Upaya meningkatkan HASIL BELAJAR SEJARAH

DENGAN menggunakan model pembelajaran Make a Match PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMADIYAH Gubug

SEMESTER ii TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Fajar Kurniawan Aji

Tri Widiarto

Sunardi

Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match. Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPS 1,SMA Muhamadiyah Gubug Semester II Tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini diterapkan pada mata pelajaran sejarah dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Adapun peningkatan hasil belajar terjadi setelah siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model Make a Match. Hal ini dapat ditunjukkan pada rata-rata klasikal Pra Siklus 48 (tanpa menggunakan model Make a Match) naik menjadi 80 pada siklus I dan 100 pada siklus II, setelah menggunakan pembelajaran model Make a Match. Penerapan pembelajaran model Make a Match dapat meningkatkan Hasil belajar dalam proses belajar mengajar. Selama pembelajaran terjadi interaksi antara para siswa. Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa aktivitas siswa juga mengalami peningkatan yang semula pada pra siklus siswa cenderung pasif dan meningkat pada siklus I 1,71 dan meningkat pesat pada Siklus II menjadi 3,85. Pembelajaran Make a Match yang diterapkan pada mata pelajaran sejarah menjadikan siswa lebih aktif, akan tetapi masih ada 30% siswa yang masih kesulitan dalam pembelajaran. Ketuntasan belajar klasikal juga mencapai kesempurnaan, hasil belajar meningkat dan siswa bisa tuntas dari KKM (75).

Kata Kunci: Model Pembelajaran Make a Match, Hasil Belajar, SMA Muhamadiyah Gubug


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidik sangat penting untuk menentukan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis, oleh karena itu perlu dilakukan pengajaran yang dapat menig-katkan mutu pendidikan. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, guru harus berperan aktif, guru harus memegang peranan penting dalam suatu proses pembelajaran, guru harus memiliki kualitas kompetensi dan profesionalisme yang memadai, sehingga guru akan memiliki tanggung jawab besar dalam proses belajar mengajar dikelas, dari proses belajar tersebut terjadi perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam tuntutan usaha manusia, melalui upaya pengajaran dan latihan di tingkat pendidikan formal, non-formal, dan informal di sekolah, maupun di luar sekolah, yang bertujuan mengembangkan potensi dirinya dan memperoleh pengalam-an hidup yang luar biasa, yang dapat kita dapatkan dari proses belajar dari kita lahir sampai akhir hayat dari proses sederhana sampai yang tersulit kita harus tetap belajar. untuk menciptakan pendidikan yang efektif sangat sulit. Salah satu masalah yang mendasar dalam dunia pendidikan adalah bagaimana usaha untuk meningkatkan proses belajar mengajar sehingga memperoleh hasil yang efektif dan efisien, tidak terkecuali pada pelajaran sejarah.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan hasil belajar harusnya menggunakan strategi yang efektif dan menarik, Pengamatan awal terhadap hasil belajar sejarah pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Muhamadiyah Gubug Semester genap tahun ajaran 2014/2015, menunjukkan bahwa belum semua peserta didik mencapai KKM 75. Dari 30 siswa kelas XI IPS 1, baru 10 siswa yang mencapai KKM dan 20 siswa kelas XI IPS 1 belum mencapai KKM. Dengan melihat uraian diatas, peneliti mencoba untuk memberikan alternatif model pembelajaran aktif dan menyenangkan dengan metode Make a Match diharapkan siswa akan lebih aktif dan lebih mempunyai kreatifitas untuk membuat sebaik dan sebagus mungkin dan siswa akan memiliki minat untuk belajar sejarah dengan ini juga diharapan siswa tidak merasa bosan atau mengantuk

Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan identifikasi masalah yaitu bahwa di kelas XI IPS SMA Muhamadiyah Gubug hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran sejarah sudah baik hanya ada beberapa siswa yang belum tuntas KKM, berikut ini adalah penyebab dari belum tuntasnya beberapa siswa dari KKM:

1. Kurangnya minat belajar siswa yang rendah dalam pembelajaran sejarah.

2. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.

3. Metode yang digunakan guru belum banyak menggunakan berbagai metode yang bisa mendorong minat dari siswa, guru masih sering menggunakan meto-de ceramah sehingga siswa mengalami kebosanan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan: Apakah pening-katan hasil belajar IPS Sejarah dapat di-upayakan peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match pada kelas XI IPS SMA Muhama-diyah Gubug tahun Ajaran 2014-2015.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk me-ngetahui peningkatan hasil belajar IPS se-jarah dengan menggunakan model pembe-lajaran Make a Match pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Muhamadiyah Gubug tahun Ajaran 2014-2015.

Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat:

1. Manfaat teoritis

a. Menambah literatur ilmiah bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penggunaan metode make a macth pada mata pelajaran IPS Sejarah.

b. Memperkaya khasanah ilmu penge-tahuan dan informasi di bidang pendidikan.

c. Dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian tentang pembela-jaran di sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

Diharapkan siswa selalu me-ningkatkan kreatifitas dan motivasi belajar.

b. Bagi Guru

Menambah metode pembela-jaran bagi guru untuk dapat meng-gunakan metode ini dalam proses belajar mengajar di sekolah.

c. Bagi Sekolah

Sekolah dapat lebih meningkat kualitas proses belajar mengajar dan dapat memberikan kesepatan bagi gurunya untuk dapat mengembangkan metode yang digunakan.

d. Pada Mata Pelajaran Sejarah

Mendapatkan cara untuk me-narik minat siswa pada pelajaran seja-rah dan dapat mengembangkan kreati-vitas siswa.

KAJIAN PUSTAKA

Menurut Morgan dalam Bahruddin (2008:14) Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman , sedangkan menurut Wolfolk dalam Bahrud-din (2008:14) menyatakan Disengaja atau tidak, perubahan yang terjadi melalui proses belajar ini bisa saja kearah yang lebih baik atau malah sebaliknya,

kearah yang salah. Dari berbagai penjelasan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan yang permanen dan dari pengalaman tingkah laku dan dengan jangka waktu yang lama untuk mendapatkan ilmu yang permanen

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sudjana (2012: 22). Sedangkan menurut Benjamin S. Bloom tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

a. Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intlektual anak, Yaitu pengetahuan, pema-haman, penerapan, dan penilaian.

b. Afektif

Berkenaan dengan sikap dan Nilai, sikap dalam berprilaku dan nilai-nilai sosial-nya

c. Psikomotorik

Ketrampilan motorik, koordinasi kemampuan berolahraga.

Sejarah

Kata Sejarah berasal dari bahasa Arab “syajara” yang mempunyai arti terja-di. Sedangkan kata syajaratun artinya se-buah pohon yang terus menerus tumbuh dari bumi ke udara mempunyai cabang, dahan, dan daun, bunga serta buah. . Menurut E. Bernheim dalam Tri Widiarto (2007:9) menyatakan bahwa ilmu Sejarah ialah ilmu yang menyelidiki dan menceritakan peristiwa-peristiwa dalam waktu dan ruang yang dihubungkan dengan perkembangan aktifitas manusia baik yang bersifat individu maupun kelompok sebagai kehidupan masyarakat dalam hubungan timbale balik antara rohaniah dan jasmaniah.

Model pembelajaran Make a match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994), Make a match adalah teknik mengajar dengan mencari pasang-an. Salah satu keunggulan adalah siswa belajar sambil menguasai konsep topik da-lam suasana yang menyenangkan. Lang-kah-langkah Make a match

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topic yang mungkin cocok untuk sesi review.

2. Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu.

3. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya, pemegang kartu yang bertuliskan PERSEBAYA berpa-sangan dengan pemegang kartu SURA-BAYA, atau pemegang kartu SBY ber-pasangan dengan pemegang kartu PRESIDEN RI.

4. Siswa bisa juga bergabung dengan 2 atau 3 siswa lain yang memegang kartu yang berhubungan misalnya pe-megang kartu 3+3 membentuk kelom-pok dengan pemegang kartu 2×3 dan 12:2.

Kerangka Berfikir

Pemilihan strategi pemecahan masalah dengan model make a match ada-lah:

a. Untuk memacu psikomotorik anak didik agar lebih kreatif dan menyenangkan.

b. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA Muhamadiyah Gubug pada pelajaran Sejarah.

Hipotesa Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, dan kerangka berfikir di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan seba-gai berikut: “penggunaan model Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar sejarah siswa kelas XI IPS 1 SMA Muhamadiyah Gubug Semester II tahun 2014-2015.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SMA Muhamadiyah Gubug, karena sekolah ter-sebut merupakan salah satu sekolah Swasta unggulan di wilayah Kecamatan Gubug. Selain itu di sekolah tersebut dapat mendukung data-data penelitian yang diperlukan oleh penulis. Subjek penelitiann-ya yaitu siswa kelas XI IPS SMA Muhamadiyah Gubug

Objek Tindakan

Objek tindakan dalam penelitian ini adalah:

a) Ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran Sejarah,

b) Kekompakan siswa

c) Hasil Belajar Siswa

Teknik Pengumpuan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, Tes, dan dokum       entasi.

Indikator Keberhasilan

Adapun yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar siswa dapat berhasil bila rata-rata siswa prestasinya secara klasikal memenuhi KKM (75) bila nilai rata-rata belum memenuhi KKM maka perlu diadakan perbaikan (dibawah 75), sampai dirasa cukup dan sudah memenuhi KKM (75).

Kondisi Awal

Kondisi awal hasil belajar mata pelajaran Sejarah kelas XI IPS 1 masih terdapat 13 siswa yang belum tuntas, hasil belajar dalam hasil ulangan masih banyak siswa yang belum tuntas. Kondisi awal ini belum menggunakan metode Make a Match, yang mengakibatkan kemampuan siswa dalam memahami dan mempelajari materi belum sepenuhnya baik atau belum maksimal. Dari tabel di atas diperoleh data bahwa masih banyak siswa yang belum bisa memenuhi KKM (75), hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 mata pelajaran sejarah dengan nilai rata- rata klasikal sebesar 67,6 nilai terendah 50, nilai tertinggi 96, dan ketuntasan klasikal 48%.

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Pada Siklus I Pelajaran Sejarah dengan Pokok bahasan Menghubungkan faham liberalisme, sosialisme, nasionalis-me, pan-islamisme, dan demokrasi dengan munculnya nasionalisme di Asia, Afrika, dan kesadaran kebangsaan Indonesia. sudah menggunakan model make a match. Awal mula dari 30 siswa yang ada di kelas hanya 18 siswa dan 3 siswa terlambat masuk jadi siswa yang berangkat hanya 21 siswa dan ada 9 siswa tidak masuk tanpa keterangan. pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas dengan menggunakan model make a match berlangsung kondusif. Siswa sangat antusias dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar siklus 1 menunju-kan adanya peningkatan hasil belajar, di peroleh dengan hasil nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 70, Berdasarkan hasil peneli-tian siklus I ini, subjek yang mengikuti proses belajar mengajar dan evaluasi sebanyak 21 siswa dari 30 jumlah siswa keseluruhan di kelas XI IPS 1, hal ini di karenakan ada 9 siswa yang tidak masuk tanpa keterangan, sehingga nilai 0 pada siswa yang tidak mengikuti proses belajar mengajar pada siklus I. perolehan nilai pra siklus yang ditunjukan pada grafik 2, untuk rata-rata nilai klasikal adalah 67,6 dan 76,7 pada siklus I, Nilai terendah pra siklus sebesar 50 dan 70 pada siklus I, sedangkan nilai tertinggi pra siklus 96 dan 90 pada siklus I,sedagkan ketuntasan klasikal pra siklus 48% meningkat menjadi menjadi 80%.

Deskripsi Hasil Siklus II

Karena belum banyak perubahan dan peningkatan hasil belajar, maka peneliti melanjutkan pada siklus II ini. Pada siklus II ini siswa ditekankan untuk lebih baik dalam proses belajar mengajar dan siswa dapat mempunyai percaya diri yang lebih baik dari siklus pertama, sedangkan guru memfokuskan pada peningkatan pembelajaran dan berperan aktif sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar. Siklus II ini mengambil pokok bahasan mengenai jalanya Revolusi Prancis, Revolu-si Amerika, dan Revolusi Rusia. Hasil belajar siswa pada siklus II tampak lebih baik dari pada siklus I. dalam proses pembelajaran pada siklus II jumlah siswa yang hadir ada 24 siswa yang hadir dan mengikuti pelajaran, sisanya tidak mengikuti pelajaran tanpa keterangan. siklus II ini diperoleh hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari nilai terendah 70 meningkat menjadi 75, nilai tertinggi yang awalnya pada siklus I 90 terdapat peningkatan menjadi 100, rata-rata klasikal yang semula di siklus I 76 terdapat peningkatan di sikus II menjadi 96 dan ketuntasan klasikal 80% terjadi peningkat-an 100%,Rata-rata nilai atau aktivitas guru pada siklus I untuk kriteria baik sebesar 0,81 meningkat menjadi 3 pada siklus II, sedangkan untuk kriteria cukup 1,09 pada siklus I menurun menjadi 0 pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan guru dalam menerapkan pembelajaran model make a match semakin baik. terlihat bahwa siklus II mengalami peningkatan dari siklus I. Pada siklus I rata-rata klasikal mendapatkan 76 mengalami peningkatan. Pada siklus II menjadi 96, pada siklus I. nilai terendah mendapat 70 mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 75. Pada siklus I nilai tertinggi mendapatkan 90 mengalami peningkatan pada Siklus II, meningkat menjadi 100. Begitu juga dengan ketuntasan klasikal juga mengalami peningkatan yang semula di siklus I mendapatkan 80% pada siklus II meningkat menjadi 100 %. Pada siklus II ini juga dibagikan angket kepada siswa, yang berfungsi untuk mengetahui tanggapannya terhadap pembelajaran sejarah dengan menggunakan model make a match. Hasil angket respon siswa (tanggapan siswa) terhadap pelaksanaan pembelajaran model make a match siklus II.

Pembahasan Hasil Penelitian

Rata-Rata Klasikal dan Ketuntasan Belajar Siswa Hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran make a match telah mengalami peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh nilai yang diperoleh siswa. bahwa terjadi peningkatan rata-rata klasikal pada pra siklus yaitu 67,6 menjadi 76 pada siklus I dan pada siklus II rata-rata klasikal meningkat menjadi 96. Nilai terendah pada pra siklus sebesar 50 pada siklus I meningkat menjadi 60 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 75. Begitu pula untuk perolehan nilai tertinggi pada para siklus nilai tertinggi sebesar 96 dan pada siklus I menurun menjadi 90 sedangkan di siklus II perolehan nilai tertinggi meningkat menjadi 100. Pening-katan rata-rata klasikal pada siklus I yang masih relatif kecil disebabkan siswa masih asing dengan proses belajar mengajar yang menggunakan metode make a match, dan guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik. Ketuntasan minimum kelas dari tiap siklus juga mengalami peningkatan. Prosentase ketuntasan klasikal siswa pada mata pelajaran Sejarah, prosentase ketuntasan klasikal pada pra siklus sebesar 48% siswa tuntas dan meningkat pada siklus I sebesar 80% dan meningkat kembali pada siklus II menjadi 100%. Dari peningkatan prosentase ketun-tasan diatas menunjukkan bahwa pembela-jaran dengan menggunakan model make a match dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran sejarah.

Partisipasi Siswa

proses belajar mengajar yang sudah dilakukan dalam dua siklus. Yakni siklus I dan siklus II, menunjukkan adanya peningkatan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, dan sudah adanya ketertarikan siswa pada mata pelajaran Sejarah yang dikemas berbeda dari biasanya dengan menggunakan model pembelajaran make a match, yang membuat siswa semakin antusias dalam proses belajar mengajar. Pada siklus I kondisi siswa masih merasa asing dan masih merasa takut ataupun malu dalam mengikuti pelajaran Sejarah bahkan ada yang tidak mendengarkan materi pelajaran hal ini disebabkan pelajaran Sejarah dianggap pelajaran yang membosankan, tetapi setelah dikemas dengan model make a match siswa menjadi asyik dan antusias dalam menerima pelajaran sejarah. Begitu pula pada siklus II keadaan siswa lebih senang dan lebih mengasyikan karena guru sudah mengelola kelas dengan baik dan sudah bisa mengatur waktu dengan baik.

Aktivitas Guru

Observasi yang dilakukan oleh guru pengampu mata pelajaran Sejarah SMA Muhamadyah Gubug yang bertindak sebagai observer, menyatakan bahwa aktivitas siswa pada siklus I sudah baik dan semakin membaik pada pembelajaran siklus II, dikarenakan kelas terasa sangat hidup dan siswa tidak pasif duduk diam bahkan siswa menjadi lebih aktif dan berani tampil di depan kelas. Hal ini di anggap guru kelas SMA Muhamadyah Gu-bug sebagai hal yang sangat jarang terjadi. Siswa yang awalnya pasif bisa menjadi siswa yang aktif dan menghilangkan rasa malunya, sehingga bisa memahami materi dan kosep pembelajaran.

Kendala Yang Ditemukan

Kendala yang ditemukan pada siklus I adalah pengelolaan kelas dan pe-ngelolaan waktu yang sangat buruk, sehingga proses belajar mengajar sedikit buru-buru. Selain itu grogi dengan suasana kelas, perasaan akan gagal penerapan model make a match selalu terlintas dalam fikiran. LCD proyektor yang kurang terang dan sering tiba-tiba mati sehingga siswa harus pindah kelas dan bertukar kelas dengan kelas yang LCDnya lebih baik dan tidak sering mati. Sedangkan pada siklus II kendala yang pernah ada pada siklus I bisa diminimalisir, sehingga siklus II bisa berjalan sesuai rencana.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan se-bagai berikut:

1. Pemahaman siswa pada pokok bahas-an menghubungkan faham liberalisme, sosialisme, nasionalisme, pan- islamis-me dan demokrasi dengan munculnya nasionalisme di Asia-Afrika, dan kesa-daran kebangsaan Indonesia, meng-alami peningkatan setelah siswa meng-ikuti kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model Make a Match. Hal ini dapat di tunjukkan pada rata-rata nilai atau hasil belajar Pra Siklus 48 (tanpa menggunakan model Make a match) naik menjadi 80 pada siklus I dan 100 pada siklus II, setelah meng-gunakan pembelajaran model Make a Match.

2. Penerapan pembelajaran model Make a Match dapat meningkatkan aktivitas dalam proses belajar mengajar. Selama pembelajaran terjadi interaksi antara para siswa. Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa aktivitas siswa juga mengalami peningkatan yang semula pada pra siklus siswa cende-rung pasif, meningkat pada siklus I 1,71 dan meningkat pesat pada Siklus II menjadi 3,85.

3. Pembelajaran make a match yang diterapkan pada mata pelajaran Sejarah menjadikan siswa lebih aktif dan merasa menyenangkan hingga mencapai 100% siswa, akan tetapi masih ada 30% siswa yang masih kesulitan dalam pembelajaran.

4. Ketuntasan belajar klasikal juga mencapai kesempurnaan, hasil belajar meningkat dan siswa bisa tuntas dari KKM (75).

Saran

1. Persiapan yang cukup untuk segala keperluan dalam menggunakan model Make a Match

2. Diharapkan kegiatan ini dapat dilaku-kan secara berkesinambungan pada mata pelajaran Sejarah maupun pela-jaran lain karena sangat bermanfaat bagi siswa.

3. Guru perlu mengembangkan inovasi pembelajaran yang mengacu pembela-jaran berbasis siswa guna meningkat-kan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhamad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.

Baharudin. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran,Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dimyati Mahmud. 1982. Psikologi Pembelajaran. Grasindo: Jakarta.

Heri Rahyubi. 2012. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hosnan M. 2004. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam pembelajaran Abab 2. Bogor: Ghalia Indonesia

Kusnandar. 2008.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas.Grafindo:Jakarta

Mulyono, J. 1980. Ilmu Pengetahuan Sosial Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.Jakarta: Depdikbud.

Prayitno Elida. 1989. Motivasi dalam Belajar. Depdikbud: Jakarta..

Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana

Widiarto, Tri. 2007. Sejarah Sebagai Ilmu dan Seni, Salatiga: Widya Sari Press

Willis, Dahar Ratna. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga