UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BENDA

DI SEKITAR KITA MELALUI METODE COOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS I SEMESTER II SDN 2 WONOSEMI,

KECAMATAN BANJAREJO KABUPATEN BLORA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Siti Rahayu

SDN 2 Wonosemi, Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Dalam melaksanakan proses pembelajaran IPA banyak sekali siswa yang kurang minat terhadap pelajaran tersebut. Apalagi kalau metode yang digunakan hanya ceramah dan tanpa menggunakan alat peraga. Ketika guru memberikan satu soal dan meminta salah satu siswa mengerjakan di papan tulis hanya 8 siswa dari 28 siswa yang berani mengajungkan tangan untuk bertanya tergantung dari bagaimana memberikan stimulan guru dalam pembelajaran Pada akhir proses pembelajaran guru memberikan evaluasi ternyata hanya 15 siswa dari 28 siswa atau 65% yang mencapai tingkat ketuntasan. Pembelajaran menggunakan metode Cooperative Learning yang diterapkan juga dapat meningkatkan proses pembelajaran, hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya aktifitas belajar siswa dan juga hasil belajar siswa yang ditunjukkan oleh hasil evaluasi siswa yaitu pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat dari 28 siswa atau 100%. Meningkatkan motivasi belajar siswa dan membangkitkan minat proses pembelajaran yang ditumbuhkan dari siswa yang inovatif. Pelaksanaan pembelajaran efektifitas meningkatkan hasil belajar IPA materi Benda di Sekitarku dengan metode Cooperative Learning kelas I semester I, telah terjadi peningkatan hasil belajar. Dari target yang diinginkan yaitu ≥80% dari 23 siswa, yang memperoleh nilai ≥80 sebanyak 28 siswa atau 100%. Karena keefektifitasan sudah terbukti dan disajikan oleh peneliti secara langsung dalam tahapan 2 siklus

Kata Kunci: STAD, Benda di Sekitar Kita, IPA.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam untuk menekankan kepada siswa memberikan pengalaman pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan menghasilan penguasaan ilmu pengetahuan yang baru dengan cara melibatkan siswa supaya lebih giat dalam belajar melakukan kegiatan tindakan yang sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan untuk mengadakan, melakukan kegiatan percobaan/demonstrasi/permainan akan sangat bermakna bagi para siswa. Teori belajar mengatakan, bahkan belajar yang efektif harus melalui pengalaman. Belajar melalui pengalaman (learning by doing) dalam bentuk eksplorasi dan manipulasi akan menjadikan sesuatu yang dipelajari diingat untuk waktu lama (long term memory). Dalam penelitian ditemukan bahwa seseorang akan mengingat dan menggunakan kembali pengetahuan yang diperoleh, sebelumnya apabila pengetahuan tersebut dihasilkan dari upaya “mengonstruksi” sendiri (Mc. Namara & Helay, 1995).

Berdasarkan hasil penelitian pristasi belajar pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas I semester I di SDN 2 Wonosemi menunjukkan bahwa pristasi belajar siswa masih rendah dalam ulangan harian yang diperoleh siswa masih rendah yaitu 65 dengan ketuntasan 70%). Hasil penelitian ini diperoleh oleh peneliti sebagai kepala sekolah untuk mengetahui kegiatan guru dan siswa, sekaligus dapat memberikan pembinaan kepada guru kelas I di SDN 2 Wonosemi, sebagai kepala sekolah sangat berguna untuk mengetahui secara langsung kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan guru dan siswa untuk memberikan pengarahan tindakan yang harus dilaksanakan guru karena kekurangan perlu adanya perbaikan dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru kelas I agar prestasi belajar yang dilaksanakan memperoleh pristasi belajar yang lebih baik . Disamping untuk memperoleh pristasi belajar siswa yangmeningkat, pengamatan peneliti menunjukkan bahwa kualitas proses belajar mengajar juga masih kurang memadai atau rendah. Beberapa indikator yang menunjukkan rendahnya kualitas proses belajar mengajar antara lain:

1.     Masih kurang memadainya sarana dan prasana tempat belajar, khususnya meja dan kursi kelas I untuk belajar diskusi kelompok.

2.     Masih terbatasnya alat-alat praktikum yang menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas.

3.     Masih rendahnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan kurang aktifnya siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran berlangsung.

4.     Motivasi siswa yang masih rendah, ditandai dengan masih banyaknya siswa yang masih terlambat, tidak mengerjakan tugas, bermain sendiri dalam kelas.

Berdasarkan landasan teoritik di muka, maka peneliti melaksanakan tindakan dalam penelitian dengan cara menggunakan model pembelajaran cooperatif learning tipe STAD untuk meningkatkan pristasi belajar mata pelajaran IPA tentang konsep mata. Dalam hal ini ditunjukkan oleh 85% siswa telah belajar dengan tuntas. Dengan berlandaskan teori-teori yang sudah dipikir oleh penulis dari kerangka berpikir diatas, diduga melalui model pembelajaran cooperatif learning tipe STAD dapat meningkatkan pristasi belajar siswa kelas I semester I di SDN 2 Wonosemi mata pelajaran IPA pada materi konsep mata.

Rumusan Masalah

1       Apakah guru dapat menerapkan cooperative learning model STAD dapat meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang sifat-sifat bendasiswa kelas I semester I di SDN 2 Wonosemi, tahun pelajaran 2017/2018 ?

2      Apakah guru menerapkan cooperative learning model STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi sifat-sifat bendasiswa kelas I semester I di SDN 2 Wonosemi tahun pelajaran 2017/2018 ?

Tujuan penelitian

1.     Untuk mengetahui sejauh mana persiapan guru didalam melaksanakan persiapan pembelajaran.

2.     Untuk memberikan pembinaan kepada guru sebelum melaksanakan pembelajaran dalam mencapai keherhasilan yang optimal perlunya persiapan yang baik meliputi RPP juga sarana penunjangnya.

3.     Guru selalu untuk memanfaatkan waktu yang sebaik-baiknya selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

4.     Guru hendaknya selalu mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh siswa sehingga lebih aktif dalam belajar.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang meliputi:

1.     Mengembangan model pembelajaran TGT dengan media peta dalam menanamkan konsep berarti Kemampuan utama belajar efektif dapat tercakup.

2.     Diharapkan dapat memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan khususnya bagi siswa.

 Praktis

1      Siswa termotivasi untuk meningkatkan kemampuan belajar.

2      Siswa termotivasi untuk meningkatkan pristasi belajar.

 Bagi Guru

1      Terjadinya inovasi dalam proses belajar mengajar di kelas.

2      Mengubah strategi pembelajaran untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar.

Bagi Sekolah

1      Untuk meningkatkan prestasi menjadi sekolah unggulan.

2      Meningkatkan popularitas yang menjadi sekolah pilihan masyarakat.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Teori Konstruktivisme

Teori Konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan menstrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan struktur kognitif yang sudah ada dan menyesuaikannya apabila tidak sesuai (Slavin, 1994). Bagi siswa agar benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuan, maka mereka harus memecahkan masalah, menemukan sendiri segala sesuatu untuk dirinya, dan berusaha dengan ide-idenya.

Salah satu prinsip yang paling penting dalam teori Konstruktivisme adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Peranan penting guru adalah menyediakan suatu suasana dimana siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya di dalam benaknya. Guru dapat memberikan tahap-tahap yang membawa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang menemukan atau mendapatkan catatan siswa sendiri yang menemukan atau mendaptkan pemahaman tersebut (Slavin, 1994).

Teori Mengajar

Mengajar, dapat diartikan sebagai penciptaan suatu sistem menjalin hubungan interaksi guru dan siswa untuk mendapatkan pristasi belajar yang diharapkan, lingkungan yang mendukung memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi antara lain Kompetensi Dasar yang diinginkan atau dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang akan memainkan peran sertanya dalam hubungan sosial tertentu, bentuk kegiatan yang akan dilakukan, serta sarana dan prasarana yang tersedia. Komponen-komponen pada sistem ini saling mempengaruhi serta bervariasi sehingga setiap peristiwa belajar mengajar memiliki “profil” tertentu. Masing-masing profil sistem lingkungan belajar mengakibatkan tercapainya tujuan-tujuan belajar yang berbeda berdasarkan minat,kemampuan,dan karakteristik .

STAD (Student Teams Achievement Division).

Ada empat tipe yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran kooperatif (Abdurrahman dan Bintoro, 2000 dalam Nurhadi, 2003), yakni salah satunya adalah tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Tipe STAD dikembangkan oleh Robert Stavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. Tipe ini dipandang yang paling sederhana dan paling langsung dari pendidikan pembelajaran kooperatif.

Kerangka Berpikir

Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar dalam memberikan argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan (Suriasumantri, 1986). Kriteria pertama agar suatu pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan

PELAKSANAAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian

Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas I SDN 2 Wonosemi Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 28 siswa, terdiri dari 16 siswa putra dan 12 siswa putri.

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas I semester I SDN 2 Wonosemi tahun pelajaran 2017/2018. Alasan pemilihan tempat penelitian di SDN 2 Wonosemi karena lokasi penelitian berada pada lokasi peneliti bekerja.

Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 6 September 2017 dan Siklus II dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober 2017.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Per Siklus

bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik) adalah 2 siswa atau 7%, sedangkan yang mendapat nilai B (baik) 19 siswa atau (68%). Sedangkan yang mendapat nilai C (Cukup) 2 siswa atau (7) sedangkan yang mendapat nilai D (Kurang) 2 siswa atau (7%) sedangkan yang mendapat nilai E (Sangat kurang) 3 siswa atau (11%).

 

Siklus I

Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A 23 siswa atau 82%, sedangkan yang mendapat nilai B siswa 0 (0 %) sedangkan yang mendapat nilai C 3 siswa (11%) yang mendapat nilai D 2 siswa (7%) sedangkan yang mendapat nilai E 0 siswa atau 0%.

Siklus II

Prestasi Belajar Siklus II

Nilai

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Banyak Siswa

0

0

12

7

9

Jumlah Siswa

Tuntas

Belum Tuntas

Rata-rata

Tingkat Ketuntasan

28

28

0

90

100%

 

Pembahasan

Pra Siklus

Pelaksanaan pembelajaran di SDN 2 Wonosemi mata pelajaran IPA dalam mengidentifikasi energi panas selama ini masih menggunakan metode pembelajaran yang menonton, baik metode cerita, membaca, ceramah, dan lain sebagainya. Dengan metode ceramah yang selama ini guru SDN 2 Wonosemi lakukan mengakibatkan hasil yang didapat membuat siswa kurang aktif mendengarkan, sehingga guru yang harus lebih aktif menyampakan materi. Demikian untuk memakai metode membaca, juga mengakibatkan kemampuan siswa kurang baik dalam mendalami materi yang disampaikan guru. Dengan membaca siswa hanya mendapatkan ilmu mengenai IPA sebatas terdapat di buku pegangan mereka, sehingga pengetahuan yang didapat sangat terbatas sekali. Demikian juga dengan metode lainnya yang selama ini masih digunakan oleh guru di IPA belum dapat membuat perubahan pada diri siswa dalam penguasaan mata pelajaran IPA, baik penguasaan materi maupun pengaplikasian di waktu proses pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dari data statistik perolehan nilai rata-rata siswa adalah 60 dengan tingkat ketuntasan 31%.

Siklus I

            Pembelajaran pada siklus I ini guru menerapkan STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas I semester 1 SDN 2 Wonosemi tahun pelajaran 2017/2018 pada pelajaran IPA dalam mengidentifikasi sifat benda dengan tujuan agar siswa aktif dalam menggunakan alat peraga. Di mana siswa diajak untuk aktif, saling kerjasama dan berpikir kreatif dan kritis. Siswa tidak lagi bersikap pasif dalam mengikuti pembelajaran. Perlu diketahui juga, siswa nampak aktif dalam mengikuti tahap demi tahap proses pembelajaran. Ini tidak ditemui pada pembelajaran awal, dimana siswa terlihat sangat membosankan dan mengantuk. Dari data statistik perolehan nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 73 dengan ketuntasan menjadi 73%.

Siklus II

Selama pelaksanaan siklus II guru melakukan penilaian dan pengamatan terhadap keaktifan dan pemahaman masing-masing siswa. Melalui kegiatan diskusi yang dilakukan siswa, maka guru akan dapat melihat siswa yang aktif dan kurang aktif baik dalam kelompoknya maupun dalam kelas. Dengan begitu guru dapat segera memberikan tindakan pada siswa yang dianggap kurang aktif. Dengan terus didorong guru dalam belajar siswa menjadi sangat bergairah. Tuntutan yang menyenangkan ternyata tidak membuat beban bagi siswa. Namun siswa malah semakin tertarik dan penasaran terhadap materi yang diberikan. Namun siswa malah semakin tertarik dan penasaran terhadap materi yang diberikan. Pada siklus II ini terjadi peningkatan hasil belajar siswa, nilai rata-rata naik menjadi 83. Ini merupakan suatu keberhasilan tersendiri bagi pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Melalui keberhasilan ini, dapat dijadikan pembelajaran tersendiri bagi siswa dan guru untuk lebih meningkatkan kualitas dan dengan ketuntasan menjadi 97%.

Secara keseluruhan, STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas I semester 1 SDN 2 Wonosemi tahun pelajaran 2017/2018 pada pelajaran IPA dalam mengidentifikasi perubahan sifat benda mengalami [peningkatan pada tiap siklus, akan diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.19 Data Perbandingan Ketuntasan tiap Siklus

No

Keterangan

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

1

Tuntas

20

23

28

2

Tidak Tuntas

8

5

0

 

PENUTUP

Kesimpulan

Pada penelitian ini dilakukan perencanaan yang matang mulai dari menyiapkan tema, tujuan, dan media yang akan digunakan supaya dalam pelaksanaannya pun juga dapat berjalan dengan lancar sehingga melalui evaluasi yang dilakukan menunjukkan peningkatan belajar siswa dalam mata pelajaran IPA secara tematik hal ini terlihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa selalu meningkat aktivitas, pemahaman dan kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar juga mengalami peningkatan.

Pada penelitian ini, dengan adanya perencanaan yang matang akan menghasilkan sesuatu yang efektif, karena mampu meningkatkan kemampuan siswa dan ini bisa digeneralisasikan untuk semua tingkatan kelas dari kelas I dan juga kelas lain di SDN 2 Wonosemi.

Penerapan metode STAD serta pemberian tugas dapat membantu seorang guru (peneliti) dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA secara tematik pada siswa kelas I SDN 2 Wonosemi Keberhasilan tersebut merupakan hasil kerjasama antara guru dan para siswa yang secara aktif dalam mengikuti pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga bisa memotivasi guru-guru lain untuk dapat menerapkan metode belajar yang lain.

Hasil yang didapatkan oleh siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Pada kondisi pra siklus, nilai rata-rata siswa sebesar 75 sedangkan tingkat ketuntasannya sebesar 71%. Pada kondisi siklus I, nilai rata-rata siswa sebesar 80 sedangkan tingkat ketuntasannya sebesar 82%. Pada kondisi siklus II, nilai rata-rata siswa sebesar 90 sedangkan tingkat ketuntasannya sebesar 100%.

Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, saran yang dapat disampaikan untuk sesama guru adalah supaya lebih kreatif dan tidak monoton dalam memberikan metode belajar kepada siswanya. Kemudian kepada peneliti selanjutnya apabila ingin meneliti dengan mata pelajaran yang sama diharapkan memiliki variasi lain dalam melakukan penelitian, misalnya dalam materi yang berbeda, budaya yang berbeda, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2005. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arifin, Zainal. (1994). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung. http://www.teknologipendidikan.net

Gagne, R.M (1985). The Conditions of Learning Theory of instruction (4th Edition). New York: Holt, Rinehart and Winston.

Hasibuan, J.J, Mudjiono (1988), Proses Belajar Mengajar. CV. Remaja Karya.Bandung.

Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Pustaka Mulia

Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. UNS Press.