Press.
Amirullah.2003.Alat Evaluasi Keterampilan.Jakarta;Depdiknas.
B.Uno, Hamzah.2008.Teori Motivasi dan Pengukurannya.Jakarta:Bumi Aksara.
Danim, Sudarwan.2011.Pengantar Pendidikan.Bandung:ALFABETA.
Gunawan, Adi W.2012.Genius Learning Strategy: Penunjuk Praktis Untuk Menerapkan Accelerated Learning.Jakarta;PT.Gramedia Pustaka Utama.
Hasibuan,Malayu.2008.Manajeman Dasar Pengertian dan Masalah. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Ivancevich,John M dkk.2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Kemendikbud.2017.Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS).Jakarta:Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Mathis Robert dkk.2002.Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta:Salemba Empat.
Permendikbud.2018.Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Penugasa Guru Sebagai Kepala Sekolah.
Saputra,Hatta.2016.Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global:Penguatan Mutu Pembelajaran Dengan HOTS (Higher Order Thinking Skills).Bandung:SMILE’’s Publishing.
Wahyudi, Bambang.2002.Sumber Daya Manusia.Bandung;Sulita.