UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENCAPAI TUNTAS DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) MATERI PERBANDINGAN KELAS VII B SMP NEGERI 1 CLUWAK

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Sukahar

Guru Matematika SMP Negeri 1 Cluwak Kabupaten Pati

 

ABSTRAK

Pembelajaran kooperatif yang menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mendapatkan format pembelajaran matematika dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). (2) Menciptakan suasana belajar dengan keaktifan, keterampilan, dan hasil belajar siswa yang lebih baik. Variabel indikator yang diamati dalam penelitian ini meliputi aktivitas, keterampilan proses, dan hasil belajar. Hasil pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran rata – ratanya pada kategori. Secara keseluruhan dalam mengikuti pembelajaran aktivitas siswa memenuhi kategori ”aktif”. Hasil pengamatan selama mengikuti proses pembelajaran bervariasi. Namun, secara umum keterampilan proses yang berupa kooperatif PMR mulai kelihatan pada diri siswa, yaitu saat siswa menyelesaikan masalah matematika yang dihadapi baik secara individu maupun kelompok. Rata-rata keterampilan proses siswa berada pada kategori ”terampil”. Nilai hasil belajar kelas berdistribusi normal. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75. Berdasarkan hasil tes pada lampiran B dapat dinyatakan pembelajaran pendekatan PMR dengan pendekatan pada materi perbandingan di kelas VII di SMP Negeri 1 Cluwak Pati mencapai KKM.

Kata kunci:      Meningkatkan Pembelajaran Mencapai Tuntas Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

 

PENDAHULUAN

Rendahnya kualitas pembelajaran disebabkan kondisi pembelajaran di sekolah masih konvensional. Bukan berarti pembelajaran dengan konvesional tidak mencapai tuntas belajar. Namun, ketuntasan banyak dicapai apabila pembelajaran matematika dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Hal ini dibuktikan dengan hasil pencapaian nilai rata-rata matematika siswa dalam menempuh UNBK di semua jenjang sekolah hampir selalu terendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain.

Sampai saat ini kondisi matematika terletak pada tahapan rendah. Sementara hasil nilai matematika pada UNBK, tiga tehun juga memberikan angka jauh di bawah KKM yang ditetapkan sekolah. Ruseffendi (Sapa’at, 2014: 1) mengatakan matematika sampai merupakan salah satu bidang studi yang sulit dan anggapan bahwa matematika tidak disenangi atau bahkan paling dibenci masih saja melekat pada kebanyakan siswa yang mempelajarinya. Rasa takut terhadap pelajaran matematika (fobia matematika) masih ada pada siswa tingkat SD sampai dengan SMA bahkan hingga perguruan tinggi.

Strategi belajar mengajar yang dipilih dan dipergunakan dengan baik oleh guru dapat mendorang siswa untuk aktif mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas (Ghozali 2002: 5). Strategi tersebut bertumpu pada optimalisasi interaksi antar semua elemen pembelajaran dan optimalisasi keikutsertaan seluruh indera, emosi, karsa, karya dan nalar. Pembelajaran matematika perlu diarahkan pada aktivitas-aktivitas yang mendorong siswa belajar aktif baik secara mental, fisik maupun sosial. Upaya yang bisa dilakukan adalah lebih mengakrabkan matematika dengan lingkungan anak. Salah satu pembelajaran yang menggunakan penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). PMR telah dikembangkan dan diteliti di Belanda sejak tahun 1971 dengan nama Realistik Matematics Education (RME).

Freudental, Treffers, Grafemeijer, de Moor dan de Lange (Fauzan, 2001: 1), mengemukakan bahwa RME adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memandang matematika sebagai suatu kegiatan manusia. Becher dan Selter (dalam Yuwono, 2001: 1), mengemukakan bahwa di Belanda implementasi RME terbukti telah berhasil merangsang penalaran dan kegiatan berpikir siswa.

Dengan PMR, diharapkan aktivitas pembelajaran tidak lagi terpusat kepada guru tetapi terpusat kepada siswa, bahkan terpusat pada pemecahan masalah kontekstual. Guru berfungsi sebagai pembimbing dalam menyeleksi dan mengarahkan berbagai konstribusi siswa melalui pemecahan masalah kontekstual yang diberikan di awal pembelajaan. Melalui pengaitan konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika dengan pengalaman siswa sehari-hari, dapat menyebabkan siswa tidak mudah lupa terhadap konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika yang ia pelajari. Panhuizen (Fauzi, 2002: 2) menyatakan bahwa bila siswa belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari, maka siswa cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika.

Masalah yang muncul dalam penelitian ini bahwa (1) matematika hingga saat ini belum menjadi pelajaran yang di sukai oleh para siswa, sementara hasil nilai matematika pada UNBK, terletak pada angka yang rendah. Sedangkan kedudukan dan peran matematika adalah untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan. (2) Banyak ditemukan guru yang menggunakan metode pembelajaran yang konvensional sehingga diperlukan perubahan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerja kelompok (kooperatif) dan menempatkan siswa dalam kelomok-kelompok belajar.

Rumusan masalahnya adalah apakah penggunaan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan hasil belajar siswa mencapai tuntas pada materi perbandingan kelas VII B SMP Negeri 1 Cluwak tahun pelajaran 2017/2018 semester genap?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan format pembelajaran matematika dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) yang lebih tepat pada materi perbandingan dan membawa siswa mencapai tuntas belajar matematika perbandingan dengan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR).

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan perangkat pembelajaran matematika pada materi perbandingan yang berorientasi dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain (1) perangkat pembelajaran yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan sebagai contoh perangkat pembelajaran matematika yang dapat memberikan beberapa alternatif kepada guru/calon guru untuk memilih pembelajaran yang diinginkan; (2) Siswa dapat menyelesaikan soal Matematika Realistik secara kelompok dan mandiri; (3) hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut dan (4) sebagai referensi bagi para peneliti dalam bidang pembelajaran matematika, khususnya yang berkaitan dengan materi kontektual untuk pemahaman dan pemecahan masalah.

LANDASAN TEORI

Makna Pembelajaran Matematika

Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Istilah belajar berarti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Sumber belajar ini dapat berupa buku (sumber informasi lainnya), lingkungan (alam, sosial, budaya), guru atau sesama teman (Depdikbud, 1994b: 25).

Pengertian belajar menurut Fontana (Suherman, 2003: 7) adalah “proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman”, sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan demikian proses belajar bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedang proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku.

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR).

Kata realistik merujuk pada pendekatan pendidikan matematika yang telah dikembangkan dan diterapkan di Belanda sejak tahun 1971. Pendekatan ini mengacu pada pendapat Freudental (Gravemeijer, 1994: 82), yang menyatakan bahwa pendidikan matematika harus dikaitkan dengan realitas dan kegiatan manusia. Pendekatan itu dikenal dengan nama Realistic Mathematics Education (RME) atau Pembelajaran Matematika Realistik.

Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika Realistik

1.   Memahami masalah kontekstual, berkaitan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan siswa, sesuai dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari siswa dan memungkinkan siswa untuk membangun sendiri pengertian, konsep, prinsip, rumus atau prosedur/algoritma matematika.

2.   Mendeskrepsikan dan menyelesaikan masalah kontekstual, dengan melakukan refleksi, interpretasi atau mengemukakan strategi pemecahan masalah kontekstual yang sesuai untuk menyelesaikan masalah tersebut.

3.   Membandingkan dan mendiskusikan jawaban, mereka dalam kelompok kecil dengan teman sebangku (berpasangan) atau dalam kelompok belajar yang beranggotakan 4 atau 5 siswa.

 4. Menarik kesimpulan, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan secara formal tentang konsep, definisi, teorema, prinsip, cara atau prosedur matematika yang terkait dengan masalah kontekstual/soal yang baru diselesaikan.

Teori yang Relevan dengan Pembelajaran Matematika Realistik.

Teori Piaget

Jean Piaget (Suherman, dkk 2003: 36), menyebutkan struktur kognitif sebagai skemata, yaitu kumpulan dari skema-skema. Seorang individu dapat mengingat, memahami dan memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena pekerjaan skemata yang berkembang secara kronologis sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Perkembangan skemata berlangsung terus menerus melalui adaptasi dengan lingkungan. Adaptasi merupakan perilaku atau tindakan seseorang individu untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi.

Teori Vigotsky

Vygotsky (Slavin, 2008: 34) medefinisikan wilayah pembangunan paling dekat sebagai “jarak antara level pembangunan aktual seperti yang ditentukan oleh penyeleaian masalah secara independen dan level pembangunan potensial seperti yang ditentukan melalui penyelesaian masalah dengan bantuan dari orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman yang lebih mampu” (penekanan ditambahkan). Dalam satu kelompok mereka saling memberikan infomasi yang diperlukan untuk penyelesaian tugas-tugas mereka dalam kelompok sebagai tanggung jawab bersama.

Konsep Perbandingan.

Post (1992: 304), menyatakan bahwa: “A ratio is an ordered pair of mesurement”. Maksudnya perbandingan adalah suatu pasangan terurut dua hasil pengukuran. Menurut De Walle (1990: 226), perbandingan adalah: “ A ratio is an ordered pair of numbers or measurement that are used to express a comparison between the numbers or measurement”. Perbandingan adalah pasangan terurut dari bilangan-bilangan atau ukuran-ukuran yang digunakan untuk membandingkan bilangan-bilangan atau ukuran-ukuran itu. Musser (1994: 293), “A ratio is an ordered pair of numbers, writen a: b with b ¹ 0”. Perbandingan adalah suatu pasangan terurut dari bilangan-bilangan, yang ditulis sebagai a: b dengan b ¹ 0. Selanjutnya disebutkan bahwa penulisan a:b juga dapat ditulis dalam bentuk .

Hipotesis penelitian ini adalah penggunaan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan hasil belajar siswa mencapai tuntas pada materi perbandingan kelas VII B SMP Negeri 1 Cluwak tahun pelajaran 2017/ 2018 semester genap.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas (classroom action research) ini dilaksanakan mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, dengan komponen tindakannya adalah perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Subjek penelitian ialah siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Cluwak semester genap, tahun 2017/2018 dengan jumlah siswa 32 orang. Data diambil dan dikumpulkan melalui pengamatan dan evaluasi/tes. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan. Jenis pengamatan adalah aktivitas siswa dan keterampilan proses. Sedangkan data kuantitatif hasil tes diambil berdasarkan tes/evaluasi.

 

 

Prosedur yang Digunakan

Penelitihan Tindakan Kelas ini menggunakan pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Prosedur tindakan pembelajaran yang akan dilakukan sebagai berikut:

1.       Guru bersama siswa berkolaborasi untuk menyiapkan pokok bahasan yang diteliti dan yang akan dipelajari siswa.

2.       Guru membuat rancangan pembelajaran, media pembelajaran, instrumen evaluasi, skoring evaluasi.

3.       Pada pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PMR dapat dilakukan sebagai berikut;

1)   Guru memberikan masalah kontekstual sesuai dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Kemudian meminta siswa untuk memahami masalah yang diberikan. Jika terdapat hal-hal yang kurang dipahami oleh siswa, guru memberikan petunjuk seperlunya terhadap bagian-bagian yang belum dipahami siswa. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah karakteristik pertama yaitu menggunakan masalah kontekstual sebagai titik tolak dalam pembelajaran, dan karakteristik kedua yaitu interaksi.

2)   Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi aspek matematika yang ada pada masalah yang dimaksud, dan memikirkan strategi pemecahan masalah. Selanjutnya siswa bekerja menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya, sehingga dimungkinkan adanya perbedaan penyelesaian siswa yang satu dengan yang lainnya. Guru mengamati, memotivasi, dan memberi bimbingan terbatas, sehingga siswa dapat memperoleh penyelesaian masalah-masalah tersebut. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini yaitu karakteristik kedua menggunakan model.

3)   Guru menyediakan waktu dan kesempatan pada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban mereka secara berkelompok, selanjutnya membandingkan dan mendiskusikan pada diskusi kelas. Pada tahap ini, dapat digunakan siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya meskipun pendapat tersebut berbeda dengan lainnya. Karakteristik pembelajaran matematika realistik yang tergolong dalam langkah ini adalah karakteristik ketiga yaitu menggunakan kontribusi siswa (students constribution) dan karakteristik keempat yaitu terdapat interaksi (interactivity) antara siswa dengan siswa lainnya.

4)   Berdasarkan hasil diskusi kelas, guru memberi kesempatan pada siswa untuk menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur yang terkait dengan masalah realistik yang diselesaikan.

Siklus Kegiatan

Kegiatan diterapkan dalam menumbuhkan aktivitas siswa dan keterampilan proses dalam memahami masalah kontekstual, mendeskrepsikan dan menyelesaikan masalah kontekstual, membandingkan dan mendiskusikan jawaban, menarik kesimpulan. Penelitian dirancang dalam 3 siklus. Tahapan langkah-langkah disusun dalam siklus penelitian. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Pengamatan terhadap data proses dilakukan sesuai dengan indikator keberhasilan proses yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Data yang muncul dalam pelaksanaan tindakan kemudian diamati dan dipaparkan. Data proses yang diamati pada penelitian tindakan kelas ini meliputi (1) aktivitas siswa dalam pembelajaran, (2) keterampilan proses dalam memecahkan masalah. Sedangkan data keberhasilan hasil yang diamati pada penelitian tindakan kelas ini meliputi data hasil belajar materi perbandingan. Siklus 1 terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Hasil Pengamatan Aktivitas siswa

Hasil pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran dapat dibaca pada tabel rata-rata aktivitas siswa pada kategori; (4) berdiskusi atau bertanya dalam kelompok dan antar kelompok; (5) membuat kesimpulan dari hasil diskusi kelompok pada siklus 2 masig-masing menempati rata-rata 3,88 dan 3,78 lebih rendah dari pada siklus 1. Hal ini terjadi karena saat guru mengurangi, melepas bantuan, pada siswa. Siswa belum terbiasa untuk bekerja secara individu maupun kelompok karena pada pertemuan siklus 2 siswa masih dalam penyesuaian pembelajaran. Jika dilihat pada pertemuan selanjutnya terjadi peningkatan aktivitas siswa pada setiap aspek. Secara keseluruhan dalam mengikuti pembelajaran aktivitas siswa memenuhi kategori ”aktif”.

Hasil Pengamatan Keterampilan Proses

Hasil pengamatan keterampilan proses siswa selama pembelajaran rata-ratanya dapat dibaca pada tabel rata-rata hasil keterampilan proses siswa kategori pengamatan 2 (selalu siap membuat rangkuman dari tugas yang diberikan), siklus 1 adalah 3.54, siklus 2 sebesar 3.72 dan siklus 3 sebesar 3.97 dan masing-masing menempati rata-rata lebih rendah dari pada kategori pengamatan yang lain. Namun, pada setiap siklus terjadi peningkatan. Akibat dari rendahnya kategori pengamatan 2 pada keterampilan proses ini karena pada siklus 2 aktivitas siswa mengalami penurunan maka keterampilan proses juga turun. Hal ini terjadi karena saat guru melepas bantuan, (mengurangi bantuan pada siswa). Siswa belum terbiasa untuk bekerja secara individu maupun kelompok karena pada pertemuan siklus 2 siswa masih dalam penyesuaian pembelajaran. Jika dilihat pada pertemuan selanjutnya terjadi peningkatan pada setiap aspek. Secara keseluruhan dalam mengikuti pembelajaran, siswa memenuhi kategori ”terampil” (dalam memahami, menyelesaikan masalah, membagi atau berdiskusi, dan menyimpulkan).

Pembahasan Hasil Penelitian

Nilai hasil belajar kelas VII B berdistribusi normal. Untuk ketuntasan hasi belajar siswa terhadap materi pokok perbandingan diberi skor dengan penskoran sesuai dengan bobot tiap soal. Skoar yang diperoleh siswa kemudian diubah menjadi nilai. Pada tabel di atas, item soal nomor 4 rata-rata pencapaian hasil evaluasi 74 prosentase pencapaiannya 74% menguasai materi pembelajaran paling rendah dibandingkan dengan item soal yang lain. Dari analisis item soal pada soal nomor 4 diberikan soal hot dan bobot skornya 6 paling tinggi dibandingkan dengan skor soal yang lainnya. Namun secara keseluruhan rata-rata skor perolihan dari 32 siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) adalah 83. Jadi siswa dapat menguasi materi perbandingan dengan prosentase 83%.

Berdasarkan hasil tes pada tabel hasil evaluasi pada pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) pada materi perbandingan di kelas VII B di SMP Negeri 1 Cluwak Pati mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal.

PENUTUP

Simpulan

Setelah siswa diberi tindakan pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) maka peneliti menyimpukan sebagai berikut:

a.     Aktivitas siswa dalam tahapan penelitian tintadakan kelas dari siklus 1, siklu 2, dan siklu 3 mengalami peningkatan. Dengan aktivitas dapat dicapai maka keterampilan proses mengikuti aktivitas siswa sehingga siswa mampu menyelesaiakan masalah matematika dengan tahapan Pembelajaran PMR (memahami, menyelesaiakan masalah, berdiskusi, menyimpulkan).

b.     Pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) pada materi Perbandingan kelas VII B SMP Negeri 1 Cluwak tahun 2017/2018 semester genap mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Saran

1.   Pembelajaran denngan pendekatan PMR dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas yang untuk pemecahan masalah kontektual dan prestasi belajar siswa, oleh karena itu para guru matematika diharapkan dapat menerapkan model ini dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi Perbandingan kelas VII

2.   Guru hendaknya meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan meningkatkan proses sehingga siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah dan pencapaian prestasi belajar siswa dapat lebih optimal.

3.   Guru hendaknya dalam pembelajaran memberi kesempatan lebih banyak kepada siswa peran guru sebagai pembimbing atau fasilisator untuk mengantar siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.

4.   Perlunya penelitian lebih lanjut untuk materi dan kelas yang berbeda, dan jika memungkinkan untuk mata pelajaran lain yang relevan.

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif Dalam Kelas: Metode, Landasan Teoritis-Praktis dan Penerapannya. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Kardi, Soeparman dan Mohamad Nur. 2007. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya University Press.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Grafindo Perkasada.

Munir. 2012. Multimedia dan Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta: Kencana Persada Media.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Putaka Pelajar.