UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA

MATERI KONSEP CERMIN MELALUI METODE DEMONSTRASI

PADA SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 2 SLAWI

SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Saryoko

SMP Negeri 2 Slawi

 

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar khususnya pada kompetensi dasar Cermin pada kelas VIII G SMP Negeri 2 Slawi pada semester 2 tahun pelajaran 2019/2020 melalui metode Demonstrasi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Slawi pada semester 2 tahun pelajaran 2019/2020 sejumlah 30 siswa. Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:(1)apakah dengan menerapkan metode demonstrasi dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA?, (2) apakah dengan menerapkan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA?, (3) seberapa besarkah peningkatan keaktifan dan hasil belajar IPA materi konsep cermin pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Slawi semester 2 tahun pelajaran 2019/2020 dengan diterapkannya metode demonstrasi?. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, dengan masing-masing siklus dilaksanakan dengan 4 (empat) tahapan yaitu ; perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian tindakan kelas adalah: (1) melalui penerapan metode demonstrasi secara kongkrit dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA sebesar 17,53%, yaitu dari siklus 1 sebesar 60,80% dengan kriteria cukup aktif menjadi 77,33% pada siklus 2 dengan kriteria aktif, (2) penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA, (3) peningkatan hasil belajar sebesar 4,10%, yaitu pada siklus 1 sebesar 72,40% meningkat menjadi 76,50% pada siklus 2.

Kata kunci: belajar IPA, metode demonstrasi, siswa kelas VII SMP

 

PENDAHULUAN

Mata pelajaran IPA oleh sebagian siswa dianggap sebagai pelajaran yang sulit. Hal ini dibuktikan dari hasil Ujian Sekolah (US) maupun Ujian Nasional (UN), nilai mata pelajaran IPA selalu rendah dari mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika. Juga hasil ulangan harian, tugas maupun nilai akhir semesteran rata-rata dalam satu kelas 60% siswa masih mendapat nilai di bawah KKM. Persoalannya apakah pada siswa atau guru sehingga banyak siswa yang mendapat nilai rendah pada mata pelajaran IPA. Banyak alasan yang dapat dikemukakan diantaranya nilai input siswa rendah ketika masuk SMP, perilaku yang cenderung malas, dan kompetensi siswa rendah sedangkan pada guru diantaranya karena guru kurang kreatif, inovatif dalam penggunaan media, model maupun metode pembelajaran yang tepat.

Dari 30 siswa kelas VIII G sekitar 65% tidak aktif ketika proses kegiatan belajar mengajar IPA di kelas dan nilai UAS semester 1 yang tuntas belajar sebanyak 8 siswa (26,67%) dan yang belum tuntas belajar sebanyak 22 siswa (73,33%). Tidak ada siswa yang bertanya pada guru mengenai materi yang disampaikan, hanya diam mendengarkan. Kemampuan siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru tidak sesuai dengan harapan yang ada pada tujuan pembelajaran. Untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA, guru menggunakan metode demonstrasi.

Diharapkan dengan diterapkannya metode demonstarsi, pembelajaran IPA siswa menjadi aktif dan hasil belajar juga akan meningkat. Tertarik dengan permasalahan di atas, akan peneliti kaji lewat Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Upaya meningkatan Keaktifan DanHasil Belajar IPA Materi Konsep Cermin Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas VIII G SMP Negeri 2 Slawi Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang perlu dikaji dan diteliti adalah: (1) Bagaimanakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA materi konsep Cermin pada siswa kelas VIII G SMPN 2 Slawi Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020? (2) Bagaimanakah penerapan metode Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi konsep cermin pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Slawi Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020?.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Meningkatkan keaktifan belajar belajar IPA materi konsep cermin pada siswa kelas VIII GSMPN 2Slawi Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan diterapkannya metode demonstrasi. (2) Meningkatkan hasil belajar IPA materi konsep Cermin siswa kelas VIII G SMPN 2 Slawi Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan diterapkanya metode demonstrasi.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Keaktifan Belajar

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Keaktifan yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Menurut Anton M. Mulyono (2001:26) keaktifan artinya “kegiatan atau aktivitas”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Sedangkan aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Belajar menurut Uno (2011:15) adalah proses perubahan perilaku seseorang setelah mempelajari suatu objek (pengetahuan, sikap, atau keterampilan) tertentu. Sedangkan menurut Slameto (2010:2) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi aktivitas belajar menurut Sardiman (2008:100) adalah keaktifan yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar,kedua keaktifan itu harus saling berkaitan.

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivit9as siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.

Jenis-jenis Keaktifan Belajar

Berdasarkan pengetahuan tentang keaktifan diatas, diharapkan kepada guru untuk dapat mengembangkan keaktifan belajar siswa. Menurut Paul B. Diedrich (dalam Sardiman 2008:101) beberapa macam kegiatan siswa antara lain dapat digolongkan sebagai berikut: (1) Visual actiities, misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. (2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi. (3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. (4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket. (5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. (6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain, berkebun, beternak. (7) Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. (8) Emotional activities, misalnya minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang, gugup.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keakttifan belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar, yaitu: (1) Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar). Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya. (2) Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar). Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.

Indikator keaktifan Belajar

Untuk dapat mengukur keaktifan siswa dalam pembelajaran, perlu kiranya bagi kita mengetahui terlebih dahulu komponen-komponen indikator keaktifan belajar siswa. Berikut delapan indikator keaktifan belajar: (1) Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (2) Interaksi siswa dengan guru (3) Interaksi siswa dengan siswa (4) Kerjasama kelompok (5) Keaktifan belajar siswa dalam diskusi kelompok (6) Keaktifan belajar siswa dalam melaksanakan pembelajaran (7) Keterampilan siswa dalam menggunakan alat peraga (8) Partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi. Indikator keaktifan dalam pembelajaran adalah: (1) Sering bertanya kepada guru atau siswa lain (2) Mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru (3) Mampu menjawab pertanyaan (4) Senang diberi tugas belajar (5) Keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional dan intelektual (6) Siswa belajar secara langsung (7) Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif (8) Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan sumber belajar.

Dari pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa indikator keaktifan belajar siswa merupakan variabel kendali yang dapat digunakan untuk mengukur perubahan yang terjadi pada diri siswa selama atau setelah mengikuti proses sebuah kejadian ataupun kegiatan pembelajaran di kelas.

Berikut beberapa indikator keaktifan belajar yang digunakan penulis dalam penelitian ini antara lain: (1) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru (2) Menunujukan sikap ketertarikan terhadap pelajaran (3) Keaktifan siswa dalam kelompok (4)Kemampuan mengemukakan pendapat dalam kelompok (5) Kemampuan siswa mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari- hari (6) Kemampuan siswa memanfaatkan waktu (7) Kemampuan siswa membangun ide (8) Kemampuan siswa berfikir kritis (9) Kemampuan siswa menggunakan alat peraga (10) Kemampuan siswa menarik kesimpulan

Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Menurut Sukmadinata (2007:102) mengatakan hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku. Untuk mengetahui perkembangan sampai dimanahasil yang telah dicapai oleh seorang siswadalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi sesuaikriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telahditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besarpengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa.

Menurut Nana Sudjana (2009:21-23) hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah yaitu: (1) Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasilbelajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, ingatan,pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi; (2) Ranah Afektif, yaituberkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima spek, yakni penerimaan, jawabanatau reaksi, penelitian, organisasi, dan internalisasi; (3) Ranah Psikomotorik, yaituberkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilankompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Metode Demonstrasi

Pengertian Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi menurut Sri Anitah W. (2008:5. 25) merupakan metode yang menyajikan bahan pelajarandengan mempertunjukan secara langsung obyek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Sedangkan menurut Syah (2007:208) metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung amupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.

Menurut Nana Sudjana (2009:21) tujuan dari metode demonstrasi adalah untuk memperagakan atau mempertunjukkan suatu keterampilan yang akan dipelajari siswa. Dengan menggunakan metode demonstrasi, guru atau siswa memperlihatkan kepada seluruh anggota kelas mengenai suatu proses.

Langkah-langkah Kegiatan Demonstrasi

Menurut Hasibuan dan Mujiono (2006:31) langkah-langkah perencanaan dan persiapan yang perlu di tempuh agar metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan baik adalah: (1) Perencanaan: (a) Merumuskan tujuan yang jelas, baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat di tempuh setelah metode demonstrasi berakhir (b) Menetapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan (c) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan (d) Selama demonstrasi berlangsung, seorang guru hendaknya intropeksi diri apakah: keterangan-keterangannya dapat di dengar dengan jelas oleh siswa, semua media yang digunakan ditempatkan pada posisi yang baik sehingga setiap siswa dapat melihat, siswa disarankan membuat catatan yang di anggap perlu, menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan siswa. (2) Pelaksanaan: (a) Memeriksa hal-hal di atas untuk kesekiankalinya, (b) Memulai demonstrasi dengan menarik perhatian siswa, (c) Mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar demonstrasi mencapai sasaran (d) Memperhatikan keadaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik (e) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa yang di lihat dan di dengar dalam bentuk mengajukan pertanyaan (f) Menghindari ketegangan, oleh karena itu guru hendaknya selalu menciptakan suasana yang harmonis. (3) Evaluasi, sebagai tindak lanjut setelah diadakanya demonstrasi sering diiringi dengan kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan ini dapat berupa pemberian tugas seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut. Selain itu, guru dan siswa mengadakan evaluasi terhadap demonstrasi yang dilakukan, apakah sudah berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan.

Pembelajaran IPA di SMP

Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA berasal dari kata sains yang berarti alam. Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains menurut Maslichah Asy’ari (2006:76)adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol. Penjelasan ini mengandung maksud bahwa sains selain menjadi sebagai produk juga sebagai proses. Sains sebagai produk yaitu pengetahuan manusia dan sebagai proses yaitu bagaimana mendapatkan pengetahuan tersebut.

Sedangkan menurut Trianto (2010:136) IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan pembelajaran IPA di SMP menurut Trianto (2010:143) diharapkan dapat memberikan antara lain: (1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. (2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan dan hubungan antara sains dan teknologi. (3) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan observasi. (4) Sikap ilmiah antara lain skeptis, kritis, sensitive, objektif, jujur, terbuka, benar dan dapat bekerja sama. (5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam. (6)Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi.

Kerangka Berpikir

Untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna, seorang guru dituntut untuk bisa mengadopsi dan melaksanakan metode pembelajaran yang baik. Salah satu metode pembelajaran yang baik adalah demonstrasi. Siklus I menggunakan metode demonstrasi, siswa dikelompokkan menjadi empat kelompok. Siklus II menggunakan metode demonstrasi, siswa dikelompokkan menjadi delapan kelompok.

Keadaan ini mengharuskan guru melaksanakan pembelajaran dengan prinsip Paikem yaitu pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Penerapan metode pembelajaran demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan aktifitas, minat, kreatifitas dan motivasi serta hasil belajar siswa.

Metode demonstrasi yang digunakan dalam pembelajaran IPA dapat dilihat dari siklus berikut ini: Tindakan siklus I dilakukan dengan cara menggunakan metode demontrasi dimana dikelompokkan menjadi 4 kelompok, sedangkan siklus II dilakukan dengan cara dikelompokkan menjadi 8 kelompok. Harapan akhir diharapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran IPA.

METODE PENELITIAN

Objek Tindakan

Obyek tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa kelas VIII GSMP Negeri 2 Slawi Kabupaten Tegal Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020.

Setting Penelitian

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Slawi Jalan Dr. Cipto Mangun Kusumo No. 8, Dukuh Salam Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal.

Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama enam bulan mulai minggu pertama bulan Januar hingga minggu pertama bulan Juni 2020.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Slawi Kab. Tegal Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan jumlah siswa 30 terdiri atas 16 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah teknik tes. Adapun teknik pelaksanaannya dilakukan disetiap akhir siklus, dan alat pengumpulan data yang digunakan adalah berupa soal tes bentuk pilihan ganda dan uraian. Selain teknik tes dalam penelitian ini juga digunakan teknik pengumpulan data non tes yaitu dengan lembar pengamatan untuk memperoleh data tentang keaktivan belajar yang dilakukan oleh peneliti yang dibantu observer yang ditunjukan pada siswa.

Alat Pengumpulan Data

Berdasarkan variabel yang diteliti, maka digunakan 2 (dua) jenis pengumpulan data yaitu: (1) Lembar Observasi (pengamatan) Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data observasi dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran pada setiap siklus penelitian. Pengamatan dilakukan pada saat dilaksanakan proses pembelajaran berlangsung. (2) Tes Hasil Belajar, berupa soal/pertanyaan yang terkait dengan materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa sebagai alat pengukuran hasil belajar siswa. Bentuk soal pilihan ganda dengan jumlah 20 soal.

Analisis Data

Data Observasi Keaktifan Belajar Siswa

Keaktifan belajar siswa diukur dengan menggunakan lembar observasi yang berisi 10 indikator. Masing-masing indikator diberi skor 0, 1,dan 2. Skor 0 jika siswa tidak aktif melakukan sesuai indikator, skor 1 jika siswa kurang aktifmelakukan sesuai indikator, skor 2 jika siswa aktif melakukan sesuai indikator. Skor maksimal yang diperoleh adalah20. Selanjutnya skor indikator yang diperoleh dari observer pada proses pembelajaran dijumlah dan dihitung prosentasinya dengan menggunakan rumus:

Jumlah skor yang diperoleh

% skor keaktivan siswa =          ———————————-      x 100%

Skor maksimal

Data Hasil Belajar

Data hasil belajar siswa diperoleh dari tes tertulis berbentuk pilihan ganda yang dilakukan setiap akhir siklus menggunakan soal tertulis berbentuk pilhan ganda berjumlah 20 soal. Masing-masing soal diberi skor 1, jumlah soal benar dikali 5. Nilai akhir dihitung dengan rumus:

Skor perolehan

Nilai Akhir =                              x 100

Skor Maksimal

Sumber Data

Dilihat dari asalnya, data dibedakan menjadi dua data primer dan data sekunder. Sumber data primer diperoleh dari hasil nilai siswa dalam mengerjakan soal. Data dari pengamat teman sejawat merupakan data sekunder. Sumber data sekunder diperoleh dari pengamatan. Dilihat dari bentuk data, ada dua macam bentuk data yaitu data kuantitatif dan data kualitatif data kompetensi mengerjakan soal merupakan data kuantitatif. Data hsil pengamatan keaktifansiswa merupakan data kualitatif.

 Indikator Keberhasilan Penelitian

Indikator keberhasilan kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: (1) Meningkatnya keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran IPA sebesar76%ke atas dengan kriteria aktif yang ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat perhatian siswa, antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran. (2) Meningkatnya hasil belajar IPA dengan ketuntasan perorangan mencapai nilai KKM IPA yaitu72 meningkat minimal 80%. Ketuntasan klasikal jika siswa yang mencapai tuntas minimal 85%.

Prosedur Penelitian

Obyek tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan model demonstrasi untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA materi cermin pada sisawa kelas VIII G SMP Negeri 2Slawi semester 2 Tahun pelajaran 2019/2020. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model rancangan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Prosedur action research berupa siklus spiral yang terdiri dari empat komponen yaitu: Planning, Implementing, Observing, dan Reflecting.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus 1

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 17 dan 19 Februari 2020 dilanjutkan tanggal 22 Februari 2020 untuk kegiatan post tes. Pada siklus ini, materi yang disampaikan guru tentang materi konsep Cermin pada cermin datar dan cermin cekung. Uraian pokok kegiatan pembelajaran pada siklus 1 terdiri atas 4 tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan dan refleksi.

Pengamatan dilaksanakan selama pembelajaran baik pada proses tindakan maupun hasil tindakan. Pengamatan dilakukan oleh observer untuk mencatat semua aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi maupun proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti selaku guru mata pelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam proses pembelajaran siklus 1 pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi pada siklus 1 belum adanya peningkatan aktivitas belajar yang berarti. Dari 30 siswa, 5 siswa atau 16,62% memiliki kriteria aktif, 14 siswa atau 46,62% memiliki kriteria cukup aktif, dan 9 siswa atau 29,97% memiliki kriteria kurang aktif dan 2 siswa atau 6,66% memiliki kriteria tidak aktif.

 Hasil Belajar siswa dari post tes pada siklus 1 sebagai berikut: (1) Siswa yang telah tuntas belajar atau memiliki nilai sama atau di atas KKM adalah 12 siswa dari 30 siswa atau 39,96%. (2) Siswa yang belum tuntas belajar atau memiliki nilai kurang dari KKM adalah 18 siswa dari 30 siswa atau sebesar 59,94%.

Dari hasil tes terlihat bahwa untuk kriteria ketuntasan minimum (KKM) mata pelajaran IPA kelas VIII G Semester 2 yang ditetapkan yaitu 72,0 pada hasil post test baru mencapai 39,96%. Hasil itu masih belum mencapai 80% sebagai batasan keberhasilan dalam pembelajaran, sehingga akan ditindaklanjuti dengan perbaikan pada siklus ke-2. Belum tercapainya pencapaian ketuntasan belajar siswa 80% diperkirakan karena pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dianggap masih asing bagi siswa, sehingga perlu waktu agar siswa memahami dan mendalami pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi.

Siklus II

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 2 dan 4 Maret 2020 dilanjutkan tanggal 7 Maret 2020 untuk kegiatan post tes. Pada siklus ini, materi yang disampaikan guru adalah memperjelas materi tentang hasil cermin dan faktor-faktor yang mempengaruhi cermin. Uraian pokok kegiatan pembelajaran pada siklus II terdiri atas 4 tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan dan refleksi.

Pengamatan dilaksanakan selama pembelajaran baik pada proses tindakan, maupun hasil tindakan. Pengamatan dilakukan oleh observer untuk mencatat semua aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi maupun proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti selaku guru mata pelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siklus II diperoleh data keaktifan belajar sebagai berikut: dari 30 siswa, 23 siswa atau 76,59% memiliki kriteria aktif, 6 siswa atau 19,98% memiliki kriteria cukup aktif, dan 1 siswa atau 3,33% memiliki kriteria kurang aktif.

Data nilai hasil belajar berupa post tes siswa pada siklus II sebagaimana berikut: (1) Siswa yang telah tuntas belajar atau memiliki nilai sama atau di atas KKM adalah 26 siswa dari 30 siswa atau 86,58%. (2) Siswa yang belum tuntas belajar atau memiliki nilai kurang dari KKM adalah 4 siswa dari 30 siswa atau sebesar 13,32%.

Dari data nilai terlihat bahwa untuk kriteria ketuntasan minimum (KKM) mata pelajaran IPA kelas VIII G Semester 2 yang ditetapkan yaitu 72 pada hasil post test siklus II mencapai 86,68%. Hasil itu melampaui kriteria atau indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian yaitu 80%. Oleh karena itu penelitian diakhiri.

Pembahasan Hasil Penelitian

Pencapaian Indikator Aktivitas Belajar Siswa

Dari hasil pengamatan terlihat bahwa aktivitas siswa dalam belajar IPA mengalami peningkatan. Hal ini bisa dibuktikan dari persentase keaktifan belajar pada siklus 1 dan siklus II. Siswa yang keaktifan belajarnya kriteria aktif pada siklus 1 meningkat dari 5 siswa atau 16,65% menjadi 23 siswa atau 76,59% pada siklus II. Sedangkan siswa yang tingkat keaktifannya kriteria cukupaktif berkurang dari 14 siswa atau 46,62% menjadi 6 atau 19,98%, dan siswa yang tingkat aktifitas belajarnya dengan kriteria kurang aktif berkurang dari siklus 1 ada 9 siswa atau 29,97 menjadi hanya 1 siswa atau 3,33%dan siswa yang tingkat aktifitasnya tidak aktif juga berkurang dari 2 siswa atau 6,66% menjadi 0 siswa atau 0% pada siklus II. Dan rata-rata peningkatan keaktifan belajar adalah 17,53% yaitu pada siklus 1 rata-rata keaktifan belajar 60,80% dengan kriteria cukupaktif menjadi 77,33% dengan kriteria aktif pada siklus II.

Hasil Belajar Antar Siklus

Hasil belajar siswa yang diambil dari hasil post tes pada siklus I dan hasil post tes pada siklus II mengalami peningkatan. Persentase pencapaian nilai hasil belajar sebagai berikut: peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Slawi Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020 sebesar 4,10% setelah diterapkannya metode demonstrasi yaitu pada siklus 1 sebesar 72,40% meningkat menjadi 76,50% pada siklus II.

 

 

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan kajian teori yang didukung adanya pengamatan di lapangan serta perumusan masalah yang diajukan tentang Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas VIII G Semester 2 SMP N2 Slawi Tahun Pelajaran 2019/2020 maka ditarik simpulan sebagai berikut: (1) Penerapan Metode Demonstrasi dapat Meningkatkan Keaktifan Belajar IPA Pada Siswa Kelas VIII G Semester 2SMP N 2Slawi Tahun Pelajaran 2019/2020. Adapun besarnya peningkatan aktivitas belajar adalah 17,53% yaitu dari siklus I sebesar 60,80% dengan kriteria cukup aktif menjadi 77,33% pada siklus II dengan kriteria aktif. (2) Penerapan Metode Demonstrasi dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas VIII G Semester 2SMP Negeri 2Slawi Tahun Pelajaran 2019/2020. (3) Besarnya peningkatan hasil belajar adalah 4,10% yaitu pada siklus I sebesar 72,40% meningkat menjadi 76,50% pada siklus II.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

  1. Guru IPA diharapkan dapat melaksanakan pembelajaran yang aktif inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) yang salah satunya adalah pembelajaran dengan menggunakan M
  2. Diharapkan guru menggunakan alat peraga IPA dalam pembelajaran IPA khususnya materi konsep Getaran agar pembelajaran berhasil.
  3. Perlu menggunakan metode yang bervariasi dalam menyampaikan materi pelajaran IPA agar pelajaran jadi lebih mudah dan menarik bagi siswa.
  4. Selalu mengadakan tukar pendapat dengan teman sejawat dan kepala sekolah untuk tercapainya keberhasilan belajar.
  5. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk menyempurnakan hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anton M. Mulyono. 2001. Aktivitas Belajar. Bandung. Yrama

Anni, C. Tri. 2004. Psikologi Belajar,Semarang: IKIP Semarang,Press

  1. Sardiman, 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press

Asy’ari, Maslichah. 2006. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Hamzah B. Uno. 2011. Metode Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Bandung: Bumi Aksara

Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana, Nana, 2009, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya

Sri Anitah W. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Sukmadinata, N. S. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya.