UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU

DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI PROGRAMMED GROUP EXERCISE

PADA SEKOLAH DASAR NEGERI KACANGAN 2

KECAMATAN SUMBERLAWANG KABUPATEN SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Senen Tripali

SDN Kacangan 2 Kecamatan Sumberlawang

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui pelaksanaan programmed group excercise dalam meningkatkan kemampuan dalam menyusun kriteria ketuntasan minimal bagi guru SD Negeri Kacangan 2 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen. Penelitian ini didesain sebagai Penelitian Tindakan Sekolah yang terdiri dari tiga siklus tindakan. Subjek penelitian adalah 10 orang guru SDN Kacangan 2. Data dikumpulkan dengan metode observasi dan dokumentasi. Data dianalisis dengan metode statistik deskriptif. Kesimpulan hasil penelitian menyatakan bahwa pelatihan dalam bentuk programmed group exercise telah meningkatkan kemampuan guru SD Negeri Kacangan 2 Kecamatan Sumberlawang tentang arti penting KKM. Hasil analisis menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan dalam bentuk programmed group exercise lebih banyak memberikan tambahan pengetahuan bagi guru tentang materi KKM, sedangkan peningkatan kemampuan guru dalam penilaian dan penetapan KKM lebih banyak diperoleh melalui kegiatan bimbingan.

Kata Kunci: Kemampuan guru, kriteria ketuntasan minimal, programmed group                                    exercise


PENDAHULUAN

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, inovasi dilaksanakan melaui berbagai pelaksanaan program kegiatan. Berbagai kebijakan Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Propinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten diarahkan semata-mata untuk perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan. Satu diantaranya yaitu mengupayakan terjadinya perubahan para-digma berfikir tenaga pendidik dan tenaga kependidikan menuju terciptanya pening-katan proses dan hasil belajar yang sema-kin berkualitas (Depdiknas, 2005). Masih rendahnya mutu pendidikan dewasa ini, dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah penerapan Kriteria Ketun-tasan Minimal (KKM) dalam pembelajaran yang dilaksanakan di berbagai satuan pendidikan belum memberikan gambaran hasil yang optimal.

Sebelum tahun pelajaran dimulai setiap guru menetapkan Kriteria Ketun-tasan Minimal (KKM) mata pelajaran yang akan diajarkan. KKM pelajaran yang satu berbeda dengan pelajaran lainnya, bahkan KKM pelajaran yang sama di tingkat kelas yang di bawah dapat berbeda dengan tingkat kelas di atasnya. KKM yang telah ditetapkan oleh guru dan sekolah harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar Siswa disingkat LHBS atau Rapor (Dep-diknas, 2006: 2).

Sebagian besar guru SD Negeri Kacangan 2 Kecamatan Sumberlawang da-lam menetapkan KKM hanya berdasarkan alasan agar mudah dicapai siswa dan lebih terkesan “Sesuai yang aku mau” secara spontan menyebut suatu “angka aman”, sehingga tidak berani menetapkan KKM dengan angka lebih tinggi. Penetapan KKM tidak dibentuk menggunakan kriteria-krite-ria yang sebenarnya. Guru tidak dapat menunjukkan dasar penetapan KKM secara tertulis, guru hanya memberikan suatu angka. Sejumlah guru beranggapan pene-tapan KKM merepotkan, hanya menambah pekerjaan dan belum dapat melihat manfaat tambahan bagi guru. Akibatnya KKM yang ditetapkan kurang mencermin-kan intake siswa, kompleksitas bahan ajar, serta daya dukung yang dimiliki. Seolah-olah ada atau tidak ada KKM sama saja, yang penting semua bahan ajar telah diajarkan.

Guru kurang bersemangat sehing-ga mempengaruhi siswa dalam mencapai KKM. Penyusunan soal tes tidak mencer-minkan indikator Kompetensi Dasar, se-hingga terdapat ketidaksesuaian antara soal tes dengan indikatornya dan hasilnya kurang memuaskan karena ada tes ulang tanpa ada remedial atau bimbingan. Kuali-tas pendidikan tidak meningkat, bahkan cenderung menurun, dan tertinggal. De-ngan demikian, dirasakan sangat perlu membenahi pembelajaran dengan penetap-an KKM yang benar (sesuai kriteria) dan cara-cara mencapai KKM yang benar pula. Semakin meningkatnya kriteria ketuntasan minimum belajar siswa, menuntut guru untuk lebih aktif, kreatif serta inovatif dalam menyampaikan materi pembelajaran baik dari penggunaan media pembelajaran, pemilihan metode pembelajaran maupun pengelolaan kelas yang akan membantu dalam pencapaian keberhasilan proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan hasil belajar yang memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan.

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah pengembangan Kuriku-lum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Ku-rikulum berbasis kompetensi yang menggu-nakan acuan kriteria dalam penilaian, mengharuskan pendidik dan satuan pendi-dikan menetapkan Kriteria Ketuntasan Mini-mal (KKM) dengan analisis dan memper-hatikan mekanisme, yaitu prinsip dan langkah-langkah penetapan.

Penetapan Kriteria Ketuntasan Mi-nimal (KKM) tersebut disajikan dalam bentuk angka-angka dimana setiap siswa harus memenuhi standar angka tersebut. Batas angka tersebut akan menjadi batas minimal yang harus dicapai siswa. Dengan adanya batas minimal tersebut akan dapat diperoleh data mengenai persentase data siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) tersebut. Dengan demikian teknik penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) tersebut harus dapat disesuaikan dengan keadaan siswa yang ada disekolah. Agar penetapan Kriteria Ketuntasan Mini-mal (KKM) tersebut dapat ditingkatkan se-cara bertahap sesuai dengan peningkatan kemampuan siswa (Muin, 2008: 1).

Kenyataan dilapangan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) tidak berdasarkan analisis dan tidak memperhatikan prinsip serta langkah-langkah penetapan, oleh karena itu perlu ada kegiatan pada awal tahun pelajaran yang dapat memberikan informasi kepada guru yang dijadikan pedoman dalam penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Upaya yang dilakukan adalah de-ngan penerapan programmed group exercise yaitu suatu pertemuan ilmiah dalam bidang sejenis (pendidikan) untuk menghasilkan karya nyata (Badudu, 1988: 403). Lebih lanjut, Harbinson (1973: 52) mengemukakan bahwa: programmed group exercise secara umum diartikan sebagai proses pemerolehan keterampilan dan pengetahuan yang terjadi di luar sistem persekolahan, yang sifatnya lebih heterogen dan kurang terbakukan dan tidak berkaitan dengan lainnya, karena memiliki tujuan yang berbeda.

Terkait dengan hal tersebut bahwa permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah: apa-kah melalui kegiatan programmed group excercise yang dilakukan Kepala Sekolah Sekolah dapat meningkatkan kemampuan dalam menyusun kriteria ketuntasan mini-mal bagi guru SD Negeri Kacangan 2 Keca-matan Sumberlawang Kabupaten Sragen. Jawabnya diperlukan upaya pembuktian secara ilmiah yang dilakukan melalui penelitian tindakan sekolah (PTS).

Tujuan penelitian ini adalah untuk pelaksanaan kegiatan programmed group excercise yang dilakukan Kepala Sekolah dalam meningkatkan kemampuan dalam menyusun kriteria ketuntasan minimal bagi guru SD Negeri Kacangan 2 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Kacangan 2 dengan waktu penelitian bulan Juli – Agustus 2014. Pene-litian ini terdiri dari 3 siklus. Siklus tindakan didesain dengan empat tahap, yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan tahap refleksi. Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai pertim-bangan untuk merencanakan langkah-lang-kah yang akan ditempuh pada siklus II dan seterusnya.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah: dokumentasi dan obser-vasi. Analisis data dilakukan melalui analisis diskriptif komparatif, yaitu membandingkan hasil siklus 1 dengan siklus II dan seterus-nya. Kemudian dilanjutkan refleksi, yaitu menarik simpulan berdasarkan deskriptif komparatif, membuat ulasan berdasarkan simpulan dan menentukan tindak lanjut. Analisis data kualitatif hasil pengamatan menggunakan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap – tiap siklus dengan memban-dingkan proses siklus 1 dan siklus 2 dan siklus 3, serta membandingkan proses kondisi awal dan kondisi akhir.

Indikator keberhasilan dalam pene-litian ini adalah: (1) Proses pelaksanaan Programmed group excercise, guru minimal: siap secara mental dan fisik = 85%, kesiapan bahan = 85%, kehadiran = 90% dan kesiapan peralatan = 60%. (2) Hasil Pelaksanaan Programmed group excercise: 85% guru menetapkan KKM sesuai kriteria, 85% guru memperoleh nilai baik dan amat baik. Apabila kurang dari 85% guru tidak memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, berarti tindakan dianggap belum berhasil. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan dan dilaksanakan pada siklus II.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Deskripsi Siklus I

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan programmed group excercise. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 17 Juli 2014. Pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan pretes; dilanjutkan pemaparan materi dan diskusi; dan diakhir dengan post tes. Dalam kegiatan ini, Kepala Sekolah sebagai peneliti bertindak sebagai nara sumber dan dibantu oleh guru yang telah mendapat pelatihan yang sama serta sudah menggunakannya sebagai pengukur keberhasilan belajar yang dicapai siswa. Guru sebagai peserta programmed group excercise diwajibkan mengikuti serta mengerjakan tugas-tugas pelatihan.

Kegiatan pelatihan dalam bentuk programmed group excercise ini juga dilaksanakan dalam dua bentuk kegiatan, yakni 1) pemaparan materi oleh nara sumber (Kepala Sekolah dan guru yang telah menyusun KKM secara runtut); 2) tugas mandiri untuk menyusun KKM baik KKM KD, KKM SK dan KKM mata pelajaran. Kegiatan pemaparan materi dilaksanakan selama 2 jam; sedangkan tugas individu untuk menentukan KKM dilaksanakan selama 4 jam.

Adapun data yang dapat diperoleh dari hasil pengamatan berdasarkan instru-men tersebut adalah adalah sebagai beri-kut:

Tabel 1.     Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Mengikuti Pelatihan Penyusunan KKM di SD Negeri Kacangan 2 Kecamatan Sumberlawang

No.

Nama Guru

Kesiapan Mental dan Fisik Guru

Kesiapan Bahan

Kesiapan peralatan

Jumlah

Nilai

1.

Gadis Priyanti, S.Pd.SD

5

3

4

12

2

Triyatmi, S.Pd.SD

5

4

3

12

3

Sri Lestari, S.Pd.SD

5

3

4

12

4

Titin Murtini, S.Pd.SD

5

4

3

12

5

Supanti, S.Pd.SD

5

3

4

12

6

Jumawan, S.Pd.SD

5

4

3

12

7

Singgih Setyanto, S.Pd.SD

5

3

3

12

8

Boy Setyawan, S.Pd.

5

4

4

13

9

Linda Mayasari, S.PdI.

5

3

4

12

10

Suprapto, A.Ma.

5

4

3

12

Berdasarkan pedoman penafsiran yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 1 orang guru atau sekitar 10% telah mengikuti program-med group excercise dengan aktivitas yang sangat baik. Hal tersebut dilihat dari aspek kesiapan fisik dan mental dalam mengikuti programmed group excercise mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, kesiapan bahan dan peralatan yang dipergunakan untuk mendukung kegiatan programmed group excercise. Sebanyak 9 orang guru atau sekitar 90% telah mengikuti programmed group excercise dengan aktivitas yang baik. Dengan demikian tidak ada atau 0% guru yang mengikuti programmed group excercise ini yang dapat dikatagorikan memiliki aktivitas yang kurang baik atau tidak baik.

Selanjutnya dilakukan analisis hasil yang diperoleh dari pelaksanaan pre tes dan post tes serta data hasil observasi. Berdasarkan data diperoleh nilai rata-rata pretes adalah 65 atau sekitar 65% sedang-kan rata-rata hasil post tes meningkat menjadi 96 atau 96%. Hal ini menunjukkan ada peningkatan pengetahuan dan pema-haman guru SD Negeri Kacangan 2 Keca-matan Sumberlawang tentang kriteria ketuntasan minimal, yakni sekitar 31%. Data ini ditunjang dengan hasil pengamatan (observasi) yang memperlihatkan bahwa seluruh guru SD Negeri Kacangan 2 Kecamatan Sumberlawang telah mengikuti programmed group excercise dengan aktivitas yang baik, bahkan sebagian sangat baik.

Kenyataan di atas menunjukkan kegiatan PTS yang bertujuan untuk me-ningkatkan pemahaman guru SD Negeri Kacangan 2 Kecamatan Sumberlawang da-lam menyusun KKM telah tercapai dengan baik. Namun, ketercapaian PTS untuk dapat meningkatkan keterampilan guru SD Negeri Kacangan 2 Kecamatan Sumberla-wang dalam menyusun dan menetapkan KKM itu sendiri belum dapat dinyatakan berhasil karena guru-guru tersebut (teruta-ma yang menjadi subyek penelitian) belum dapat melakukan pembobotan setiap aspek secara proporsional. Atas dasar itulah maka dibutuhkan siklus berikutnya berupa bimbingan langsung praktek penyusunan KKM.

Deskripsi Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1 terungkap bahwa guru SD Negeri Kacangan 2 Kecamatan Sumberlawang telah memahami apa yang dimaksud dengan KKM beserta aspek dan pembobotannya. Namun kemampuan guru dalam menetapkan KKM belum diketahui dengan pasti. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai pada siklus ini akan memfokuskan pada peningkatan keterampilan guru SD Negeri Kacangan 2 Kecamatan Sumberlawang dalam menyusun dan menetapkan KKM. Kegiatan pelaksanaan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II adalah: (1) Mengadakan diskusi dan memberi pendam-pingan bagi guru untuk menyusun KKM pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan pada siklus II ini. (2) Memonitoring atau mensupervisi kegiatan penyusunan KKM sesuai dengan perencanaan yang dilaksanakan. Kegiatan Kepala Sekolah sebagai peneliti adalah mengamati jalannya proses kegiatan dengan menggunakan instrumen observasi.

Pada tahap ini, Kepala Sekolah sebagai peneliti melakukan pemantauan kegiatan proses belajar mengajar yang ditampilkan oleh guruguru yang telah ditetapkan sebagai subyek penelitian. Monitoring ini dibantu dengan instrumen penelitian berupa lembar observasi yang telah disiapkan. Aktivitas yang diamati adalah aspek dalam penentuan KKM dengan hasil sebagai berikut.

Tabel 2. Aspek yang diperhatikan dalam penentuan KKM

No

Nama

Aspek yang Diperhatikan

Karakteristik siswa

Karakteristik mata pelajaran

Kondisi sekolah

1

Gadis Priyanti, S.Pd.SD

2

Triyatmi, S.Pd.SD

3

Sri Lestari, S.Pd.SD

4

Titin Murtini, S.Pd.SD

5

Supanti, S.Pd.SD

6

Jumawan, S.Pd.SD

7

Singgih Setyanto, S.Pd.SD

8

Boy Setyawan, S.Pd.

9

Linda Mayasari, S.PdI.

10

Suprapto, A.Ma.

Berdasarkan data dari hasil KKM yang disusun diperoleh data bahwa dari seluruh KKM yang dibuat oleh guru yang menjadi subyek penelitian ternyata baru 1 KKM yang disusun guru kelas VI yang dapat dikatagorikan cukup baik dilihat dari unsur pembobotan dari tiap aspek. Beberapa permasalahan yang muncul berdasarkan hasil refleksi (diskusi antara peneliti dan mitra peneliti) yang selanjutnya menjadi bahan perbaikan untuk siklus berikutnya adalah: (1) Penyusunan kriteria ketuntasan minimal belum dilakukan secara sistematis serta belum menggunakan pembobotan yang tepat. Guru masih cenderung kira-kira dalam menentukan pembobotan. Oleh karena itu pada siklus yang berikutnya langkahlangkah penentuan KKM beriku pembobotannya akan dilakukan secara sistematis. (2) Pemahaman guru tentang daya dukung masih terbatas pada bidang fisik sedangkan yang non fisik belum dipertimbangkan secara optimal. Demikian pula tentang kompleksitas masih dilihat dari banyak sedikitnya indicator, bukan pada kesulitan materi. Oleh karena itu, pada siklus berikutnya akan dijelaskan kembali mengenai konsep KKM.

Hasil refleksi berupa kegiatan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti diketahui bahwa adanya nilai yang dapat ditafsirkan masih kurang baik pada umumnya disebabkan karena dalam menetapkan KKM guru belum benar-benar memperhatikan intake siswa dan daya dukung yang dimiliki sekolah. Bahkan guru sendiri juga belum mampu mengembang-kan kegiatan yang mencerminkan daya dukung dirinya dalam memahami komplek-sitas suatu materi. Oleh karena itu, pada siklus berikutnya akan ditampilkan metode dan media pembelajaran yang lebih variatif serta dapat merangsang atau memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif.

Deskripsi Siklus III

Hasil refleksi pada siklus II menunjukkan bahwa keterampilan guru SD Negeri Kacangan 2 Kecamatan Sumberla-wang dalam menyusun dan menetapkan KKM masih kurang memuaskan karena guru yang menjadi subyek penelitian belum menggunakan mempertimbangkan secara matang kompleksitas, intake siswa maupun daya dukung yang dimiliki sekolah. Berdasarkan hasil refleksi tersebut focus tujuan yang ingin dicapai pada siklus III adalah mengetahui kemampuan guru dalam menyusun dan menetapkan KKM yang sepenuhnya sudah mempertimbang-kan kompleksitas, intake siswa maupun daya dukung dengan pembobotan yang tepat.

Kegiatan pelaksanaan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus III adalah mengadakan diskusi dan memberi pendampingan bagi guru untuk merevisi KKM yang telah disusun pada siklus yang lalu atau sebelumnya. Hasil revisi, kemudian dijadikan KKM yang akan digunakan pada siklus ini (siklus III). Selain itu, Kepala Sekolah sebagai peneliti juga berperan untuk memonitoring atau mensuverpisi kegiatan penilaian yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya. Dengan demikian kegiatan Kepala Sekolah akan lebih fokus untuk mengamati jalannya proses penentuan KKM dan kegiatan penilaian menggunakan instrumen obser-vasi.

Pada tahap ini, Kepala Sekolah sebagai peneliti melakukan pemantauan kegiatan proses belajar mengajar yang ditampilkan oleh guruguru yang telah ditetapkan sebagai subyek penelitian. Monitoring ini dibantu dengan instrumen penelitian berupa lembar observasi yang telah disiapkan. Aktivitas yang diamati adalah aspek dalam penentuan KKM dengan hasil sebagai berikut.

Tabel 3. Aspek yang diperhatikan dalam penentuan KKM Siklus III

No

Nama

Aspek yang Diperhatikan

Karakteristik siswa

Karakteristik mata pelajaran

Kondisi sekolah

1

Gadis Priyanti, S.Pd.SD

2

Triyatmi, S.Pd.SD

3

Sri Lestari, S.Pd.SD

4

Titin Murtini, S.Pd.SD

5

Supanti, S.Pd.SD

6

Jumawan, S.Pd.SD

7

Singgih Setyanto, S.Pd.SD

8

Boy Setyawan, S.Pd.

9

Linda Mayasari, S.PdI.

10

Suprapto, A.Ma.

Berdasarkan data dari hasil peni-laian KKM diperoleh data bahwa dari 3 KKM yang dibuat oleh guru yang menjadi subyek penelitian dapat dikatagorikan cukup baik dilihat dari pembobotan tiap aspek indicator aspek yang ditetapkan. Dilihat dari parktek atau pelaksanaan pembelajarannya, juga terlihat perkem-bangan yang cukup menggembirakan. Hal ini karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh ketiga orang guru yang menjadi subyek penelitian sudah mampu menyusun KKM dengan baik.

Hasil refleksi berupa kegiatan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti diketahui bahwa adanya peningkatan nilai dalam penetapan KKM tersebut disebabkan karena mereka (guruguru yang menjadi subyek penelitian) secara matang memper-timbangkan kondisi sekolah, kondisi siswa dan kondisi mata pelajaran khususnya yang menyangkut kompleksitas. Hal ini me-nunjukkan bahwa kegiatan PTS telah mencapai tujuan yang diharapkan.

Pembahasan Hasil Penelitian

1.   Pembahasan Data Siklus 1

Berdasarkan hasil refleksi pada tahap ini diperoleh simpulan sementara sebagai berikut: (a) Dilihat dari sisi hasil pre tes dan pos tes menunjukkan adanya peningkatan pemahaman guru-guru SD Negeri Kacangan 2 Kecamatan Sumberla-wang tentang KKM. Data menunjukkan bahwa nilai rata-rata pretes adalah 65 atau sekitar 65% sedangkan rata-rata hasil post tes meningkat menjadi 96 atau 95%. Dengan demikian ada peningkatan sekitar 31%. (b) Dilihat dari sisi proses, pelaksana-an kegiatan programmed group excercise penyusunan KKM telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang direncanakan. (c) ilihat dari segi guru itu sendiri, terlihat adanya motivasi untuk dapat menyusun KKM dengan pembobotan yang disesuaikan dengan daya dukung, intake dan komplesitas. Hal ini terlihat dari data hasil observasi aktivitas guru dalam mengikuti pelatihan. (d) Sekalipun kegiatan program-med group excercise telah memberikan peningkatan kemampuan guru dalam me-nyusun KKM, namun peningkatan kemam-puan tersebut perlu terus ditingkatkan dengan selalu mengupdate KKM setiap awal tahun pelajaran disesuaikan dengan kondisi riil yang ada.

2.   Pembahasan Data Siklus II

Tujuan PTS siklus II lebih memfo-kuskan pada peningkatan kemampuan guru dalam menyusun KKM dengan mem-pertimbangkan aspek penyusunan KKM. Hasil analisis siklus II menunjukkan bahwa: (a) Dilihat dari segi guru, tampak bahwa pada siklus II ini kemampuan guru dalam menyusun dan menetapkan KKM masih kurang. Hal ini terlihat dari masih kurang-nya pemahaman guru tentang aspek dalam penetapan KKM. (b) Dilihat dari segi proses penetapan, terlihat bahwa pembobotan yang dilakukan guru pada tiap aspeknya juga belum proporsional dan masih dilakukan secara ‘kira-kira’. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan yang masih perlu mendapat perhatian khusus dalam PTS ini pada siklus berikutnya adalah peningkatan kemampuan guru terutama dalam kaitannya dengan pembobotan daya dukung, intake siswa dan kompleksitas. Hal ini berarti penetapan hatus dilakukan dengan tepat dengan memenuhi kriteria (1) kompleksitas (kesulitan dan kerumitan bahan ajar), (2) daya dukung, dan (3) intake siswa. Ketiga kriteria ini merupakan kriteria minimal untuk mencapai target minimal penguasaan siswa terhadap suatu kompetensi dasar.

3.   Pembahasan Data Siklus III

Pada siklus ini telah dilaksanakan berbagai usulan perbaikan yang disarankan pada siklus sebelumnya. Hasil analisis data menunjukkan adanya peningkatan pencapaian nilai atau skor yang cukup baik dan sangat signifikan. Hasil pembahasan dan analisis data pada siklus-3 adalah sebagai berikut: (a) Adanya peningkatan kemampuan guru dalam menyusun dan menetapkan KKM. Skor kemampuan menyusun KKM oleh guru sampel 1 pada siklus III meningkat dari 28 menjadi 34; sedangkan skor kemampuan guru sampel 2 dari 26 menjadi 33 dan skor kemampuan guru sampel 3 dari 31 menjadi 35. (2) Kemampuan guru dalam menyusun dan menetapkan KKM bertambah, terutama dalam kaitanya dengan pembobotan tiap aspek yang dipertimbangkan dalam penetapan KKM sekaligus proses penilaian yang dilaksanakan guru yang mengacu pada kondisi sekolah, siswa maupun mata pelajaran.

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dengan melakukan refleksi siklus 1 yang mencoba mengungkapkan keberhasilan/ketidakberhasilan pelatihan dalam bentuk programmed group excercise dan pembahasan dan analisis dengan melakukan refleksi siklus II dan III yang mencoba mengungkapkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan kegiatan bim-bingan pasca pelatihan terungkap bahwa kegiatan Programmed group excercise di SD Negeri Kacangan 2 Kecamatan Sum-berlawang telah memberikan dampak positif bagi peningkatan kemampuan guru SD Negeri Kacangan 2 Kecamatan Sum-berlawang dalam menyusun dan menetap-kan KKM.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian tindakan sekolah (PTS) menge-nai penerapan programmed group excer-cise yang berlangsung selama 3 siklus penelitian dapat disimpulkan: pelatihan dalam bentuk programmed group excercise telah meningkatkan kemampuan guru SD Negeri Kacangan 2 Kecamatan Sumber-lawang tentang arti penting KKM. Hasil analisis menunjukkan bahwa kegiatan pela-tihan dalam bentuk programmed group excercise lebih banyak memberikan tambahan pengetahuan bagi guru tentang materi programmed group excercise itu sendiri dalam hal ini tentang KKM, sedangkan peningkatan kemampuan guru dalam penilaian dan penetapan KKM lebih banyak diperoleh melalui kegiatan bimbingan.

Hasil analisis meunjukkan bahwa kegiatan PTS tentang upaya peningkatan kemampuan guru dalam menyusun KKM melalui kegiatan Programmed group excer-cise di SD Negeri Kacangan 2 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen dianggap selesai telah mencapai tujuan yang diharapkan yakni untuk: a) meningkatkan pemahaman guru SD Negeri Kacangan 2 Kecamatan Sumberlawang dalam menyu-sun dan menetapkan KKM; b) meningkat-kan kemampuan guru SD Negeri Kacangan 2 Kecamatan Sumberlawang dalam menyu-sun dan menetapkan KKM. Hal menunjuk-kan bahwa Programmed group excercise yang dilakukan Kepala Sekolah memiliki efektivitas yang cukup tinggi untuk pening-katan kemampuan guru dalam penetapan KKM di SD Negeri Kacangan 2 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen.

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah: (1) Pemahaman ten-tang KKM perlu terus ditingkatkan meng-ingat KKM merupakan pengukur mutu pembelajaran pada satuan pendidikan. (2) Guru-guru harus dapat mengenali aspek dalam penetapan KKM beserta pembo-botannya secara proporsional. (3) Pelatihan dalam bentuk programmed group excercise perlu terus diberikan oleh lembaga-lembaga terkait, seperti KKG, Dinas Pendidikan Kabupaten dan Propinsi, LPMP, Direktorat PSMP, Direktorat PMPTK, dan lembaga lain yang memiliki kewenangan.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2005 Paket Pelatihan 1 Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar melalui Manajemen Berbasis Sekolah, Peran Serta Masyarakat, Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas, 2006 Bimbingan Teknis Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Depdiknas. Jakarta.

Muin, Abdul. 2008. Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif. Bandung: UPI.

Badudu- Zein. 1988. Kamus Umum Bahasa Indonesia 2. Jakarta; Pustaka Sinar Harapan.

 

Harbinson. 1973. Human Resources as the Wealth of Nation. New York; Oxford. University Press.