Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Dengan Model Pembelajaran Interaktif
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn
MATERI MEMAHAMI SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF
PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 TEMULUS
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Tri Asih
SD Negeri 1 Temulus Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi Memahami Sistem Pemerintahan Pusat dan Daerah bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Temulus Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora tahun pelajaran 2017/2018 melalui model pembelajaran interaktif. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di SD Negeri 1 Temulus Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora tahun pelajaran 2017/2018 selama 3 (tiga) bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI di SD Negeri 1 Temulus Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora tahun pelajaran 2017/2018 yang terdiri dari 21 orang siswa. Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini menyimpulkan bahwa Pembelajaran dengan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi “Memahami Sistem Pemerintahan Pusat dan Daerah†pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Temulus Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 64,29 pada kondisi awal, meningkat menjadi 71,90 pada akhir tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 77,62 pada akhir tindakan Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 52.38% pada kondisi awal meningkat menjadi 71,43% pada akhir tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 85,71% pada akhir tindakan Siklus II.
Kata Kunci: hasil belajar, pembelajaran PKn, model pembelajaran interaktif
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permbelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peranan yang strategis dan penting, yaitu dalam membentuk siswa maupun sikap dalam berperilaku keseharian, sehingga diharapkan setiap individu mampu menjadi pribadi yang baik. Melalui mata pelajaran PKn ini, siswa sebagai warga negara dapat mengkaji Pendidikan Kewarganegaraan dalam forum yang dinamis dan interaktif. Jika memperhatikan tujuan pendidikan nasional di atas, Pembangunan dalam dunia pendidikan perlu diusahakan peningkatannya. Hal yang substansial dalam PKn adalah mempelajari penanaman moral pada siswa sejak dini.
Arti pentingnya pembelajaran PKn bagi siswa ternyata tidak diikuti dengan adanya fakta yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran tersebut. Pada prakteknya, pembelajaran PKn masih menghadapi banyak kendala-kendala. Kendala-kendala yang dimaksud antara lain: guru pengampu mata Pelajaran PKn masih mengalami kesulitan dalam mengaktifkan siswa untuk terlibat langsung dalam proses penggalian dan penelaahan bahan pelajaran, sebagian siswa memandang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bersifat materitual dan teoritis.
Salah satu kendala yang dihadapi guru adalah berkaitan dengan rendahnya motivasi belajar siswa. Siswa terkesan kurang berminat mengikuti pelajaran PKn dikarenakan pelajaran PKn tidak termasuk ke dalam salah satu mata pelajaran yang diujikan secara nasional. Hal ini diindikasikan dengan hasil pengamatan terhadap penguasaan materi pada siswa dalam pembelajaran PKn kompetensi dasar “mengevaluasi berbagai sistem pemerintahan†masih belum optimal. Belum optimalnya penguasaan materi oleh siswa tersebut ditunjukkan dengan masih banyaknya siswa yang belum mencapai batas tuntas belajar yang ditentukan, yaitu sebesar 70,00.
Hal yang sama berlaku pula pada siswa kelas VI semester I di SD Negeri 1 Temulus Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora pada tahun pelajaran 2017/2018. Berdasarkan analisis terhadap nilai hasil ulangan harian, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn masih kurang optimal. Hal ini diindikasikan dengan perolehan nilai rata-rata kelas sebesar 64,29. Nilai tersebut masih berada di bawah KKM yang ditetapkan untuk pembelajaran PKn dengan KKM > 70. Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, jumlah siswa yang sudah memperoleh nilai > 70 baru mencapai 11 orang dari 21 orang siswa yang ada. Dengan demikian maka tingkat ketuntasan kelas baru mencapai sebesar 52.38%. Atas dasar hal tersebut siswa kelas VI semester I di SD Negeri 1 Temulus Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora tahun pelajaran 2017/2018 belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran PKn.
Rendahnya nilai hasil belajar PKn yang diperoleh siswa kelas VI tersebut diindikasikan disebabkan karena motivasi belajar mereka yang rendah. Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Rendahnya tingkat perhatian siswa terhadap pembelajaran yang disampaikan guru dapat diamati dari banyaknya siswa yang berbicara berbicara sendiri saat berlangsungya proses pembelajaran.
Kondisi tersebut perlu ditangani secara serius sehingga motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran semakin meningkat. Hal ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan hasil belajar yang diperoleh siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran interaktif. Metode ini berupaya memacu siswa dengan cara mengoptimalkan apa-apa yang telah dimiliki, diketahui atau dipelajari oleh siswa. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji pengaruh penggunaan model pembelajaran interaktif terhadap motivasi dan prestasi belajar PKn pada siswa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalah penelitian sebagai berikut: Apakah pembelajaran dengan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi memahami sistem pemerintahan pusat dan daerah bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Temulus Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora tahun pelajaran 2017/2018?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi memahami sistem pemerintahan pusat dan daerah bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Temulus Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora tahun pelajaran 2017/2018 melalui penggunaan model pembelajaran interaktif.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat tersebut adalah:
1. Bagi Siswa: Hasil penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran PKn pada khususnya dan pembelajaran lain pada umumnya.
2. Bagi Guru: Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru untuk memberikan tambahan pengetahuan tentang penggunaan model pembelajaran interaktif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi Sekolah: Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi guru dan kepala sekolah tentang penggunaan model pembelajaran interaktif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
KAJIAN PUSTAKA
Hasil Belajar
Hasil adalah sesuatu yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya dituntujukkan dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:486). Menurut Sukarsini Arikunto (2010: 46) mengatakan bahwa hasil belajar tingkah laku yang menampakkan diri dalam bentuk, perbuatan, yang dapat diamati dan diukur. Dari pendapat diatas bahwa hasil belajar dapat diperoleh dari suatu proses belajar yang terjadi di rumah, di sekolah, di tempat bermain yang menimbulkan perubahan tingkah laku. Syaiful Bahri Djamarah (2002: 135) berpendapat bahwa hasil belajar atau prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu atau kelompok. Dari ungkapan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hasil apabila tidak ada kegiatan.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni: 2005). Perolehan aspek-aspek perubahan perilku tersebut tergantung pada pada yang di pelajari oleh pembelajar. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan tujuan dari kegiatan belajarnya. Berkenaan dengan tujuan ini, Bloom dalam Anni et al (2005) mengemukakan taksonomi yang mencakup tiga kawasan, yaitu kawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Krathwohl dalam Anni et al (2005) menyatakan pembelajaran ranah afektif merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran afektif yaitu: penerimaan, penilaian, pengorganisasian dan pembentukan pola hidup.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, mengambarkan bahwa hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-angka seperti yang dapat dilihat pada nilai rapor. Hasil belajar juga diartikan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan.
Pembelajaran PKn
Berdasarkan Kurikulum 2004 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah “Mata pelajaran yyang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia”. Untuk siswa SD nilai luhir dan moral tersebut diharapkan dapat diaplikasikan dalam wujud perilaku kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota keluarga, anggota masayarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Di sini tampak bahwa PKn mempunyai aspek pokok berupa pengembangan dan pelestarian nilai luhur budaya bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Nilai luhur budaya Indonesia sangat beragam tergantung di daerah mana nilai itu berada. Benturan nilai vang berdasarkan budaya daerah yang satu dengan yang lainnya harus diketahui oleh siswa. Hal ini disebabkan nilai, budaya dan norma yang berlaku di satu daerah akan lain dengan nilai, budaya dan norma yang berlaku di daerah lain.
Ruang lingkup pembelajaran PKn diatur dalam Standar Isi. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda. Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan;
2. Norma, hukum, dan peraturan, meliputi: Tertib dalam lingkungan keluarga , Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional;
3. Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM;
4. Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong-royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara;
5. Konstitusi Negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi;
6. Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi;
7. Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8. Globalisasi, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globlalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.
Sesuai dengan ruang lingkup tersebut, dalam penelitian ini yang didiskusikan dalam pembelajaran yaitu ruang lingkup nomor 7. Ruang lingkup tersebut membahas kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
Model Pembelajaran Interaktif
Pembelajaran Interaktif merupakan salah satu model pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Pembelajaran terdapat Komponen–komponen pembelajaran ditinjau dari pendekatan sistem, maka dalam prosesnya suatu pembelajaran akan melibatkan berbagai komponen, diantaranya: tujuan, guru, peserta didik, materi, metode, media serta evaluasi. Model pembelajaran interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak. Model ini dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri (Faire & Cosgrove dalam Harlen, 2002). Meskipun siswa mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terlalu melebar dan seringkali kabur sehingga kurang terfokus. Guru perlu mengambil langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam kegiatan khusus. Pembelajaran interaktif merinci langkah-langkah ini dan menampilkan suatu struktur untuk suatu mata pelajaran yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusatnya (Harlen, 2002:48-50).
Tahapan dalam model pembelajaran interaktif menurut Faire dan Cosgrove dalam Harlen (2006: 28) terdiri dari persiapan pengetahuan awal, kegiatan eksplorasi, pertanyaan siswa, penyelidikan, pengetahuan akhir dan refleksi.Kelebihan model pembelajaran interaktif menurut Nurhasanah, (2004:17) diantaranya:
1. Siswa lebih banyak kesempatan untuk melibatkan keingintahuannya pada objek yang akan dipelajari
2. Melatih siswa untuk mengungkapkan rasa ingin tahu melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa mupun guru
3. Memberikan sarana bermain bagi siswa melalui kegiatan eksplorasi dan investigasi
4. Guru sebagai fasilitator
5. Guru Sebagai motivator
6. Guru Sebagai perancang aktivitas belajar, Hasil belajar akan lebih bermakna
Pembelajaran interaktif terfokus pada upaya untuk mennciptkan situasi-situasi yang komunikatif dan memungkinkan siswa untuk menyampaikan dan menerima pesan-pesan yang otentik yang mengandung informasi yang menarik bagi pengirim maupun penerima pesan.
Pola-pola interaksi kelas dalam kenyataannya interaksi antara guru dan siswa digambarkan sebagai bentuk komunikasi yang sangat terbatas, misanya belajar untuk memberikan jawaban yang diharapkan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru bukan sebagai permintaan untuk memperoleh informasi, tetapi sebagai kesempatan untuk mengetahui penguasaan terhadap materi tersebut. Dalam banyak situasi kelas, siswa berperan pasif, tidak pernah memulai diskusi dan biasanya berbicara hanya bila disuruh atau ditunjuk oleh guru. Sifat percakapan antara guru dan siswa diperngaruhi oleh faktor-faktor seperti isi pelajaran dan aktivitas kelas. Dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas, guru dapat menggunakan berbagai strategi pembelajaran, seperti pengelompokan siswa: guru dengan seluruh kelas, guru dengan kelompok kecil, siswa dalam kelompok-kelompok kecil, siswa berpasang-pasangan, siswa bekerja sendiri-sendiri. Persitiwa-peristiwa ini didasarkan pada serangkaian aktivitas rutin kelas yang mungkin terjasi dalam suatu mata pelajaran tertentu.
Kelas Interaktif diantaranya: Mendorong siswa mendengarkan materi-materi yang otentik (misalnya, pembicaraan guru, audio dan videotape, dan penutur asli dimana memungkinkan). Menggunakan koran, majalah, kartun, buku, surat, petunjuk-petunjuk bagi produk, menu, dan peta sebagai bahan bacaan.Menekankan bahwa sejak dari awal para siswa mendengarkan dan berbicara sambil berekasi terhadap gambar-gambar dan objek-objek dalam situasi permainan peran dan diskusi (berpasangan, kelompok-kelompok kecil, dan seluruh kelas).
Melibatkan para siswa dalam tugas-tugas bersama yang menuntut berbagai fungsi-fungsi bahasa yang berbeda (misalnya, menyarankan, meminta, mengarahkan , meminta, mengarahkan, meyakinkan, memuji, menjelaskan , dan menginformasikan). Menyajikan secara terus-menerus kepada para siswa film-film dan videotape para penutur asli yang berinteraksi dalam situasi-situasi yang berbeda, dengan demikian meningkatkan kesadaran terhadap perilaku-perilaku nonverbal, strategi-strategi percakapan.Menggunkan aktivitas membaca yang dbuat interaktif dengan meminta pembaca utnuk menjawab ssecara kreatif (mislanya, mendiskusikan kemungkinan-kemungkinans alternatif). Menggunakan aktivitas menulis yang mencakup perubahan komunikasi pribadi antara para siswa (berpasangan dan/atau dimana kelompok) atau anatara siswa dan guru (jurnal diaolog mengatakan kembali ungkapan-ungkapan atau struktur-struktur yang janggal). Menjaga interaksi tetap sebagai masalah pokok berarti bahwa guru perlu merencanakan aktivitas-aktivitas sehingga siswa dapat berpartisipasi dalam berbagai macam situasi interaktif. Ini dapat mencakup investigasi dan diskusi kelompok untuk meningkatkan interaksi.
Cohen menegaskan bahwa agar aktivitas-aktivitas interaksi dapat sukses, maka harus:
1. Memiliki lebih dari satu jawaban atau lebih dari satu cara untuk memecahkan persoalan.
2. Secara interistik menarik dan bermanfaat bagi sebagian besar siswa.
3. Memberikan kesempatan kepada para siswa yang berbeda untuk memberikan konttribusis yang berbeda.
4. Melibatkan berbagai sumber multimedia.
5. Melibatkan penglihatan, suara, dan sentuhan.
6. Menuntut berbagai macam keterampilan dan prilaku.
7. Menuntut siswa untuk membaca dan menulis.
Berdasarkan atas pembahasan ini, sejumlah prinsip kelas dapat ditetapkan.Guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berkomunikasi dan berpendapat untuk berbagai aktivitas yang bermakana yang berkaitan dengan pembelajaran yang berlangsung yang memiliki tujuan tertentu dan merangsang situasi-situasi kehidupan yang nyata.
Sesudah proses tersebut diatas, guru melakukan langkah-langkah berikutnya dengan menyusun langkah-langkah pembelajaran. Perhatian guru hendaknya dicurahkan kepada siswa, setelah itu siswa diberi kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan (kerja kelompok). Siswa dapat “belajar dengan bertindak†(learning by doing).
Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil pengamatan awal, pembelajaran PKn yang dilakukan guru kurang menarik bagi siswa. Hal ini ditunjang dengan karakteristik pembelajaran PKn yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara. Karakteristik unik tersebut berdampak pada cara yang sering dipergunakan dalam menyampaikan pembelajaran PKn, yaitu diberikan dengan cara pengarahan. Dengan cara ini siswa harus terbiasa untuk mendengar ataupun menerapkan serta mencatat hal-hal yang berkaitan dengan ilmu PKn.
Cara konvensional yang dilakukan guru dalam penyampaian materi pembelajaran PKn tersebut berdampak pada munculnya rasa bosan pada diri siswa. Siswa cenderung menjadi pendengar pasif dalam pembelajaran sehingga berdampak pada kurangnya motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Kurangnya motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran berdampak pada rendahnya daya serap terhadap materi sehingga hasil belajar menjadi kurang optimal. Berangkat dari kenyataan tersebut, guru berupaya melakukan perbaikan. Langkah yang dilakukan guru adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang aktif, yang ditandai oleh dua faktor yaitu: 1) adanya interaksi antara seluruh komponen dalam proses pembelajaran terutama antara guru dan siswa, dan 2) berfungsi secara optimal seluruh sence siswa yang meliputi indera, emosi, karsa, dan nalar.
Salah satu metode yang dipandang dapat mendorong siswa aktif dalam pembelajaran adalah menggunakan model pembelajaran interaktif. Model pembelajaran interaktif yang mempunyai tiga fase, yaitu: pertama guru memberi tugas, kedua siswa melaksanakan tugas (belajar), dan fase ketiga siswa mempertanggung-jawabkan kepada guru apa yang telah mereka pelajari dipandang mampu mendorong siswa lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran sehingga hasil yang diperoleh lebih optimal.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Pembelajaran dengan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi memahami Sistem Pemerintahan Pusat dan Daerah pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Temulus Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora tahun pelajaran 2017/2018.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat pelaksanaan penelitian adalah di SD Negeri 1 Temulus Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 tepatnya pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2017. Subyek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Temulus yang berjumlah 21 siswa terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan.
Pengumpulan data menggunakan catatan lapangan, dokumentasi, dan observasi. Analisis data menggunakan analisis kualitatif model Miles & Huberman yang meliputi reduksi, display, dan verifikasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu (1) Teknik observasi yang dilakukan pada awal sampai akhir pembelajaran. Disini yang diamati adalah aktivitas guru dan aktivitas siswa pada saat pembelajaran; (2) Teknik Tes yang dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran interaktif. Tes yang digunakan berupa tes tulis.
Sumber data dalam penelitian ini berupa sumber data yang berasal dari siswa, guru, maupun sumber lain. Sumber data yang berasal dari siswa berupa prestasi hasil belajar. Sumber data yang berasal dari guru berupa data mengenai proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran interaktifuntuk menyampaikan pembelajaran PKn materi “Sistem Pemerintahan Pusat dan Daerah†bagi siswa kelas VI semester I di SD Negeri 1 Temulus Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora tahun pelajaran 2017/2018. Banyak data dalam penelitian ini ada tiga. Data pertama adalah data awal yaitu data sebelum penelitian dilakukan. Data kedua adalah diambil setelah siklus I dilaksanakan. Data ketiga yang diambil setelah siklus II.
Prosedur analisisnya menggunakan model alur dari Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2006: 62). Penelitian tindakan kelas yang dinilai akurat dalam mencapai tujuan tersebut adalah model desain alur dari Kemmis dan Taggart yang memiliki ciri khas menggunakan model siklus. Setiap siklus terdiri dari dua atau tiga tindakan pembelajaran, sedangkan setiap tindakan pembelajaran mencakup empat tahapan kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi-evaluasi. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran interaktif dalam pembelajaran PKn dengan model pembelajaran interaktif Kompetensi Dasar “Memahami Sistem Pemerintahan Pusat dan Daerah†bagi siswa kelas VI di SD Negeri 1 Temulus Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora tahun pelajaran 2017/2018. Mekanisme kerja dalam penelitian ini diwujudkan dalam bentuk siklus yang terdiri dari 2 siklus tindakan.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kuantitatif yang diperoleh selama kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Data tersebut berupa nilai prestasi belajar siswa. Data diolah dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif.Analisis data kualitatif diperoleh melalui pengamatan berupa aktivitas guru selama proses pembelajaran PKn materi “Memahami Sistem Pemerintahan Pusat dan Daerah†dengan menggunakan model pembelajaran interaktif. Data diolah dengan menggunakan metode komparatif konstan seperti yang disarankan oleh Strauss dan Glasser (Moleong, 2004: 288-289). Strauss dan Glasser menyatakan bahwa, secara umum, proses analisis data mencakup reduksi data, klasifikasi data, sintesis data dan diakhiri dengan pembuktian hipotesis tindakan.
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila hasil belajar siswa pada kondisi akhir mencapai minimal 80% tuntas belajar dengan KKM 70.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskripsi Pra Siklus
Kondisi awal tindakan Hasil tes ulangan harian yang diperoleh dari 21 orang siswa kelas VI SD Negeri 1 Temulus Tahun Pelajaran 2017/2018 menunjukkan bahwa dari 21 siswa ternyata masih ada 10 siswa atau 47,62% belum mencapai batas tuntas minimal sebesar 70. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 40 dan nilai tertinggi 90. Nilai rata-rata kelas diperoleh sebesar 64,29. Dengan demikian, secara klasikal siswa kelas VI 1 SD Negeri 1 Temulus Tahun Pelajaran 2017/2018 belum mencapai batas tuntas minimal yang dipersyaratkan. Untuk lebih jelasnya, data hasil belajar siswa kondisi awal dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Hasil Belajar Pra Siklus
Nilai |
Jml |
Tuntas |
Tidak Tuntas |
40 |
2 |
– |
√ |
50 |
3 |
– |
√ |
60 |
5 |
– |
√ |
70 |
7 |
√ |
– |
80 |
3 |
√ |
– |
90 |
1 |
√ |
– |
Rendahnya hasil belajar siswa pada kondisi awal disebabkan karena pembelajaran yang disampaikan guru lebih terpusat pada guru sehingga siswa kurang terlibat dalam pembelajaran. Hal ini dapat diketahui dari wawancara dengan beberapa orang siswa yang menyatakan bahwa pembelajaran yang disampaikan guru dilakukan secara monoton sehingga siswa merasa bosan dan mengantuk dalam mengikuti pembelajaran. Komunikasi dalam pembelajaran hanya berlangsung searah sehingga siswa kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Siklus I
Hasil tes diperoleh dari nilai tes yang dilaksanakan setelah akhir pembelajaran tindakan Siklus I. Hasil tes menunjukkan bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 50 dan nilai tertinggi sebesar 100. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 71,90. Ditinjau dari ketuntasan belajar, jumlah siswa yang sudah mencapai batas tuntas minimal dengan nilai 70 adalah sebanyak 15 orang siswa atau 71,43% sedangkan yang masih belum mencapai batas tuntas sebanyak 6 orang siswa atau 28,57%. Data hasil belajar siswa pada tindakan Siklus I dapat disajikan ke dalam tabel berikut:
Tabel Hasil Belajar Siklus I
Nilai |
Jml |
Tuntas |
Tidak Tuntas |
50 |
2 |
– |
√ |
60 |
4 |
– |
√ |
70 |
7 |
√ |
– |
80 |
5 |
√ |
– |
90 |
2 |
√ |
– |
100 |
1 |
√ |
– |
Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus I dapat diperoleh refleksi hasil tindakan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan model interaktif berhasil meningkatkan dampak produk pembelajaran berupa peningkatan penguasaan kompetensi penguasaan konsep PKn pada siswa dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa dari 64,29 pada kondisi awal menjadi 71,90 pada akhir tindakan Siklus I. Tingkat ketuntasan belajar siswa sebagai dampak produk juga mengalami peningkatan, yaitu dari 52,38% pada kondisi awal menjadi 71,43% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I.
2. Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan Siklus I adalah: (a) belum berubahnya pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pola pembelajaran berpusat pada siswa; (b) dampak produk berupa penguasaan kompetensi penuh secara klasikal belum tercapai, yaitu mencapai tingkat ketuntasan kelas sebesar 80%.
Siklus II
Hasil tes diperoleh dari nilai tes yang dilaksanakan setelah akhir pembelajaran tindakan Siklus II. Hasil tes menunjukkan bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 50 dan nilai terttinggi sebesar 100. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 77,62. Ditinjau dari ketuntasan belajar, jumlah siswa yang sudah mencapai batas tuntas minimal dengan nilai 70 adalah sudah mencapai 85,71% atau 18 orang siswa sudah mencapai batas ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Data hasil belajar siswa pada tindakan Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut:
Tabel Hasil Belajar Siklus II
Nilai |
Jml |
Tuntas |
Tidak Tuntas |
50 |
1 |
– |
√ |
60 |
2 |
– |
√ |
70 |
7 |
√ |
– |
80 |
5 |
√ |
– |
90 |
3 |
√ |
– |
100 |
3 |
√ |
– |
Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus II dapat diperoleh refleksi hasil tindakan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan model pembelajaran interaktif berhasil meningkatkan dampak produk pembelajaran berupa peningkatan penguasaan kompetensi penguasaan materi PKn materi “Sistem Pemerintahan Pusat dan Daerah“ pada siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa dari 71,90 pada tindakan Siklus I menjadi 77,62 pada akhir tindakan Siklus II. Tingkat ketuntasan belajar siswa sebagai dampak produk juga mengalami peningkatan, yaitu dari 71,43% pada akhir tindakan Siklus I menjadi 85,71% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II.
2. Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan Siklus I sudah tercapai pada tindakan Siklus II. Hal tersebut meliputi: (a) sudah berubahnya pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pola pembelajaran berpusat pada siswa; (b) dampak produk berupa penguasaan kompetensi penuh secara klasikal sudah tercapai, yaitu mencapai tingkat ketuntasan kelas > 80%.
Pembahasan
Hipotesis yang menyatakan bahwa “model pembelajaran Interaktif dapat meningkatkan prestasi belajar PKn bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Temulus tahun pelajaran 2017/2018†terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.Ditinjau dari nilai hasil belajar yang diperoleh siswa, nilai terendah, tertinggi, maupun nilai rata-rata yang diperoleh siswa dalam pembelajaran PKn mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Peningkatan tersebut berupa peningkatan nilai rata-rata hasil belajar maupun tingkat ketuntasan belajar siswa.
Nilai hasil belajar PKn yang diperolah siswa pada kondisi awal dapat diketahui bahwa nilai rata-rata sebesar 64,29. Nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, yaitu rata-rata sebesar 71,90. Pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II, nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan tindakan Siklus I, yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 77,62.
Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar, jumlah siswa yang mencapai batas tuntas minimal pada Siklus II mengalami kenaikan dibandingkan dengan tindakan Siklus I maupun kondisi awal. Jumlah siswa yang mencapai batas tuntas minimal pada kondisi awal sebanyak 11 orang siswa atau 52.38% mengalami peningkatan menjadi 15 orang siswa atau 71,43% pada Siklus I, dan meningkat menjadi 18 orang siswa atau 85,71% pada akhir tindakan Siklus II.
Nilai hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa sebagai dampak produk pembelajaran mengalami peningkatan seiring dengan perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran pada gilirannya akan mampu menjadikan peserta didik untuk mampu mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sosial yang berguna bagi kemajuan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa penetapan model pembelajaran interaktif dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan guru. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran interaktif dalam kegiatan mengajar sehari-hari yang disesuaikan pula dengan materi pelajaran. Selain itu, penggunaan model pembelajaran interaktif dapat pula menjadi pertimbangan bagi guru dalam rangka meningkatkan kualitas pemahaman pengetahuan siswa.
PENUTUP
Simpulan
Setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) seperti yang tertuang pada bab IV, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: Pembelajaran dengan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi “Memahami Sistem Pemerintahan Pusat dan Daerah†pada Siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 1 Temulus Kecamatan Randublatung Blora Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Ditinjau dari nilai hasil belajar yang diperoleh siswa, nilai rata-rata yang diperoleh siswa dalam pembelajaran PKn mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar PKn yang diperolah siswa pada kondisi awal adalah sebesar 64,29. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 71,90 pada akhir tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 77,62 pada akhir tindakan Siklus II. Ditinjau dari ketuntasan belajar, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70 mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal adalah sebesar 52.38%. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan menjadi sebesar 71,43% pada akhir tindakan Siklus I, dan meniningkat menjadi 85,71% pada akhir tindakan Siklus II.
Saran
Berdasarkan dari simpulan di atas selanjutnya dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa disarankan untuk terlibat aktif dalam berbagai kegiatan kelompok yang ditugaskan guru dalam pembelajaran sehingga daya serap terhadap materi semakin meningkat.
2. Bagi Guru
Guru disarankan untuk mau mencoba metode-metode yang bervariatif dalam pembelajaran yang dilakukan sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru dan terlibat lebih aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
3. Bagi Sekolah
Sekolah disarankan untuk mendorong para guru menggunakan metode pembelajaran yang mampu mendorong keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran sehingga siswa memperoleh pembelajaran yang bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Anni, C.T; Rifai, A; Purwanto, E; Purnomo, D. 2005. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasa-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Depdiknas. 2002. Pedoman Pembelajaran Kelas Awal Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
_________. 2007. Kurikulum 2004 mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah S. B., Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Harlen W. 2002. Taking the Plunge. Boston. USA: Heinemann Educational Books.
Moleong, Lexy J. 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya.