AUPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KELAS V DABIN II

DALAM MENERAPKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

MELALUI KEGIATAN SUPERVISI KELAS DI KECAMATAN MONDOKAN KABUPATEN SRAGEN SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Somhaji

Pengawas TK/SD Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen Jawa Tengah

 

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerapan model-model pembelajaran melalui kegiatan supervisi kelas dalam meningkatkan mutu pembelajaran para guru kelas V Sekolah Dasar Dabin II di Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018, mengetahui kegiatan supervisi kelas dalam meningkatkan kemampuan guru dalam penerapan model-model pembelajaran, mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model-model pembelajaran melalui supervisi kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru kelas V Sekolah Dasar yang ada di Daerah Binaan II Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen. Berikut adalah nama-nama sekolah yang dijadikan subjek penelitian: SDN Gemantar 1, SDN Gemantar 2, SDN Gemantar 3, SDN Kedawung 2, SDN Kedawung 3, SDN Kedawung 4. Penelitian ini dilaksanakan di SD Daerah Binaan (Dabin) II Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen. Berdasar hasil observasi penerapan model-model pembelajaran melalui supervisi kelas oleh pengawas sekolah terbukti berhasil meningkatkan kemampuan guru kelas V SD Dabin II Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen dalam mengelola proses pembelajaran. Dengan meningkatnya kemampuan guru kelas V SD Dabin II Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen dalam mengelola proses pembelajaran, selain proses belajar siswa lebih bermakna juga hasil belajarnya pun turut meningkat. Saran-saran dalam penelitian ini adalah agar guru selalu mengutamakan model pembelajaran karena dengan perencanaan yang matang maka pembelajaran akan maksimal.

Kata Kunci: Kemampuan Guru, Model Pembelajaran dan Supervisi Kelas

 

PENDAHULUAN

Guru sebagai subyek dalam perencanaan dituntut untuk dapat menyusun berbagai program pengajaran sebagai pendekatan dan metode yang akan digunakan. Dalam buku “Perencanaan Pembelajaran” yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan tahun 2004 disebutkan bahwa: Perencanaan pembelajaran (instruction design) adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan sistem penyampaiannya untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan belajar, termasuk didalamnya pengembangan paket pembelajaran dan kegiatan mengevaluasi program dan hasil belajar.

Sekolah merupakan lembaga formal yang berfungsi membantu khususnya orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Sekolah memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada anak didiknya secara lengkap sesuai dengan yang mereka butuhkan. Semua fungsi sekolah tersebut tidak akan efektif apabila komponen dari sistem sekolah tidak berjalan dengan baik, karena kelema,han dari salah satu komponen akan berpengaruh pada komponen yang lain yang pada akhirnya akan berpengaruh juga pada jalannya sistem itu sendiri. Salah satu dari bagian komponen sekolah adalah guru.

Guru dituntut untuk mampu menguasai kurikulum, menguasai materi, menguasai metode, dan tidak kalah pentingnya guru juga harus mampu mengelola kelas sedemikian rupa sehingga pembelajaran berlangsung secara aktif, inovatif, dan menyenangkan. Namun umumnya guru masih mendominasi kelas, siswa pasif (datang, duduk, nonton, berlatih). Guru memberikan konsep, sementara siswa menerima bahan jadi. Menurut Suherman, ada hal yang menyebabkan siswa tidak menikmati (senang) untuk belajar, yaitu kebanyakan siswa tidak siap terlebih dahulu dengan (minimal) membaca bahan yang akan dipelajari, siswa datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong. Lebih parah lagi, siswa tidak menyadari tujuan belajar yang sebenarnya, tidak mengetahui manfaat belajar bagi masa depannya nanti.

Sebagai pengawas sekolah, penulis melihat pembelajaran menjadi kurang efektif karena hanya cenderung mengedepankan aspek intelektual dan mengesampingkan aspek pembentukan karakter. Hal ini tentu suatu hambatan bagi guru. Namun penulis ingin mengubah hambatan tersebut menjadi sebuah kekuatan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Untuk menjawab hal itu, penulis mencoba memberi solusi kepada guru-guru untuk menerapkan model-model pembelajaran melalui kegiatan supervisi kelas di SD Dabin II Kecamatan Mondokan dengan menyusun berbagai perangkat pembelajaran yang dibutuhkan seperti: RPP, alat peraga, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang dibutuhkan untuk membantu guru dalam mengelola kelas dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu usaha manusia yang bersifat kompleks yang merupakan seperangkat peristiwa yang dapat mempengaruhi subyek didik sedemikian rupa, sehingga proses belajar dapat terjadi. Pengembangan perencanaan pembelajaran yang akan dibahas di sini adalah pengembangan silabus dan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.

Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Winataputra, 1994:34). Banyak model-model pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar yang pada prinsipnya pengembangan model pembelajaran bertujuan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif dan efisien, menyenangkan, bermakna, lebih banyak mengaktifkan siswa.

Dalam pengembangan model pembelajaran yang mendapat penekanan pengembangannya terutama dalam strategi dan metode pembelajaran. Untuk masa sekarang ini perlu juga dikembangkan sistem penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar bisa saja mengembangkan model pembelajaran sendiri dengan tujuan proses pembelajaran lebih efektif dan efisien, lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkreasi, sehingga siswa lebih aktif.

Ciri-ciri Model Pembelajaran

Suatu model pembelajaran memiliki ciri-ciri tersendiri. Secara khusus, ciri-ciri tersebut dikemukakan Sanjaya (2006: 115), yakni sebagai berikut. 1) Rasional teoritik yang logis yangdisusun oleh para pencipta atau pengembangnya. 2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar. 3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. 4) Lingkungan belajar yang duperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam pengelolaan proses pembelajaran yang dijalaninya.

Beberapa Contoh Model Pembelajaran

Di antara model-model pembelajaran dimaksud, yakni model pembelajaran lansung, kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, inkuiri, atau belajar melalui penemuan, dan masih banyak model pembelajaran inovatif lainnya yang bisa menjadi pilihan bagi guru sekolah dasar.

Supervisi Kelas

Supervisi kelas adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis yang intesif terhadap penampilan pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Istilah “supervisi kelas” mengacu kepada misi utama pembelajaran, yaitu kegiatan yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan prestasi akademik. Dengan kata lain, supervisi kelas adalah kegiatan yang berurusan dengan perbaikan dan peningkatan proses dan hasil pembelajaran di sekolah.

Beberapa alasan mengapa supervisi kelas diperlukan, diantaranya:

  • Tidak ada balikan dari orang yang kompeten sejauh mana praktik profesional telah memenuhi standar kompetensi dan kode etik;
  • Ketinggalan iptek dalam proses pembelajaran;
  • Kehilangan identitas profesi;
  • Kejenuhan profesional (bornout);
  • Pelanggaran kode etik yang akut;
  • Mengulang kekeliruan secara masif;
  • Erosi pengetahuan yang sudah didapat dari pendidikan prajabatan;
  • Siswa dirugikan, tidak mendapatkan layanan sebagaimana mestinya;
  • Rendahnya apresiasi dan kepercayaan masyarakat dan pemberi pekerjaan.

Tujuan Supervisi Kelas

Secara umum tujuan supervisi kelas, yaitu untuk:

  • Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan kualitas proses pembelajaran;
  • Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran;
  • Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul dalam proses pembelajaran;
  • Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan maslah yang ditemukan dalam proses pembelajaran;
  • Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan.

Manfaat Supervisi Kelas

Supervisi kelas merupakan strategi untuk dapat meningkatkan kompetensi seorang guru dalam proses kegiatan belajar mengajar dan ketepatan dalam membuat perencanaan pembelajaran. Harapan dari supervisi kelas akan berdampak pada proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.

Sasaran dan Prinsip-prinsip Supervisi Kelas

Sasaran dari supervisi kelas, di antaranya:

  • Proses pembelajaran peserta didik,
  • Menjadikan kepala sekolah dan guru sebagai professional learners,
  • Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk memiliki kemampuan manajemen sumber daya pendidikan.

Untuk itu, kepala sekolah yang akan bertindak sebagai supervisor harus memahami benar prinsip-prinsip supervisi kelas, di antaranya:

  • Supervisi (pengawasan) kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk untuk meningkatkan kompetensi guru;
  • Pembinaan tepat dan kontinyu;
  • Penjaminan mutu pendidikan harus selalu ditingkatkan;
  • Menjalin komunikasi yang harmonis dan iklim kondusif;
  • Menumbuhkan keyakinan bahwa guru dapat selalu meningkatkan kemampuan dan berprestasi.

Langkah-langkah Supervisi Kelas

Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh pengawas sekolah dalam melakukan supervisi kelas, yaitu sebagai berikut.

  • Membuat kesepakatan waktu pelaksanaan supervisi kelas dengan guru.
  • Mendiskusikan materi pelajaran apa yang akan diajarkan pada saat supervisi kelas.
  • Membantu guru dalam membuat persiapan mengajar.
  • Meyakinkan pada guru kedatangan kepala sekolah sebagai supervisor bukan akan menilai atau mengawasi namun untuk memberikan bantuan teknis yang diperlukan oleh guru.
  • Membuat kesepakatan untuk berbagi peran antara supervisor dan guru dalam proses pembelajaran.

Untuk lebih memantapkan program supervisi kelas dan meyakinkan guru-guru SD Dabin II Kecamatan Mondokan bahwa program supervisi kelas ini akan memberikan manfaat bagi guru, yang dilakukan pengawas sekolah, yakni sebagai berikut.

  • Datang lebih pagi sebelum guru masuk kelas untuk melakukan “kontrak” ulang tentang: langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan, peran masing-masing yang akan dilakukan, dan pengorganisasian waktu.
  • Masuk ke dalam kelas bersama-sama dengan guru yang bersangkutan. Kalau pengawas sekolah yang akan bertindak sebagai supervisor masuk ke dalam kelas belakangan, dikhawatirkan akan menganggu konsentrasi anak pada saat proses pembelajaran, dan mungkin menimbulkan rasa takut.
  • Meminta guru yang bersangkutan untuk menyampaikan bahwa pengawas sekolah (supervisor) datang di kelas tersebut akan membantu dalam proses pembelajaran sehingga tidak menimbulkan rasa penasaran bagi anak.
  • Pengawas sekolah ikut berperan dalam proses pembelajaran tersebut, dan tidak lupa membuat catatan-catatan kecil tentang kelebihan-kelebihan maupun hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran yang memerlukan perbaikan.
  • Pengawas sekolah tidak akan mengambil alih peran guru.

Setelah supervisi kelas selesai dilaksanakan, pengawas sekolah SD Dabin II Kecamatan Mondokan melakukan upaya tindak lanjut, dengan cara sebagai berikut.

  • Melakukan diskusi dengan guru atas dasar sikap menghargai.
  • Melakukan refleksi diri misalnya melalui pertanyaan, “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu selama proses pembelajaran tadi? Apakah masih ada kekurangan yang Bapak/Ibu lakukan selama proses pembelajaran tadi, di bagian mana saja?”
  • Menanyakan peningkatan yang ingin dilakukan oleh guru.
  • Memberikan saran atau arahan.
  • Merencanakan tindak lanjut, misalnya: “Apa yang perlu Bapak/Ibu lakukan selanjutnya agar pembelajaran yang akan dilakukan besok lebih baik?”

Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori di atas, maka dengan melalui kegiatan penerapan model-model pembelajaran melalui kegiatan supervisi kelas oleh kepala sekolah diyakini benar akan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran, yang akhirnya proses dan hasil belajar siswa SD Dabin II Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen meningkat. Hal ini hanya mungkin akan terjadi apabila antara kepala sekolah dan guru serta siswa SD Dabin II Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen mau bersinergis untuk saling berkontribusi secara positif. Untuk itu, semua pihak yang terlibat perlu lebih dulu merencanakan segala sesuatunya dengan matang. Perencanaan yang dibuat tentunya didasarkan pada prinsip-prinsip supervisi kelas dengan mempertimbangkan upaya strategis yang akan diterapkan (dalam hal ini model-model pembelajaran terpilih yang konteks dengan situasi dan tujuan yang ingin dicapai).

Adapun pelaksanaannya, tidak boleh menyimpang dari yang sudah direncanakan. Selama proses supervisi sedang berlangsung, kepala sekolah dan guru berkolaborasi menciptakan iklim pembelajaran yang memungkin seluruh siswa belajar secara aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Sejak awal hingga akhir proses supervisi kelas berlangsung, kepala sekolah mencatat dan menilai kinerja guru dan siswa, yang hasilnya akan dijadikan bahan diskusi untuk menentukan langkah tindak lanjut ke depan supaya lebih berhasil mencapai sasaran.

METODOLOGI PENELITIAN

Sesuai dengan fokus permasalahan maka yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru kelas V Sekolah Dasar yang ada di Daerah Binaan II Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen. Berikut adalah nama-nama sekolah yang dijadikan subjek penelitian: SDN Gemantar 1, SDN Gemantar 2, SDN Gemantar 3, SDN Kedawung 2, SDN Kedawung 3 dan SDN Kedawung 4. Penelitian ini berlangsung sejak bulan Januari sampai Mei.

Penelitian tindakan sekolah ini akan dilaksanakan dalam dua siklus di mana kegiatan setiap siklusnya meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi.

Indikator kinerja yang ditetapkan adalah meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model-model pembelajaran melalui kegiatan supervisi kelas di SD Dabin II Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen. Aspek yang diukur dalam observasi adalah antusiasme guru SD Dabin II Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen dalam menerapkan model-model pembelajaran, interaksi siswa dengan guru dalam proses belajar mengajar, interaksi antar siswa, kerja sama antar siswa dalam kelompok, dan aktivitas siswa dalam diskusi kelompok.

Teknik Pengumpulan Data yaitu teknik observasi digunakan untuk memperoleh data langsung dari pelaksanaan aktivitas kegiatan yang sudah direncanakan. Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh sejumlah keterangan dari pihakpihak yang terlibat secara langsung dalam penelitian. Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh berbagai dokumen yang berkaitan dengan proses dan hasil penelitian untuk memperkuat perolehan data dari teknik observasi dan teknik wawancara.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal

Berdasarkan hasil pemantauan melalui supervisi akademik dan hasil dari penelitian eksplorasi di Daerah Binaan II Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen masih ditemukan guru yang mengajar belum mengkaji ulang pengembangan pelaksanaan pembelajaran untuk kompetensi yang akan diajarkan, sehingga dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak terencana dengan baik, karena itu bisa saja terjadi materi yang berulang-ulang diberikan pada siswa, sedangkan kompetensi yang lain tidak tersampaikan secara keseluruhan, sehingga siswa-siswapun menilai bahwa guru mengajar kurang menguasai materi,

Hasil pemantauan melalui supervisi kelas dan hasil dari penelitian eksplorasi di Daerah Binaan II Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen terdapat beberapa kendala pada pembelajaran selama ini antara lain: siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep, siswa kurang aktif / siswa pasif dalam proses pembelajaran, siswa belum terbiasa untuk bekerja sama dengan temannya dalam belajar, guru kurang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, hasil nilai ulangan / hasil belajar siswa pada pembelajaran rendah, KKM tidak tercapai, pembelajaran tidak menyenangkan bagi siswa, kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran.

Siklus I

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, terlebih dahulu guru harus menyusun perencanaan pembelajaran yaitu silabus dan Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Untuk mengetahui sejauh mana guru telah memahami dalam penyusunan silabus dan RPP, peneliti melakukan penelitian eksplorasi tentang administrasi/perangkat pembelajaran secara umum melalui angket yang diberikan pada semua guru kelas V dan hasil supervisi akademik. Hasil supervisi akademik yaitu hasil supervisi pengawas terhadap guru dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas, yang merupakan implementasi dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan sebelumnya.

Pelaksanaan tindakan berlangsung sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Adapun deskripsi pelaksanaannya, sebagai berikut. Pada tanggal 21 April 2018, penulis mengadakan supervisi kelas untuk Guru SDN Gemantar 1 yang mengajar di kelas V. Sebagai supervisor, penulis datang lebih dulu ke sekolah. Sebelumnya sudah ada konteks dengan yang bersangkutan, agar datang ke sekolah 20 menit sebelum jam pelajaran. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, yang bersangkutan pun tiba, kemudian menemui penulis di ruang kerja. Tanpa membuang waktu, langsung saja penulis berdiskusi dengan yang bersangkutan. Selama lebih kurang 10 menit, barulah diperoleh kesepakatan untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan. Namun sebelumnya, penulis bersama yang bersangkutan mempersiapkan dulu kondisi kelas, agar menunjang pelaksanaan pembelajaran. Setelah tiba waktunya jam pelajaran di mulai, penulis dan Guru Kelas tersebut memasuki ruang kelas V. Seluruh siswa tampak menyambut dengan hangat, tentunya karena suasana pada hari ini sedikit agak berbeda dengan suasana sebelumnya. Guru Kelas V mulai membuka kegiatan pembelajaran dengan memimpin berdo’a sebelum belajar. Selesai berdo’a, yang bersangkutan dengan penulis mengondisikan siswa, agar memahami tujuan pembelajaran dan cara belajar untuk mencapainya. Memasuki kegiatan inti pembelajaran, penulis mulai memperhatikan, mencatat, dan menilai aktivitas guru dan siswa. Hal ini terus dilakukan hingga akhir kegiatan pembelajaran.

Pada tanggal 21 April 2018, penulis juga mengadakan supervisi kelas untuk memberikan bantuan berupa bimbingan pelaksanaan pembelajaran kepada Guru SDN Gemantar 2, SDN Gemantar 3, SDN Kedawung 2, SDN Kedawung 3 dan SDN Kedawung 4 yang mengajar di kelas V. Penulis dan yang bersangkutan tiba di sekolah sekitar 30 menit sebelum jam pelajaran di mulai. Sebelum pembelajaran di mulai, penulis dengan guru yang bersangkutan mengadakan diskusi terkait dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dan model pembelajaran yang sudah direncanakan untuk menyiasati ketercapaiannya kompetensi dasar tersebut oleh siswa. Tidak sedikit masukan dan suport yang penulis berikan kepadanya, dengan tujuan menyemangati dan agar pada saat pelaksanaannya tidak terkesan kaku dengan kehadiran penulis di kelas. Dalam pada itu, penulis memperhatikan, mencatat, dan menilai aktivitas yang bersangkutan dan siswa. Hal ini berlangsung hingga kegiatan pembelajaran berakhir.

Setelah siklus I berlangsung, sedikit banyaknya kemampuan guru SD Negeri Dabin II Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen mengalami peningkatan, baik dalam merencanakan pembelajaran maupun melaksanakan pembelajaran berlandaskan model pembelajaran yang terpilih oleh masing-masing. Hal ini setidaknya telah memberi dampak positif terhadap proses dan hasil belajar siswa.

Suatu hal yang masih dipandang kurang baik dan ini merupakan kegagalan dari siklus I, yakni kurang berhasil meningkatkan kemampuan guru dalam menumbuhkembangkan karakter yang diinginkan, baik pada saat eksplorasi, elaborasi, maupun konfirmasi. Hal ini dapat terjadi karena kebiasaan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran sebelumnya masih dibawa ke kegiatan pembelajaran siklus I.

Penulis sebagai pengawas sekolah yang bertugas menjadi supervisor harus berusaha meningkatkan pemahaman guru SD Negeri Dabin II Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen, baik dalam mengelola administrasi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, maupun upaya menindaklanjuti hasil pembelajaran.

Penulis sebagai kepala sekolah yang bertugas sebagai supervisor harus pula memotivasi para guru, agar mereka memiliki semangat dan tetap bertanggung jawab dalam mengelola proses pembelajaran. Cara yang akan ditempuh untuk itu, akan digunakan sistem pemberian reward dan punishment yang setimpal.

Pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung, mulai dari menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya, penulis sebagai kepala sekolah yang bertugas sebagai supervisor harus selalu mendampingi para guru, agar tidak terjadi lagi hal-hal yang diharapkan seperti pada siklus I. Tentunya untuk itu perlu ada waktu. Oleh karena itu, satu minggu sebelum pelaksanaan siklus II akan digunakan untuk proses pembinaan, yang dilakukan setelah jam pelajaran efektif berlangsung. Atas dasar itu, kepada semua guru, penulis memohon kesediaannya agar tidak lantas meninggalkan sekolah. Waktu yang diperlukan untuk itu lebih kurang 2 jam. Hal ini telah disepakati oleh para guru, tanpa terkecuali oleh pengawas.

Siklus II

Supervisi kelas pada siklus II harus ditujukan pada upaya pemulihan pemahaman guru SD Negeri Dabin II Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen terhadap hal-hal yang kurang mampu dipenuhi, baik terkait dengan beberapa komponen perencanaan pembelajaran maupun tahapantahapan penting dalam melaksanakan pembelajaran yang didasarkan pada suatu model pembelajaran terpilih. Supervisi kelas siklus II akan dilaksanakan pada bulan Maret 2018. Adapun waktu yang direncanakan untuk masing-masing guru.

Bersama guru kelas V SDN Dabin II Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen, segala sesuatunya yang akan menunjang pelaksanaan pembelajaran dapat diupayakan. Mulai dari pemenuhan komponen rencana pembelajaran hingga dalam memenuhi tahapan-tahapan penting dalam pembelajaran, seperti tumbuh kembangnya karakter guru dan siswa pada saat eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, tidak terkendalai oleh persoalan seperti yang timbul pada siklus I. Demikian pun dalam mengelola kegiatan evaluasi dan mengupayakan langkah tindak lanjutnya, dapat dipenuhi dengan baik oleh yang bersangkutan. Perubahan yang sama terjadi pula pada guru lainnya, masing-masing cukup mengalami kemajuan ke arah yang diinginkan. Setiap perubahan yang terjadi pada masing-masing guru, ini tidak lepas dari perubahan perilaku supervisor. Disadari pula bahwa dalam rangka itu pun supervisor sedikit banyaknya ada bantuan dari pengawas. Kerja sama yang sinergis ini, memang beresiko. Bukan saja menguras tenaga dan pemikiran, tetapi juga meteri sedikit banyaknya pasti harus rela dikeluarkan.

Setelah melakukan serangkaian kegiatan siklus II, pada akhirnya diperoleh suatu bahan refleksi untuk didiskusikan bersama observer dan para guru SD Negeri Dabin II Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen. Melalui diskusi ini, ada hasil kemufakatan, antara lain: Masing-masing guru mengalami peningkatan kemampuan dalam mengelola proses pembelajaran yang didasarkan pada model pembelajaran terpilih. Setelah siklus II ini, tidak lagi ditemukan adanya guru yang mengalami kesulitan dalam merumuskan setiap komponen rencana pembelajaran, dan hal ini telah memberi dampak yang positif terhadap meningkatnya kemampuan masing-masing dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya dengan berbagai upaya yang tepat. Seiring dengan meningkatnya kemampuan masing-masing guru dalam mengelola proses pembelajaran, proses dan hasil belajar siswa pun mengalami peningkatan. Terbukti melalui supervisi kelas yang dilakukan secara berkala dengan menerapkan teknik yang tepat, akhirnya kemampuan guru dan siswa dalam suatu pembelajaran dapat ditingkatkan. Adapun teknik yang dimaksud dalam rangka itu, yakni menerapkan model-model pembelajaran.

Pembahasan

Dalam pembahasan ini peneliti sampaikan langkah-langkah yang telah dilakukan dalam rangka Pembinaan guru kelas V SD Dabin II Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen tentang model-model pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru diinventarisir dan diolah, setelah itu Pengawas mempresentasikan tentang pentingnya membuat perencanaan pembelajaran sendiri yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai agar tahu persis apa yang akan dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang tersedia. Setelah guru menyadari kekeliruannya selama ini, mereka ingin mencoba menyusun pengembangan model-model pembelajaran dan bersedia untuk diadakan Pembinaan secara klasikal. Data hasil penelitian ini diketahui bahwa pembuatan perencanaan pembelajaran dilaksanakan melalui 2 siklus yaitu: Penerapan model-model pembelajaran melalui supervisi kelas oleh pengawas sekolah terbukti berhasil meningkatkan kemampuan guru kelas V SD Dabin II Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen dalam mengelola proses pembelajaran. Dengan meningkatnya kemampuan guru kelas V SD Dabin II Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen dalam mengelola proses pembelajaran, selain proses belajar siswa lebih bermakna juga hasil belajarnya pun turut meningkat.

Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut: Kepada para guru agar selalu mengutamakan model pembelajaran karena dengan perencanaan yang matang maka pembelajaran akan maksimal. Kepada para kepala sekolah agar selalu melaksanakan perannya dengan memberikan arahan-arahan agar dapat menyelesaikan permasalahan dan kesulitan yang dihadapi guru.

DAFTAR PUSTAKA

Erman Suherman, (2009). Model-model Pembelajaran. http://researchengines.com/1207trimo1.html Penelitian Tindakan Sekolah.

Iim Waliman, dkk. 2001. Supervisi kelas (Modul Manajemen Berbasis Sekolah). Bandung: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

S Syaodih Nana, (2006). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah(konsep,prinsif,dan instrumen). Bandung: Aditama.

Sudrajat Akhmad. Pendekatan Pembelajaran.

Udin Winataputra,( 1994), Model pembelajaran

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Piet, A. Sahertian. Frans Mataheru, 1981. Prinsip Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya, Usaha Nasional.

Colin Marsh. (1996). Handbook for beginning teachers. Sydney: Addison Wesley Longman Australia Pry Limited.

Sardiman, A. M. (2004). Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Jakarta: Rajawali