UPAYA MENINGKATKAN HASIL pemBELAJARan PJOK

MATERI GERAK DASAR GULING DEPAN

DENGAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS II A

SD NEGERI TUNTANG 03 KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Irna Kusminarsih

SDN Tuntang 03

 

ABSTRAK

Identifikasi masalah yang tampak dalam proses belajar mengajar Penjasorkes di SDN Tuntang 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang pada pokok bahasan Gerak Dasar Guling depan, dari 28 siswa, yang mendapatkan nilai ≥ 75 ada 10 siswa dan 18 siswa mendapatkan nilai di bawah 75. Nilai tersebut belum sesuai dengan KKM untuk mata ajaran Penjasorkes yaitu 75. Hasil belajar rendah tersebut karena siswa mengalami kesulitan teknik gerak dasar guling depan. Pemecahan masalah yang dilakukan guru yaitu meningkatkan hasil belajar siswa tentang konsep gerak dasar guling depan dengan strategi pembelajaran bermain. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di SD Tuntang 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang pada bulan Maret April 2017. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: siswa kelas II yang berjumlah 28 siswa. Hasil penelitian: (1) Penerapan strategi pembelajaran bermain dapat meningkatan hasil belajar siswa dalam strategi pembelajaran aktif Penjasorkes tentang teknik Gerak Dasar Guling Depan di kelas II SDN Tuntang 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. (2) Penerapan strategi pembelajaran bermain dapat meningkatan hasil belajar Penjasorkes tentang teknik gerak dasar guling depan di kelas II SDN Tuntang 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Pada strategi pembelajaran bermain Kondisi Awal nilai rata-rata 69,64 dengan ketuntasan belajar 35,71%. Setelah strategi pembelajaran bermain siklus I meningkat menjadi rata-rata kelas 74,29 dengan ketuntasan belajar 67,86%. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar siswa rata-rata sebesar 4,65 dan peningkatan ketuntasan belajar sebesar 32,15%. Pada siklus II nilai rata-rata 76,79 dengan ketuntasan belajar 85,71%. Dengan demikian terjadi peningkatan nilai rata-rata nilai sebesar 2,5 dan peningkatan ketuntasan belajar sebesar 17,85%. Indikator keberhasilan ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 75 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80%. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai yaitu sebesar 85,71% telah mencapai ³ 80%.

Kata kunci: strategi pembelajaran bermain, hasil pembelajaran

 

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri. Mata pelajaran pendidikan jasmani termasuk didalamnya. Tujuan pembelajaran pendidikan jasmani di SD/MI untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat, sikap sportif dan kecerdasan emosi. Pembelajaran jasmani mencakup materi atletik, senam, permainan yang kesemuanya itu wajib diberikan pada semua peserta anak didik.( BNSP: 2006).

Permasalahan yang mendasar dalam pembelajaran gerak dasar guling depan untuk kelas II sekolah dasar adalah siswa kesulitan dalam melakukan gerak guling depan karena mempunyai rasa takut. Karena karakteristik siswa yang dalam hal ini masih suka senang-senang untuk bermain, maka dalam pembelajaran gerak dasar guling depan harus disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan siswa, maka pembelajaran gerak senam diberikan dengan proporsi waktu yang cukup dalam bentuk inovasi-inovasi dan rangsangan sehingga dapat meningkatkan kemampuan gerak-gerak dasar senam, mudah dilaksanakan dan yang penting faktor kegembiraan anak. Dengan demikian anak tertarik dan mulai menyenangi olahraga senam khusunya senam lantai guling depan. Penekananya pada aspek bermain, karena bermain adalah bagian dari kehidupan anak.

Namun setelah penulis menjadi guru PJOK di SD Negeri Tuntang 03 banyak sekali pengalaman-pengalaman baru yang didapat dalam mengemas pelajaran yang dapat memotivasi anak untuk melakukan pembelajaran gerak dasar

guling depan khususnya pada senam lantai guling depan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar guling depan dengan hasil lebih baik dari tahun sebelumnya, sehingga berani meningkatkan KKM menjadi 75 dengan target keberhasilan 80% dari 28 siswa kelas II tahun pelajaran 2016-2017.

Kenyataan di lapangan dalam proses pembelajaran gerak dasar guling depan siswa kelas II SD Negeri Tuntang 03 tahun sebelumnya dilakukan dengan menggunakan alat yang sederhana dan seadanya, dengan menggunakan model pendekatan yang menekankan pada prestasi, setelah siswa diberikan pemanasan dan penjelasan serta contoh gerakan mengenai gerak dasar guling. Siswa kadang-kadang bosan dengan model pembelajaran yang monoton, sehingga menjadikan minat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran gerak dasar guling depan menurun.

Kemampuan guru pendidikan jasmani sekolah dasar yang sangat terbatas juga menjadi kendala terutama dalam mengembangkan model-model pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani khususnya gerak dasar guling depan kurang dapat menarik minat siswa. Dampak dari model pembelajaran yang monoton, siswa merasa bosan, kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran gerak dasar guling depan. Dilihat dari perkembangan otot, hanya otot tertentu saja yang mengenai sasaran.

Upaya untuk meningkatkan kualitas hasil belajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan masih belum optimal, dan menegemen Pendidikan Jasmani dan Kesehatan belum sebagaimana yang diharapkan. Hal ini terlihat pengalaman penulis di lapangan, siswa masih kesulitan dalam memahami konsep pemmbelajaran dan penguasaan terhadap teknik dasar cabang – cabang olah raga – disisi lain guru penjaskes mengalami kesulitan sumber dan penguasaan teknik dasar cabang olahraga yang terbatas, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Dari KKM yang ditentukan guru yaitu 75 dengan kemampuan guling depan pada kondisi awal baru 35,71 % dari 28 siswa yang tuntas 10 anak yang belum tuntas 18 anak.

Mengingat gerak dasar guling depan bagi siswa yang usia sekolah dasar kelas bawah masih mengalami kesulitan untuk melaksanakannya, maka siswa diajak untuk melakukan gerak dasar guling depan dalam bentuk bermain. Dengan metode bermain siswa akan menimbulkan rasa senang dan menarik perhatian, sehingga siswa melakukannya dengan sungguh-sungguh, siswa tidak merasa lelah dan tidak merasa terpaksa karena atas dasar kesadaran sendiri untuk melakukannya dan hasilnya diharapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan dari pembelajaran gerak dasar guling depan dengan suasana bermain adalah upaya pengembangan dengan memberi pengalaman menarik dan menyenangkan.Variasi latihan dan tantangan tetap ditampilkan dalam pembelajaran untuk membimbing siswa pada peningkatan daya tahan otot, kekuatan, kelentukan, koordinasi, kelincahan, dan keseimbangan yang merupakan prasyarat dalam mengajarkan gerak dasar guling depan. Gerak guling depan merupakan gerakan dasar yang harus diberikan siswa sebelum gerak senam yang lain. Walaupun senam guling depan merupakan dasar, akan tetapi mempunyai tingkat resiko yang tinggi pula, oleh karena itu maka dalam pelaksanaan pembelajaran dan untuk meminimalisir resiko cedera perlu diarahkan dengan metode bermain.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatan Hasil Belajar Gerak Dasar Guling Depan Dengan Metode Bermain Pada Siswa Kelas II SD Negeri Tuntang 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016 / 2017. Diharapkan dengan penelitian tersebut dapat memperbaiki pembelajaran, mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan guru dalam pembelajaran.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut didepan, maka rumusan permasalahan yang diajukanadalah,“ Apakah metode bermain dapat meningkatan hasil dan proses pembelajaran gerak dasar guling depan pada siswa kelas II SD Negeri Tuntang 03 Kec. Tuntang Kab. Semarang ? ”

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran gerak dasar khususnya peningkatan hasil pembelajaran gerak dasar guling depan dengan metode bermain kelas II SD Negeri Tuntang 03 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.

Manfaat Penelitian

Dengan diketahui peningkatan hasil pembelajaran gerak dasar guling depan dengan metode bermain kelas II SD Negeri Tuntang 03 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, maka penelitian ini bermanfaat:

Secara teoritis memberi sumbangan keilmuan pendidikan jasmani khususnya pembelajaran gerak dasar guling depan pendekatan bermain.

 

 

 

Manfaat Praktis

  1. Bagi guru, untuk mengaplikasi berbagai metode pembelajaran PJOK serta sebagai bahan masukkan dalam rangka memperbaiki mutu pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil pembelajaran guling depan.
  1. Bagi peserta didik, memperoleh suasana pembelajaran dan pengalaman baru dan menghilangkan kejenuhan di dalam kelas.
  2. Bagi sekolah, sebagai bahan masukkan dalam rangka mengelola kegiatan belajar mengajar yang lebih aktif, kreatif, inovatif,dan menyenangkan.

KAJIAN PUSTAKA

Deskripsi Teori

Belajar

Belajar merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri di dalam berinteraksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003:2). Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan setiap orang untuk mengembangkan dirinya. Aktivitas ini berlangsung sejak seseorang dilahirkan dan terus berlangsung sepanjang hayatnya. Di sepanjang hayatnya seseorang tak pernah lepas dari proses belajar ini dalam skala yang berbeda sesuai dengan tingkatan dan lingkungan dimana proses belajar tersebut berlangsung. Oemar hamalik (1990:4) mengemukakan bahwa “ Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi individu dan lingkungan.” Kata belajar mengandung berbagai makna dan juga fungsinya. Maka dari itu arti serta fungsi dari kata belajar mempunyai banyak definisi sesuai dengan sudut pandang penyusunnya.

Menurut Thomdike dalam Margaret E. Bell Gredler (1994:51) Hukum Belajar, ada tiga hukum belajar yang utama dan itu diturunkan dari hasil-hasil penelitian. Ketiganya adalah hukum efek, hukum latihan, dan hokum kesiapan.Hukum efek menyebutkan bahwa keadaan memuaskan menyusul respons memperkuat pautan antara stimulus dan tingkah laku, sedangkan keadaan menjengkel memperlemah pautan itu. Thomdike kemudian memperbaiki hukum itu sehingga hukuman tidak sama pengaruhnya pada belajar dengan ganjaran. Hukum latihan menjelaskan keadaan seperti dikatakan pepatah “ latihan menjadikan sempurna.” Dengan kata lain, pengalaman yang diulang-ulang memperbesar peluang timbulnya respons benar. Akan tetapi, pengulangan-ulangan yang tidak disertai keadaan memuaskan tidak meningkatkan belajar (Thomdike, 1913 b, hlm. 20).Hukum kesiapan melukiskan syarat-syarat yang menentukan keadaan yang disebut “ memuaskan “ atau “ menjengkelkan’ itu ( Thomdike, 1913a). Secara singkat, pelaksanaan tindakan sebagai respons terhadap suatu impuls yang kuat menimbulkan kepuasan, sedangkan menghalang-halangi pelaksanaan tindakan atau memaksanya terjadi dalam syarat-syarat yang lain itu menjengkelkan. Hukum tambahan, Penerapan Teori Belajar di Sekolah. Dalam laboratorium, Thomdike meneliti hubungan antara stimulus fisik dan tindakan fisik, dan penafsirannya atas belajar didasarkan pada penyelidikan tingkah laku. Akan tetapi teorinya juga mencakup peristiwa-peristiwa mental.

Hakikat Metode Bermain

Menurut IG.A.K.Wardani (2010 : 4.31) metode bermain merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok maupun individu untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan hasil suatu usaha, kemampuan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal dibidang pendidikan.

Menurut Y.Sukarmin (2013 : 1) metode bermain adalah suatu model pembelajaran atau pendekatan pembelajaran yang menggunakan bermain sebagai media untuk mengimplementasikan, menggabungkan pengalaman belajar melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga dalam suasana interaksi dan komunikasi edukatif yang menarik antara guru dan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai materi yang diajarkan.

Dengan melalui metode bermain dapat dilakukan pembelajaran, karena siswa senang belajar sambil bermain. Guru dapat menjelaskan kepada para siswa tentang arti kebersamaan, dan berbagai rasa bersama teman – temannya, sehingga siswa tidak bersikap menang sendiri, dapat menerima kekalahan dan tidak sombong apabila menang dalam bermain.

Kerangka Berpikir

Metode bermain dapat meningkatkan hasil pembelajaran gerak dasar guling depan, dimana guru dan siswa sama – sama berinteraksi aktif. Guru berusaha aktif menciptakan pembelajaran yang menyenangkan yang dimulai dari gerak dasar dari yang mudah ke yang sukar, siswa melakukan berbagai macam gerak dasar guling samping dengan mengimajinasikan gerak menirukan lidi berputar, menirukan drom berputar, menirukan bola berputar selanjutnya melakukan gerak dasar guling depan yang sesungguhnya dan menggunakan sumber, alat bantu belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga matras sehingga anak tidak merasa takut melakukan gerak dasar guling depan sendiri. Dengan metode bermain perlu dikembangkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani terutama untuk merencanakan pembelajaran yang tetap mengacu pada kebutuhan siswa, baik fisik maupun mental. Metode bermain merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok maupun individu untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan hasil suatu usaha, kemampuan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal dibidang pendidikan.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suharsimi Arikunto.(2010:130).” Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.” Model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukkan langkah,yaitu: (a) perencanaan (planning), (b) tindakan (acting), (c) pengamatan( observing) (d) refleksi (reflecting).

Maksud dari model penelitian tindakan kelas di atas, sebelum mengadakan pembelajaran, guru harus membuat perencanaan. Setelah melaksanakan perencanaan, guru mengadakan tindakan berupa proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru dan kolaborator mengadakan pengamatan terhadap kejadian dalam proses pembelajaran. Setelah pembelajaran usai dan mengetahui hasil yang dicapai, guru mengadakan refleksi diri terhadap pelaksanaan pembelajaran tentang keberhasilan dan kegagalan. Dari siklus pertama bila peneliti menilai masih ada kekurangan maka dapat diperbaiki pada siklus berikutnya dengan memperbaiki atau mengembangkan sesuai dengan kebutuhan. Siklus dalam model penelitian tindakan kelas di atas baru berhenti apabila tindakan yang dilakukan telah berhasil dan dievaluasi dengan baik. Akan tetapi dari siklus pertama bila peneliti sudah menemukan tarjet keberhasilan, hasil lebih baik dari tahun sebelumnya sesuai dengan pathokan penilaian KKM yang ditentukan maka penelitian tidak dilanjutkan.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan mulai dari siklus pertama, setiap siklus dua (2) kali tatap muka, dan setiap tatap muka menggunakan alokasi waktu 3 x 35 menit dengan tenggang waktu antar siklus satu minggu. Setiap pertemuan pembelajaran senam lantai menggunakan metode bermain.

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Tuntang 03 Kec. Tuntang Kabupaten Semarang kelas II semester II tahun Pelajaran 2016 / 2017. Penelitian yang dilaksanakan dalam dua pertemuan ini akan mengaplikasikan pembelajaran dengan pokok permasalahan bagaimana cara meningkatkan hasil belajar penguasaan gerak dasar guling depan dengan menggunakan metode bermain.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri Tuntang 03 dengan jumlah siswa 28 yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah putaran siklus, komponen tersebut yaitu ( Suharsimi Arikunto, 2010:138- 140) :

  1. Perencanaan atau Planning, yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
  2. Tindakan atau acting, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan di dalam kancah, yakni mengenakan tindakan di kelas.
  3. Pengamatan atau observasing, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat.
  4. Refleksi atau reflekting, kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas ini berupa catatan tentang hasil amatan. Hasil amatan tersebut dikumpulkan melalui pengamatan (data lembar observasi) digunakan untuk menilai proses pembelajaran yang dilakukan guru, hasil tes siswa ( tes unjuk kerja) digunakan untuk menilai hasil belajar siswa dalam melakukan guling depan, dan angket digunakan untuk menilai proses pembelajaran dari siswa. Pengisian angket mengenai pembelajaran gerak dasar guling depan dari akhir siklus yang diberikan oleh peneliti. Instrumen – Instrumen tersebut berbentuk: RPP, Instrumen Pengamatan Kelas Terhadap Guru, Instrumen Penilaian Keterampilan Guling Depan, dan Fom Tes Unjuk Kerja Siswa Keterampilan guling Depan, Instrumen Angket Siswa Tentang Pembelajaran Gerak Dasar Guling Depan Dengan Metode Bermain yang terdapat pada lembar lampiran.

Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa data-data dalam bentuk lembar observasi dan tes hasil pembelajaran senam gerak dasar guling depan.

Analisis data lembar observasi dan angket

Data observasi diperoleh pada setiap tindakan untuk menilai proses pembelajaran guru di kelas dan diskusi dengan kolaborator. Sedangkan angket digunakan untuk menilai pembelajaran yang diberikan guru sudah berhasil atau belum berhasil. Setelah terkumpul, kedua data disajikan secara deskriptif pada hasil penelitian.

Tes unjuk kerja siswa terhadap pembelajaran gerak dasar guling depan.

Hasil pembelajaran gerak dasar guling depan yang dilaksanakan pada akhir pertemuan dihitung nilai rata- rata, kemudian dikategorikan dalam batas- batas penilaian yang didasarkan pada ketuntasan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan. Analisis data hasil guling depan siswa dinilai secara kualitatif dan kuantitatif. Dengan keberhasilan tindakan apabila anak sudah mencapai KKM ( Kriteria Kentuntasan Minimal) untuk gerak dasar guling depan kelas II semester tahun pelajaran 2016 / 2017 SDN Tuntang 03 adalah 75. Target keberhasilan 80% dari 28 siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Deskripsi Kondisi Awal

Perencanaan Tindakan

Pada penelitian awal, peneliti belum menerapkan model pembelajaran bermain pada latihan gerak dasar guling depan pelajaran Penjasorkes Kelas II SD Negeri Tuntang 03 Kec. Tuntang Kabupaten Semarang. Tujuan yang diharapkan pada pertemuan pertama dalam pembelajaran adalah mengetahui sejaiuh mana kemampuan awal siswa melakukan teknik gerak dasar guling depan. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran, lembar tes dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi gerak dasar guling depan.

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk Kondisi Awal dilaksanakan pada tanggal 7 dan 8 Maret 2017 di kelas II SD Negeri Tuntang 03 Kec. Tuntang Kabupaten Semarang dengan jumlah siswa 28 anak. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.

Dari 28 siswa, rata-rata hasil belajar gerak dasar guling depan oleh siswa sebesar 69,64 maka dapat diketahui bahwa hasil belajar gerak dasar guling depan oleh siswa Kelas II SD N Tuntang 03 masih di bawah standar ketuntasan belajar 75.

Perolehan hasil belajar lari estafet pada prasiklus yang mencapai dengan ketuntasan belajar ada 10 siswa (35,71%).

Observasi

Observasi terhadap aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan lembar pengamatan dan hasil tes perbuatan dalam kelompok siswa. Adapun pengamatan terhadap perilaku siswa dalam pembelajaran meliputi: (1) memperhatikan teknik gerak dasar guling depan yang disampaikan guru, (2) menjawab pertanyaan guru, (3) melakukan tugas membentuk kelompok yang diperintahkan guru, (4) berlatih gerak dasar guling depan dalam kegiatan individu, (5) antusias siswa dalam latihan teknik gerak dasar guling depan.

Refleksi

Dari hasil refleksi Kondisi awal, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran sebelum menggunakan model pembelajaran bermain sudah cukup baik namun hasil belajar siswa belum optimal. Berdasarkan observasi, guru masih sedikit memberikan penguatan positif kepada siswa, terutama dalam melakukan apersepi dan dalam memberi contoh teknik gerak dasar guling depan. Dalam membentuk kelompok, peran guru masih terlihat dominan dan menguasai kelas.

Pada kondisi awal hasil belajar masih rendah, terlihat pada hasil tes, dari sejumlah 28 siswa, rata-rata 69,64 hanya 10 siswa yang tuntas belajar (35,71%).

Hasil Penelitian Siklus I

Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran, tes, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk Siklus I dilaksanakan pada tanggal 28 dan 29 Maret 2017 di SD Negeri Tuntang 03 Kec. Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016/2017. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada Kondisi Awal sehingga kesalahan atau kekurangan pada Kondisi Awal tidak terulang lagi pada Siklus I. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Selanjutnya dari refleksi pada siklus I, peneliti melaksanakan pembelajaran pada Siklus I yang memfokuskan pada metode pembelajaran bermain. Dengan penerapan metode pembelajaran bermain, peran guru tidak lagi terlalu dominan. Guru sudah lebih mudah dalam membentuk kelompok kecil dan menggunakan media secara efektif dan efisien, serta banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dengan menambah latihan. Penguatan positif yang diberikan guru kepada siswa lebih bertambah, siswa terlihat aktif dalam proses pembelajaran, banyak siswa yang sudah lebih terampil melakukan teknik gerak dasar guling depan.

Rata-rata hasil belajar gerak dasar guling depan oleh siswa sebesar 74,29 maka dapat diketahui bahwa secara klasikal hasil belajar gerak dasar guling depan oleh siswa Kelas II SDN Tuntang 03 tersebut belum mencapai standar ketuntasan belajar 75, namun yang mencapai ketuntasan belajar mencapai 75% sudah ada peningkatan.

Hasil belajar gerak dasar guling depan melalui pembelajaran Siklus I yang mencapai dengan ketuntasan belajar pada ada 19 siswa (67,86%).

Observasi

Observasi terhadap aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan lembar pengamatan dengan aspek pengamatan masing-masing individu.

Refleksi

Selanjutnya dari refleksi pada prasiklus, peneliti melaksanakan penelitian pembelajaran pada siklus I. Kelemahan-kelemahan pada Kondisi Awal (Prasiklus) sudah bisa diperbaiki dan aktivitas siswa meningkat. Kelemahan yang terjadi pada aktivitas siswa dalam melakukan teknik gerak dasar guling depan yang ditugaskan guru dan dalam menjawab pertanyaan guru.

Pada Siklus I hasil belajar sudah meningkat, terlihat pada hasil tes, dari sejumlah 28 siswa, yang mencapai dengan ketuntasan belajar ada 18 (67,86%) dengan rata-rata 74,29.

Pada siklus I ini, hasil pembelajaran dengan metode bermain sudah ada peningkatan namun belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu siswa yang mencapai nilai tuntas 75 belum mencapai 80%, maka perlu dilakukan tindakan siklus II.

Hasil Penelitian Siklus II

Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran, soal tes formatif, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 4 dan 5 April 2017 di SD Negeri Tuntang 03 Kec. Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016/2017. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada Siklus I.

Berdasarkan refleksi pada Siklus I peneliti melaksanakan penelitian pembelajaran pada Siklus II. Pengingkatan keterampilan terjadi pada: pengelolaan siswa/kelas dengan melibatkan siswa, memberikan kesempatan kepada kelompok-kelompok ataupun individu untuk melakukan teknik gerak dasar guling depan, melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi dan tujuan, dan melakukan refleksi dengan melibatkan siswa.

Selanjutnya dari refleksi pada Siklus I peneliti melaksanakan penelitian pembelajaran pada Siklus II. Kelemahan-kelemahan pada Siklus I sudah bisa diperbaiki dan aktivitas siswa meningkat. Dengan penerapan metode pembelajaran bermain, peran guru tidak lagi dominan. Guru sudah banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dan penguat positif yang diberikan guru kepada siswa lebih bertambah.

Rata-rata hasil belajar gerak dasar guling depan oleh siswa pada siklus II sebesar 76,79 maka dapat diketahui bahwa secara keseluruhan hasil belajar gerak dasar guling depan oleh siswa Kelas II SDN Tuntang 03 sudah mencapai standar ketuntasan belajar 75, dan yang mencapai ketuntasan belajar sudah lebih 80%.

Perolehan hasil belajar gerak dasar guling depan melalui penerapan pembelajaran bermain pada Siklus II yang mencapai dengan ketuntasan belajar ada 24 siswa (85,71%).

Observasi

Observasi terhadap aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan lembar pengamatan berdasarkan kemampuan tim kelompok siswa.

Refleksi

Pada Siklus II hasil belajar sudah meningkat, terlihat pada hasil tes, dari sejumlah 28 siswa, yang mencapai dengan ketuntasan belajar ada 24 (85,71%).

Pada siklus II ini, ketuntasan belajar teknik gerak dasar guling depan dengan metode pembelajaran bermain sudah tercapai, lebih dari 80% siswa mencapai ketuntasan belajar dengan nilai ≥ 75.

Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Siklus I

Pada tindakan Siklus I guru mulai memfokuskan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran bermain, tapi baru pada tahap pembentukan kelompok yang efektif. Penggunaan metode pembelajaran mermain ini terkait dengan teori Yustinus Sukarmin (2013:1) muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka lakukan dengan bermain. Guru membantu siswa bekerja dalam kelompok / individu untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks.

Pada kondisi awal, rata-rata nilai 64,64 dengan tingkat ketuntasan belajar 35,71%. Pada Siklus I hasil belajar sudah meningkat, terlihat pada hasil tes, dari sejumlah 28 siswa, yang mencapai dengan ketuntasan belajar ada 18 siswa (64,29%) dengan rata-rata 71,25. Peningkatan rata-rata nilai 6,61 dan peningkatan ketuntasan belajar 28,57%.

Siklus II

Pada penelitian Siklus II adalah penerapan metode pembelajaran bermain lebih intensif. Dalam pelaksanaannya, guru sudah menerapkan metode ini dengan baik. Pengingkatan keterampilan terjadi pada kegiatan awal yaitu guru melibatkan siswa dalam menyiapkan dan pemanfaatan gerak dasar guling depan lebih efektif.

Dalam siklus I, siswa tidak bisa langsung mengikuti pembelajaran untuk memahami materi pelajaran dari guru, tapi waktunya tersita untuk pembimbingan individu yang menimbulkan beberapa keributan ketika harus melakukan gerak dasar guling depan secara bersama-sama.

Dalam metode Pembelajaran bermain Siklus II siswa diberi kesempatan latihan untuk melakukan teknik gerak dasar guling depan. Para siswa juga berkesempatan untuk berlatih strategi dan teknik gerak dasar guling depan yang sudah dipelajari. Metode pembelajaran bermain juga dapat melatih siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang mengutamakan aktivitas fisik yang menyenangkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kegiatan tersebut, siswa menjadi aktif dan keterampilan siswa pun bertambah.

Pada Siklus II hasil belajar sudah meningkat, terlihat pada hasil tes, dari sejumlah 28 siswa, yang mencapai dengan ketuntasan belajar ada 24 siswa (85,71%) dengan rata-rata 76,79. Peningkatan rata-rata nilai 2,50 dan peningkatan ketuntasan belajar 17,85%.

Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Pada kondisi awal nilai rata-rata 69,64; (b) pada Siklus I rata-rata 74,29; (c) pada Siklus II hasil belajar rata-rata 76,79. Pencapaian KKM pada Kondisi awal pencapaian KKM ada 10 siswa (35,71%); pada Siklus I ada 19 siswa (67,86%); dan pada Siklus II yang mencapai ketuntasan ada 24 siswa (85,71%).

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran bermain dapat meningkatkan hasil belajar Penjasorkes tentang gerak dasar guling depan pada siswa kelas II SD Negeri Tuntang 03 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

Metode bermain ini memberikan kesempatan siswa belajar secara mandiri dan berkelompok untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar guling depan secara sportif. Dengan cara ini, siswa yang tadinya merasa sulit ketika berlatih sendiri menjadi lebih semangat belajar karena metode beermain ini kecuali menyenangkan, siswa juga dapat mengembangkan keterampilan fisik secara maksimal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran gerak dasar guling depan di kelas II SD Negeri Tuntang 03 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang dapat ditingkatkan dengan metode bermain, dapat dilihat dari peningkatan nilai yang diperoleh siswa, secara keseluruhan terdapat 28 siswa dengan ketuntasan 85,71% ( 24 siswa) dan 4 siswa atau 14,29% belum tuntas belajar. Penelitian ini telah mencapai indikator keberhasian penelitian yaitu 80% siswa mempunyai ketuntasan belajar minimal pada kategori tuntas belajar dengan Kriteria Ketuntasan Minimum sebesar 75, sehingga tidak perlu adanya tindakan lanjut pada siklus selanjutnya.

 

 

Implikasi Hasil Penelitian

Dengan diketahuinya peningkatan efektivitas hasil pembelajaran gerak dasar guling depan dengan metode bermain kelas II SD Negeri Tuntang 03 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, hasil penelitian ini mempunyai implikasi praktis bagi pihak-pihak yang terkait utamanya bagi pelaku pendidikan jasmani, yaitu:

  1. Hasil penelitian ini sebagai sarana mengevaluasi keberhasilan dalam pembelajaran yang mampu memperhatikan keaktifan dan hasil belajar siswa.
  2. Peningkatkan ketuntasan belajar siswa melalui pembelajaran dengan metode bermain akan memudahkan siswa dalam memahami dan mempraktikan keterampilan gerak dasar guling depan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian mengenai peningkatan hasil pembelajaran gerak dasar guling depan dengan metode bermain kelas II SD Negeri Tuntang 03 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran yang sekiranya dapat dijadikan masukan/pertimbangan:

  1. Untuk guru, dalam proses pembelajaran sebaiknya harus mengemas pembelajaran yang mudah dimengerti, dipahami dan dipraktikkan oleh siswa agar peningkatan hasil pembelajaran siswa dapat dimaksimalkan.
  2. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran, modifikasi media dan pengemasan pembelajaran yang lebih beragam dalam setiap materi ajar agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Keterbatasan Penelitian

Peneliti berusaha keras memenuhi segala ketentuan yang dipersyaratkan, namun bukan berarti penelitian ini tanpa kelemahan dan kekurangan. Beberapa kelemahan dan kekurangan yang dapat dikemukakan disini antara lain:

  1. Peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi hasil tes, seperti waktu istirahat, kondisi tubuh, faktor psikologis, dan sebagainya.
  2. Peneliti sudah berusaha mengontrol kesungguhan tiap-tiap siswa dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Mahendra. (2001). Pembelajaran Senam di sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Aip Syarifuddin.(1993). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta:Proyek Pembina Tenaga Kependidikan Dirjen Dikti Depdikbud

B.E.F. Montolalu, dkk.(2008). Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka. Depdiknas.(2003). Udang-Undang RI No.20 tentang Sistim Pendidikan Nasional. Jakarta: Dikdasmen. Hernowo. (2008). Guru Menjadi yang Mau dan Mampu Mengajar Secara Menye nangkan. Cetakan ke 8. Bandung: Mizan Learning Center.

 

Narti.(2011).Upaya peningkatan Pembelajaran Senam Lantai Guling Depan Melalui Pendekatan Bermain.Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

Farida Mulyaningsih.(2010).PendidikanJasmani Olahraga & Kesehatan.Jakarta.Bse.

Hendra Agusta.(2009). Pola Gerak Dalam Senam 2.Jakarta.CV.Ipa Abong.

Margaret E. Bell Gredler.(1994). Belajar dan Membelajarkan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Akhmad Sudrajat.(2008) Teori-Teori Belajar. Online. Diakses dari http://akhmadsudrajat.Wordpress.com/2008/02/02/teori-teoribelajar.

Biasworo Adisuyanto Aka.(2009). Cerdas Dan Bugar Dengan Senam Lantai.

Surabaya.PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Wardani.( 2010). Perpektif Pendidikan SD.Jakarta Universitas Terbuka. Etty Kartika dan Ngadi Marsinah.( 2010). Perpektif Pendidikan SD. Jakarta UT.