EFEKTIVITAS MODEL KOOPERATIF PEMBELAJARAN

TEAMS GAME TOURNAMENT (TGT)

DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOLABORASI

SISWA KELAS IV (EMPAT) GUGUS R.A KARTINI

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Sarah Wati

Progdi PGSD, FKIP Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Indonesia

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas pembelajaran model Teams Game Tournament (Tgt) dan Student Team Achievement Divisions (Stad) terhadap kemampuan berkalaborasi siswa SD. Penelitian ini terdiri dari tahap Posttest. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas IV SD Negeri Ngampon dan SD Negeri Gondang slamet 02 Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Metode penelitian ini menggunakan pra-eksperimental, uji normalitas, uji homogenitas, uji-T dan uji Hipotesis, Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berkolaborasi siswa kelas IV SD dengan menggunakan penerapan model Teams Game Tournament (Tgt) dengan nilai sebesar 84 lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan kolaborasi siswa. dibandingkan dengan penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (Stad) dengan nilai sebesar 79.

Kata kunci:   Teams Game Tournament (TGT), Student Team Achievement Divisions (STAD). Kemampuan Berkolaborasi

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effectiveness of learning the Teams Game Tournament (Tgt) and Student Team Achievement Divisions (Stad) models towards the ability to collaborate with elementary students. This research consists of the Posttest stage. The research subjects were grade IV students of Ngampon State Elementary School and Gondang Slamet State Elementary School, Ampel District, Boyolali District. This research method uses pre-experimental, normality test, homogeneity test, T-test and Hypothesis test, the conclusion of this study is that there is a significant influence on the ability to collaborate in grade IV elementary school students by using the application of the Teams Game Tournament (Tgt) model with a value of 84 more effective in improving students’ collaborative abilities. compared to the application of the Student Team Achievement Divisions (Stad) learning model with a value of 79.

Keywords: Teams Game Tournament (TGT), Student Team Achievement Divisions (STAD).

 

PENDAHULUAN

Perkembangan pengetahuan dan teknologi yang kompleks pada abad 21 merupakan tantangan khususnya di dalam dunia pendidikan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas, sehingga diperlukan acuan kurikulum dalam pembelajaran di sekolah untuk mendorong dan mengembangkan kemampuan dari siswa. Kurikulum 2013 merupakan acuan kurikulum pendidikan nasional yang memiliki karakteristik dalam mengembangkan tiga ranah antara lain ranah sikap, spiritual, dan sosial (afektif), pengetahuan (kognitif), dan ketrampilan (psikomotorik) tidak hanya memuat materi pelajaran yang bersifat pemahaman dan hafalan namun terdiri atas materi yang lebih kompleks serta memerlukan proses aplikasi, analisis serta evaluasi untuk menciptakan sesuatu yang baru. Berdasarkan Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 tentang pembelajaran siswa dasar pendidikan dasar dan menengah bahwa muatan rencana pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 revisi 2017 yang disusun harus muncul 4c yakni: (Creative, Critical thinking, Communicative, dan Collaborative). Trianto (2013:147) “Menjelaskan bahwa pembelajaran tematik yaitu pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik”.

Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari suatu model pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Menurut Joyce & Weil (dalam Rusman, 2012: 133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Pembelajaran yang tidak inovatif dan hanya mengacu pada satu sumber belajar tertentu dapat berpengaruh terhadap cara berpikir siswa dalam mencari solusi dari masalah yang timbul. Pembelajaran yang ideal yaitu pembelajaran yang tidak hanya berpusat pada guru melainkan siswa berusaha mencari dan menggali informasi melalui bimbingan guru. Siswa dituntut terlibat secara aktif dan mandiri dalam kegiatan pembelajaran dengan demikian akan melatih kemampuan kolaboratif siswa. Menurut pendapat Sato (2012:142) Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelompok bertujuan untuk mendorong siswa menemukan beragam pendapat atau pemikiran yang dikeluarkan oleh setiap siswa dalam kelompok bukan untuk menyatakan pendapat. Kelebihan kemampuan kolaboratif menurut Hill (Suryani, 2010: 14) adalah: 1) prestasi belajar lebih tinggi, 2) pemahaman lebih mendalam, 3) belajar lebih menyenangkan, 4) mengembangkan keterampilan kepemimpinan, 5) meningkatkan sikap positif, 6) meningkatkan harga diri, 7) belajar secara inklusif, 8) merasa saling memiliki, dan 9) mengembangkan keterampilan masa depan. Kelemahan kemampuan kolaboratif Menurut (M.Hosnan, 2014:318) 1) Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari pokok persoalan. 2) Membutuhkan watu cukup banyak. 3) Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung pada orang lain. 4) Kebulatan atau kesimpulan bahan kadang sukar dicapai. Salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berkembang yaitu menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) dan STAD (Student Teams Achievement Division). Model Teams Games Tournament (TGT) sebagai salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran Tematik. Menurut Slavin (Abidin, 2014: 254) Teams Games Tournament (TGT) “Merupakan prosedur pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada kelompok untuk berkompetisi dengan kelompok lain sehingga siswa bergairah belajar. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2010.51).

Berpijak dari latarbelakang dapat dirumuskan masalah yaitu:Apakah terdapat perbedaan signifikan antara model pembelajaran Teams Game Tournament dan Student Team Achievement Divisions untuk meningkatkan kemampuan berkalaborasi dalam pembelajaran tematik”?

METODE

Jenis penelitian ini menggunakan pra-eksperimental. merupakan peneliti yang mengamati suatu kelompok utama dan melakukan intervensi sepanjang penelitian. Dalam rancangan ini tidak ada kelompok kontrol untuk diperbandingkan dengan kelompok eksperimen yang disebut pre-experimental design menurut Cresswell, (Apryza Ryzchy Pratama Putra Negara S. 2017:6) Metode eksperimen adalah metode yang sesuai dengan judul penelitian ini, karena penelitian ini membandingkan dua variabel yaitu dengan pembelajaran kooperatif tipe pembelajaran tipe Teams Game Tournament (TGT) pada kelas eksperimen 1 dan Student Team Achievement Divisions (STAD). Pada eksperimen 2 Penelitian ini bertujuan untuk menguji teori yang sudah ada. Desian penelitian ini menggunakan Statis Group Comparison. Kelompok statis melibatkan perbandingan setidaknya dua nonrandomly. Dalam perbandingan kelompok statis, mungkin lebih tepat menyebut mereka sebagai pembanding karena masing-masing berfungsi sebagai pembanding untuk yang lain. Setiap kelompok menerima beberapa bentuk independen variabel misalnya dalam kelompok eksperimen 1 menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) dan kelompok eksperimen 2 menggunakan model (Student Teams Achievement Division). Dalam desain ini, karena peserta tidak ditugaskan secara acak ke group dan tidak ada data pretest maka yang dikumpulkan hanya data posttest saja. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Ngampon dan SD Negeri Gondang Slamet 02 Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik probability sampling atau peluang tidak ada kendala untuk melakukan penelitian jenis cluster sampling (area sampling). Dimana menurut Sugiyono (2011:124) teknik ini merupakan penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu posttest. Dalam bentuk soal uraian untuk mengetahui kemampuan bekolaborasi siswa. Te nik analisis data yang digunakan yaitu analisis uji instrumen meliputi uji validitas dan uji reliabilitas sedangkan analisis statistik meliputi uji normalitas data, uji homogenitas data, Uji-T serta uji hipotesis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan telah disajikan, peneliti mampu menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) untuk mengetahui tingkat kemampuan Kolaborasi siswa. Peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) memiliki tingkat perbedaan yang mencolok dibandingkan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament).

Kelompok eksperimen 1 diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran TGT dengan melalui beberapa prosedur. Pada pertemuan pertama, siswa diberikan penjelasan mengenai materi yang akan dilaksanakan sehinnga guru meminta siswa untuk berdiskusi dan membuat kelompok yang terdiri atas 4-5 siswa dan guru memberikan ulasan materi keragaman masyarakat Indonesia sebagai bekal untuk berdiskusi kelompok Setelah itu siswa diberikan posstest. Memasuki pertemuan ke-2, siswa diajak untuk belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Dan mengerjakan soal evaluasi.

Tabel 1 Kemampuan Kolaborasi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen1

Descriptive Statistics
  N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Postest 18 73 100 84.34 6.446
Valid N (listwise) 18        

 

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat lihat jumlah siswa yang mengikuti posttest sebanyak 18 siswa. Setelah dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan perlakuan model pembelajaran TGT, skor rata-rata kelas eksperimen 1 yaitu 6.446 Skor tertinggi yang dicapai siswa setelah diberikan perlakuan adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 73.

Kelompok Eksperimen 2 diberikan treatment menggunakan model pembelajaran STAD. Pada pertemuan pertama guru menyajikan materi pembelajaran, kemudian siswa pembagian kelompok, setelah itu siswa kerja tim setelah semua pembelajaran selesai guru memberikan penghargaan pada siswa yang berprestasi dan memberikan posstest. pertemuan ke-2 guru mengfokuskan siswa kepada materi pembelajaran yang telah di bahas sebelumnya dan mengerjakan soal evaluasi.

Tabel 2 Kemampuan Kolaborasi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen2

Descriptive Statistics
  N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Postest 25 70 100 79.12 8.703
Valid N (listwise) 25        

 

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat lihat jumlah siswa yang mengikuti dan posttest sebanyak 25 siswa. Setelah dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan perlakuan model pembelajaran STAD. Skor rata-rata kelas eksperimen 2 menjadi 79.12 dengan standar deviasi 8.703. Skor tertinggi yang dicapai siswa setelah diberikan perlakuan adalah 100 dan skor terendahnya adalah 70.

UJI NORMALITAS

Untuk mengetahui setiap kelas mempunyai data yang terdistribusi normal atau tidak, maka di perlukan uji normalitas. Apabila data berdistribusi normal maka dapat digunakan statistika parametrik, sedangkan apabila data tidak berdistribusi normal maka digunakan statistika nonparametrik. Acuan data dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi/probabilitas > 0,05. Jika nilai signifikansi probabilitas kurang dari 0,05 maka data dikatakan tidak berdistribusi normal.

Tabel 3 Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality
  Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
  Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Hasil eksperimen1 .171 19 .147 .956 19 .504
eksprimen2 .166 17 .200* .894 17 .054
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) uji Kolmogorov-Smirnov Z hasil posttest kelompok eksperimen 1 adalah 0,147 Sedangkan hasil posttest kelompok eksperimen 2 adalah 0,200. Bila dirumuskan sebuah hipotesis H0 adalah sebuah sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal dan Ha adalah sampel yang tidak berasal dari populasi berdistribusi normal, maka dapat diputuskan jika probabilitas < nilai α (0,05) H0 ditolak, jika sebaliknya maka H0 diterima. Oleh karena nilai signifikansi/probabilitas Asymp. Sig. (2-tailed) data-data tersebut berturut-turut 0.147, 0,200 > 0,05 maka H0 diterima, artinya dapat disimpulkan bahwa persebaran data hasil posttest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Setelah uji normalitas terpenuhi, selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui varian kedua kelompok homogen atau tidak. Apabila nilai signifikansi/probabilitas < 0,05, maka data dikatakan tidak homogen. Apabila nilai signifikansi/probabilitas > 0,05, maka data dikatakan homogen. Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 25 for Windows. Berikut hasil dari uji homogenitas data kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2. Berdasarkan tabel 4 di bawah diketahui bahwa hasil Test of Homogeneity of Variances signifikansi/probabilitas nilai posstest menunjukkan angka 0,240. Bila dirumuskan sebuah hipotesis H0 adalah variansi data pada tiap kelompok sama (homogen) dan Ha adalah variansi data pada tiap kelompok tidak sama (tidak homogen), maka dapat diputuskan jika probabilitas < nilai α (0,05) H0 ditolak, jika sebaliknya maka H0 diterima. Oleh karena nilai signifikansi/probabilitas data posstes kelompok adalah sebesar 0.240 > 0,05 maka H0 diterima. Artinya dapat dikatakan bahwa skor posstest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 adalah homogen.

Tabel 4 Hasil Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances
hasil
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.432 1 34 .240

 

Tabel 5 Hasil Uji-T

Independent Samples Test  
  Levene’s Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means  
F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference  
Lower Upper
hasil Equal variances assumed 1.432 .240 2.061 34 .047 5.224 2.535 .073 10.375  

 

Berdasarkan tabel 4.5 tentang hasil analisis uji T menggunakan independent sample T test dapat diartikan bahwa hasil Fhitung sebesar 1,432 dengan signifikansi pada kolom sig. (2-tailed) sebesar 0,047. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, dikarenakan nilai signifikansi sebesar 0,047 < 0,050 sehingga dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran Teams Game Tournament dan Student Team Achievement Divisions dalam meningkatkan kemampuan berkalaborasi.

UJI HIPOTESIS

Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui apakah H0 diterima atau ditolak. Apabila terdapat nilai signifikan atau nilai probalita kesalahan (α)>0,05. Sebaliknya H0 ditolak dan Ha diterima apabila terdapat nilai signifikan atau nilai probabilitas (α)< 0,05. Hipotesis yang didapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat perbedaan kemampuan kolaborasi pembelajaran Tematik yang signifikan pada siswa kelas 4 SD Gugus R.A Kartini dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran TGT dan STAD.

Ha: terdapat perbedaan kemampuan kolaborasi pembelajaran Tematik yang signifikan pada siswa kelas 4 SD Gugus R.A Kartini dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran TGT dan STAD. Kriteria pengambilan keputusan menggunakan koefisien sig. dengan ketentuan jika nilai sig. hitung (probabilitas) < 0,05 maka Ho ditolak dan apabila jika nilai sig. hitung (probabilitas) > 0,05 maka Ho di terima. Dari hasil uji hipotesis menggunakan Independent Samples T-tes di peroleh nilai sebesar 0,047. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, dikarenakan 0,047 < 0,05. Artinya terdapat perbedaan kemampuan kolaborasi pembelajaran Tematik yang signifikan pada siswa kelas 4 SD Gugus R.A Kartini dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran TGT dan STAD.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa efektivitas model pembelajaran TGT dan STAD yang di tinjau dari kemampuan kolaborasi siswa SD kelas 4 terdapat perbedaan signifikan antara model pembelajaran Teams Game Tournament dan Student Team Achievement Divisions untuk meningkatkan kemampuan berkalaborasi Siswa Kelas IV Gugus R.A Kartini Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2019/2020. Hal ini ditunjukkan dari perolehan hasil analisis uji T menggunakan independent sample T test dapat diartikan bahwa hasil Fhitung sebesar 1,432 dengan signifikansi pada kolom sig. (2-tailed) sebesar 0,047. Temuan terdapatnya perbedaan antara model TGT pada kelas eksperimen 1 dan model TGT pada kelas ekseprimen 2 dilihat dari nilai rata-rata sesudah dilakukan rata-rata penerapan pada model pembelajaran TGT sebesar 84 sedangkan pada nilai rata-rata penerapan model pembelajaran STAD sebesar 79 Hal ini dapat diartikan bahwa penerapan dengan model TGT lebih tinggi dibandingkan dengan penerapan model STAD. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan berkolaborasi siswa pada pembelajaran tematik dibandingkan dengan model pembelajaran STAD. Hasil ini sesuai dengan temuan pada penelitian yang dilakukan. Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut di atas, beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai berikut: Untuk meningkatkan kualitas guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas, peneliti mengharapkan para guru SD melakukan variasi atau pengunaan pembelajaran melalui model yang tepat. Salah satunya dalam pembelajaran Tematik melalui model pembelajaran TGT dan STAD terbukti mampu membuat anak lebih aktif dan efektif lagi dalam belajar dan selalu memberikan motivasi yang baik kepada siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Cresswell, (Apryza Ryzchy Pratama Putra Negara S. (2017) penelitian pre-eksperimen dan eksperimen sejatibeserta sajian permasalahan dalam  penelitianpendidikan biologi.

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Permendikbud. (2017). Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad-21 dalam Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran.

Permendikbud RI Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah.

Rusman. (2013). Model-Model pembelajaran. jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Suryani, Nunuk. 2010.Implementasi Model Pembelajaran Kolaboratif Untuk MeningkatkanKetrampilanSosial Siswa[Online].http://journal.uny.ac.id. (Diakses pada 14 Januari 2016).

Sato, Masaaki. 2012. Dialog dan Kolaborasi di Sekolah Menengah Pertama, PraktekLearning Community. Jakarta: Pelita

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet.

Slavin, R.E. 2011. Cooperative Learning:Teori,Risetdan Praktik.Bandung: Nusa Media

Trianto. 2013. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik; Jakarta: Kencana