UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN TANYA JAWAB DALAM MATERI GEJALA-GEJALA ALAM
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS
MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN TANYA JAWAB
DALAM MATERI GEJALA-GEJALA ALAM KELAS VI SDN SEMAWUR SEMESTER II KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN BLORA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Jariman
SDN Semawur Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora
ABSTRAK
Salah satu usaha untuk meningkat-kan mutu pendidikan Sekolah Dasar adalah selalu berusaha meningkatkan mutu tenaga kependidikan, sarana dan prasarana yang diperlukan sekolah, sebab dengan ditingkatkannya peran guru dan kelengkapan sarana dan prasarana diharapkan kinerja guru dan hasil belajar siswa akan terus meningkat. Apakah melalui penerapan teori Brunner dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam materi gejala-gejala alam? Bagaimana cara penerapan teori Brunner dalam pembelajaran IPS dapat menimbulkan aktifitas belajar siswa dalam materi gejala-gejala alam. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa: Langkah peneliti dengan mengubah skenario pembelajaran yaitu dengan banyak melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode demonstrasi dan tanya jawab, ternyata dapat mengatasi kekurangmampuan siswa siswa bersikap pasif dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru, serta langkah peneliti dalam memasang gambar dipapan tulis dengan maksud untuk memancing ide, inspirasi atau gagasan siswa ternyata dapat meningkatkan kemampuan dan aktivitas dalam menjelaskan cara-cara menghadapi bencana.
Kata Kunci: Ilmu Pengetahuan Sosial, Metode Demonstrasi dan Tanya Jawab
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu usaha untuk meningkat-kan mutu pendidikan Sekolah Dasar adalah selalu berusaha meningkatkan mutu tenaga kependidikan, sarana dan prasara-na yang diperlukan sekolah, sebab dengan ditingkatkannya peran guru dan kelengkap-an sarana dan prasarana diharapkan kinerja guru dan hasil belajar siswa akan terus meningkat.
Adapun tujuan kegiatan belajar mengajar di kelas adalah agar siswa menguasai materi pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk itu guuru perlu melakukan berbagai upaya mulai dari penyusunan rencana pembelajaran, penggunaan strategi/meto-de yang relevan, menggunakan alat peraga dan melaksanakan penelitian serta umpan balik. Namun demikian kenyataan me-nunjukkan, bahwa dalam pembelajaran IPS setelah kegiatan berakhir, masih saja terdapat siswa yang belum menguasai materi pembelajaran dengan baik, seba-gaimana tercermin dari hasil evaluasi yang diperoleh dari 27 siswa kelas VI SD Semawur Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora hanya 12 yang mencapai tingkat penguasaan materi diatas 37,5% atau melebihi batas tuntas minimal yang telah ditentukan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa masalah tersebut diatas maka yang peneliti jadikan sasaran utama perbaikan dalam pembela-jaran IPS di kelas VI SD Semawur Keca-matan Ngawen Kabupaten Blora, yaitu:
1. Apakah melalui penerapan teori Brunner dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam materi gejala-gejala alam?
2. Bagaimana cara penerapan teori Brunner dalam pembelajaran IPS dapat menimbulkan aktifitas belajar siswa dalam materi gejala-gejala alam.
Pemecahan Masalah
Setelah peneliti berdiskusi dengan teman sejawat yang bertindak sebagai pengamat dalam pelaksanaan pembelajar-an, muncul beberapa penyebab timbulnya masalah pada pelajaran IPS, yaitu:
1. Tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS masih rendah karena dalam menyampaikan materi guru terlalu cepat seharusnya dalam penyampaian materi jangan tergesa-gesa sehingga siswa dapat menangkap maksud yang disampaikan guru.
2. Siswa kurang aktif dan kurang mem-perhatikan dalam menjawab pelajaran guru karena metode yang digunakan kurang bervariasi seharusnya guru menggunakan metode yang sesuai dan bervariasi seharusnya guru mengguna-kan metode yang sesuai dan bervariasi sehingga pertanyaan menarik untuk dijawab.
3. Kurangnya kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru karena me-tode yang digunakan kurang bervariasi seharusnya guru menggunakan meto-de yang sesuai dan bervariasi sehingga pertanyaan menarik untuk dijawab siswa.
Tujuan Penelitian
Laporan Penelitian tindakan kelas ini, para guru SD diharapkan dapat membuat dan memperbaiki Rencana Pem-belajaran, melaksanakan pembelajaran efektif, mengidentifikasi masalah, meran-cang perbaikan pembelajaran melalui PTK, melaksanakan perbaikan pembelajaran dan dapat membuat hasil perbaikan yang dilakukan melalui PTK, jika tujuan tersebut diatas terwujud, maka guru yang telah melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui PTK akan berkembang menjadi guru yang penuh percaya diri. Guru mampu secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai tuntunan jaman. Dan pada akhirnya kita para guru SD ini berkembang menjadi guru yang benar-benar profesional. Bagi siswa pembelajaran melalui PTK bermanfaat untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, sehingga akan bersifat lebih kritis terhadap hasil belajarnya.
Manfaat Penelitian
Apapun yang dihasilkan dari pene-litian diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pendidikan umumnya. Hasil ini sangat bermanfaat bagi:
1. Siswa
– Dapat meningkatkan kreatifitas belajar siswa
– Dapat meningkatkan prestasi be-lajar
2. Guru
– Dapat meningkatkan kualitas pem-belajaran
– Dapat memperkaya pengalaman dalam penerapan teori Brunner dan pengamatan melalui metode demonstrasi pada semua mata pelajaran.
– Dapat menimbulkan kreativitas dan motivasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan melakukan pembelajaran di kelas.
3. Peneliti lain
– Untuk digunakan sebagai referensi untuk penelitian yang sedang dan akan dilakukan.
– Dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian lain dengan kasus yang sama.
4. Sekolah
– Dapat menghasilkan siswa yang berprestasi dan berkualitas untuk memasuki tingkat-tingkat sekolah yang lebih tinggi.
– Dapat dijadikan bahan kajian me-nentukan kebijakan pelaksananaan proses pembelajaran selanjutnya.
– Dapat dijadikan sebagai langkah awal pelaksanaan inovasi pendi-dikan.
KAJIAN PUSTAKA
Teori Brunner
1. Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Eractive)
Tahap pertama anak belajar kon-sep adalah berhubungan dengan benda-benda real atau mengalami peristiwa di dunia sekitarnya. Pada tahap ini anak masih dalam gerak refleks dan coba-coba.
2. Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic)
Pada tahap ini, anak telah meng-ubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan mental.
3. Tahap Simbolik (Symbolic)
Pada tahap terakhir ini anak dapat mengutamakan bayangan mental tersebut dalam bentuk simbol dan bahasa. Apabila ia berjumpa dengan suatu simbol, maka bayangan mental yang ditandai oleh simbol itu akan dapat dikenalnya kembali.
Penerapan Teori Brunner Dalam Pembelajaran
a) Sajikan contoh konsep-konsep yang diajarkan misalkan pembelajaran ten-tang peristiwa alam. Misalnya: ta-naman dan air
b) Bantu siswa untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.
Contoh:
– Memperagakan suatu peristiwa yaitu tanah yang kita siapkah kita guyur dengan air.
– Siswa diberi pertanyaan: apakah yang terjadi dengan tanah terse-but? Adakah sebuatan lain dari peristiwa tersebut?
c) Beri satu pertanyaan misalkan “menga-pa terjadi banjir atau tanah longsor?” dan apa hubungan antara tanaman, pohon dan air?”
d) Ajak dan beri semangat siswa untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya.
Contoh:
– Berikan siswa contoh-contoh peristiwa alam yang ada di media elektronik (TV) dan suruh siswa untuk berpikir dan berkomentar.
– Gunakan pertanyaan yang meman-du siswa untuk mengarahkan mereka pada jawaban yang sebe-narnya, misalkan mengapa terjadi banjir? Bagaimana cara mengha-dapinya? Dan bagaimana cara menanggulangi?
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara mempe-ragakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggu-naan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau meteri yang sedang disajikan. Muhibbin Syah (2000).
Metode demonstrasi adalah meto-de yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah (2000).
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah:
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengamatan dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985).
Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut:
a. Membantu anak didik memahami de-ngan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.
b. Memudahkan berbagai jenis penjelas-an.
c. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghdirkan obyek sebenar-nya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut:
a. Anak didik terkadang sukar melipat dengan jelas benda yang akan diper-tunjukkan.
b. Tidak semua benda dapat didemons-trasikan
c. Sukar di mengerti bila di demon-strasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Contoh penerapan metode de-monstrasi dalam pembelajaran IPS dengan kompetensi dasar mengenal cara meng-hadapi bencana alam.
a. Mendemonstrasikan tanah dan air misalnya didepan kelas guru mem-praktekkan suatu peristiwa yaitu apa yang terjadi bila tanah diguyur dengan air.
b. Siswa disuruh melihat dan mendis-kripsikan apa yang terjadi.
Metode Tanya Jawab
Metode ini dapat dipakai untuk:
a. Menanyakan kembali pelajaran yang telah diajarkan.
Guru bertanya kepada siswa bahan yang telah diterangkan.
Contoh: Bagaimana cara mengatasi bencana banjir?
b. Menyelingi pembicaraan untuk menda-patkan kerjasama siswa.
Guru betanya, murid menjawab. Diteruskan bertanya lagi dan murid lain diminta menjawab dan seterusnya.
c. Memimpin pengamatan dan pemikiran siswa
Dalam hal ini guru memberikan problem dengan menyuruh siswa meng-amati gambar Bencana Alam. Kemudian diminta menganalisis dan menyimpulan.
Keunggulan metode tanya jawab adalah:
1. Siswa lebih aktif karena tidak hanya mendengarkan.
2. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya sehingga guru mengetahui apa yang belum dimengerti siswa.
3. Guru mengetahui pemahaman siswa terhadap apa yang telah diterangkan.
Kelemahan metode tanya jawab adalah:
1. Dengan tanya jawab, pembicaraan kadang-kadang menyimpang dari pokok pembicaraan.
2. Membutuhkan waktu yang lebih lama.
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELA-JARAN
Subjek Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan mulai, bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Semawur Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora. Tujuannya adalah untuk memper-baiki proses pembelajaran mata pelajaran Matematika kelas VI Semester II khusus-nya kompetensi dasar gejala-gejala alam.
3. Mata Pelajaran dan teman sejawat
Penulis mengadakan penelitian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang kompetensi dasar gejala-gejala alam. Dalam penelitian ini penulis juga bekerja sama dengan teman sejawat sebagai observer dan mengambil dokumentasi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Deskripsi Kondisi Awal
Pembelajaran pra siklus guru mengajar secara konvensional, guru cenderung mentransfer ilmu pada siswa sehingga siswa pasif bahkan cenderung bosan. Siswa sebagai obyek bukan sebagai subyek.
Melihat kondisi pembelajaran nilai matematika kelas VI SD Semawur pada kegiatan pra siklus tampak seperti pada tabel 2. banyak siswa yang belum mencapai KKM, masih dibawah criteria ketuntasan minimal yaitu 75.
Tabel 4.1 Nilai Tes Pra Siklus
No |
Hasil Angka |
Hasil Huruf |
Arti Lambang |
Jumlah Siswa |
Persentase |
1 |
86-100 |
A |
Amat baik |
– |
0 |
2 |
71-85 |
B |
Baik |
12 |
37,5% |
3 |
56-70 |
C |
Cukup |
12 |
50% |
4 |
41-55 |
D |
Kurang |
3 |
12,5% |
Jumlah |
27 |
100% |
Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk grafik dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai A sejumlah 0% atau tidak ada, yang mendapat nilai B sebanyak 37,5% atau 9 anak, nilai C 50% atau 12 anak, nilai D 12,5% atau 3 anak.
Untuk memperjelas data tabel 2 dapat dibaut histogram sebagai berikut:
Gambar 4.2: Grafik Nilai Tes Pra Siklus
Tabel 4.2 Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus
No |
Ketuntasan Belajar |
Kegiatan Pra Siklus |
|
Jumlah Siswa |
Persen |
||
1 |
Tuntas |
12 |
37,5% |
2 |
Belum Tuntas |
15 |
62,5% |
Jumlah |
27 |
100% |
Berdasarkan pada tabel diatas diketahui bahwa siswa kelas VI dalam pelajaran IPS yang mencapai ketuntasan belajar (KKM) 12 siswa atau 37,5%, yang belum tuntas 15 siswa atau 62,5%.
Tabel 4.3 Nilai Rata-rata hasil tes pra siklus
No |
Keterangan |
Nilai |
1 |
Nilai Tertinggi |
80 |
2 |
Nilai Terendah |
50 |
3 |
Nilai Rata-rata Kelas |
67 |
|
|
|
Deskripsi Siklus I
Tabel 4.4 Nilai Tes Pra Siklus
No |
Hasil Angka |
Hasil Huruf |
Arti Lambang |
Jumlah Siswa |
Persentase |
1 |
86-100 |
A |
Amat baik |
– |
– |
2 |
71-85 |
B |
Baik |
12 |
37,5% |
3 |
56-70 |
C |
Cukup |
12 |
37,5% |
4 |
41-55 |
D |
Kurang |
3 |
25% |
Jumlah |
27 |
100% |
Dari hasil tes siklus I menunjukkan bahwa siswa yang mencapai nilai A (baik sekali) adalah 7 siswa (16,7%), siswa yang mendapat nilai B (baik) 12 siswa (50%), siswa yang mendapat nilai C (cukup) sebanyak 6 siswa (25%) sedangkan siswa yang mendapat nilai D (kurang) 2 siswa (8,3%) dari 27 siswa.
Gambar 4.4: Grafik hasil tes Siklus I
Tabel 4.5 Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus
No |
Ketuntasan |
Jumlah Siswa |
Persen |
1 |
Tuntas |
12 |
37,5% |
2 |
Belum Tuntas |
15 |
62,5% |
Jumlah |
27 |
100% |
Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan dengan grafik dibawah ini:
Gambar 4.5: Grafik Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus
Berdasarkan diagram ketuntasan belajar diatas dapat ditunjukkan bawa siswa yang mencapia ketuntasan belajar sebanyak 19 siswa atau 66,7%. Sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 8 siswa atau 33,3%. Dari jumlah siswa 27 siswa. Adapun dari hasil tes siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertingi: 90, nilai terendah 50, sedangkan nilai rata-rata kelas 73, dari jumlah siswa 27 siswa. Seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6 Nilai Rata-rata hasil tes pra siklus
No |
Keterangan |
Nilai |
1 |
Nilai Tertinggi |
90 |
2 |
Nilai Terendah |
50 |
3 |
Nilai Rata-rata Kelas |
73 |
|
|
|
Deskripsi Siklus II
Tabel 4.7 Hasil Tes Siklus II
No |
Hasil Angka |
Hasil Huruf |
Jumlah Siswa |
Persentase |
1 |
86-100 |
A |
7 |
16,7% |
2 |
71-85 |
B |
17 |
20,8% |
3 |
56-70 |
C |
3 |
12,5% |
4 |
41-55 |
D |
– |
– |
Jumlah |
27 |
100% |
Dari digaram diatas dapat diketahui siswa yang mendapat nilai sangat baik (A) adalah 7 siswa (16,7%), yang mendapat nilai baik (B) adalah 17 siswa (20,8%) yang mendapat nilai cukup (C) adalah 3 siswa (12,5%) dari 27 siswa.
Gambar 4.10: Grafik Hasil Tes Siklus II
Tabel 4.8 Ketuntasan Belajar Siklus II
No |
Ketuntasan Belajar |
Kegiatan Pra Siklus |
|
Jumlah Siswa |
Persen |
||
1 |
Tuntas |
24 |
87,5% |
2 |
Belum Tuntas |
3 |
12,5% |
Jumlah |
27 |
100% |
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada siklus II yang mencapai ketuntasan 27 siswa (87,5%), sedang yang belum tuntas 3 siswa (12,5%) berarti ada peningkatan ketuntasan.
Hasil nilai rata-rata pada siklus II dapat disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel: 4.9 Nilai rata-rata pada siklus II
No |
Keterangan |
Nilai |
1 |
Nilai Tertinggi |
90 |
2 |
Nilai Terendah |
60 |
3 |
Nilai Rata-rata Kelas |
78 |
|
|
|
Tabel diatas dapat disajikan pada grafik dibawah ini:
Gambar 4.11: Grafik Nilai rata-rata pada siklus II
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini dapat peneliti simpulkan bah-wa:
1. Langkah peneliti dengan mengubah skenario pembelajaran yaitu dengan banyak melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar dengan mengguna–kan metode demonstrasi dan tanya jawab, ternyata dapat mengatasi kekurangmampuan siswa siswa bersikap pasif dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru.
2. Langkah peneliti dalam memasang gambar dipapan tulis dengan maksud untuk memancing ide, inspirasi atau gagasan siswa ternyata dapat mening–katkan kemampuan dan aktivitas dalam menjelaskan cara-cara mengha–dapi bencana.
Saran
Berdasarkan simpulan-simpulan diatas dapat disarankan:
1. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengatasi kekurangmam–puan siswa bersikap pasif dalam menerima materi yang disampaikan guru, maka guru disarankan menggu–nakan metode yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Divisi Buku Perguruan Tinggi.
Hermawan, Asep Herly, dkk, 2008. Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Lestari, Hera, dkk. 2007. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nasution, Noehi. 2005. Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Andayani, dkk. 2008. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wiranataputra, Udin, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sumaatmadja, H. Nursid, dkk. 2003. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.
Ischak, dkk. 2003. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sardjiyo, Suryandi, Ischak. 2008. Pendidikan IPS Di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.