Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Cooperative Teaching Learning
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI KONDUKTOR DAN ISOLATOR MELALUI METODE
COOPERATIVE TEACHING LEARNING KELAS VI SEMESTER I
SDN CABAK KECAMATAN JIKEN KABUPATEN BLORA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Tri Partono
SDN Cabak Kecamatan Jiken Kabupaten Blora
ABSTRAK
Pada pembelajaran IPA banyak sekali siswa yang kurang minat terhadap pelajaran tersebut. Apalagi kalau metode yang digunakan hanya ceramah dan tanpa menggunakan alat peraga. Pada akhir proses pembelajaran guru memberikan evaluasi ternyata hanya 13 siswa dari 30 siswa atau 43% yang mencapai tingkat ketuntasan. Sehingga banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Berdasarkan Identifikasi masalah dalam penelitian ini peneliti menyajikan materi dengan memberikan beberapa alternatif yang berkaitan dengan materi Isolator dan Konduktor dengan cara: melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan strategi Contextual Teaching Learning. Pada siklus 1, 25 siswa memperoleh nilai diatas 75 atau lebih dan ketuntasan mencapai 83%. Jadi masih ada 17% siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM sekolah. Pada siklus 2, siswa yang memperoleh nilai diatas 75 mencapai 29 siswa dari 30 siswa yang ada. Ini berarti prosentase ketuntasan secara klasikal mencapai lebih mencapai 97% yang artinya proses pembelajaran telah tuntas secara klasikal. Dari hasil ini, indikator keberhasilan yang berbunyi: meningkatnya jumlah siswa yang mencapai batas tuntas belajar pada ulangan harian minimal 10% telah tercapai. Dan meningkatnya kompetensi guru dalam proses pembelajaran minimal 15% juga tercapai. Pra Siklus nilai rata-rata hanya 73,33, Siklus I mengalami peningkatan menjadi 85,33, dan Siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 91,21. Ini menunjukkan hasil tes formatif yang maksimal. Demikian juga tingkat ketuntasan prestasi belajar dari Pra Siklus hanya 43%, Siklus I menjadi 83% dan Siklus II 97%.
Kata Kunci: CTL, Isolator, Konduktor.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pada waktu mengajar guru menggunakan metode ceramah dengan memberi contoh-contoh di papan tulis tanpa alat peraga yang memadai,siswa hanya menghapal tanpa mengkaitkan meteri dengan kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran hanya berfokus pasa guru siswa pasif sebagai pendengar. Sehingga nilai yang diharapkan kurang maksimal. Dari 25 siswa nilai rata-rata hanya 74,nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50, sedangkan KKM untuk SDN Cabak mata pelajaran IPA Kelas VI yaitu 70.
Setelah mengetahui minat siswa rendah dan hasil belajar kurang maksimal tentang materi konduktor dan isolator panas.Untuk itu peneliti perlu mengambil tindakan dengan menerapkan strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa,tidak hanya menghafal fakta-faktanya saja.
|
Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan seringnya siswa melakukan pembelajaran kontekstual diharapkan secara nyata yang diperolehnya dari kehidupan sehari-hari. Disamping itu menyampaikan materi melalui model pembelajaran kontekstual dapat mempermudah siswa dalam menerima materi pelajaran juga lebih menyenangkan dan mengesankan daripada hanya diberikan teori-teori saja. Pada pendekatan kontekstual siswa melakukan kegiatan sendiri secara langsung.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya disamping aspek yang dinilai dan moral banyak memuat materi alam yang bersifat hafalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk hafalan. Sifat materi pelajaran IPA tersebut membawa konsekuensi terhadap proses belajar mengajar yang didominasi oleh pendekatan ekspositoris, terutama guru menggunakan metode ceramah, maupun tanya jawab terjadi dialog imperatif. Padahal dalam proses belajar mengajar keterlibatan siswa secara totalitas artinya pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor (ketrampilan, salah satunya sambil menulis).
Untuk menunjang proses pembelajaran IPA perlu kiranya pengadaan sarana dan berbagai cara diantaranya pengadaan media atau alat peraga serta cara/model pembelajaran yang tepat agar semua tujuan tersebut dapat tercapai. Adapun salah satu model pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran IPA adalah model pembelajaran kontekstual/Contextual Teaching and Learning (CTL).
Berdasarkan uraian diatas kami ingin meningkatkan hasil belajar siswa siswi pada SD kami yaitu SDN Cabak khusunya meningkatkan pengetahuan pada mata pelajaran IPA yang ditunjang melalui pendekatan kontekstual/Contextual Teaching and Learning (CTL) ini.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka penulis dalam penelitian ini merumuskan sebagai berikut: Apakah dengan pendekatan Kontekstual CTL (Contextual teaching and learning) dapat meningkatkan hasil belajar kelasVI tentang konduktor dan isolator panas di SDN Cabak Semester 1 Tahun 2017/2018
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa SDN Cabak Kecamatan Jiken Kabupaten Blora.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar tentang konduktor dan isolator panas melalui penerapan CTL pada siswa kelas VI semester I SDN Cabak tahun 2017/2018.
b. Mendiskripsikan cara penerapan CTL untuk meningkatkan hasilbelajar IPA Tentang konduktor dan isolator panaspada siswa kelas VI SDN semester I SDN Cabak tahun 2017/2018.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
a. Mendapat pengetahuan atau teori baru tentang hasil belajar melalui model pembelajaran kontekstual bagi siswa kelas VI SDN Cabak Kecamatan Jiken Kabupaten Blora
b. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya
Manfaat Praktis
Manfaat bagi siswa
1) Meningkatkan perhatian siswa pada materi pembelajaran
2) Menumbuhkan motivasi belajar yang kuat
3) Timbulnya keaktifan siswa dalam belajar
4) Berkurangnya sikap apatis siswa dalam proses pembelajaran
5) Ketrampilan yang diperoleh akan berguna dalam kehidupan sehari-hari
6) Dapat meningkat hasil belajar siswa
Manfaat bagi guru
1) Memberi informasi pada guru bahwa pembelajaran melalui model kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa
2) Guru mendapatkan pengetahuan baru dalam proses belajar mengajar, sehingga nantinya dapat ditetapkan di sekolah
3) Penyampaian materi akan lebih baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal
4) Memperbaiki pembelajaran yang dikelola di kelas
5) Mengembangkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan
6) Dapat memotivasi siswa untuk belajar
7) Meningkatkan tanggung jawab terhadap tugasnya
8) Merangsang berkreatif untuik memecahkan masalah
9) Dapat berkembang secara professional
10) Dapat memilih dan menggunakan media pembelajaran yang tepat
Manfaat bagi sekolah
1) Menghasilkan siswa-siswa yang berkualitas, bermutu tinggi dan berwawasan luas.
2) Perbaikan proses dan hasil hasil belajar
3) Memberikan sumbangan yang positif bagi kemajuan sekolah
4) Membantu dalam mencapai visi dan misi sekolah
KAJIAN PUSTAKA
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
Pendekatan merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinyadengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Us Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaiman mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menanggapinya.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi, guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student Centered dari pada Teacher centered.
Peningkatan Hasil belajar
Dalam hubungan dengan belajar ini, menurut Noehi Nasution (1993.3) menjelaskan bahwa belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri pribadi yang belajar, baik aktual maupun potensial. Perubahan itu pada dasarnya berupa didapatkannya kemampuan baru yang terlaksana pada waktu relatif lama. Perubahan itu terjadi karena usaha.
Sedangkan menurut Muhammad Suryo dan para ahli diatas dapat diketahui bahwa masing-masing ahli mempunyai pendapat atau batasan yang berbeda walaupun demikian masih ada unsur kesamaannya, yaitu:
1. Belajar itu akan mencerminkan perubahan sikap dan tingkah laku yang merupakan hasil dari latihan dan pengamatan
2. Belajar yang dilakukan oleh setiap individu mengandung proses perubahan bukan hanya proses lahiriyah saja, tetapi juga proses batiniah, perubahan itu harus bersifat positif dalam bentuk perubahan kearah kemajuan yang lebih baik dan lebih sempurna.
3. Seorang dikatakan belajar apabila yang bersangkutan sudah dapat memperlihatkan kemajuan jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.
Dari pengertian tersebut diaas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pada latihan atau pengalaman.
Kerangka Berfikir
Pada kondisi awal guru belum memanfaatkan alat peraga sebagai alat Bantu dalam proses belajar mengajar, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah.
Supaya hasil belajar siswa dapat meningkat maka perlu adanya action atau tindakan yang dilakukan oleh guru/peneliti yaitu dengan memanfaatkan alat peraga sebagai alat Bantu dalam proses belajar mengajar erta model pembelajaran yang tepat.
Dalam melakukan suatu tindakan/action guru/peneliti menggunakan 2 siklus.
1. Siklus 1
Guru/peneliti memanfaatkan alat peraga secaa klasikal (alat peraga didepan kelas dipegang oleh guru dalam pembelajaran IPA) siswa melihat.
2. Siklus 2
Guru/peneliti memanfaatkan alat peraga secara kelompok (tiap kelompok 4 anak) dalam pembelajaran IPA.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas diduga bahwa penggunaan pendekatan kontekstual dalam mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang konduktor dan isolator panas.
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Subyek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang membantu.
Pada penelitian ini, peneliti adalah seorang guru sehingga subyek penelitiannya adalah siswa. Pada penelitian Tindakan Kelas pada umumnya tidak menggunakan populasi, sampel dan teknik sampling seperti pada Penelitian kuantitatif tetapi menggunakan subyek penelitian. Pada Penelitian Tindakan Kelas, populasi sekaligus merupakan sampel yang secara otomatis merupakan subyek penelitian. Sebagai subyek penelitian ini adalah siswa kelas VISDN Cabak Kecamatan Jiken Kabupaten Blora sebanyak 30 orang yang terdiri dari 15 Laki-laki dan 15 perempuan.
Banyak Sekolah Dasar di kecamatan Jiken ini yang dapat digunakan sebagai tempat penelitian namun peneliti kali ini mengambil tempat di SDN Cabak Kecamatan Tunjunan Kabupaten Blora. Alasan peneliti memilih tempat di SDN Cabak karena peneliti bekerja di SD tersebut sehingga peneliti dapat memantau perkembangan peserta didik, selain itu dengan pemilihan SD tersebut peneliti dalam melakukan penelitian tidak meninggalkan tugas mengajar.
Penelitian Tindakan Kelas ini saya laksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Oktober sampai dengan bulan November 2014. Dimulai dari persiapan penelitian, penyusunan instrument, pengumpulan data, analisis data, pembahasan dan hasil pelaporan penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Diskripsi PenelitianDiskripsi Kondisi Pra Siklus
Dalam melaksanakan penelitian Siklus I dapat berjalan lancar sesuai dengan yang direncanakan. Namun masih ada kekurangan dan hasil belum memuaskan untuk itu perlu dilanjutkan ke Siklus berikutnya. Adapun hasil penelitian Siklus I adalah sebagai berikut: hasil penelitian: Siklus I hasil tes formatif dengan nilai rata-rata 74 dengan ketuntasan baru mencapai 43% sehingga yang belum tuntas 57%.
Diskripsi Kondisi Siklus I
Berdasarkan data pada daftar dan grafik hasil tes formatif pembelajaran matematika dengan materi konduktor dan isolatordapat ditunjukkan hasil sebagai berikut
a. Nilai rata-rata kelas : 83
b. Jumlah siswa yang tuntas : 19siswa
c. Jumlah siswa yang belum tuntas : 6siswa
d. Persentase ketuntasan belajar siswa : 76%
Diskripsi Kondisi Siklus II
Setelah dilakukan penilaian pada akhir siklus 2 diperoleh data hasil belajar siswa sebagai berikut. Dari 25 siswa kelas VISDN Cabak Kecamatan Jiken semua telah mencapai standar ketuntasan minimal atau 75%. Dari data nilai hasil belajar pada siklus 2 ini nilai terendah adalah 80 sebanyak 6 siswa, nilai tertinggi adalah 100 sebanyak 9 siswa sedangkan nilai rata-rata kelas adalah 92.
Berdasarkan data pada daftar dan grafik hasil tes formatif pembelajaran matematika tentang konduktor dan isolator dapat ditunjukkan hasil sebagai berikut:
a. Nilai rata-rata kelas : 92
b. Jumlah siswa yang tuntas : 25 siswa
c. Jumlah siswa yang belum tuntas : 0 siswa
d. Persentase ketuntasan belajar siswa : 100%
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pada kondisi awal guru belum memanfaatkan alat peraga sehingga mengakibatkan siswa cepat bosan, pasif, kurang termotivasi dalam mengembangkan kemampuannya. Akibatnya hasil belajar siswa rendah. Nilai ulangan harian pada kondisi awal, nilai terendah 50, nilai tertinggi90 sedangkan nilai rata-rata 74.
Pada siklus 1, guru telah merubah system pembelajaran yaitu dengan menggunakan alat peraga sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, namun masih secara klasikal. Hasil belajar pada siklus 1 adalah nilai terendah 60, nilai tertinggi 100 dan nilai rata-ratanya 83. Pada siklus 2, guru masih tetap memanfaatkan alat peraga sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Namun penggunaan alat peraga dilakukan secara kelompok serta pendekatan kontekstual. Hasil belajar yang diperoleh dalam siklus 2, nilai terendah 70, nilai tertinggi100 dan nilai rata-rata 92. Refleksi dari kondisi awal ke kondisi akhir/siklus 2 adalah sebagai berikut. Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan hasil belajar dari rata-rata 54%.
Adanya peningkatan hasil tes formatif siswa. Pra Siklus nilai rata-rata hanya 74, Siklus I mengalami peningkatan menjadi 83, dan Siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 92. Ini menunjukkan hasil tes formatif yang maksimal. Demikian juga tingkat ketuntasan prestasi belajar dari Pra Siklus hanya 60%, Siklus I menjadi 76% dan Siklus II menjadi 100%. Ini menunjukkan bahwa setelah diadakan perbaikan pembelajaran siswa semakin memahami materi yang disampaikan oleh guru. Ini terbukti adanya peningkatan nilai hasil tes formatif, serta ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya.
Peran siswa dalam pembelajaran dengan minat yang tinggi terhadap pelajaran Matematika itu diakui oleh kenaikan rata-rata ulangan harian maupun ketuntasan belajar mereka.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Setelah melakukan penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang diperluas dengan landasan teori yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa. Penggunaan alat peraga melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang gaya magnet bagi siswa kelas VISDN Cabak Kecamatan Jiken Kabupaten Blora pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018.
Untuk hasil penelitian akan peneliti paparkan perbandingan antara hasil belajar pada kondisi awal dengan hasil belajar pada siklus 1 dan siklus 2, seperti yang telah diuraikan pada bab IV, adalah sebagai berikut: Hasil belajar pada kondisi awal nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50 dengan nilai rata-rata 74 sedangkan hasil belajar pada tindakan siklus 1, nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata 83. Untuk hasil belajar belajar siswa pada tindakan kelas siklus 2 nilai tertinggi 100, nilai terendah 80 dengan nilai rata-rata 100. Hasil penelitian selain dapat meningkatkan hasil belajar siswa juga dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
SaranTindak Lanjut
Berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian tindakan kelas tersebut diatas, maka penulis dapat memberi saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa.
Kepada siswa SDN Cabak khususnya, siswa Sekolah Dasar se Kecamatan Jiken pada umumya, dengan berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, maka penulis sarankan kepada siswa agar hendaknya selalu menggunakan waktu untuk mengikuti pelaksanaan menggunakan alat peraga melalui model pembelajaran yang tepat untuk belajar setiap hari.
2. Bagi Guru
Kepada rekan-rekan Guru SDN Cabak khususnya, dan rekan-rekan guru Sekolah Dasar se Kecamatan Jiken pada umumnya hendaknya selalu menggunakan alat peraga dan model pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar agar dapat menarik minat siswa dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tersampaikan dengan hasil yang memuaskan.
3. Bagi Kepala Sekolah.
Kepada Kepala Sekolah selaku penanggung jawab di Sekolah, penulis sarankan agar selalu memberikan pengarahan kepada rekan-rekan gurunya agar selalu menggunakan alat peraga dan model pembelajaran kontekstual dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Jauzak, 1996. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian di Sekolah Dasar, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Apter, S.J. (1982). Troubled Children/Troubled Systems. Pergoman Press. New York.
Arikunto, Suharsimi, 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta.
Asy’ari, dkk (2007) Ilmu Pengetahuan Alam V , Jakarta: Erlangga
Depdikbud , 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar 1994 , Jakarta
Mikarsa, phD, Hera Lestari, dkk 2007, Pendidikan Anak di SD, Jakarta
Much Azam, Akrab dengan Dunia IPA, Platinum PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Moh. Syamsul Hidayat , 1994. Buku Pintar Kamus IPA Sekolah Dasar. APLCO, Surabaya.
Nurhadi, Dr, M.Pd, Umaidi, M.Pd, Jakarta: 2002 Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Wardani, I.G.A.K, Kusmaya, wihardi, Nasoetion Noehi, 2005 Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta